BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres Stres merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan seseorang. Stres dapat dialami oleh siapa saja baik yang masih muda maupun yang sudah tua dan ini merupakan sesuatu yang wajar (Atkinson, 2000). 2.1.1. Defenisi Stres Sejak kelahiran ataupun sejak pembuahan, setiap makhluk sudah berada dalam situasi yang menggambarkan adanya 2 pihak yang saling bertentangan, yaitu kondisi pada makhluk itu sendiri dan lingkungan. Akibatnya dibutuhkan upaya untuk menyesuaikan diri untuk memenuhi tuntutan lingkungan. Respon organisme untuk menyesuikan
diri
dengan
tuntutan-tuntutan
itu
disebut
sebagai
stres
(Wiramihardja,2005). Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi internal seseorang yang dirasakan membahayakan, tidak terkontrol ataupun kejadian diluar batas kemampuan individu yang disebabkan oleh fisik atau lingkungan dan situasi sosial. Selye (dalam Morgan, 1986) mengatakan bahwa rangkaian reaksi fisiologis terhadap stressor terdiri dari: reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti meningkatnya denyut jantung yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor (resistance) dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan. Cannon (dalam Simbolon,1998) mengatakan bahwa dalam diri setiap individu terdapat suatu keseimbangan (homeostatis) dan bila terganggu diperlukan usaha
Universitas Sumatera Utara
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan apabila individu mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut maka individu akan kembali pada keadaan seimbang. Individu yang tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan akan mengalami stres. Lazzarus (1999) dalam Lahey (2003) mengartikan stres sebagai keadaan atau kejadian yang tegang atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Menurut Atkinson (2000) bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi / peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan individu disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini disebut sebagai respon stres. Maramis (2005) mendefenisikan stres sebagai segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan karena itu mengganggu keseimbangan kita. Bila kita tidak dapat mengatasinya dengan baik, maka akan muncul gangguan badan taupun gangguan jiwa. Sholeh (2007), menggambarkan pandangan terhadap stres. Dalam posisinya sebagai stimulus stres dalam di gambarkan sebagai berikut: Stress
R stres
Stres STRES
stress
Gambar 2.1 Stres sebagai Stimulus
Universitas Sumatera Utara
Gambaran lainnya sebagai berikut: Environment
Person psycological
Stressor agent
Tress respon
psysiologica
behavioral Stimulus
Response
Gambar 2.2 Stres sebagai Respon Berdasarkan uraian-uraian diatas di simpulkan bahwa stress adalah perasaan terancam dan dapat membahayakan yang dirasakan oleh individu yang di sebabkan oleh adanya faktor-faktor pencetus baik yang berasal dari eksternal maupun internal sehingga individu tersebut akan merspon baik secara fisiologis maupun psikologis. 2.1.2. Faktor Penyebab Stres Rice (1987) mengatakan bahwa penyebab stres atau yang sering disebut sebagai stressor dapat berasal dari dalam diri individu (internal) dan dapat pula berasal dari luar diri individu (eksternal). 1. Stressor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yang dapat menjadi penyebab timbulnya stres. Penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya harga diri, konsep diri. 2. Stressor eksternal adalah faktor-faktor luar yang dapat menyebabkan individu mengalami stres. Selanjutnya, Gunarsa (2002) mengatakan bahwa faktor penyebab stres yang sifatnya eksternal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Stressor fisik / lingkungan adalah faktor-faktor luar yang dapat menjadi penyebab timbulnya stres. Stressor fisik / lingkungan meliputi obat-obatan, penyakit, kelelahan, polusi udara. b. Stressor psikososial adalah setiap situasi sosial yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut harus melakukan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Morgan (1986) mengemukakan bahwa perubahan dalam lingkungan, seperti kelahiran anak, kematian pasangan, pernikahan yang tidak bahagia, perceraian, hubungan interpersonal dengan orang-orang yang ada disekitar dapat menimbulkan stres. Menurut lahey (2003) ada beberapa sumber utama stres psikologi: -
Peristiwa dalam hidup (life event), yaitu kejadian penting secara psikologis yang terjadi pada kehidupan seorang seperti perceraian, kelahiran, atau perubahan pada posisi/jabatan. Umumnya penyebab stres itu dapat berupa tindak kriminal, kekerasan seksual, dan saksi kejahatan; kehilangan anggota keluarga; bencana alam; teror; masala-masalah sehari-hari (daily hasles).
-
Frustration (frustasi), merupakan keadaan yang muncul sebagai hasil tidak terpuaskannya suatu tujuan atau motif seorang.
-
Conflict (konflik), merupakan keadaan dimana terdapat dua atau lebih motif yang tidak terpuaskan karena motif-motif itu saling berkaitan satu sama lain.
-
Tekanan (pressure), merupakan suatu keadaan yang menimbulkan konflik, dimana individu merasa terpaksa atau dipaksa untuk tidak melakukan hal-hal yang diinginkannya. Tekanan yang kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stres yang hebat. Tekanan dapat berasal dari luar diri maupun darai dalam diri sendiri.
-
Kondisi lingkungan tempat tinggal berupa temperatur, polusi udara, kebisingan dan kelembaban.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Mekanisme Stres Peneliti ilmu kedokteran Canada, Hans Selye dalam Lahey (2003), memberikan pengertian bahwa reaksi tubuh terhadap stres psikologi sama seperti reaksi infeksi atau luka. Secara kronologis menurut Selye (1946) dalam Sholeh (2007), mengemukakan tiga fase mekanisme terjadinya stres yang di kenal dengan istilah General Adaptation Syndrom (GAS),yaitu: -
Fase peringatan (alarm stage) Pada fase ini, sistem syaraf pusat dibangkitkan dan pertahanan tubuh di mobilisasi. Stres terjadi katika si individu terus menerus mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan, misalnya lari atau bertempur.
-
Fase perlawanan atau adaptasi (the stage of resistance or adaptation) Tahap ini memobilisasi untuk menentukan lari atau bertempur.
-
Tahap keletihan (stage of exhaustion) Suatu
tahap
stres
berkelanjutan
yang
menyebabkan
tergantungnya
homeostasis. Tahap ini di yakini menandai mulainya penyakit tertentu yang disebutkannya penyakit adaptasi.
2.1.4. Reaksi Individu terhadap Stres Atkinson (2000) mengatakan bahwa saat individu dihadapkan pada situasi stres maka individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis.
2.1.4.1. Reaksi Fisiologis Terhadap Stres Saat terjadi stres fisik maupun psikologis akan mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya akan mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespon secara menyeluruh terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu peningkatan curah jantung dan ventilasi serta pengalihan darah dari daerah-daerah vasokontriksi yang aktivitasnya ditekan seperti
Universitas Sumatera Utara
saluran pencernaan dan ginjal, ke otot rangka dan jantung yang lebih aktif dan mengalami vasodilatasi untuk mempersiapkan tubuh melalui respon fight or flight. Selain epinefrin, sejumlah hormon terlibat dalam respon stres. Hormon predominan yaitu pengaktifan CRH (Cortico Releasing Hormon)-ACTH (Adeno Corticotropin Hormon)-kortisol oleh hipotalamus yang teraktivasi. Kortisol berperan dalam respon stres karena efek metaboliknya yang menguraikan simpanan lemak, glukosa dan protein untuk meningkatkan kadar glukosa darah, guna mempertahankan nutrisi otak dan sebagai zat pembangun bagi jaringan yang rusak (sherwood,2001). Gambar stres
Irama diural
2.3
Kontrol Sekresi Kortisol
Hypothalamus
Sumber:
sherwood,
fisiologi
manusia
dari sel
ke sistem, jakarta:
Cortisol-relasing
EGC, 2001, h.654 Hipofisis Anterior
Hormone adrenokortiko tropik (ACTH)
Kortek adrenal
kortisol
dengan meransang glukoneogenesis penyerapan glukosa)
dan menghambat
rah (dengan meransang penguraian protein) rah (dengan meransang lipofisis)
Universitas Sumatera Utara
Tersedia
bahan
bakar
metabolik
dan
bahan-bahan pembangun untuk membantu mengatasi stres Tabel 2.1 Perubahan Hormon Utama Selama Respon Stres Hormon
Perubahan
Tujuan
Epinefrin
Meningkat
Memperkuat sistem saraf simpatis untuk mempersiapkan tubuh ”fight-or-flight”
CRH-ACTH-
Meningkat
kortisol
Memobilisasi simpanan karbohidrat dan lemak; meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak darah
Glukogon
Meningkat
Bekerja
bersama
Insulin
Menurun
glukosa darah dan asam lemak darah
Renin-
Meningkat
Menahan
garam
untuk
dan
meningkatkan
H2O
untuk
angiotensin-
meningkatkan volume plasma; membantu
aldosteron
mempertahankan tekanan darah jika terjadi pengeluaran akut plasma
Vasopresin
Meningkat
vasopresin
dan
angiotensin
II
menyebabkann vasokontriksi arteriol utuk meningkatkan tekanan darah vasopresin membantu proses belajar
Sumber: : sherwood, fisiologi manusia: dari sel ke sistem, jakarta: EGC, 2001, h. 660
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2. Reaksi Psikologis Terhadap Stres Situasi stres akan menghasilkan reaksi emosional tertentu pada individu. Reaksi tersebut dapat meliputi reaksi positif (jika stres dapat ditangani) dan reaksi negatif seperti kecemasan, kemarahan dan depresi. Reaksi negatif timbul jika stres yang dialami individu tidak dapat ditangani (Atkinson, 2000). Reaksi-reaksi emosi yang mungkin muncul saat menghadapi situasi stres adalah sebagai berikut: a.
Kecemasan
Kecemasan merupakan salah satu respon yang muncul ketika individu dihadapkan pada situasi stres. Kecemasan dalam bahasa sehari-harinya dapat didefinisikan sebagai emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan khawatir, perasaan tidak nyaman, tegang dan takut. Reaksi-reaksi ini umumnya dialami individu ketika mengalami stres tetapi dengan intensitas yang berbeda-beda. Pada keadaan tertentu, kecemasan dapat menjadi berat dan akhirnya membuat orang tersebut menarik diri dari lingkungan (Gunarsa, 2002). b. Kemarahan dan Agresi Reaksi umum lain yang timbul ketika individu dihadapkan pada situasi stres adalah kemarahan yang mungkin akan mengarah pada perilaku agresi (Atkinson, 2000). Perasaan marah yang dirasakan individu dapat membangkitkan perilaku agresi, seperti menendang, memukul Hal ini sejalan dengan hipotesa frustrasi-agresi (Dollard dalam Morgan, 1986) bahwa frustrasi yang timbul akibat kegagalan individu dalam mencapai tujuannya, dapat menyebabkan agresi. Orang dewasa umumnya mengekspresikan agresi mereka secara verbal daripada secara fisik, mereka lebih mungkin untuk melontarkan hinaan daripada pukulan (Atkinson, 2000). c. Apati dan Depresi Apati merupakan bentuk respon umum lainnya yang muncul ketika berhadapan dengan situasi stres. Atkinson (2000) mengatakan bahwa apati adalah keadaan tanpa gairah, sikap acuh dan menarik diri.
Ketidakmampuan individu dalam mencapai
Universitas Sumatera Utara
tujuan menyebabkan individu bertindak apatis. Jika keadaan ini terus berkelanjutan dan individu tidak berhasil untuk mengatasinya maka apati dapat berkembang menjadi depresi (Atkinson, 2000). d. Gangguan kognitif Individu sering menunjukkan gangguan kognitif ketika berhadapan dengan situasi stres. Gangguan kognitif dapat berupa kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengorganisasikan pikiran secara logis sehingga performansi tidak dapat optimal. Gangguan kognitif yang terjadi selama periode stres ini sering menyebabkan seseorang mengikuti pola perilaku yang kaku karena mereka tidak dapat mempertimbangkan pola-pola alternatif (Atkinson, 2000). 2.1.5. Stres Pada Mahasiswa 2.1.5.1. Pengertian Mahasiswa Mahasiswa adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan pada perguruan tinggi (Balai pustaka nasional, 2001). Menurut Dibyosuhardjo cit. Moetrarsi et al, (1988), pada umumnya umur mahasiswa berkisar antara 18-30 tahun. Berdasarkan penggolongan perkembangan kepribadian manusia yang diklasifikasikan oleh Erikson cit. Siswowijoto (1990), maka mahasiswa termasuk dalam kategori remaja akhir dan dewasa muda. Dalam proses belajar mengajar, banyak faktor yang mempengaruhi antara lain faktor yang bersifat akademik maupun non akademik, baik yang berasal dari dalam diri mahasiswa yang bersangkutan maupun dari luar (Moetrarsi et al, 1988) 2.1.5.2. Sumber Stress Pada Mahasiswa Dalam bidang akademik : 1. Tugas
Universitas Sumatera Utara
Tugas merupakan suatu hal yang tidak mungkin di hindari oleh seorang mahasiswa, bahkan tugas bisa di golongkan agenda wajib bagi setiap mahasiswa. Dimana bentuk tugas bervariasi tergantung mata kuliah dan dosen yang mengajar mata kuliah tersebut, ada yang bersifat individu dan bersifat berkelompok, ada pula tugas yang mengharuskan mahasiswa terjun langsung ke lapangan untuk mencari data, mengambil sampel, meneliti dan lain sebagainya. Sehingga tak jarang hal-hal tersebut menimbulkan stres pada mahasiswa, puncaknya terutama pada saat satu hari menjelang deadline. Bagi mahasiswa yang belum menyelesaikan tugas maka akan mengerjakan semalaman suntuk sehingga waktu tidur pun akhirnya dikorbankan, yang kemudian akan memunculkan stress dalam bentuk lain (misalnya, setelah begadang merasa pusing, masuk angin, dsb) 2. Kuis Kuis merupakan tes yang biasanya dilakukan sebelum atau sesudah perkuliahan, sehingga mahasiswa perlu melakukan persiapan untuk menerima pertanyaanpertanyaan yang akan muncul. Kadang banyaknya tugas akademis dan kegiatan kampus lainnya menyita waktu untuk belajar mahasiswa yang bersangkutan, sehingga menimbulkan stress tersendiri bagi mahasiswa tersebut. 3. Ujian Ujian terbagi menjadi 2 (untuk yang menggunakan sistem semester), yaitu ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Yang disebut terakhir ini biasanya menimbulkan stres lebih besar. Karena bobot nilai dari ujian akhir biasanya juga mendominasi. Stres yang dirasakan mahasiswa dari jauh-jauh hari sebelum ujian karena ia belajar dengan menyicil tentu akan lebih kecil daripada stres yang dialami mahasiswa yang belajar 1 hari sebelum ujian. Materi ujian yang sulit dimengerti dan tidak memiliki bayangan soal ujian juga merupakan stressor mahasiswa. 4. Tidak lulus matakuliah Stressor kali ini bisa bermacam-macam penyebabnya. Bisa karena mahasiswa memang tidak mampu menguasai mata kuliah tersebut, bisa karena ketidaksamaan pola pikir antara mahasiswa dengan dosen, bisa juga karena cekal (tidak masuk kuliah
Universitas Sumatera Utara
melebihi batas kesempatan absen). Apapun penyebabnya, tidak lulus matakuliah membuat mahasiswa menjadi stres karena mereka harus mengulang lagi matakuliah tersebut, meminta uang tambahan pada orang tua atau wali, dan mengulang matakuliah tersebut bersama dengan adik angkatan. 5. Sidang Sidang adalah penentu kelulusan seorang mahasiswa. Ini adalah rintangan terakhir mahasiswa setelah menyelesaikan skripsi. Tentu saja tekanan yang ditimbulkan menjelang sidang lebih besar dibanding saat menghadapi ujian-ujian biasa, karena jika seorang mahasiswa tidak lolos dari sidang, berarti ia harus mengulang sidang itu lagi. Dalam bidang non akademik : 1. Waktu perjalanan. Tidak di sangkal banyak mahasiswa yang tempat tinggalnya sangat berjauhan dengan tempat kuliah
dan membutuhkan waktu yang tidak singkat, belum lagi
dengan kondisi kepadatan lalu lintas yang sering membuat macet, bangun kesiangan,dsb. Hal ini dapat menyebabkan stress bagi mahasiswa, bahkan saat tiba di kampus
mahasiswa
tersebut
telah
kelelahan
menempuh
perjalanan
yang
mengakibatkan sang mahasiswa tidak dapat mengikuti kuliah dengan baik. 2. Partisipasi dalam organisasi /kepanitiaan Banyak mahasiswa yang aktif dalam organisasi atau kepanitiaan di tempat kuliahnya dengan berbagai motivasi. Tapi tanpa disadarinya sebenarnya keaktifan tersebut bisa menjadi pemicu munculnya stres apabila karena keaktifan tersebut mahasiswa jadi tidak bisa mengikuti perkuliahan di kelas dengan maksimal. Rapat, pertemuan, atau acara yang diselenggarakan kepanitiaan maupun organisasi tidak jarang mengharuskan mahasiswa mengorbankan tatap muka di kelas dengan dosen. Apalagi jika seorang mahasiswa yang menjabat sebagai ketua suatu organisasi atau kepanitiaan, tentu stres yang dialaminya akan lebih berat, karena ia memikul tanggung jawab terbesar.
Universitas Sumatera Utara
3. Lingkungan pergaulan Sering kita dengar bahwa lingkungan pergaulan seseorang dapat mempengaruhi karakter orang tersebut. Dalam lingkungan pergaulan yang namanya selisih paham pasti akan selalu ada dan tidak dapat dihindari dan hal ini bukan tidak mungkin menjadi stressor bagi seorang mahasiswa , sehingga tidak di pungkiri pula hal ini akan berimbas pada prestasi akademiknya.
2.2. Shalat Tahajjud Rasulullah pernah bersabda bahwa: “salat sunah yang utama setelah salat fardu adalah salat tahajjud” (HR. Abu Dawud) Sabda Nabi: “salat tahajjud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan diri dari penyakit” (HR,at-Tirmidzi) 2.2.1. Niat Ikhlas dan Makna Khusyuk dalam Shalat Menurut jumhur ulama, niat itu wajib dalam ibadah. Niat merupakan syarat sahnya suatu ibadah. Sedangkan, dalam masalah muamalah dan adat kebiasaan, jika bermaksud untuk memperoleh keridhoan Allah Swt. dan mendekatkan diri kepada Nya, diharuskan memakai niat. Sedangkan, untuk meninggalkan perbuatan maksiat, tidak dituntut adanya niat. Begitu juga dengan upaya menghilangkan najis (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1998). Qardhawin (1998) dalam Sholeh (2007) mengutip defenisi niat dari berbagai pendapat ulama, sebagai berikut: •
Niat adalah kemauan yang kuat;
•
Niat adalah tujuan yang terbetik didalam hati;
Universitas Sumatera Utara
•
Niat adalah dorongan hati yang dilihat sesuai dengan tujuan, baik berupa rumusan yang mendatangkan manfaat atau menghindarkan diri dari mudarat, baik fisik-material maupun psikis-spiritual;
•
Niat adalah tuntutan yang kuat;
•
Hakikat niat adalah pengaitan tujuan dengan hal tertentu yang dituju;
•
Niat adalah tujuan sesuatu yang disertai dengan pelaksanaannya.
Dalam Al-Qur’an, niat diungkapkan dengan kata-kata ikhlas atau istilah lain yang berhubungan erat dengan niat ikhlas. Seperti yang terdapat dalam surah berikut: “Sesungguhnya kami menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebeneran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragamaa kepada-Nya (QS. Az-Zumar: 2)”Dan juga sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.: “tiap pebuatan hanya sah dengan adanya niat, dan tiap orang akan mendapatkan imbalan sesuai dengan amalannya (HR. Bukhari dan Muslim). Secara kebahasaan, kata khusyuk diartikan dengan tunduk, rendah hati, takluk, dan mendekat. Baik tunduk hati maupun badan. Khusyuk, jika dkaitkan dengan suara, berarti diam dan jika dihubungkan dengan pandangan mata, berarti rendah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,1998).
Al-Kahlani dalam kitab
“subulus salam” dalam Sholeh (2007). Menurut pengertian syari’at, tunduk itu ada kalanya dalam hati atau dengan badan, seperti diam, atau keduanya. Secara sederhana Thalib (1998) membagi khusyuk dalam shalat menjadi 2, yaitu: •
Khusyuk lahiriah, yaitu melakukan gerak-gerik shalat dan ucapannya sesuai dengan tuntutan dan ajaran Rasulullah Saw.
Universitas Sumatera Utara
•
Khusyuk batiniah, yaitu melakukan shalat dengan hati penuh rasa harap, cemas, takut, merasa diawasi, dan suasana mendukung terciptanya pelaksanaan lahir batin dalam melakukan shalat khusyuk.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu orang yang meyakini bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (QS Al-Baqarah:45-46). 2.2.2. Defenisi Shalat Tahajjud Shalat tahajjud adalah shalat sunat pada malam hari setelah tidur. Bilangan rakaatnya paling sedikit dua rakaat dan banyaknya tak terbatas. Waktunya mulai dari setelah mengerjakan salat isya’ sampai terbit fajar tapi di kerjakan tengah malam lebih utama, dan mengerjakan shalat tahajjud di rumah lebih utama dari pada di mesjid (Nawawi,2006). 2.2.3. Waktu Salat Tahajjud Malam hari terbagi dalam tiga bagian. Pembagian ini terkait dengan al-Qur’an surat al-Muzzammil [73] ayat 3 dam 4, “separuh malam, kurang atau lebih.” Merujuk pada penjelasan Departemen Agama RI dalam Ramadhani (2007), apabila di interpretasikan menurut waktu Indonesia, sepertiga malam pertama kira-kira pukul 22.00-23.00 WIB. Seperdua malam di perkirakan kira-kira pukul 00.00-01.00 WIB. Sedangkan sepertiga malam terakhir adalah sekitar pikul 02.00 WIB, atau pukul 03.00 WIB, sampai sebelum fajar atau masuk waktu salat subuh. Di antara ketiga waktu ini, sebaik-baiknya adalah sepertiga malam terakhir (Ramadhani,2007). Ammar Ibnu Abbas berkata: Saya mendengar Nabi Saw. Bersabda: “sedekatdekatnya hamba kepada Allah Swt., ialah ditengah malam yang akhir, maka jika engkau masuk kedalam golongan orang-prang yang berdzikir kepada Allah Swt. Pada waktu itu usahakanlah” (HR.al-Hakim).
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Cara Melaksanakan Shalat Tahajjud Cara melaksanakan shalat tahajjud sama dengan cara melaksanakan shalat wajib tetapi niatnya berbeda. Cara melaksanakan shalat tahajjud: •
Niat shalat Tahajjud didalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram. "Aku niat shalat sunah Tahajjud dua rakaat karena Allah".
•
Membaca doa Iftitah.
•
Membaca surat al- Fatihah.
•
Membaca salah satu surat didalam Al-Quran. Afdhalnya rokaat pertama membaca surat al-Kafirun dan rakaat ke dua membaca surat al-Ikhlas.
•
Ruku' sambil membaca Tasbih tiga kali.
•
I'tidal sambil membaca bacaannya.
•
Sujud pertama sambil membaca Tasbih tiga kali.
•
Duduk antara dua sujud sambil membaca bacaannya.
•
Sujud yang kedua sambil membaca Tasbih tiga kali.
dengan Allah
sampaikan semua unek-unek yang ada dalam hati lalu ditutup dengan doa. 2.2.5. Manfaat Shalat Bagi Kesehatan Shalat yang dilaksanakan dengan hudhur (konsentrasi) dan tuma’ninah (tenang) sudah terbukti memberi pengaruh kesehatan bagi manusia, baik fisik, jiwa, sosial,maupun spiritual (Assegaf,2008). Jadi, baik shalat wajib maupun shalattshalat sunat, termasuk disini shalat tahajjud telah terbukti memberikan manfaat bagi kesehatan. Dalam shalat bukan hanya gerakkannya yang memberikan efek kesehatan tapi bahkan bacaan-bacaannya. Bacaan Al Qur’an atau Do’a yang diucapkan mengandung bunyi potensial yang dapat digunakan untuk mempengaruhi perubahan kesadaran. Hal ini terdapat pada pada setiap kata atau kalimat bacaan shalat yang diulang-ulang. Pengulangan ini memiliki kekuatan untuk mensugesti
Universitas Sumatera Utara
dan menghipnosa mental yang gelisah dan bingung atau memasukkan (menenggelamkan) pikiran kedalam ketenangan yang luar biasa (Sangkan,2009). dr. Azwar Bahar,Sp.B.Onk( dalam Ramadhani, 2007), menyatakan shalat adalah deteksi dini gratis. Bila banyak penyakit harus melalui pemeriksaan penunjang, shalat mengisyaratkan dengan nyeri atau pun tidak nyaman sewaktu melakukan rangkaian gerakkan teratur ini. Dalam Ramadhani (2007). Faedah kesehatan dalam rangkain gerakkan salat apabila dikerjakan dengan benar: Takbiratul Ihram, dan Berdiri Rasulullah Saw. Melakukan takbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangan seraya membuka jari-jarinya lurus ke atas,tidak meregangkan dan tidak pula menggenggam (HR.Abu Dawud) dan mengangkatnya sejajar bahu (HR. Bukhari), meskipun terkadang sejajar (daun) telinga (HR. Bukhari). Takbir merupakan latihan awal pernafasan, takbir berarti mengangkat lengan dan meregangkannya hingga rongga dada mengembang seperti halnya paru-paru. Dan, mengangkat tangan berarti meregangkan otot-otot bahu hingga aliran darah yang membawa oksigen menjadi lancar. Secara umum, gerakkan ini juga melancarkan aliran getah bening dan berperan dalam kekuatan otot lengan. Dimana tugas utama dari cairan getah bening (limfe) ini adalah menyaring dan menumpas kuman penyakit yang berkeliaran di dalam darah. Selain itu oto-otot yang kuat akan meringankan pekerjaan tulang belakang dibagian dada. Sedangkan berdiri disertai bersedekap merupakan peregangan otot dada. Ia dilakukan Rasulullah Saw. dengan bersedekap, meletakkan tangan kanan diatas tangan kirinya (HR. Muslim). Beliau terkadang menggenggamkan jari-jari tangan kanannya pada lengan kirinya (HR. an-Nasa’i). Bersedekap ke dada adalah latihan otot dada. Bekerja sama dengan otot bahu mereka membantu meringankan beban tulang belakang bagian dada. Sikap ini juga
Universitas Sumatera Utara
menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas. Menurut Dr.A. Saboe, “Meletakkan telapak tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri merupakan istirahat yang paling sempurna bagi kedua tangan, sebab sendi-sendi, otot-otot kdua tangan berada dalam posisi istirahat penuh. Sikap seperti ini akan memudahkan aliran darah mengalir kembali ke jantung, serta memproduksi getah bening dan air jaringan dari kedua persendian tangan akan menjadi lebih baik, sehingga gerakkan didalam persendian akan lebih lancar.” Rukuk Rasulullah Saw. melakukan gerakkan ini dengan meletakkan kedua tangan pada kedua lutut, meregangkan jari-jari, kemudian tenang sampai ruas tulang belakang mantap ditempatnya (HR. Ibnu Khuzaimah). Nabi Saw. juga meluruskan dan meratakan punggungnya (HR. Baihaqi.) sehingga bila air dituangkan diatas punggung beliau, air tersebut tidak bergerak (HR. at-Thabrani). Rukuk adalah membengkokkan tulang belakang, dan meluruskannya pada posisi tersebut, meregangkan antara tulang dan otot punggung. Meletakkan tangan pada lutut seraya meluruskan tulang belakang dan menahannya juga memperlancar perdarahan dan aliran getah bening. Selain itu rukuk adalah latihan untuk mencegah keluhan prostat. Penekanan kandung kencing oleh tulang belakang dan tulang kemaluan akan melancarkan kemih. Aliah BP. Hasan dalam bukunya, pengantar psikologi kesehatan islami, mengatakan bahwa rukuk merupakan salah satu metode untuk menguatkan otot-otot pada persendian kaki yang dapat meringankan tegangan pada lutut; ketika rukuk seseorang meregangkan otot punggung sebelah bawah, otot paha, dan otot betis secara penuh. Tekanan akan terjadi pada otot lambung, perut dan ginjal, sehinnga darah akan terpompa ke atas tubuh.
Universitas Sumatera Utara
Iktidal Iktidal adalah masa istirahat dengan meluruskan punggung dan menegakkan kepala sampai ruas tulang belakang mapan ke tempatnya (HR. Bukhari). Ia adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerakkan berdiribungkuk, berdiri- sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ-organ pencernaan didalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar, postur tubuh kembali tegak, sehingga memberikan tekanan pada aliran darah untuk bergerak ke atas. Hal ini bisa membuat tubuh mengalami relaksasi, dan melepaskan ketegangan. Sujud Nabi Saw. melakukannya dengan menekankan wwajah an kedua tangan ke tanah sehingga setiap ruas tulang kembali ketempatnya (HR.Ibnu Khuzaimah). Nabi Saw. meletakkan tangannya sejajar dengan bahunya (HR. Abu Dawud), atau terkadang sejajar dengan kedua daun telinganya (HR. Abu Duwud), dengan mengangkat kedua siku lengan hingga Nampak ketiaknya (HR. Muslim). Sujud merupakan pijatan usus yang sudah dimulai sejak rukuk. Membantu persalinan, serta memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan. Sedangkan usus yang dipijat akan melancarkan peristaltik (gerak mencerna pada usus) dan memudahkan buang air besar. Dalam posisi sikap sujud dinding dari urat-urat nadi yang berada di otak dapat dilatih dengan membiasakan untuk menerima aliran darah yang lebih banyak dari biasanya, karna otak (kepala) pada waktu itu terlatak di bawaah. Hal ini akan mampu menghindarkan kita mati mendadak akibat tekanan darah yang memecahkan urat nadi bagian otakyang dikarenakan amarah, emosi yang berlebihan, terkejut dan sebagainya. Ditambah lagi aliran darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak pada posisi bersujud. Sujud dengan dengan gerakkan tergesa-gesa tidaklah bermanfaat. Duduk Antara Dua Sujud, Dan Duduk Tasyahud
Universitas Sumatera Utara
Nabi Saw. melakukannya dengan duduk diatas betis atau telapk kaki kiri(HR. Ahmad), atau menegakkan telapak dan tumit kedua kaki (HR. Muslim), atau diatas telapak kaki kirinya dengan tegak sampai setiap ruas tulang belakangnya mapan (HR. Bukhari), atau diatas telapak kaki kiri yang dihamparkan dan telapak kaki kanan ditegakkan (HR. an-Nasa’i). setiap duduk dilakukan dengan tumakninah sehingga ruas tulang belakangnya mapan (HR. Abu Dauwud). Duduk antara dua sujud dapat mengaktifkan kelenjar keringat karena bertemunya lipatan paha dan betis sehingga mampu mencegah terjadinya pengapuran. Pembuluh darah balik diatas pangkal kaki jadi tertekan hingga darah akan memenuhi seluruh telapak kaki mulai dari ata kaki sehingga pembuluh darah di pangkal kaki mengembang . gerakkan ini menjaga supaya kaki dapat secara optimal menopang tubuh. Selain itu dalam salat ada dua macam duduk yang lain, yaitu iftirasy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaannya terletak pada posisi telapak kaki. Pada saat iftirasy, manfaatnya tubuh akan mengalami relaksasi dan merangsang otot-otot pangkal paha, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri dan sakit pada pangkal paha. Sedangkan pada duduk tawarruk, medis mencatat posisi ini sangat baik untuk pria, sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), prostat (kelenjar kelamin pria) dan saluran vas deferens (saluran sperma). Jika dilakukan dengan benar, postur ini mampu mencegah impotensi. Salam Gerakkan memutar kepala kekanan dan kekiri secara maksimal mampu mencegah sakit kapala dan menjaga kekencangan kulit wajah. Karena, terjadi relaksasi otot disekitar leher dan kepala sehingga menyempurnakan aliran darah di kepala.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Peranan Shalat Tahajjud Terhadap tingkat Stres Stres merupakan hal yang sering terjadi didalam diri manusia, dimana stres dapat terjadi pada siapapun dan kalangan apapun termasuk juga mahasiswa. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi stres, diantaranya: usia, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan sosial dan lain sebagainya. Disini lebih di tekankan pada mahasiswa seperti: Tugas-tugas kuliah, ujian, test, hubungan dengan teman, pacar dan sebagainya. Dimana hal ini akan dapat menimbulkan stres yang akan berpengaruh pada aktivitas dan prestasi pada mahasiswa tersebut. Banyak hal yang dilakukan oleh orang, khususnya mahasiswa dalam mengatasi keadaan ini. Mulai dari cara spiritual, mencari tempat pelarian sampai dengan penggunaan bahan kimia dan tidak dipungkiri ada yang memilih jalan untuk mengakhiri hidupnya. Tetapi, dalam penelitian lebih difokuskan dengan cara spiritual khususnya hubungan antara shalat tahajjud dengan stres. Hipotalamus menerima masukan mengenai stressor fisik dan emosi dari hampir semua daerah di otak dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respon, hipotalamus akan mengaktifkan saraf simpatis, dan sekresi CRH-ACTH-kortisol serta vasopressin sebagai respon stres (Sherwood,2001). Syaikhu (1997) dalam Sholeh (2007) mengemukakan bahwa telaah medis menunjukkan terdapat dua kelompok para pengamal shalat tahajjud yang memiliki dampak kesehatan yang berbeda setelah melakukan shalat tahajjud, masing-masing: kelompok individu yang sehat dan kelompok individu yang sakit. Arlson (1994) dalam Sholeh (2007) menyatakan, secara fisiologis, sebenarnya pola kehidupan manusia mempunyai irama sirkardian diural. Dan, jika siklus ini ditambah dengan melakukan salat tahajjud dimalam hari, ia akan berubah menjadi nokturnal. Hal ini akan menyebabkan perubahan perilaku dari sistem saraf pusat yang bertujuan beradaptasi dengan irama sirkardian, sebuah irama kehidupan yang memiliki siklus 24 jam untuk beradaptasi dengan lingkungan. Penyelenggaraan shalat
Universitas Sumatera Utara
tahajjud secara terpaksa akan mengakibatkan kegagalan proses adaptasi terhadap perubahan irama sirkardian tersebut (Sholeh,2007). Oleh sebab itu diperlukan sebuah keikhlasan dalam melakukan ibadah ini, dimana seseorang tersebut melakukan melakukannya atas keinginan sendiri tanpa ada rasa keterpaksaan dan merasa adanya beban dalam melakukan hal tersebut. Apabila melakukan shalat tahajjud dengan rasa adanya tekanan maka akan menimbulkan gannguan irama sikardian dan beban yang lain dari masalah yang ada. Bahkan Reichlin (1992) dalam Sholeh (2007) menyatakan bahwa gangguan irama sikardian akan mendatangkan stress. Salah satu faktor yang terpenting dalam penjelasan gejala stres adalah penggunaan strategi penanggulangan adaptif (coping mechanism) respon individu terhadap stres. Penanggulangan adaptif yang positif dan efektif dapat menghilangkan atau meredakan stres (Folkman S., Lazarus,1988). Katheryn & Cance (1998) dalam Sholeh (2007) menjelaskan bahwa, pengelolaan stres memiliki dua komponen utama, yaitu: (1) edukatif dan (2) teknik relaksasi, yang meliputi meditasi, perenungan dan umpan balik hayati. Salat tahajjud memiliki kandungan aspek meditasi dan relaksasi yang cukup besar, dan kandungan yang dapat digunakan sebagai coping mechanism pereda stres (Sholeh,2007).
Universitas Sumatera Utara