BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI
4.1
Implementasi Simulasi Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam
program yang harus diperhatikan, antara lain : 1. sizeMobile Merupakan jumlah node mobile yang mengirimkan data ke node 0 2. routeProtokol Merupakan parameter yang dapat dirubah berdasarkan protokol routing yang dapat digunakan dalam menjalankan simulasi, dimana protokol routing AODV memiliki nilai 1, DSDV memiliki nilai 2, dan OLSR memiliki nilai 3. 3. ukur Merupakan parameter nilai ukur yang penulis uji, yaitu PDR, throughput dan delay. Dimana nilai 1 menunjukkan nilai ukur untuk PDR, nilai 2 untuk throughput, dan nilai 3 untuk delay. 4. gerak Merupakan parameter yang berisikan nilai 1 untuk menguji simulasi dengan menggunakan mobile node, sedangkan nilai 2 untuk menguji simulasi dengan menggunakan station node. Untuk penjelasan lebih detail dapat melihat pada halaman lampiran 2 mengenai proses menjalankan program. 71
72
4.2
Pengujian Simulasi Pada bagian ini, penulis akan menampilkan dan menjelaskan mengenai hasil dari
penelitian yang dijalankan menggunakan network simulator NS-3. Pada simulasi berdasarkan skenario yang sudah dijelaskan sebelumnya, penulis telah melakukan beberapa simulasi dengan perubahan jumlah node untuk dapat mengetahui performa dari tiap protokol routing. Nilai ukur yang akan penulis gunakan sebagai pembanding antara lain: packet delivery ratio (PDR), throughput dan average end-to-end delay.
4.2.1 Analisa Skenario I Berikut adalah hasil dari simulasi skenario pertama dengan menggunakan simulator NS-3 :
Gambar 4.1 Test PDR Dekat AODV
Gambar 4.2 Test PDR Jauh AODV
Gambar 4.3 Test PDR Dekat DSDV
Gambar 4.4 Test PDR Jauh DSDV
73
Gambar 4.5 Test PDR Dekat OLSR
Gambar 4.6 Test PDR Jauh OLSR
Berdasarkan percobaan diatas, didapatkan bahwa pada ketiga protokol routing, AODV, DSDV, dan OLSR, jarak terjauh antar node agar tetap menghasilkan koneksi yang ideal adalah 115m sebelum nilai dari PDR mengalami penurunan menjadi 99%.
4.2.2 Analisa Skenario II Pada skenario ini, seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya. Simulasi telah dilakukan beberapa kali dengan perubahan jumlah node yang bergerak. Simulasi ini dilakukan untuk mengetahui performa protokol routing dengan node uji yang bergerak selama simulasi. Berdasarkan pada hasil dari skenario pertama, node uji yang bergerak, akan melakukan pergerakan dalam ruang lingkup sebesar 100x100m, dimana ruang lingkup tersebut dirasa sudah cukup besar dan masih dalam jarak ideal dalam pengiriman data untuk dilakukan simulasi.
74
Gambar 4.7 Daerah Pergerakan Node
4.2.2.1
PDR Terhadap Mobilitas Node Pada pengamatan nilai ukur PDR, dapat diketahui bahwa protokol
routing AODV mempunyai performa yang paling buruk dibandingkan dengan protokol routing yang lain. Jika dilihat dari grafik yang dihasilkan, pada saat node dalam simulasi sudah berjumlah 10 buah, penurunan nilai PDR yang dihasilkan AODV sudah mencapai angka 45,5%, sedangkan untuk protokol routing lain masih diatas 50%, tepatnya 72,9% dan 77,5% masing-masing untuk DSDV dan OLSR. Semakin banyak node yang dijalankan dalam simulasi, dapat dilihat semakin menurun juga kualitas pengiriman data dari tiap protokol routing. Sampai akhir simulasi, yaitu sampai node yang bekerja sebanyak 50 buah, protokol routing AODV tetap tidak dapat menghasilkan nilai PDR diatas protokol routing lain.
75
Gambar 4.8 Grafik PDR Terhadap Mobilitas Node
4.2.2.2
Throughput Terhadap Mobilitas Node Pada pengamatan throughput dalam simulasi, dapat dilihat bahwa
pada awal percobaan saat node yang bekerja sejumlah 5 buah, protokol routing
OLSR
menghasilkan
nilai
throughput
yang
paling
kecil
dibandingkan dengan protokol routing yang lain dengan 382,978 kbps. Namun pada simulasi berikutnya, nilai throughput dari protokol routing AODV mengalami penurunan yang drastis dari 421,369 kbps pada simulasi pertama menjadi 194,442 kbps pada simulasi berikutnya. Secara keseluruhan, performa dari DSDV dengan OLSR tidak menunjukan
76
perbedaan yang signifikan, dan protokol routing AODV yang menghasilkan grafik performa yang paling buruk dibandingkan protokol routing lain.
Gambar 4.9 Grafik Throughput Terhadap Mobilitas Node
4.2.2.3 End-to-End Delay Terhadap Mobilitas Node Secara keseluruhan, rata-rata delay yang didapat oleh protokol routing DSDV lebih stabil dibandingkan dengan protokol routing yang lain, namun pada akhir percobaan, rata-rata delay yang dihasilkan DSDV mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari 0,7 detik pada percobaan ke-9 menjadi 1,8 detik pada percobaan ke-10. Protokol routing AODV cenderung mengalami delay yang tidak stabil, cepat mengalami perubahan dengan nilai yang signifikan. Pada percobaan dengan protokol routing
77
OLSR ditemui kekurangan dari aplikasi yang dibangun karena nilai dari delay tidak lagi dihasilkan saat node yang dijalanakan dalam simulasi mencapai 30 buah. Sehingga secara keseluruhan, penulis tidak dapat membandingkan performa routing protocol OLSR pada nilai ukur rata – rata delay dengan protokol routing yang lain.
Gambar 4.10 Grafik Average End-to-End Delay Terhadap Mobilitas Node
4.2.3 Analisis Skenario III Pada skenario kedua ini, seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, penulis melakukan pengujian untuk mengetahui apakah pergerakan dari node dapat mempengaruhi performa dari protokol routing yang akan diuji. Kali ini, node yang
78
melakukan pengiriman paket UDP tidak akan melakukan pergerakan dan hasil dari skenario ini akan dibandingkan dengan hasil pada skenario kedua.
4.2.3.1 PDR Terhadap Station Node Pada tiga simulasi awal, routing protocol AODV menunjukan penurunan nilai PDR yang cukup drastis dari 99,8% pada simulasi awal, menjadi 55,5% dan 18,46% pada simulasi kedua dan ketiga. Namun pada simulasi berikutnya, kinerjanya kembali stabil, walaupun masih tetap berada dibawah routing protocol yang lain. Performa routing protocol DSDV dan OLSR selama dilakukan simulasi tidak memiliki perbedaan yang cukup besar, dengan perbedaan tidak lebih dari 5% pada tiap simulasi.
Gambar 4.11 Grafik PDR Terhadap Station Node
79
4.2.3.2
Throughput Terhadap Station Node Seperti pada simulasi penghitungan PDR, protokol routing
AODV mengalami penurunan performa secara drastis dari simulasi pertama ke dua simulasi berikutnya. Jika pada simulasi pertama, AODV bisa menghasilkan throughput 421,2 kbps, pada simulasi kedua throughput yang dihasilkan adalah 235,66 kbps dan 79,28 kbps pada simulasi berikutnya. Performa protokol routing DSDV dan OLSR tidak memiliki perbedaan yang besar, namun dari awal hingga akhir percobaan, protokol routing DSDV menjadi protokol routing dengan performa terbaik.
Gambar 4.12 Grafik Throughput Terhadap Station Node
80
4.2.3.3
End-to-End Delay Terhadap Station Node Performa protokol routing DSDV dari awal percobaan hingga
akhir cenderung stabil. Nilai delay dari tiap simulasi tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan. Protokol routing AODV mengalami peningkatan delay yang sangat tinggi pada percobaan 6, dengan perubahan kurang lebih sebesar 1,3 detik dibandingkan percobaan sebelumnya. Pada percobaan ini juga ditemukan kekurangan pada aplikasi, karena mulai dari simulasi dengan jumlah node sejmlah 25 buah, protokol routing OLSR sudah tidak lagi menghasilkan nilai delay, sehingga penulis tidak dapat membandingkan performanya dengan protokol routing lain.
Gambar 4.13 Grafik Average End-to-End Delay Terhadap Station Node
81
4.2.4
Perbandingan Hasil pada Skenario II Dan III Berikut adalah perbandingan hasil PDR dan Throughput dari pada
Skenario II dengan Skenario III:
4.2.4.1
Perbandingan Protokol Routing AODV Berikut adalah perbandingan performa yang di tunjukkan oleh
protokol routing AODV pada percobaan di skenario II dan skenario III. Pada gambar dibawah, hasil dari skenario II ditunjukkan dengan grafik AODV-mobile dan skenario III ditunjukkan dengan grafik AODV-station. Hasil pada perbandingan digambar menunjukkan performa PDR di ke-2 skenario tidak mengalami perbedaan yang besar antara node mobile dengan node station.
Gambar 4.14 Perbandingan PDR AODV Mobile Dengan AODV Station
82
Gambar 4.15 Perbandingan Throughput AODV Mobile Dengan AODV Station
4.2.4.2
Perbandingan Protokol Routing OLSR Berikut merupakan perbandingan protokol routing OLSR pada
percobaan di skenario II dan skenario III. Pada gambar dibawah skenario II ditunjukkan dengan OLSR-mobile dan skenario III ditunjukkan dengan OLSR-station. Hasil pada perbandingan digambar menunjukkan performa PDR dan throughput di ke-2 skenario tidak mengalami perbedaan yang besar antara node mobile dengan node station.
83
Gambar 4.16 Perbandingan PDR OLSR Mobile Dengan OLSR Station
Gambar 4.17 Perbandingan Throughput OLSR Mobile Dengan OLSR Station
84
4.2.4.3
Perbandingan Protokol Routing DSDV Berikut merupakan perbandingan protokol routing DSDV pada
percobaan di skenario II dan skenario III. Pada gambar dibawah skenario II ditunjukkan dengan DSDV-mobile dan skenario III ditunjukkan dengan DSDV-station. Hasil pada perbandingan digambar menunjukkan performa PDR dan throughput di ke-2 skenario tidak mengalami perbedaan yang besar antara node mobile dengan node station.
Gambar 4.18 Perbandingan PDR DSDV Mobile Dengan DSDV Station
85
Gambar 4.19 Perbandingan Throughput DSDV Mobile Dengan DSDV Station