19
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Cetak Bahan cetak merupakan salah satu bahan yang sering digunakan di kedokteran gigi untuk pembuatan inlay dan prothesa seperti gigi tiruan lepasan bridge, crown, atau untuk pesawat ortodontik dimana proses pembuatannya memerlukan suatu model tiruan dari struktur gigi dan rongga mulut yang dapat diperoleh melalui pencetakan.6 Bahan cetak yang digunakan untuk mendapatkan cetakan terdiri dari dua jenis yaitu bahan cetak non elastis dan elastis. Impression compound, impression wax, plaster of paris dan zinc oxide eugenol merupakan bahan cetak non elastis manakala hydrocolloid impression material dan elastomer impression material adalah termasuk dalam golongan bahan cetak elastis. Contoh dari golongan hydrocolloid material adalah alginate sedangkan silikon, polieter dan polisulfid merupakan contoh dari elastomer impression material.21,22 2.1.1 Karakteristik Bahan Cetak Bahan cetak yang digunakan harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu : (1) mempunyai bau, rasa dan warna yang menyenangkan, (2) tidak mempunyai zat-zat yang bersifat toksik atau iritan, (3) waktu penyimpanan yang lama, (4) harga sesuai dengan kualitas hasil cetakan yang diperoleh, (5) teknik pemanipulasian yang mudah, (6) waktu setting yang sesuai dengan kebutuhan klinis, (7) tekstur dan konsistensi yang sesuai, (8) mudah membasahi struktur rongga mulut, (9) bersifat elastis dan tanpa deformasi permanen setelah menerima strain,
20
(10) cukup kuat supaya tidak koyak atau pecah apabila cetakan dikeluarkan dari mulut, (11) mempunyai stabilitas dimensi yang tidak berubah karena pengaruh temperatur atau kelembaban udara dalam waktu yang mencukupi untuk terbentuknya hasil cetakan, (12) ada kompatibilitas dengan bahan cast atau die, (13) keakuratan dalam penggunaan klinis, (14) dapat didesinfeksi tanpa mengubah keakuratan, dan (15) tidak menghasilkan gas atau bahan sampingan sewaktu setting.1 2.1.2 Pengertian Bahan Cetak Elastomer Bahan cetak elastomer adalah bahan cetak dengan ikatan silang polimer yang bersifat elastis apabila diberikan gaya tekanan atau tarikan dan dapat kembali ke bentuk asal apabila gaya tersebut dihilangkan.21 Terdapat empat jenis bahan cetak elastomer yaitu polisulfid, polieter, silikon adisi dan silikon kondensasi.1,3,7,22 Bahan cetak polisulfid diperkenalkan pada tahun 1950, silikon kondensasi digunakan secara meluas oleh dokter gigi pada tahun 1955, polieter pada tahun 1965 dan terakhir adalah silikon adisi pada tahun 1975.1 Bahan cetak ini dibagi lagi kepada empat tipe mengikut viskositasnya yaitu light, medium, heavy dan putty.1, 2.1.3 Sifat Bahan Cetak Elastomer Bahan cetak elastomer ini pada umumnya bersifat hidrofobik yaitu tidak basah dengan sempurna apabila terkena air. Berbeda dengan bahan cetak hidrokoloid, bahan cetak elastomer tidak akan dipengaruhi oleh syneresis (kehilangan air) atau swelling (pengembangan). Bahan cetak polieter paling bersifat hidrofilik diantara bahan cetak elastomer yang lain dan sebagian bahan cetak silikon adisi mengandung surfaktan supaya lebih bersifat hidrofilik.3 Sifat elastisiti bahan cetak elastomer akan bertambah baik dengan peningkatan waktu pengerasan (curing time) di dalam mulut. Dalam arti kata lain, semakin lama bahan cetak berada dalam mulut, semakin berkurang untuk terjadinya distorsi semasa melepaskan cetakan dari sendok cetak. Bahan cetak polivinil siloksan merupakan
21
bahan cetak elastomer yang paling elastis di antara bahan cetak yang ada pada hari ini.21 Mengikut spesifikasi yang dikeluarkan oleh American Dental Association (ADA), melalui perbandingan sifat sitotoksisitas antara bahan cetak elastomer ditemukan bahwa polisulfid menunjukkan nilai sitotoksisitas yang paling kecil sedangkan polieter menunjukkan nilai sitotoksisitas yang paling tinggi. Sifat toksisitas bahan ini mungkin terjadi sewaktu bahan cetak masuk ke dalam sulkus gingiva pasien. Bahan cetak yang masuk ini bersifat asing pada tubuh sehingga dapat menyebabkan inflamasi gingiva.21 Bahan cetak elastomer dapat mengalami perubahan stabilitas dimensi apabila tidak dilakukan pengisian gips stone dengan segera.3 Stabilitas dimensi ialah kemampuan bahan cetak untuk mengekalkan keakuratan hasil cetakan tanpa mengalami perubahan dimensi. Ada lima sumber utama perubahan dimensi pada bahan cetak elastomer yaitu:6,21 1. Pengerutan sewaktu polimerisasi (polymerisation shrinkage). 2. Kehilangan by-product berupa air atau alcohol selama reaksi kondensasi. 3. Kontraksi oleh perubahan panas (thermal contraction) dari temperatur mulut ke temperatur ruang. 4. Imbibisi bila terkena air, desinfektan atau kelembaban lingkungan yang lebih tinggi dari suatu periode waktu tertentu dan 5. Recovery yang tidak sempurna dari deformasi dikarenakan perilaku viskoelastic.
22
Tabel 1. Perbandingan sifat-sifat bahan cetak elastomer.4,19 Sifat
Silikon adisi
Polieter
Silikon
Polisulfid
kondensasi Waktu kerja (menit)
2-4
3
2,5-4
4-7
Waktu setting
4-6,5
6
6-8
7-10
Persentase kontraksi
0,14-0,17
0,19-0,24
0.38-0,60
0,40-0,45
Elastisiti
Sangat tinggi
Tinggi
Tinggi
Sederhana
Fleksibiliti
Rendah-
Rendah-
Sederhana
Tinggi
sederhana
sederhana
1500-4300
1800-4800
2300-2600
2500-7000
Flow dibawah
Sangat
Sangat
Rendah
Sederhana-
tekanan yang kecil
rendah
rendah
Wettability
Baik-sangat
Sangat baik
Tidak baik
Sederhana
Ada
Tidak
Tidak
Tidak
baik
baik
baik
Baik
(dalam 24jam)
Kekuatan menahan koyak (N/m)
tinggi
baik Produksi gas hidrogen selepas setting Detail reproduksi
23
2.2 Polivinil Siloksan Polivinil siloksan atau turut dikenal sebagai bahan cetak elastomer silikon adisi adalah bahan cetak yang dikembangkan sebagai alternatif kepada bahan cetak polisulfid dan silikon kondensasi. Dalam proses polimerisasi terjadi pembentukan ikatan silang dengan kumpulan vinil menghasilkan rubber silicon yang stabil. Bahan cetak silikon adisi tidak menghasilkan bahan samping (by-product) yang dapat menguap dan menyebabkan shrinkage seperti pada bahan cetak silikon kondensasi.1,3 Bahan cetak polivinil siloksan mempunyai nilai perubahan stabilitas dimensi yang paling kecil (0.05%) berbanding bahan cetak elastomer yang lain dan juga bahan cetak hidrokoloid. Sebagian bahan cetak silikon adisi memproduksi gas hidrogen yang terhasil dari reaksi sekunder. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa produsen memasukkan unsur paladium untuk menghalang pelepasan gas hidrogen.3 2.2.1 Komposisi Polivinil Siloksan Bahan cetak elastomer polivinil siloksan terdiri dari dua pasta yaitu base dan katalis (accelerator). Setiap pasta mengandung likuid silikon prepolimer dan filler. Filler yang digunakan adalah amourphous silica atau flurokarbon berfungsi menambah ukuran dan memperbaiki sifat pasta. Pasta katalis mengandung polidimetil siloksan dengan gugus terminal vinyl dan juga asam kloroplatinik (chloroplatinic acid) sebagai katalis sedangkan pasta base mengandung polimetil hidrogen siloksan. Dalam polivinil siloksan juga ditambahkan surfaktan sebagai agen hidrofilik serta agen pewarna untuk membedakan pasta base dan katalis.1,2.11 Bahan cetak polivinil siloksan tersedia dalam empat viskositas tergantung pada jumlah bahan filler yang terkandung dalam bahan cetak tersebut.22 Kedua-dua pasta ini dicampur dalam jumlah yang sama sehingga terjadi reaksi adisi diantara gugusan vinil dengan hidrogen tanpa menghasilkan bahan samping (byproduct). Reaksi setting adalah seperti berikut: 11 Hidrogen mengandung siloksan + vinil terminal siloksan + asam kloroplatinik karet silikon (silikon rubber).
24
CH3 Si
CH3 H
+
CH2 = CH
CH3
Si
+ H2PtCl6
CH3
CH3 Si
CH3 CH2
CH3
CH2
Si
CH3
Polivinil siloksan Gambar 1. Pembentukan ikatan silang polivinil siloksan dengan katalis asam kloroplatinik Gugusan vinil siloksan bersifat difungsional sedangkan hidrogen yang mengandung siloksan bersifat multifungsional. Oleh karena tidak ada byproduct (air atau etanol) yang menguap sewaktu proses polimerisasi ini, perubahan dimensi yang terjadi adalah minimal. Peningkatan temperatur akan memperpanjang proses reaksi dan memperpendek waktu setting. Hampir semua bahan cetak silikon adisi mempunyai surfaktan dan bersifat hidrofilik dengan membentuk sudut kontak 200 hingga 400.11 2.2.2 Stabilitas Dimensi Bahan Cetak Polivinil Siloksan Keakurasian hasil cetakan tergantung pada stabilitas dimensinya. Semua bahan cetak elastomer akan mengalami sedikit kontraksi sewaktu polimerisasi karena adanya reduksi volume spatial apabila terjadi ikatan-silang. Bahan cetak seperti polieter bersifat kurang hidrofobik dan dapat menyerap atau kehilangan air apabila diletakkan di lingkungan lembab atau lingkungan dengan temperatur yang sentiasa berubah-ubah.2
25
Menurut Chee dan Donovan yang dikutip oleh Michael (1998), bahan cetak polivinil siloksan mempunyai stabilitas dimensi yang paling baik diantara bahan cetak elastomer lain. Pengerutan (shrinkage) yang terjadi adalah disebabkan proses polimerisasi yang terus berlangsung setelah 3 menit cetakan dikeluarkan dari rongga mulut.2 Kestabilan dimensi yang diperlihatkan dari bahan cetak polieter dan polivinil siloksan membenarkan hasil cetakan dari bahan ini tidak perlu langsung diisi dengan gips stone. Hal ini karena bahan cetak polivinil siloksan tidak rentan terhadap perubahan kelembaban lingkungan. Selain itu, bahan ini juga tidak mengalami reaksi khemis tambahan atau menghasilkan bahan samping. Die stone yang diperoleh dari pengecoran semula hasil cetakan polivinil siloksan tujuh hari kemudian menunjukkan keakurasian yang sama seperti die stone dengan pengecoran pertama.20,22 Koefisien linier kontraksi termal adalah relatif tinggi bagi semua bahan cetak elastomer. Apabila bahan cetak dikeluarkan dari mulut, terjadi pengerutan (shrinkage) pada hasil cetakan disebabkan penurunan temperatur dari temperatur tubuh manusia ke temperatur lingkungan. Bahan cetak dengan viskositas rendah memperlihatkan perubahan dimensi yang paling besar (0,02%-0,05%) karena kandungan bahan filler yang kurang.2 2.2.3 Penggunaan Polivinil Siloksan dalam Kedokteran Gigi Bahan cetak elastomer silikon adisi polivinil siloksan dipergunakan di kedokteran gigi untuk pengambilan cetakan fixed dan removable partial denture seperti crown atau bridge dikarenakan sifat keakuratannya, stabilitas dimensi dan pemanipulasian yang relatif mudah.2,3,6 Bahan cetak silikon adisi menunjukkan peningkatan keakurasian dibandingkan dengan silikon kondesasi. Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi polimerisasi yang mengeliminasi by-product yaitu alkohol yang menyebabkan shrinkage.6 Bahan cetak silikon adisi juga mempunyai sifat elastisiti yang baik dan menunjukkan pengerutan (shrinkage) yang sangat rendah selama penyimpanan. Pada tahun 2002, Thongthammachat dkk, membandingkan ketepatan hasil cetakan diantara
26
bahan cetak elastomer polieter dan silikon adisi yang menunjukkan bahwa bahan cetak silikon adisi lebih baik dalam kestabilan dimensinya dari pada bahan cetak elastomer polieter.6 Oleh sebab itu, bahan cetak silikon adisi turut digunakan pada kasus dimana hasil cetakan tidak boleh langsung dicor setelah pencetakan.22
Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan menggunakan bahan cetak polivinil siloksan. Keuntungan
Kerugian
Hasil cetakan akurat, shrinkage kecil
Hidrofobik (perlu ditambah surfaktan)
Detail permukaan yang baik
setting dihambat oleh bahan astrigen (sulfur, heavy metal)
Sangat elastic
Harga mahal
Stabilitas dimensi yang baik
Mengeluarkan hidrogen menyebabkan permukaan cetakan bergelembung.
Non-toksik dan non-iritan
2.3 Bahan Desinfektan Hasil cetakan yang terkontaminasi darah dan saliva dapat menjadi satu sumber penyebaran infeksi silang. Hal ini karena cetakan yang terkontaminasi darah dan saliva ini mengandung virus dan bakteri patogen. Walaupun kebanyakan agen infeksi seperti virus HIV (human immunodeficiency virus) tidak dapat bertahan lama di luar tubuh manusia, namun terdapat juga agen infeksi yang dapat bertahan lama di luar tubuh manusia selama beberapa hari seperti virus hepatitis. Mikroorganisme patogen yang dapat bertahan ini dapat berpindah kepada model sewaktu pengisian gypsum ke cetakan. Oleh itu, desinfeksi cetakan telah menjadi satu hal yang rutin dilakukan untuk menghindarkan infeksi silang.3,5 Desinfeksi
adalah
suatu
proses
menghilangkan
sebagian
atau
seluruh
mikroorganisme patogen tetapi tidak membunuh semua bentuk mikroba seperti bakteri endospora. Bahan yang mempunyai kemampuan melakukan desinfeksi
27
disebut desinfektan.23 Setelah cetakan dikeluarkan dari mulut pasien,cetakan harus dibilas dengan air untuk menghilangkan debris, darah, saliva dan juga kotoran lain. Kemudian bahan desinfektan disemprot ke permukaan cetakan atau cetakan direndam dalam bahan desinfektan tersebut. Untuk bahan cetakan yang mudah mengalami distorsi,metode penyemprotan lebih dianjurkan. Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan menggunakan metode ini antaranya adalah yang pertama, bahan desinfektan yang disemprot mengeluarkan partikel-partikel khemis ke udara yang dapat diinhalasi oleh dokter gigi, asisten ataupun pasien. Kedua, bahan desinfektan tidak mengenai seluruh permukaan cetakan apabila cetakan itu mempuyai daerahdaerah undercut. Hal sebaliknya terjadi jika desinfeksi dilakukan dengan metode perendaman dimana hasil cetakan dapat mengembang sehingga tidak akurat lagi. Hal in terjadi karena cetakan cenderung menyerap air apabila direndam dalam air (imbibisi).3 Setiap bahan cetak berbeda karena komposisinya yang berbeda. Oleh itu setiap bahan cetak ini memerlukan larutan desinfektan dan prosedurnya tersendiri mengikut kesesuaian. Ada beberapa jenis cairan yang dapat dipakai sebagai bahan desinfektan dalam bentuk semprot maupun cairan rendam seperti,3.6 a. Chlorine solution, cenderung berbahaya untuk kulit,mata dan lain sebagainya,dapat
memutihkan
pakaian,mempunyai
bau
yang
kurang
menyenangkan dan sangat korosif terhadap logam. b. Aldehyde solution, mempunyai bau yang mencekik dan iritasi terhadap kulit dan mata.Produk-produk komersial biasanya dibuat dari cairan berbasis glutaraldehyde daripada cairan berbasis formaldehyde. Glutaraldehyde 2% merupakan desinfektan pilihan. c. Iodine solution atau iodophors 1% d. Phenols Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektifnya perendaman di dalam larutan desinfektan dalam membunuh kuman. Faktor-faktor ini antaranya adalah: 23 1. Tipe mikroorganisme yang hendak didesinfeksi. 2. Konsentrasi mikrorganisme yang mengkontaminasi.
28
3. Konsentrasi desinfektan. 4. Lamanya perendaman dalam larutan desinfektan. 5. Jumlah bioburden atau eksudat mengkontaminasi. Efek desinfektan pada keakurasian dan stabilitas dimensi bahan cetak masih dipelajari secara meluas. Pedoman pemakaian bahan desinfektan yang sesuai mengikut bahan cetak dapat dilihat pada tabel berikut:3,21 Tabel 3. Pedoman memilih bahan desinfektan mengikut kesesuaian bahan cetak.3,21 Bahan cetak
Desinfektan Dianjurkan
Alginate & agar
1:10 sodium hypochlorite,1: 213
hidrokoloid
iodophors
Polisulfid
1:10 sodium hypochlorite,1:213
Waktu perendaman 10-30 menit
10-30 menit
iodophors,glutaraldehydes,complex phenolics Silikon (adisi dan
1:10 sodium hypochlorite,1:213
kondensasi)
iodophors,glutaraldehydes,complex
10-30 menit
phenolics Polieter
1:10 sodium hypochlorite,1:213
<10 menit atau
iodophors,glutaraldehydes,complex semprot phenolics Compound
1:10 hypochlorite,1:213 iodophors
10-30 menit
Zinc oxide eugenol
1:213 iodophors,glutaraldehydes
10-30 menit
2.4 Tanaman Herbal Sejak dahulu kala, tumbuhan herbal telah menjadi salah satu sumber pengobatan bagi manusia. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh WHO (world health organization) dianggarkan lebih dari 3.5 milyar orang di negara membangun yang mengandalkan tumbuhan herbal sebagai sumber obat mereka. Menurut Srivasta et al
29
terdapat lebih dari 20,000 tumbuhan yang mempunyai nilai pengobatan dan masih banyak tumbuhan yang belum dikaji potensinya. Antara tumbuhan herba yang digunakan untuk mengobati sakit dalam kehidupan sehari-hari antaranya adalah tanaman mimba.24 Mimba (Azadirachta indica) adalah tumbuhan yang berasal dari India. Di India umumnya dikenali sebagai ‘Indian Lilac’ atau ‘Margosa’ yang termasuk familia Meliaceae.24 Tanaman mimba disebut juga omnipotent plant artinya tanaman dengan berbagai potensi pengobatan.15 Semua bagian dari pohon mimba seperti batang, daun, bunga, biji dapat dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan.16,19 Dari penelitian yang dilakukan Koona dkk (2011) menemukan bahwa senyawa kimia yang terdapat dalam daun dan batang
mimba yaitu azadirachtin, tannin, triterpenoids, carotenoids,
valavinoids dan ketones bersifat antibakteri.24
30
A H H H H H H H H H H H B C H H H Gambar 2. Tanaman Mimba H H (A.Pohon Mimba, B. Bubuk Mimba, C. Daun Mimba) H H Pada umumnya kegunaan mimba dapat dibedakan menjadi tiga fungsi utama H yaitu: manfaat mimbaHsebagai obat tradisional, mimba sebagai bahan pestisida alami, H dan mimba untuk bahan industri. Sampai saat ini, yang telah dimanfaatkan di H Indonesia adalah mimba sebagai bahan pestisida alami, sementara penggunaan H mimba untuk obat tradisional dan bahan baku masih terbatas.25 Menurut pengamatan H Soegihardjo tanaman Hmimba ada di jual di beberapa apoteker di Yogyakarta.15 H H H H H H H H H H
31
Kegunaan daun mimba berdasarkan sifat-sifatnya adalah seperti: 1. Efek antiinflamasi, antipiretik dan analgesik15,17 Mimba mengandung nimbidinin, senyawa kimia yang dapat menghambat fungsi makrofag dan neutrofil yang terlibat dalam proses inflamasi.15,20 2. Efek imunostimulan15,17 Efek immunostimulan dapat diperoleh dari ekstrak daun dan minyak mimba.Mimba meningkatkan fungsi limfosit dan cell-mediated system termasuk sel T-killer yang berperan dalam membunuh mikroba, virus dan sel kanker. 3. Efek hipoglikemik15,19,20 Menurut Chattopadhyay (1999) esktrak air daun mimba dapat menurunkan kadar gula darah baik pada hewan uji yang dibuat hiperglikemik maupun hewan uji normal.15 Hal ini karena pada ekstrak daun mimba terkandung zat aktif nimbinin,nimbandiol yang mempunyai efek dapat menurunkan kadar gula darah.20 Ekstrak daun mimba juga mengurangkan efek hiperglikemik pada diabetes streptozotocin dipercayai karenanya adanya zat kimia flavonoid, quercetin.19 4. Efek antifertilitas Sinha, dkk (1984) menyatakan minyak mimba terbukti spermicidal terhadap rhesus monyet dan spermatozoa manusia yang dilakukan secara in vitro.Studi in vivo oleh Sinha, dkk (1984) menunjukkan bahwa aplikasi intravaginal bisa mencegah kehamilan.19 Penggunaan mimba dapat menurunkan proliferasi sel sperma dengan konsentrasi serendah 0,05-1%.20 Efek kontraseptif mimba lebih bersifat spermisidal dan non-hormonal. Oleh itu, efek sampingnya lebih rendah berbanding alat kontraseptif steroid.19 5. Efek antimalaria Khalid, dkk (1986) menyatakan ekstrak biji dan daun mimba efektif terhadap parasit malaria. Dhar, dkk (1998) menemukan, ekstrak biji mimba dan fraksi yang dimurnikan telah terbukti menghambat pertumbuhan dan perkembangan tahap aseksual dan seksual pada parasit malaria manusia P.falciparum yang tahan obat dan sensitif obat.19 Walaupun mimba efektif membunuh parasit malaria, namun mimba
32
tidak dapat menghalang infeksi malaria terjadi apabila parasit tersebut telah berada dalam badan manusia.20 6. Efek antifungal Berdasarkan penelitian Khan dan Wassilew (1987), menyatakan sediaan mimba dapat menghambat bahkan membunuh 14 jenis jamur patogen.15 Ekstrak daun mimba, minyak mimba dan biji mimba efektif terhadap beberapa fungi manusia, termasuk Trichopytan,
Epidermophyton,
Microsporum,
Trichosporon,
Geotricum
dan
20
Candida.
7. Efek antibakteri Dalam mimba terdapat senyawa kimia nimbidin, nimbolide, mahmoodin, margolone, isomargolone yang bersifat antibakteri.20 Chopra, dkk (1952) menemukan bahwa minyak dari daun mimba, biji dan kulit batang menunjukkan sifat antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif termasuk M.tuberculosis dan strain resistan streptomycin. Satyavani, dkk (1976) menyatakan pada in vitro, ekstrak daun mimba menghambat Vibrio Cholorea, Klebsiella pneumonia, M.tuberculosis dan M.pyogenes. Almas, dkk (1999) menyatakan efek antimikrobial ekstrak mimba juga ditunjukkan terhadap Streptoccous mutans dan S.faecalis. NIM-76, obat kontrasepsi dari minyak mimba menghambat pertumbuhan perbagai patogen termasuk bakteri, fungi dan virus ditemukan oleh Sai ram, dkk (2000).19 Ambarwati (2007) membuktikan melalui penelitiannya bahwa serbuk biji mimba efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella thyposa maupun Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 12,5%.17 Koona dkk (2011) membuktikan bahwa daun mimba mempunyai efek antibakterial yang baik melalui penelitiannya terhadap bakteri Gram-negatif dan Gram-positif secara in-vitro.24 Prashant, dkk (2007) melakukan penelitian mengevaluasi efek antimikroba dari mengunyah batang mimba dan mangga terhadap mikroorganisme seperti Streptococcus mutans, Streptococcus salivarius, Streptococcus mitis dan Streptococcus sanguis yang terlibat dalam perkembangan karies gigi. Ternyata pada konsentrasi 5% ekstrak mimba dapat menghambat pertumbuhan keempat-empat spesies bakteri tersebut. Venka A, dkk (2001) melakukan penelitian berkaitan efek antibakteri obat kumur mimba terhadap
33
salivary levels Streptococcus mutans dan Lactobacillus Acidophilus yang dilakukan selama 2 bulan. Ia menemukan bahwa Streptococcus mutans dihambat oleh obat kumur mimba dengan atau tanpa alkohol dan khlorheksidin. Pertumbuhan Lactobacillus Acidophilus terhambat oleh khlorheksidin sendiri.27 8. Efek antiplak Di pedalaman India,batang mimba dikunyah untuk membersihkan gigi.Hal ini karena batang mimba mempunyai sifat antimikroba yang dapat mengurangkan plak gigi dan mengelakkan gingivitis.20 Penelitian tentang relasi sinergitis formulasi bahan herbal antara mimba (Azadirachta indica), Citrullus colocynthis (antibakteria) dan Cucumis sativus (amtioksidan) telah dilakukan untuk pengembangan bahan prevensi plak gigi dan gingivitis dalam bentuk obat kumur,menunjukkan penurunan plak gigi sebesar 61% pada aplikasi 2 kali perhari selama 2 minggu.26
34
2.6 Kerangka Konsep
LAMA PERENDAMAN HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK POLIVINIL SILOKSAN DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN MIMBA 15%
PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN