BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Identifikasi
Pada tahun 1883 Alphonse Bertillon, dokter berkebangsaan Prancis, menemukan sistem identifikasi yang tergantung kepada karakter yang tetap dari bagian tubuh tertentu. Ia menemukan bahwa pengukuran berubah sesuai dengan karakteristik dan dimensi dari struktur tulangnya. Bertillon menyimpulkan bahwa apabila seseorang dapat dikenali melalui ciri khususnya. Metode ini menjadi amat terkenal sejak metode dan digunakan oleh polisi Perancis untuk mengidentifikasi kriminal dan terbukti dengan dapat ditemukannya sejumlah besar pelaku kriminal (Amir, 2008). Seiring perkembangan , autopsi Forensik dilakukan tidak hanya dilakukan terhadap tubuh yang masih utuh saja, karena tidak semua mayat ditemukan dalam kondisi utuh. Seringkali mayat yang ditemukan sudah dalam keadaan terpotong potong dan rusak. Dalam keadaan tubuh tidak lagi sempurna teori atau rumus yang menyatakan hubungan tentang tulang-tulang tertentu dengan tinggi badan merupakan acuan yang tidak lagi dapat dipungkiri (Amir, 2008). Dalam
memperkirakan
tinggi
badan
seseorang
harus
diperhatikan
pembentukan tinggi badan dimulai sejak masih dalam kandungan dan akan terus bertambah ukurannya hingga sekitar usia 22 tahun (Patel, 2008), dan akan berkurang seiring dengan pertambahan usia. Sehingga setelah usia tersebut pertumbuhan tinggi badan tidaklah terlalu signifikan. Pertumbuhan maksimal dari tinggi badan adalah usia 21-25 tahun, dimana pertambahan tinggi badan akan terjadi setiap hari, setelah usia 25 tahun tinggi badan mengalami pengurangan sekitar 1 milimeter pertahun ( Snell, 1997). Pada keadaan tubuh tidak lagi utuh pengukuran tinggi badan secara kasar dapat diperkirakan melalui:
Universitas Sumatera Utara
1. Jarak dari vertex ke simfisis pubis dikali 2 atau panjang dari simfisis pubis sampai ke salah satu tumit, dengan posisi tumit diregangkan. 2. Mengukur panjang salah satu lengan dari salah satu ujung jari tengah, sampai ke akromion di klavikula dan dikali dua lalu ditambah 34 cm 3. Panjang femur dikali 2 4. Panjang humerus dikali 6 Apabila pengukuran hanya menggunakan tulang dalam keadaan kering maka umumnya terjadi pemendekan sebanyak 2 milimeter, dan apabila tulang dalam keadaan segar maka lakukan penambahan 2,5 sampai 4 cm untuk mengganti jarak antara sambungan sendi sendi (Devison,2009). Penentuan tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki sebenarnya telah diteliti oleh beberapa ahli antropologi Forensik, tetapi seringkali tidak dapat diterapkan di Indonesia karena terdapat perbedaan tinggi badan orang Indonesia dengan orang Eropa dan India.
2.1.1. Rumus Patel dan Shah Penelitian dilakukan tahun 2007 di Gujarat, India. Tabel 2.1 Rumus tinggi badan menurut Patel (Patel,2008).
Formula Regresi
Pria
Wanita
TB= 75.45 + 3,64*PK
TB= 75,41 + 3,43*PK
Dimana TB adalah tinggi badan PK adalah Panjang Telapak Kaki
2.1.2. Rumus Davis Penelitian ini dilakukan terhadap orang Amerika dan Afrika tahun 1990. Tabel 2.2 Tabel perkiraan tinggi badan menurut Davis (Davis, 1990). Afrikan Pria
Kaukasian Wanita
Pria
Wanita
Universitas Sumatera Utara
Kanan 2,78x+100,35
3,56x+74,75
4,38x+56,85
4,29x+60,98
3,43x+78,07
4,28x+61,32
Kiri 2,89x+97,30
4,23x+61,06
Dengan X adalah panjang telapak kaki 2.2.
Antropometri Antropometri berasal dari kata Antropos yang berarti orang dan Metron yang
berarti ukuran. Jadi antropometri merupakan pengukuran terhadap manusia. Johan Sigmund Elsholtz pada tahun 1954 adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah antropometri dalam pengertian sesungguhnya, pada saat itu ia menciptakan alat ukur anthropometron. Alat inilah yang merupakan cikal bakal dari alat antropometer yang kita kenal sekarang ini (Glika,1990). Pada abad ke 19, penelitian di bidang antropometri mulai berkembang dari perhitungan yang sederhana menjadi lebih rumit, dengan perhitungan indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk menghitung bentuk dengan menggunakan keterkaitan antar titik pengukuran. Perkembangan penghitungan indeks berdampak dengan ditemukannya banyak variasi cara dan klasifikasi, tetapi tidak ada standarisasi (Glinka, 2008). Upaya standarisasi mulai dilakukan pada pertengahan abad 19, yang berdasarkan studi Paul Broca sejak tahun 1870-an dan disempurnakan melalui kongres ahli antropologi Jerman di Frankfurt tahun 1882. Dalam kongres ini ditetapkan garis dasar posisi kepala atau kranium yaitu Frankfurt Horizontal Plane atau Dataran Frankfurt (Glinka, 2008). Dataran Frankfurt, merupakan bidang horizontal yang sejajar dengan dasar kranium melalui titik paling bawah pada satu lekuk mata dan titik paling atas pada lubang telinga luar atau tragion. Dataran ini merupakan patokan penilaian dan pengukuran, baik pengukuran tinggi badan maupun pengukuran sudut (Glinka, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Dataran Frankfurt. (http://jprosthodont.com/articles/2005/5/4/image.jpg). Rudolf Martin dalam bukunya “Lehrbuch der Anthropologie” pada tahun 1941 menjelaskan mengenai titik anatomis yang dipergunakan dan jarak antara titiktitik antropometris ini menjadi ukuran antropometris, yang dilambangkan dengan simbol kedua titik ujung, misalnya v untuk vertex (Glinka, 2008).
Gambar 2.2 Titik anatomis menurut Martin. (http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/images/ency/fullsite/1070.jpg). 2.3
Struktur Tinggi Tubuh Manusia Struktur tubuh manusia terdiri atas berbagai organ yang tersusun sedemikian
rupa satu sama lain sehingga membentuk tubuh seutuhnya, dan kerangka adalah struktur keras pembentuk tinggi badan (Snell, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Posisi anatomis dalam pengukuran tinggi badan. (http://www.phenxtoolkit.org/toolkit.content/web/anthropometrics/heightexibit2.jpg). Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh dan hubungan bagianbagiannya satu sama lain. Pada posisi anatomi, semua gambaran tubuh manusia didasarkan pada anggapan bahwa orang berdiri secara tegak lurus dengan ekstremitas atas disamping tubuh , telapak tangan dan wajah menghadap kedepan (Snell, 1997). Sistem rangka terdiri atas gabungan tulang tulang yang saling terkait satu dengan lainnya sehingga membentuk tinggi tubuh manusia. Tinggi badan manusia diukur dengan satuan centimeter (cm) dan didasari formula perkiraan tinggi badan yang sudah ada, alat ukur yang digunakan umumnya dapat berupa antropometer, ataupun alat ukur lainnya seperti vernier kaliper/ jangka sorong (Glinka, 2008).
Gambar 2.4 Pengukuran menurut Bertillons. ( http://www.uh.edu/engines/Bertillons_signalement_anthropometrique.jpg).
Universitas Sumatera Utara
Tinggi badan diukur pada saat berdiri tegak lurus dalam posisi anatomi, dimana kepala berasa dalam posisi sejajar dengan dataran Frankfurt. Tinggi badan merupakan hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang secara pararel yang membentuk poros tubuh atau body axis. Tinggi badan diukur dari titik tertinggi pada kepala (cranium) yang disebut vertex, ke titik yang paling rendah dari tumit yang merupakan bagian terendah dari tulang kalkaneus (Glinka, 2008).
2.4
Pertumbuhan Tulang Kerangka memiliki banyak fungsi dalam tubuh manusia; agar dapat berdiri
tegak, memberi bentuk tubuh, dan melindungi orang viseral. Pada orang dewasa terdapat 206 tulang yang membentuk rangka, dan pada anak anak terdapat 300 tulang. Pada saat pertumbuhan, terjadi penyatuan beberapa tulang sehingga jumlahnya menjadi berkurang (Snell, 1997). Tulang terdiri atas sel-sel, serabut, matriks, serta memiliki pembuluh darah yang membawa oksigen dan zat makanan, serta keluar membawa sisa makanan. Struktur tulang terdiri atas diafisis, metafisis, dan epifisis. Pertumbuhan memanjang tulang panjang terjadi di bidang epifiseal yang terletak diantara metafisis dan epifisis. Metafisis adalah bagian diafisis yang berbatasan dengan lempeng epifisial, sementara diafisis adalah tempat pertumbuhan tulangyang terdapat pada batang tulang. Pada tulang panjang, ekstremitas terjadi osifikasi endokondral yang lambat, tidak lengkap, dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 18-20 tahun (Snell, 1997). Pada trimester terakhir kehamilan,terdapat 800 pusat osifikasi, tetapi seiring perkembangan anak ketika lahir jumlah pusat osifikasi menurun menjadi 450. Pusat osifikasi primer muncul sebelum lahir sementara pusat osifikasi sekunder muncul setelah lahir (Snell,2008). Anak laki laki mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan wanita pada sejak usia 12 tahun, sehingga kebanyakan pria lebih tinggi daripada wanita dimasa remaja. Pusat kalsifikasi pada tulang terdapat pada bagian ujung tulang yaitu epifiseal
Universitas Sumatera Utara
line, yang akan berakhir seiring pertambahan usia. Pada setiap tulang, penutupan epifiseal line rata rata sampai usia 21 tahun (Snell, 1997). Seluruh permukaan tulang kecuali bagian yang akan menjadi tempat persendian, diliputi oleh jaringan fibrosa yang tebal yaitu periosteum. Periosteum banyak mengandung pembuluh darah, dan sel pada bagian permukaannya lebih bersifat osteogenik. Periosteum berhubungan erat dengan tempat perlekatan otot, tendon, dan ligamentum pada tulang (Snell, 1997). Tabel 2.3
Derajat epiphyseal line union (Glinka, 1990).
Jenis Tulang
Usia (tahun)
Jenis Tulang
Usia (Tahun)
Head of Femur
16-19
Acromion
17-19
Greater trochanter
19-19
Distal femur
17-20
Lesser trochanter
16-19
Proximal tibia
17-19
Head of humerus
16-23
Proximal fibula
16-21
Distal humerus
13-16
Distal tibia
16-19
Medial epicondyle
16-17
Distal fibula
16-19
Proximal radius
14-17
Metatarsals
15-17
Proximal ulna
14-17
Iliac crest
18-22
Distal radius
18-21
Primary element pelvic
14-16
Distal ulna
18-21
Sternal clavicle
23-28
metacarpals
14-17
Acromial clavicle
18-21
2.5
Anatomi Kaki Kaki manusia merupakan struktur mekanis yang kuat dan kompleks, kaki
terdiri dari 26 tulang, 33 sendi yang mana 20 dari sendi ini artikulasinya aktif, serta terdiri atas ratusan otot, tendon, dan ligamen. Kaki manusia dapat di bagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu hindfoot( kaki belakang), midfoot(kaki tengah), dan forefoot(kaki depan) (Snell, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Hindfoot dimulai dari tallus atau tulang pergelangan kaki, dan calcaneus atau tulang tumit. Dua tulang panjang dari tungkai bawah terhubung dengan bagian atas dari tallus, dan dibentuk oleh sendi subtalar, sementaea calcaneus yang merupakan tulang terbesar di kaki di posisikan oleh lapisan lemak di bagian inferior kaki (Klenerman,1976). Sementara di midfoot terdapat lima buah tulang yang irreguler, yaitu tulang kuboid, navikular, dan tiga tulang kuniform yang membentuk lengkungan pada kaki yang mana berfungsi sebagai penahan terhadap syok. Midfoot dihubungkan dengan bagian hindfoot dan forefoot oleh fasia plantaris (Klenerman, 1976). Forefoot dibentuk oleh kelima jari jari kaki bagian proksimalnya berhubungn dengan lima tulang panjang yang membentuk metatarsal dan setial metatarsal bersendi dengan phalank. Setiap jari kaki memiliki tiga phalank kecuali jempol kaki yang hanya memiliki dua phalank. Sendi yang menghubungkan antar phalank disebut sendi interphalangeal. Dan yang menghubungkan antara metatarsal dan phalank disebut sendi metatarsophalangeal (Klenerman, 1976).
Gambar 2.5
Tulang pada telapak kaki.
(http://www.podcare.com/images/Foot-Anatomy.jpg).
Universitas Sumatera Utara
2.5.1. Kelainan pada Telapak Kaki Kelainan bentuk pada telapak kaki bisa berupa kelainan kongenital, akibat penyakit sistemik, atau akibat kecelakaan yang menyebabkan terjadinya deformitas. Terdapat banyak jenis kelainan pada telapak kaki. Talipes planovalgus disebabkan bagian midfoot kaki menyentuh permukaan tanah atau disebut dengan kaki yang rata. Pada umur pertama pada bayi hal ini masih dianggap normal dan memiliki plantarfleksi yang maksimal. Tetapi jika hal ini ditemukan pada orang dewasa terdapat kelainan pembentukan arkus medialis, yang seharusnya terbentuk pada tahun ketiga ketika bayi (Klenerman, 1976).
Gambar 2.6
Kelainan pada telapak kaki.
(http://www.img.tfd.com/dorland/thumbs/talipes.jpg). Pada talipes cavovarus, bagian forefoot teradduksi ke bagian tengah dan bagian metatarsal teradduksi relatif dan midfoot hanya terlihat sedikit menaik jika dilihat pada anteroposterior. Pada kondisi kelainan otot betis juga dapat menyebabkan kelainan bentuk telapak kaki, misalnya talipes equinovalgus dimana bagian tumit terlihat sangat kecil dan bagian forefoot teradduksi ke medial sehingga penampakannya seperti berjinjit. Umunya kelainan ini dijumpai saat kelahiran atau justru ketika terdapat kelainan dan anak tidak bisa berjalan normal (Klenerman, 1976).
Universitas Sumatera Utara
2.6
Kelainan pada Tulang Kelainan pada tulang dapat mempengaruhi tinggi badan seseorang. Kelainan
bisa terjadi sejak masih dalam kandungan ataupun karena faktor penyakit yang diperoleh setelah dilahirkan maupun setelah dewasa. Sehingga kita mengenal kategori tinggi badan manusia (Snell, 1997). Gigantisme disebabkan karena kelainan hormon pertumbuhan yang dapat mengakibatkan pertumbuhan tulang terjadi dengan sangat cepat. Sebaliknya, kekurangan hormon dalam jumlah besar menyebabkan terjadinya penutupan lempeng epifiseal terlalu cepat sehingga tulang tidak bertambah panjang lagi akibatnya ukuran tinggi badan menjadi sangat pendek (Snell,1997). Selain itu faktor faktor yang dapat mempengaruhi tinggi badan manusia adalah derajat deformitas, terutama apabila seseorang mengalami patah tulang hebat sehingga mempengaruhi tinggi badan. Penyakit Riketsia juga mempengaruhi tinggi badan, pada penyakit ini terjadi gangguan mineralisasi pada tulang sehingga terjadi pertumbuhan tulang rawan berlebihan dan pelebaran lempeng epifiseal sehingga menyebabkan pembengkokkan tulang panjang ekstremitas bawah dan deformitas pelvis akibat jeleknya mineralisasi dan lunaknya matriks osteoid, serta tekanan dari berat badan (Devison, 2008). Usia juga
berpengaruh dalam penentuan tinggi badan, diantaranya
osteoporosis, skoliosis, dan lordosis yang diakibatkan oleh penurunan fungsi metabolik tubuh, gangguan gizi, endokrin, yang akan mempengaruhi struktur tulang (Snell, 1997).
Tabel 2.4 Klasifikasi tinggi badan menurut Martin Knusmann (Glinka, 1990). Pria (dalam cm)
Wanita (dalam cm)
Kerdil
x-129.9
x-120,9
Sangat Pendek
130,0-149,9
121,0-139,9
Pendek
150,0-159,9
140,0-148,9
Universitas Sumatera Utara
Di bawah sedang
160,0-163,9
149,0-152,9
Sedang
164,0-166,9
153,0-155,9
Di atas sedang
167,0-169,9
156,0-167,9
Tinggi
170,0-179,9
168,0-186,9
Sangat tinggi
180,0-199,0
168,0-186,9
Raksasa
200-x
187,0-x
Tabel 2.5 Klasifikasi Tinggi Badan lainnya menurut Martin Knusmann (Glinka, 1990). Pria (dalam cm)
Wanita (dalam cm)
Nanosomi
x-134
x-122
Hyposomi
135-150
123-136
Normosomi
151-188
137-178
Hypersomi
189-x
179-x
Universitas Sumatera Utara