4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tekanan Darah Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. 5 Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dalam sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah.6 Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan keseluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil hingga berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah yang sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah yang tidak beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan dipompa kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi.7 Jantung berdetak lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa menuju jantung melalui arteri. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung berdetak memompa darah, ini disebut tekanan sistolik. Tekanan darah menurun saat jantung relaks diantara dua denyut nadi, ini disebut tekanan diastolik. Nomor atas 120 menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistol. Nomor bawah 80 menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring.6
5
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda, yaitu paling tinggi di pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.8 Kenaikan tekanan arteri pada usia tua biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosklerosis. Pada penyakit ini, tekanan arteri yang terutama meningkat; pada kira-kira sepersepuluh dari semua orang tua akhirnya meinngkat di atas 200mmHg.9 Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal. Jika melebihi nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Sebaliknya, jika kurang dari nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah rendah (hipotensi).7
2.2 Standar Tekanan Darah Normal Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55–60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau menurun drastis.10 Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam keadaan normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. 9 Pada pasien penderita diabetes melitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan.9
6
2.2.1 Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa > 18 Tahun menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High blood Pressure / JNC VII Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa > 18 tahun Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure / JNC VII. Tekanan Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
< 120
< 80
Prehipertensi
120-139
80-89
Derajat 1 (Ringan)
140-159
90-99
Derajat 2 (Berat)
>160
>100
Kategori
Hipertensi
2.3 Teknik dan Metode Pengukuran Tekanan Darah Untuk mengukur tekanan darah pada manusia, diperlukan berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mendapatkan bacaan tekanan darah. Secara umum ada 2 metode atau teknik yang digunakan untuk mendapatkan bacaan tekanan darah, yaitu metode palpasi atau rabaan, dan metode auskultasi dengan menggunakan berbagai macam alat dan teknik pengukuran sesuai dengan keragaman jenis alat yang digunakan.11
2.3.1 Metode Palpasi Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran menentukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan yang di ukur dengan metode auskultasi.6 Korotkoff adalah bunyi yang berdetak yang menunjukkan nilai tekanan darah sistolik. Bunyi korotkoff terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus
7
terdengar dari arteri brachialis sampai tekanan di dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang. 6 Metode palpasi adalah dengan meraba denyut radialis ketika memompa manset selama pengukuran tekanan darah. Bila tekanan manset diturunkan, bunyi Korotkoff kadang-kadang menghilang pada tekanan di atas tekanan diastolik, kemudian muncul lagi pada tekanan yang lebih rendah (celah auskultasi). Bila manset dimulai untuk dipompa sampai denyut radialis menghilang, pemeriksa dapat yakin bahwa tekanan manset di atas tekanan sistolik, dan nilai tekanan rendah palsu dapat dihindari.6
Gambar 1. pengukuran tekanan darah metode palpasi (perabaan denyut nadi)
2.3.2 Metode Auskultasi Metode auskultasi telah menjadi andalan pengukuran tekanan darah klinis selama ini tetapi secara bertahap digantikan oleh teknik lain yang lebih cocok untuk pengukuran pengukuran secara otomatis.6
8
Gambar 2. pengukuran tekanan darah metode auskultasi
2.4 Faktor Pengaruh Perubahan Tekanan Darah Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah pada manusia, baik itu faktor eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan tekanan darah pada subjek ataupun dapat menyebabkan kesalahan pembacaan tekanan darah, maupun faktor internal yang berasal dari dalam tubuh subjek tersebut. 11
2.4.1 Faktor Internal a. Usia Penuaan dikaitkan dengan kurangnya adaptasi ke posisi berdiri dan resiko yang lebih besar dari vegal sinkop. Karena variabilitas tekanan darah meningkat dengan tingkat tekanan darah, ‘’fisiologis’’ usia terkait peningkatan tekanan darah mungkin menjadi faktor yang membingungkan dalam penentuan umum efek pada tekanan darah. Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tekanan darah bayi berkisar antara 65-115/42-80 mmHg, tekanan darah normal anak usia 7 tahun adalah 87-117/48-64 mmHg. Kisaran normal anak yang berusia 19 tahun, 90 persennya adalah 124-136/77-84 mmHg untuk anak laki-laki dan 124-127/63-74 mmHg untuk anak perempuan. Tekanan darah dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia. Standar normal untuk remaja yang tinggi dan di usia baya adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah sistolik lansia biasanya meningkat sejajar dengan bertambahnya usia, sedangkan tekanan darah sistolik meningkat biasanya hanya sampai usia 50-an kemudian menurun sehingga pada waktu itu, rumus tekanan darah adalah usia ditambah 100. Jadi apabila orang berumur 60 tahun maka tekanan darah sisitolik 160 mmHg dianggap normal. Kardiovaskular pada lansia, terjadi penebalan katup jantung dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resisitensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat
9
aktifitas fisik, emosi, dan stress, dan turun selama. Lansia yang terlalu lama berbaring dapat mengalami penurunan tekanan darah secara mendadak pada saat ia berdiri dan berjalan. Orang berusia lanjut, tekanan darah saat duduk sangat berbeda dengan saat berdiri. Oleh karena itu, pengukuran tekanan darah perlu dilakukan dalam posisi berdiri dan juga pada beberapa keadaan.6,11,13 b. Jenis Kelamin Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada laki-laki atau perempuan. Wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada pria yang berusia sama, hal ini cenderung akibat variasi hormon. Setelah menopause, wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih tinggi dari sebelumnya.11 c. Stres Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatis, yang meningkatkat frekuensi darah,curah jantung dan tahanan vaskuler perifer.11 d. Medikasi Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi tekanan darah, seperti diuretik dan vasodilator. Golongan lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah analgesik narkotik, yang dapat menurunkan tekanan darah.11
2.4.2 Faktor Eksternal a. Pengaruh Posisi Tubuh Pengukuran tekanan darah paling sering dibuat baik dalam duduk atau posisi terlentang, namun 2 posisi tersebut memberikan pengukuran yang berbeda. Sudah diterima secara luas bahwa tekanan diastolik diukur saat duduk lebih tinggi dari ketika diukur terlentang (dengan perbedaan ≥ 5 mmHg), meskipun ada yang kurang bersepakat tentang perbedaan pada tekanan sistolik. Ketika posisi lengan secara cermat disesuaikan sehingga manset berada pada selevel atrium kanan di kedua posisi, tekanan sistolik telah dilaporkan menjadi 8 mm Hg lebih tinggi pada terlentang daripada posisi tegak.8,11 Pertimbangan lainnya termasuk posisi punggung dan kaki. Jika punggung tidak didukung (seperti ketika pasien duduk di kursi pemeriksaan), tekanan diastolik dapat
10
meningkat hingga 6 mm Hg. Menyilangkan kaki dapat meningkatkan tekanan sistolik sekitar 2 sampai 8 mmHg. Dalam posisi terlentang, atrium kanan berada pada sekitar setengah antara tempat tidur dan sternum, dengan demikian, jika lengan sedang beristirahat di tempat tidur, maka posisinya akan berada di bawah permukaan jantung. Untuk alasan ini, ketika pengukuran dilakukan dalam posisi terlentang lengan harus didukung dengan bantal. Dalam posisi duduk, tingkat atrium kanan adalah titik tengah sternum atau ruang intercostal IV. Posisi tubuh mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah karena terkait dengan perbedaan gravitasi dan jumlah otot yang berkontraksi. 11,13 b.
Pengaruh Posisi Lengan
Posisi lengan dapat memiliki pengaruh besar ketika tekanan darah diukur, jika lengan atas berada di bawah tingkat atrium kanan (ketika lengan menggantung ke bawah sementara dalam posisi duduk), pembacaan akan terlalu tinggi. Demikian pula, jika lengan berada di atas tingkat jantung, pembacaan akan terlalu rendah. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh efek dari tekanan hidrostatik dan mungkin perbedaannya 10 mmHg atau lebih, atau 2 mmHg untuk setiap inci di atas atau di bawah tingkat jantung.11 Faktor fisiologis lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah selama proses pengukuran termasuk ketegangan otot. Jika lengan diangkat sendiri oleh pasien (bukan diangkat oleh peneliti), latihan isometrik akan meningkatkan tekanan.11 c. Penempatan Manset dan Stetoskop Penempatan manset harus didahului dengan pemilihan ukuran manset yang tepat untuk lingkar lengan subjek. Peneliti harus terlebih dahulu melakukan palpasi arteri brakialis di fosa antekubital dan menempatkan garis tengah bagian tengah manset (biasanya ditandai pada manset oleh produsen) sehingga berada di atas pulsasi arteri di atas lengan pasien.11 Lengan tidak boleh dilipat sedemikian rupa sehingga memiliki efek tourniquet di atas manset tekanan darah. Ujung bawah manset harus 2 sampai 3 cm di atas fossa antecubital untuk memungkinkan ruang untuk penempatan stetoskop.Namun, jika manset yang melingkupi ruang tersebut memiliki panjang bladder yang tidak cukup
11
mengelilingi lengan (setidaknya 80%), manset yang lebih besar harus digunakan, dengan pertimbangan bahwa jika manset menyentuh stetoskop, kebisingan artifaktual akan terjadi.11 Manset kemudian ditarik pas di sekitar lengan atas yang tidak tertutup. Baik peneliti maupun pasien tidak boleh berbicara selama pengukuran. Tahap 1 (sistolik) dan tahap 5 (diastolik) suara Korotkoff adalah yang terbaik digunakan untuk mendengar bel / bunyi denyut dari stetoskop di atas arteri brakialis yang teraba di fosa antekubital, meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ada sedikit perbedaan bila menggunakan bel atau diafragma.11 Kunci untuk pengukuran yang baik adalah penggunaan stetoskop berkualitas tinggi dengan tabung pendek, karena model murah mungkin memiliki sifat transmisi suara yang kurang baik yang diperlukan untuk pengukuran auscultatory secara akurat.11 d. Peneliti Peneliti adalah komponen yang paling penting dari pengukuran tekanan darah yang akurat. Untuk pengukuran tekanan darah yang akurat, peneliti harus:11 1) Secara benar terlatih dalam teknik pengukuran tekanan darah 2) Menggunakan perangkat akurat dan terawat dengan baik 3) Mengenali faktor subjek, seperti kecemasan dan penggunaan nikotin terakhir, yang akan mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah 4) Posisikan subjek dengan tepat 5) Pilih manset yang benar dan posisi dengan benar, dan 6) Melakukan pengukuran dengan menggunakan metode oscillometric auskultasi atau otomatis dan merekam nilai yang diperoleh secara akurat. e. Jumlah Pengukuran Hal ini juga diakui bahwa kekuatan prediksi dari pengukuran beberapa tekanan darah jauh lebih besar daripada pembacaan tunggal. Salah satu keuntungan potensial melengkapi bacaan auscultatory dengan pembacaan yang diambil oleh sebuah perangkat otomatis adalah kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak bacaan.11
12
Ketika serangkaian pembacaan diambil, yang pertama biasanya yang tertinggi. Minimal 2 pembacaan harus dilakukan dengan interval minimal 1 menit, dan rata-rata dari bacaan tersebut harus digunakan untuk mewakili tekanan darah pasien. Jika ada perbedaan > 5 mmHg antara pembacaan pertama dan kedua, tambahan (1 atau 2) pembacaan harus diperoleh, dan kemudian rata-rata dari beberapa bacaan tersebut yang digunakan. 11 f. Tekanan panas Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah.8
2.4
Odontektomi
2.5.1 Klasifikasi Odontektomi Menurut Pell and Gregory, yang meliputi sebagian klasifikasi dari George B. Winter, diketahui bahwa klasifikasi pada molar tiga mandibula terpendam, agar operator dapat menentukan klasifikasi suatu gigi molar tiga mandibula terpendam
dilakukan dengan bantuan Ro-foto dan
posisi
gigi
terpendam itu di tulang rahang. Ro-foto yang diperlukan disini adalah intra oral radiograf, lateraljaw radiograf, bite wing radiograf, dan oklusal radiografi.14,15
2.5.1.1 Hubungan Gigi dengan Tepi Ramus Antara Mandibula dan Tepi Distal Molar Dua.16 a. Klas I: Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal molar dua untuk lebar mesio distal molar tiga. b. Klas II: Ruangan antara distal molar dua dan ramus lebih kecil dari pada lebar mesio distal molar tiga. c. Klas III: Sebagian besar atau seluruh molar tiga terletak di dalam ramus.
13
2.5.1.2 Dalamnya Molar Tiga Terpendam di Tulang Rahang.16 Posisi A : Bagian tertinggi gigi terpendam teletak setinggi atau lebih tinggi daripada dataran oklusal gigi yang normal.16 Posisi B : Bagian tertinggi dari pada gigi berada di bawah dataran oklusal tapi lebih tinggi dari pada serviks molar dua (gigi tetangga).16 Posisi C : Bagian tertinggi dari gigi terpendam berada dibawah garis serviks gigi molar dua.16`
2.5.2 Indikasi dan kontraindikasi Indikasi: 1. Pembentukan kista 2. Adanya gejala inflamasi 3. Mengalami karies 4. Ada gejala akan menimbulkan karies pada gigi tetangga 5. Menimbulkan gejala neuralgiadisebabkan tekanan gigi pada syaraf Kontraindikasi: 1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut. 2. Kemungkinan menyebabkan gigi terdekat rusak atau stuktur penting lainnya. Tindakan odontektomi beresiko tinggi untuk merusak jaringan dengan membuka flep dan juga merusak tulang yang menghalangi akses terhadap gigi yang impaksi. Apabila dikhawatirkan kerusakan yang akan diakibatkan
oleh
tindakan odontektomi tidak sebanding dengan manfaat yang didapatkan, maka sebaiknya odontektomi tidak dilakukan (mempertimbangkan resiko manfaat). 3. Pada pasien yang berusia lanjut, tulang yang menutupi gigi impaksi akan sangat termineralisasi dan padat sehingga akan menyulitkan dilakukan odontektomi. Selain itu perlu diperhatikan juga keadaan umum pasien yang mungkin akan menghambat keberhasilan penyembuhan setelah dilakukannya odontektomi. 4. Pada pasien dengan kesehatan umum yang terganggu misalnya mengidap penyakit sistemik maka diperlukan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter yang bersangkutan sebelum melakukan tindakan bedah. Sedangkan untuk
14
pasien dengan keadaan mental yang terganggu dapat mengganggu tingkat kooperatif pasien selama melakukan tindakan pembedahan.
2.5.3 Prosedur Odontektomi Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang pada kisaran waktu yang diperkirakan. Suatu gigi mengalami impaksi akibat gigi tetangga, lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal dan menghambat erupsi. Karena gigi impaksi tidak erupsi, maka akan tertahan seumur hidup pasien kecuali dilakukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Namun, harus diingat bahwa tidak semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan mengalami impaksi. Jadi, diagnosis impaksi membutuhkan pemahaman tentang kronologi erupsi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi potensi erupsi.18 Umumnya, suatu gigi mengalami impaksi akibat panjang lengkung gigi yang kurang adekuat dan ruangan erupsi lebih kecil dibandingkan dengan panjang total lengkung gigi. Gigigeligi yang seringkali mengalami impaksi adalah gigi molar tiga rahang atas dan bawah, gigi kaninus rahang atas dan premolar rahang bawah. Gigi molar tiga paling sering mengalami impaksi karena merupakan gigi yang paling terakhir erupsi, ruangan
erupsi
yang
dibutuhkannya
kurang
adekuat. Sejumlah
penelitian
mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi potensierupsi gigi molar tiga. Menurut SOP odontektomi 2 beberapa penelitian longitudinal, gigi yang terlihat mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki kesempatan sebesar 30-50% untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun. Dalam serangkaian penelitian di Swedia, prevalensi impaksi ditemukan sebesar 45,8% .
2.5.3.1 Cara Pengambilan a. Pengambilan secara intoto (dalam keadaan utuh) Dengan cara membuang tulang yang menghalangi dan cara ini membutuhkan pengambilan tulang yang lebih banyak dan menimbulkan trauma yang lebih besar, tetapi pengebor tulang lebih mudah dari pada pengebor gigi.15 b. Pengambilan secara inseparasi
15
gigi yang terpendam dibelah dan dikeluarkan sebagian-sebagian. Disini kita akan menseparasir gigi, kita pisahkan korona dari akar, kalau akar lebih dari satu maka dipisahkan dan akar yang telah dipisah tersebut diambil satu persatu. Tujuannya memperkecil pengeboran tulang.15
2.6 Lidokain Lidokain (Xylocaine/Lignocaine) adalah obat anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Lidokain disintesa sebagai anestesi lokal amida oleh Lofgren pada tahun 1943. Ia menimbulkan hambatan hantaran yang lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan oleh prokain. Tidak seperti prokain, lidokain lebih efektif digunakan secara topikal dan merupakan obat anti disritmik jantung dengan efektifitas yang tinggi. Untuk alasan ini, lidokain merupakan standar pembanding semua obat anestesi lokal yang lain. Tiap mL mengandung: 2 – (Dietilamino) – N – (2,6 – dimetil fenil) asetamida hidroklorida.
Gambar 3. Struktur lidokain 2.6.1 Farmakokinetik Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapat melewati sawar darah otak. Sekitar 70% (55-95%) lidokain dalam plasma terikat protein, hampir semuanya dengan alfa 1 – acid glycoprotein. Distribusi berlangsung cepat, volume distribusi adalah 1 liter per kilogram; volume ini menurun pada pasien gagal jantung. Tidak ada lidokain yang diekskresi secara utuh dalam urin.
16
2.6.2 Farmakodinamik Selain menghalangi hantaran sistem saraf tepi, lidokain juga mempunyai efek penting pada sistem saraf pusat, ganglia otonom, sambungan saraf-otot dan semua jenis serabut otot.