BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Uns ur-Uns ur Lalu Lintas Lalu lintas didalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, sedang yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung. Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelayakan dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan geometrik.
Gambar 2.1 Komponen Lalu Lintas 5
2.1.1. Manusia Manusia sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi atau pejalan kaki yang dalam keadaan normal mempunyai kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi, konsentrasi dan lain). Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Sedangkan pengguna jalan adalah orang yang menggunakan jalan untuk berlalu lintas. Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan fisik dan psikologi, umur serta jenis kelamin dan pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca, penerangan atau lampu jalan dan tata ruang. Defensive driving adalah prilaku mengemudi yang dapat membuat kita terhindar dari masalah, baik yang disebabkan oleh orang lain atau diri kita sendiri. Lebih merupakan pendekatan intelektual tentang bagaimana
cara
mengemudi dengan aman, benar, efisien dan bertanggung jawab. Safe driving rule mengatakan bahwa pengemudi harus memelihara jarak aman ketika beriringan dengan kendaraan di depannya. Jarak mengikuti yang aman antar kendaraan saat beriringan adalah 3 detik. Dengan asumsi bahwa manusia dalam bereaksi (human reaction time) membutuhkan waktu sekitar satu detik. Ditambah dengan waktu reaksi mekanis kendaraan (vehicle reaction time) saat sistem rem mulai bekerja saat pengereman dibutuhkan waktu sekitar 1 detik, ditambah safety factor satu detik. Jadi total waktu reaksi diperlukan paling tidak sekitar 3 detik.
6
2.1.2. Kendaraan Kendaraan atau angkutan adalah alat transportasi, baik yang digerakkan oleh mesin maupun oleh makhluk hidup. Kendaraan ini biasanya buatan manusia (mobil, motor, kereta, perahu, pesawat), tetapi ada yang bukan buatan manusia dan masih bisa disebut kendaraan, seperti gunung es, dan batang pohon yang mengambang. Kendaraan tidak bermotor dapat juga digerakkan oleh manusia atau ditarik oleh hewan, seperti gerobak. Definisi Kendaraan berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan adalah sebagai berikut:
Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.
Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.
Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan hewan.
Kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan orang dengan dipungut bayaran.
Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.
7
Definisi Kendaraan berdasarkan PP Nomor 44 Tahun 1993:
Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk
pengemudi,
baik
dengan
maupun tanpa perlengkapan
pengangkutan bagasi.
Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
Mobil barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.
Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor selain daripada kendaraan bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang,
yang
penggunaannya
untuk
keperluan
khusus
atau
mengangkut barang-barang khusus.
Semua jenis kendaraan dengan berbagai bentuk dan ukuran mempunyai blind spot. Semakin besar kendaraan, semakin besar blind spot areanya. Blind spots adalah area yang tidak terlihat oleh pengemudi baik secara langsung (terhalang) atau melalui kaca spion (keterbatasan bidang pandang kaca spion). Blind spots terjadi karena manusia hanya mampu melihat 90º tiap sisi dan keterbatasan sudut pandang kaca spion kendaraan tidak bisa diperbesar lagi.
8
Gambar 2.2 Blind Spot Area ( www.smartmotorist.com)
2.2
Jalan Menurut UU RI No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pasal 1 jalan adalah sebagai berikut:
Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
9
Gambar 2.3 Bagian-Bagian Potongan Jalan (http://wapedia.mobi/id/Lajur_lalu_lintas)
Ruang lalu lintas jalan adalah prasaran yang diperuntukkan ba gi gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung.
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
Bagian – bagian jalan meliputi: a. Ruang manfaat jalan adalah suatu ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi serta ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalulintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dengan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki.
10
Ambang pengaman jalan terletak dibagian yang paling luar dari ruang manfaat jalan dan dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan. b. Ruang milik jalan adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang. c. Ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas, dan tidak mengganggu fungsi jalan.
2.2.1. Jalur Lalu Lintas Jalur lalu lintas keseluruhan perkerasan jalan yang diperuntukan untuk lalu lintas kendaraan, bisanya ditandai dari bagian jalan yang diaspal atau dibeton pada jalan dengan perkerasan kaku atau rigid pavement. Jalur lalu lintas dikelompokkan atas jalur searah dan jalur dua arah baik yang tidak dipisahkan atau dipisahkan dengan median ataupun pemisah jalur. Selain itu pada jalan protokol sering juga ada jalur cepat dan jalur lambat, serta jalur untuk penggunaan khusus seperti jalur khusus bus yang di Jakarta disebut sebagai jalur bus Transjakarta, dan jalur sepeda motor.
11
2.2.2. Lajur Lalu Lintas Lajur lalu lintas adalah bagian dari jalur lalu lintas tempat lalu lintas bergerak, untuk satu kendaraan. Lajur yang sebelah kiri diperuntukkan untuk kendaraan yang berjalan dengan kecepatan rendah dan yang sebelah kanannya untuk kendaraan yang berjalan dengan kecepatan lebih tinggi. Selain itu juga terdapat lajur khusus bus yang secara khusus dipergunakan oleh bus baik secara paruh waktu maupun purna waktu yang dilengkapi dengan marka jalan lambang. Beberapa jenis lajur diantaranya:
Lajur tunggu adalah lajur khusus sebelum bukaan separator yang berfungsi sebagai tempat kendaraan menunggu sebelum melakukan perpindahan jalur.
Lajur percepatan adalah lajur khusus setelah bukaan separator yang berfungsi untuk menyesuaikan kecepatan kendaraan pada saat menggabung dengan lajur cepat atau lambat.
Lajur perlambatan adalah lajur untuk memperlambat kendaraan sebelum membelok kekiri atau membelok kekanan, biasanya diterapkan pada jalan dengan kecepatan rencana yang tinggi.
Taper adalah bagian dari lajur jalan yang menyerong yang berfungsi untuk mengarahkan lalu lintas pindah lajur.
Lajur Khusus Bus adalah lajur yang secara khusus dipergunakan oleh bus baik secara paruh waktu maupun purna waktu yang dilengkapi dengan marka jalan lambang.
12
Gambar 2.4 Lajur Lalu Lintas di Jakarta
2.2.3. Rambu Lalu Lintas Rambu lalu lintas adalah salah satu alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan di antaranya, yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan. Prinsip-prinsip bagi pemakai jalan apabila melihat rambu adalah:
Rambu-rambu harus terlihat dengan jelas kontras dengan latar belakangnya, tidak ada penghalang seperti tanaman atau rambu lain yang tumpang tindih, dipasang pada jarak yang memadai dan bersifat memantul apabila terkena sinar pada saat gelap. Berdasarkan prinsip di atas, rambu harus memnuhi kondisi sebagai berikut:
13
a. Harus cukup jauh di muka sehingga memungkinkan pengemudi memahami dan bereaksi sesuai arah rambu tersebut. b. Di lain pihak, rambu jangan dipasang terlalu jauh sehingga pengemudi lupa akan rambu tersebut. c. Akibatnya pada jalan dengan kecepatan tinggi seperti pada jalan bebas hambatan dibuat dua kali. Kategori utama dari rambu dapat diperhatikan sebaga i berikut : 1. Rambu peringatan yaitu rambu yang digunakan untuk mengidentifikasi gangguan nyata dan potensial yang bersifat permanen atau temporer seperti persimpangan jalan, belokan, bukit, anak-anak, pekerjaan jalan. Rambu rambu ini biasanya berbentuk segitiga sama kaki dengan puncaknya berada di atas.
Gambar 2.5 Rambu Peringatan (http://id.wikipedia.org/wiki/Rambu_lalu_lintas)
14
2. Rambu peraturan yaitu rambu yang menunjukkan peraturan perundangan yang mengatur pengontrolan jalan raya dan pengoperasian dengan memberikan perhatian pada persyaratan, larangan atau pembatasan. Terdapat dua kelompok utama, yaitu rambu perintah dan rambu larangan.
Rambu perintah yaitu rambu yang digunakan untuk menyatakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pemakai jalan, misalnya stop (berhenti), pelan-pelan tetap pada jalur kiri dan sebagainya. Rambu perintah wajib ditempatkan sedekat mungkin dengan titik kewajiban dimulai dan dapat dilengkapi dengan papan tambahan. Untuk memberikan
informasi pendahuluan pada pemakai jalan dapat
ditempatkan rambu lain pada jarak yang layak sebelum titik kewajiban.
Rambu larangan yaitu rambu yang digunakan untuk menyatakan batasan hal- hal yang tidak boleh dilakukan oleh pemakai jalan. Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin dengan titik larangan dimulai dan dapat dilengkapi dengan papan tambahan. Untuk memberikan informasi pendahuluan pada pemakai jalan dapat ditempatkan rambu lain pada jarak yang layak sebelum titik larangan mulai berlaku.
Gambar 2.6 Rambu Perintah (http://id.wikipedia.org/wiki/Rambu_lalu_lintas) 15
3. Rambu informasi adalah rambu yang memberikan petunjuk pada pemakai jalan mengenai arah, tempat dan informasi yang meliputi rambu pendahuluan, rambu jurusan (arah), rambu penegasan, rambu petunjuk batas wilayah dan rambu lain yang memberikan keterangan serta fasilitas yang bermanfaat bagi pemakai jalan. Rambu informasi digunakan untuk memberikan informasi mengenai jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain- lain bagi pemakai jalan.
Gambar 2.6 Rambu Informasi 4. Alat pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur lalu lintas orang dan atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan.
16
Gambar 2.8 Lampu Pengatur Lalu Lintas 5. Rambu sementara adalah rambu lalu- lintas jalan yang digunakan untuk pengaturan lalu- lintas dalam keadaan darurat, atau kegiatan tertentu antara lain kecelakaan lalu- lintas, kebakaran, banjir, penelitian lalu- lintas, uji coba pengaturan lalu- lintas pekerjaan jalan.
Gambar 2.9 Rambu Sementara
17
2.2.4
Marka Jalan Marka adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas. Fungsi
marka jalan adalah
untuk
mengatur
lalu
lintas aatau
memperingatkan atau menuntun pengguna jalan dalam berlalu lintas di jalan. Marka jalan mengandung pesan perintah, meringatan, maupun larangan. Marka membujur berupa: a) Garis utuh, berfungsi sebagai larangan bagi kendaraan untuk melintasi garis tersebut. b) Garis putus – putus, merupakan pembatas lajur yang berfungsi mengarahkan lalu lintas dan amemperingatkan akan ada marka membujur yang berupa garis utuh di depan. c) Garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan garis putus-putus, menyatakan bahwa kendaraan yang berada sisi garis utuh dilarang melintasi garis ganda tersebut, sedangkan kendaraan yang berada pada sisi garis putus-putus dapat melintasi garis ganda tersebut. d) Garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh, dinyatakan bahwa kendaraan dilarang melintasi garis ganda tersebut. Marka serong berupa garis utuh dilarang dilintasi kendaraan dan untuk menyatakan pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, pengarah lalu lintas dan pulau lalu lintas, sedang marka serong yang dibatasi dengan rangka garis utuh digunakan untuk menyatakan daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan 18
dan sebagai pembertahuan awal sudah mendekati pulau lalu lintas. Tetapi marka serong yang dibatasi dengan garis putus-putus digunakan untuk menyatakan kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut sampai mendapat kepastian selamat. Marka lambang berupa panah, segitiga atau tulisan d igunakan untuk mengulangi maksud dari rambu-rambu lalu lintas atau untuk memberi tahu pemakai jalan yang tidak dinyatakan dengan rambu lalu lintas. Marka lambang seperti dinyatakan di atas digunakan khusus untuk menyatakan pemberhentian mobil, bus untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, disamping itu pula menyatakan pemisahan arus lalu lintas sebelum mendekati persimpangan yang ada tanda lambangnya berbentuk panah. Marka lainnya diantaranya adalah marka untuk penyeberangan pejalan kaki yang dinyatakan dengan zebra cross yaitu marka berupa garis-garis utuh yang membujur tersusun melintang jalur lalu lintas dan marka berupa dua garis untuh melintang jalur lalu lintas sedang untuk menyatakan tempat penyebrangan sepdea dipergunakan dua garis putus-putus berbentuk bujur sangkar atau belah ketupat dan paku jalan yang memantulkan cahaya dapat disebut dengan marka lainnya. Fasilitas pendukung marka jalan dibagi tiga yaitu: a) Paku jalan (road studs) dapat dari logam plastik atau keramik. Paku jalan terutama digunakan sebagai tanda garis tengah jalan chevon, karena dapat menganggu kestabilan pengendara sepeda motor jika dipasang pada lokasi- lokasi yang lain maka paku jalan ini tidak boleh menonjol 15 milimeter di atas permukaan jalan apabila dilengkapi dengan reflector 19
maksimal tingginya adalah 40 milimeter di atas permukaan jalan. Alat pemantul (reflector) agar dapat terlihat pada malam hari. Paku jalan ini biasanya digunakan pada marka garis membujur sebagai batas pemisah lajur ataupun sebagai batas kiri dan kanan badan jalan. b) Delineator dibuat dari bahan plastik atau fiberglass, digunakan sebagai tanda pembatas tepi jalan biasanya berbentuk lempengan tiang-tiang dan mempergunakan cat berwarna merah atau putih yang memantulkan cahaya saat terkena lampu kendaraan di malam hari. c) Traffic cones merupakan alat pengendali lalu lintas yang bersifat sementara yang berbentuk kerucut berwarna merah dan dilengkapi dengan alat pemantul cahaya (reflector).
2.3
Kecelakaan Lalu Lintas Kecelakaan lalu- lintas merupakan suatu peristiwa yang tidak disangkasangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, yang mengakibatkan korban manusia (mengalami luka ringan, luka berat, dan meninggal) dan kerugian harta benda. Pengelompokan/tipologi
kecelakaan lalu
lintas
menurut proses
kejadiannya, yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kecelakaan kendaraan tunggal, yaitu peristiwa kecelakaan yang terdiri hanya satu kendaraan. b. Kecelakaan pejalan kaki, yaitu peristiwa kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki.
20
c. Kecelakaan membelok lebih dari dua kendaraan, yaitu peristiwa kecelakaan yang terjadi pada saat melakukan gerakan membelok dan melibatkan lebih dari sua kendaraan. d. Kecelakaan membelok dua kendaraan, yaitu peristiwa kecelakaan yang terjadi pada saat melakukan gerakan membelok dan melibatkan hanya dua buah kendaraan. e. Kecelakaan tanpa gerakan membelok, yaitu peristiwa kecelakaan yang terjadi pada saat berjalan lurus atau kecelakaan yang terjadi tanpa ada gerakan membelok. Kecelakaan lalu lintas digolongkan atas: a. Kecelakaan lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan atau barang. b. Kecelakaan
lalu
lintas
sedang
merupakan
kecelakaan
yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan atau barang. c. Kecelakaan lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat. Kriteria korban kecelakaan lalu lintas menurut Jasa Marga adalah: 1. Luka ringan adalah keadaan korban mengalami luka- luka yang tidak membahayakan jiwa dan atau tidak memerlukan pertolongan atau perawatan lebih lanjut di rumah sakit terdiri dari:
Luka kecil di daerah kecil dengan pendarahan sedikit dan penderita dalam keadaan sadar.
Luka baker dengan luasnya kurang dari 15%
21
Keseleo dari anggota badan yang ringan tanpa komplikasi.
Penderita-penderita di atas semuanya dalam keadaan sadar tidak pingsan atau muntah-muntah.
2. Luka berat adalah keadaan korban mengalami luka- luka yang dapat membahayakan jiwa dan memerlukan pertolongan/perawatan lebih lanj ut dengan segera di rumah sakit terdiri dari:
Luka yang menyebabkan keadaan penderita menurun, biasanya luka yang mengenai kepala dan batang kepala.
Luka baker yang luasnya meliputi 25% dengan luka baru.
Patah tulang anggota badan dengan komplikasi disertai rasa nyeri yang hebat dan pendarahan yang hebat.
Pendarahan hebat kurang lebih 500 cc.
Benturan/luka yang mengenai bdan penderita yang menyebabkan kerusakan alat organ tubuh bagian dalam, misalnya dada, perut, usus, kandung kemih, ginjal, limpa, hati, tulang belakang, dan batang kepala.
3. Meninggal adalah keadaan dimana penderita terdapat tanda-tanda kematian secara fisik. Korban meninggal adalah korban kecelakaan yang meninggal di lokasi kejadian, meninggal selama perjalanan ke rumah sakit, atau meninggal ketika dirawat di rumah sakit. Menurut UU RI No 22 Tahun 2009 korban kecelakaan lalu lintas berhak mendapatkan: a. Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan lalu lintas dan atau pemerintah.
22
b. Ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan lalu lintas. c. Santuan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi. Kejadian kecelakaan lalu- lintas sangat beragam baik dari proses kejadian maupun faktor penyebab. Menurut proses kejadiannya, kecelakaan lalu- lintas dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Kecelakaan tunggal yaitu peristiwa kecelakaan yang hanya melibatkan satu kendaraan.
Kecelakaan ganda yaitu peristiwa kecelakaan yang melibatkan dua kendaraan.
Kecelakaan beruntun atau karambol yaitu peristiwa kecelakaan yang melibatkan tiga kendaraan atau lebih. Daerah-daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka
kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi, kecelakaan tersebut dapat diidentifikasi pada lokasi- lokasi tertentu pada ruas jalan (blackspot) dan juga pada ruas jalan tertentu (blacksite) ataupun pada wilayah tertentu (blackarea). Kriteria umum yang dapat digunakan untuk menentukan blackspot dan blacksite (Dewanti, 1996): a. Blackspot. Jumlah kecelakaan selama periode tertentu melebihi suatu nilai tertentu, tingkat kecelakaan atau accident rate (per-kendaraan) untuk suatu periode tertentu melebihi suatu nilai tertentu, jumlah kecelakaan dan tingkat kecelakaan, keduanya melebihi nilai tertentu dan tingkat kecelakaan melebihi nilai kritis.
23
b. Blacksite. Jumlah kecelakaan melebihi suatu nilai tertentu, jumlah kecelakaan per-km melebihi suatu nilai tertentu, dan tingkat kecelakaan atau jumlah kendaraan per-kendaraan melebihi nilai tertentu. HOQUE (1978) dalam tesisnya mengunakan teknik statistik kontrol kualitas untuk memilih ruas jalan atau lokasi rawan kecelakaan (blackspot) dengan panjang dan volume yang berbeda. Pertama kali adalah menentukan harga rata-rata angka kecelakaan untuk sepanjang jalan, kemudian dihitung ambang atas dan ambang bawahnya. Ruas yang memiliki tingkat kecelakaan diatas ambang atas disebut out of control atau dengan kata lain adalah ruas jalan yang harus lebih diperhatikan dan memerlukan perhatian. Langkah awal dalam perhitungan ini yaitu dengan mencari nilai simpangan baku (S) dari jumlah kejadian perkecelakaan pada ruas jalan. Ukuran yang paling banyak digunakan adalah simpangan baku atau deviasi standar. Pangkat dua dari simpangan baku dinamakan varians (S 2 ). Jika mempunyai data berukuran N dengan data X1 , X2 , X3 ,..., Xn , maka statistik S2 dihitung dengan rumus:
n X 2 X
2
S 2
nn 1
S S2 Keterangan: S2 = Varians S = Simpangan baku n = Banyak data
24
Untuk mencari nilai z dapat digunakan rumus distribusi normal atau sering disebut Distribusi Gauss. Rumus yang digunakan adalah: z
Xi
Keterangan: Xi = Nilai kecelakaan terendah dan tertinggi
= Nilai rata-rata kecelakaan
= Nilai simpangan baku Untuk menentukan ruas jalan mana yang merupakan rawan kecelakaan (blackspot) terlebih dahulu ditentukan ambang batasnya, dengan menggunakan rumus:
Batas atas z
m
Batas bawah z
m
0.829 1 m 2m
0.829 1 m 2m
Keterangan:
= angka kecelakaan rata-rata m = panjang bagian dari ruas jalan dalam kilometer (1km) z = banyaknya simpangan baku pada tingkat kepercayaan 99% 0,829 adalah faktor koreksi untuk pendekatan normal
25
2.4
Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Faktor
penyebab
kecelakaan
lalu- lintas
secara
umum
dapat
dikelompokkan menjadi empat faktor utama yaitu: faktor manusia, faktor kendaraan, faktor jalan, dan faktor lingkungan.
2.4.1
Faktor Manusia Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam
kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Selain itu faktor penyebab kecelakaan oleh manusia di karenakan beberapa hal, diantaranya mengemudi dalam keadaan pengaruh alkohol dan narkoba, keadaan lelah, lengah akibat kegiatan lain, menjalankan kendaraan dengan kecepatan tinggi, kurang waspada, dan pada malam hari banyak terdapat lampu kendaraan lawan yang menyilaukan pandangan. Pada umumnya kecelakaan lalu- lintas dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor- faktor tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu : a. Keadaan Pengemudi 1. Keadaan tubuh Keadaan pengemudi yang memiliki kekurangan fisik dalampenglihatan, pendengaran, dan sebab lainnya merupakan salah satu penyebab kecelakaan karena mereka sukar untuk mengetahui keadaan jalan dengan sempurna. 2. Reaksi Kadang-kadang pengemudi harus menghadapi keadaan lalulintas pada waktu harus mengambil keputusan. Ini sangat penting karena pengemudi
26
lebih cepat mengambil keputusan atau bereaksi,
lebih kecil pula
kemungkinan terjadi suatu kecelakaan. 3. Kecakapan Pengemudi yang memiliki SIM belum tentu menjadi pengemudi yang baik karena selain lulus dari ujian orang harus mendapat cukup pengalaman yang akan memberikan cukup kecakapan dan pengetahuan tentang bagaimana cara membawa kendaraan dengan selamat dan tanpa melanggar peraturan lalu- lintas.Kecakapan ini sangat penting bagi pengemudi untuk menguasai kendaraan yang dikemudikannya. Walaupun demikian, tidak berartibahwa seseorang yang memiliki kecakapan tidak akan mendapat kecelakaan. 4. Gangguan terhadap perhatian Gangguan terhadap perhatian dapat menyebabkan kecelakaa n, karena disebabkan kelengahan yang berlangsung beberapa detik saja. Hal ini menyebabkan pengemudi tidak menguasai panca indera dan anggota badannya. Pengemudi dalam keadaan ini mudah mendapat kecelakaan. (H.S. Djayoeman, 1976) 5. Kriteria pengemudi sebagai penyebab kecelakaan : a. Pengemudi kurang antisipasi adalah pengemudi yang tidak mampu memperkirakan bahaya yang mungkin dapat terjadi sehubungan dengan kondisi kendaraan dan lingkungan (kendaraan lain). b) Pengemudi lengah adalah pengemudi yang melakukan kegiatan lain sambil mengemudi yang dapat mengakibatkan terganggunya konsentrasi pengemudi, misalnya: melihat ke samping, menyalakan api rokok, mengambil sesuatu atau berbincang - bincang dengan penumpang. 27
c. Pengemudi mengantuk adalah keadaan dimana pengemudi kehilangan daya reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat (tidur) dan atau sudah mengemudi lebih dari 5 jam tanpa istirahat. d. Pengemudi mabuk adalah keadaan dimana pengemudi hilang kesadaran karena pengaruh obat-obatan, alkohol atau narkotik. e. Jarak rapat adalah keadaan dimana pengemudi mengambil jarak dengan kendaraan di depan kurang dari jarak pandang henti (jarak yang diperlukan untuk menghentikan kendaraan dihitung mulai saat melihat sesuatu, bereaksi menginjak pedal rem sampai kendaraan berhenti) (Jasa Marga, 1997 : 3-4).
2.4.2
Faktor Kendaraan Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat
dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknisnya yang tidak layak jalan atau penggunaannya tidak sesuai dengan ketentuan.
Kondisi teknis yang tidak layan jalan misalnya: rem blong, kerusakan mesin, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, as atau kopel lepas, lampu mati khususnya dimalam hari, dan sebagainya.
Penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan antara lain bila tidak tertib muatan, dimuati secara berlebihan (overloaded)
Desain
Kendaraan
dapat
merupakan
faktor
penyebab
beratnya
kecelakaan, tombol- tombol di dashboard kendaraan dapat mencederai orang terdorong kedepan akibat benturan, kolom pengemudi dapat
28
menembus dada pengemudi pada saat tabrakan. Demikian juga desain bagian depan kendaraan dapat mencederai pejalan kaki yang terbentur oleh kendaraan. Perbaikan desain kendaraan terutama tergantung pada pembuat kendaraan, namun peraturan atau rekomendasi pemerintah dapat memberi pengaruh kepada perancang.
2.4.3
Faktor Jalan Faktor jalan sebagai penyebab kecelakaan pada ruas jalan umumnya
disebabkan oleh:
Kerusakan pada permukaan jalan ( misalnya terdapat lubang yang sulit dikenal oleh pengemudi)
Kontruksi jalan yang rusak atau tidak sempurna ( misalnya bila posisi permukaan bahu jalan terlalu rendah terhadap permukaan jalan).
Geometrik jalan yang kurang sempurna, misalnya derajat kemiringan (superelevasi) yang terlalu kecil atau terlalu besa r pada belokan, terlalu sempitnya
pandangan
bebas
bagi
pengemudi
dan
kurangnya
perlengkapan jalan.
2.4.4
Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang menjadi penyebab utama kecelakaan di
sepanjang ruas jalan antara lain disebabkan oleh hambatan samping, parking on street, kabut, asap tebal, penyebrangan, genangan air, material di jalan, banyak
29
kegiatan sosial ekonomi seperti pertokoan, pasar, dan rumah sakit, serta tidak tersedianya fasilitas penyebrangan dan trotoar atau pedestrian. Hambatan samping adalah interaksi antara lalu lintas dan kegiatan di samping jalan yang menyebabkan pengurangan terhadap arus jenuh di dalam pendekat. Di bawah ini adalah table untuk menentukan kelas hambata n samping untuk jalan perkotaan. Tabel 2.1 Jenis Hambatan Samping Kelas Hambatan Samping
Kode
Jumlah berbobot kejadian per 200 m per jam (dua sisi) < 100
Sangat rendah Rendah
VL L
100 – 299
Sedang
M
300 – 499 500 – 899
Tinggi H Sangat tinggi
2.5
>900 VH
Kondisi khusus
Daerah permukiman; jalan samping tersedia Daerah permukiman; beberapa angkutan umum dsb Daerah industri; beberapa toko sisi jalan Daerah komersial; aktivitas sisi jalan tinggi Daerah komersial; aktifitas pasar sisi jalan
Upaya-Upaya Penanggulangan Kecelakaan Mengingat kompleksnya permasalahan kecelakaan lalu- lintas maka jika ingin menanggulangi kecelakaan lalu- lintas secara komperhensif sehingga dapat mengantisipasi faktor- faktor kontributif terhadap masalah kecelakaan lalu- lintas secara tuntas, diperlukan suatu metode penanggulangan yang mencakup perekayasaan prasarana dan sarana lalu lintas (engineering), pembinaan unsur
30
pemakai jalan (education), serta rekayasa dalam bidang hukum atau pengaturannya termasuk penegakan hukumnya (enforcement). Metode penanggulangan kecelakaan pada dasarnya merupakan bagian dari sub sistem Manajemen Transportasi. Metode penanggulangan keselamatan tersebut secara garis besar meliputi : a. Metode
pre-emtif
(penangkalan),
diarahkan
untuk
mengeliminir
dampakdampak negatif yang mungkin akan timbul. b. Metode preventif (pencegahan), diarahkan untuk mengamankan kondisi yang potensial terhadap terjadinya kecelakaan. c. Metode represif (penanggulangan), berupa penindakan terhadap setiap bentuk pelanggaran kasus kecelakaan lalu- lintas. Metode- metode penanggulangan kecelakaan diatas dapat diuraikan sebagai berikut : a. Metode pre-emptif Metode pre-emptif sebagai upaya penangkal di dalam menanggulangi kecelakaan lalu- lintas, pada dasarnya meliputi perekayasaan berbagai bidang yang berkaitan dengan masalah transportasi, sehingga dapat mengeliminir secara dini dampak-dampak yang mungkin akan timbul. Metode pre-emptif dalam menanggulangi kecelakaan lalu- lintas dapat diterapkan melalui tindakan terpadu di dalam : 1. Perencanaan pengembangan kota, contoh : pengaturan pengembangan sepanjang sisi jalan.
31
2. Perencanaan tata guna lahan, contoh : tata guna lahan yang meminimumkan konfliks antara lalu- lintas dengan pejalan kaki dan mengurangi kebutuhan melakukan perjalanan. 3. Perencanaan pengembangan transportasi. 4. Perencanaan pengembangan angkutan umum yang meliputi : a. Perencanaan jenis, ukuran, kapasitas kendaraan bermotor yang sesuai dan serasi dengan tingkat kebutuhan masyarakat, kondisi daerahdaerah yang akan dilayani, jaringan jalan serta perencanaan proyeksi kebutuhan transportasi di masa mendatang. b. Perencanaan pengembangan angkutan umum yang berorientasi pada pemakaian ruas jalan dengan mempertimbangkan dampak sosial, dampak lingkungan dan tingkat keselamatannya. c. Perencanaan pengembangan industri kendaraan bermotor yang baik untuk menunjang perencanaan angkutan umum secara lebih efektif. 5. Pembudayaan disiplin berlalu- lintas. b. Metode preventif Metode preventif adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu- lintas, yang dalam bentuk konkritnya berupa kegiatan-kegiatan pengaturan lalu- lintas, penjagaan tempat-tempat rawan, patroli dan pengawalan. Mengingat bahwa kecelakaan lalu- lintas terjadi karena faktor manusia, kendaraan, jalan dan lingkungan secara simultan maka upaya- upaya
pencegahannyapun
dapat
ditujukan
kepada
pengaturan
komponen-komponen lalu- lintas serta sistem lalu- lintasnya. Secara garis besar upaya- upaya tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 32
1. Upaya pengaturan faktor jalan a. Karakteristik prasarana jalan akan mempengaruhi intensitas dan kualitas kecelakaan lalu- lintas, maka dalam pembangunan setiap jaringan jalan harus disesuaikan dengan pola tingkah laku dan kebiasaan pemakai jalannya. Dalam pengertian, jalan harus dirancang, dilengkapi, dipelihara serta dioperasionalkan secara terencana dan mengutamakan pemenuhan kebutuhan informasi pemakai jalan dalam rangka mengantisipasi dan pengambilan keputusan. Dengan demikian jalan harus dibangun sesuai dengan standar desain dan geometriknya. b. Lebar jalan yang cukup, permukaan yang aman dan nyaman, rancangan yang tepat untuk persimpangan dengan jarak pandang yang cukup aman, dilengkapi dengan rambu-rambu, marka jalan, dan tanda jalan yang cukup banyak dan cukup jelas dapat dilihat, lampu penerangan jalan yang baik serta koefisien gesek permukaan jalan yang sesuai dengan standar geometri. 2. Upaya pengaturan faktor kendaraan a. Faktor karakteristik kendaraan juga sering membawa dampak tingginya intensitas
dan
kualitas
tingginya
tingkat
kecelakaan.
Untuk
menanggulangi kecelakaan lalu- lintas, kendaraan harus dirancang, dilengkapi, dan dirawat sebaik-baiknya. Kecelakaan lalu- lintas dapat terhindar bila kondisi kendaraan prima, stabil, berfungsi dengan baik. Bodi tidak keropos serta cukup kuat melindungi penumpangnya. b. Pengujian
rutin
melalui
pengujian
dilaksanakan sebaik-baiknya. 33
berkala
kendaraan
harus
3. Upaya pengaturan faktor manusia a. Faktor pemakai jalan merupakan elemen yang paling kritis dalam sistem lalu- lintas karena keterampilan mereka sulit ditingkatkan dalam waktu yang singkat. Karakter dasar mereka yang sulit untuk dirubah, keterampilan mereka dalam mengantisipasi jarak, mengerem serta kebiasaan-kebiasaan lainnya dalam mengemudikan kendaraannya hanya dapat ditingkatkan melalui latihan secara konsisten. b. Metode yang harus diterapkan dalam meningkatan unjuk kerja pengemudi adalah dengan tes kesehatan fisik dan psikis, dengan pendidikan dan latihan serta ujian yang ketat, kampanye umum dan pengawasan terhadap setiap pelanggaran melalui hukum yang ketat pula. Tes kesehatan dan psikis harus diterapkan untuk meyakinkan calon pengemudi tersebut benar-benar telah memenuhi persyaratan dasar yang menyangkut penglihatan, pendengaran serta kondisi psikis. c. Pendidikan dan latihan harus mencakup pula pelajaran tentang sopan santun berlalu- lintas. Pendidikan dan latihan perlu dilaksanakan sedini mungkin dari TK diteruskan secara konsisten pada tingkat SD, SMP, SMA serta melalui kelompok-kelompok ekstrakulikuler. d. Informasi tentang situasi lalu- lintas serta kampanye keselamatan lalulintas melalui bentuk-bentuk kegiatan olah raga, penerbitan brosurbrosur secara berkala maupun melalui media massa. e. Pengawasan, penegakaan hukum dan pemberian sanksi hukuman harus terus diterapkan seefektif mungkin agar para pemakai jalan selalu menaati peraturan. 34
4. Upaya pengaturan lingkungan a. Komunikasi, peningkatan prasarana komunikasi sehingga mungkin dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan dan transportasi secara umum. Peningkatan pajak kendaraan, retribusi parker mungkin akan dapat mengurangi beroperasinya kendaraan pribadi dan akan memakai sarana transportasi umum. b. Kecelakaan lalu- lintas dapat ditekan bila tata guna tanah dikontrol dan dikendalikan
dengan
memperpendek
jarak
perjalanan
sert
mempromosikan sarana transportasi umum yang aman dan mengurangi titik konflik pada persimpangan sebidang. c. Pembangunan daerah pemukiman yang dilengkapi dengan segala sarana dan prasarana akan dapat mengurangi perjalana perorangan sehingga akan mengurangi kecelakaan lalu- lintas. 5. Upaya pengaturan sistem lalu- lintas Sistem
lalu- lintas
yang
diatur
di
dalam
peraturan
perundangundangan lalu- lintas yang disertai dengan penegakan hukum jelas dapat menekan intensitas dan kualitas kecelakaan lalu- lintas. Tujuan dibuatnya peraturan lalu- lintas adalah untuk kepentingan pengendalian umum kepada pemakai jalan, kendaraan dan prasarana jalan serta interaksinya di dalam sistem lalu- lintas sebagaimana yang diatur di dalam UU Nomor 14 / 1992 antara lain adalah masalah prasarana kendaraan, pengemudi dan pejalan kaki serta tata cara berlalu- lintas. Keseluruhan peraturan tersebut harus rasional, dalam arti harus dilengkapi dengan
35
fasilitasnya terlebih dahulu, dikondisikan masyarakat pemakai jalan baru diawasi dan ditegakkan melalui penegakkan hukum bagi pelanggarnya. 6. Upaya pengaturan pertolongan pertama pada gawat darurat Masalah pelayanan gawat darurat, misal : keterlambatan datang ke tempat kejadian kecelakaan lalu- lintas ataupun jeleknya pelayanan, seringkali membawa dampak tingginya angka fatalitas. Peningkatan pelayanan gawat darurat melalui penataan organisasi, penyediaan fasilitas, kemudahan kontak serta tersedianya tenaga para medis sebagai awak ambulan akan sangat berperan dalam upaya penanggulangan kecelakaan lalu- lintas. c. Metode represif Metode represif pada hakekatnya dalam rangka melindungi kecelakaan lalu- lintas merupakan upaya akhir yang biasanya disertai dengan upaya penerapan paksa. Tindakan represif dilakukan terhadap setiap jenis pelanggaran lalu- lintas atau dalam bentuk pelanggaran kasus kecelakaa n lalu- lintas. Penegakan hukum lalu- lintas sebagai bentuk kegiatan metode represif dilakukan terhadap setiap pemakai jalan yang melanggar hukum lalu- lintas dan angkutan jalan, apabila dengan tindakan edukatif yang dilakukan dengan metode preempetif dan preventif tidak dapat menangulangi masalahnya. Penegakan hukum yang dilakukan secara efektif dan intensif, pada hakeketnya bukan sematamata ditujukan untuk memberikan pelajaran secara paksa atau untuk menghukum kepada setiap pelanggar yang tertindak, namun juga dimaksudkan untuk menimbulkan kejeraan bagi yang bersangkutan agar tidak mengulangi perbuatannya lagi. Dengan demikian setiap penindakan represif 36
juga mengandung unsur preventif. Sehubungan dengan metode represif ini, perlu disadari bersama bahwa keberhasilan upaya penanggulangan keselamatan lalu- lintas melalui penindakan tidak dapat bertumpu hanya pada keaktifan aparat penegak hukum saja, melainkan harus diperhatikan pula faktor- faktor lainnya seperti pemakai jalan yang disiplin dan mentaati semua peraturan yang berlaku yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penegak hukum. Karena disamping faktor kualitas para aparatnya, penegakan hukum hanya akan efektif bila didukung oleh faktor- faktor lainnya, seperti perlengkapan sarana untuk menegakkan hukum, efektifitas hukumnya sendiri serta tingkat kesadaran masyarakat (Soemarsono, 1994).
37