BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stres 2.1.1. Definisi stres Stres kata ini berasal dari kata latin "Stringi", yang berarti, "menjadi ditarik ketat ". Stres dapat didefinisikan sebagai setiap faktor yang mengancam kesehatan tubuh atau memiliki efek buruk pada fungsinya, seperti cedera, penyakit, atau khawatir.15 Dalam pengertian umum, stres adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri individu. Sesuatu tersebut dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan yang dinginkan oleh individu, baik keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah.16 Stres menurut Bartsch dan Evelyn adalah ketegangan, beban yang menarik seseorang dari segala penjuru, tekanan yang dirasakan pada saat menghadapi tuntutan atau harapan yang menantang kemampuan seseorang untuk mengatasi atau mengelola hidup.17 Menurut American Institute of Stress, tidak ada definisi yang pasti untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang sama. Sulit untuk menentukan seseorang stres karena setiap orang berbeda-beda. Stres bagi seorang individu belum tentu stres bagi individu yang lain.18 Sedangkan, Potter dan Perry mendefinisikan stres menjadi empat bagian yaitu stres sebagai respon, adaptasi, stimulus dan transaksi. a. Stres sebagai respon didefinisikan Hans Selye sebagai respon non-spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang ditimpakan padanya. b. Stres sebagai adaptasi didasarkan pada pemahaman bahwa individu mengalami ansietas dan peningkatan stres ketika mereka tidak siap untuk menghadapi sesuatu yang menegangkan.
5 Universitas Sumatera Utara
c. Stres sebagai stimulus berfokus pada karakteristik yang mengganggu atau disruptif di dalam lingkungan. d. Stres sebagai transaksi memandang individu dan lingkungan dalam hubungan yang dinamis, resiprokal dan interaktif. Model ini berfokus pada proses yang berkaitan dengan stres seperti penilaian kognitif dan koping.19 2.1.2. Sumber stres atau stresor Stresor adalah stimulasi yang merupakan situasi dan kondisi yang mengurangi kemampuan kita untuk merasa senang, nyaman, bahagia, dan produktif. Dengan kata lain, stresor sebagai pemicu stres. Dalam kehidupan sehari-hari ada bermacam-macam hal yang memfasilitasi atau menghambat kegiatan kita. Adapun sumber stresor antara lain : a. Kegagalan mencapai tujuan Keterbatasan diri menghambat kita dalam mencapai tujuan seperti cacat fisik, sakit, kurang kemampuan intelektual, kurang kemampuan sosial, akan berpeluang sebagai stresor. Pada beberapa individu membantu sebagai sumber kekuatan baru, untuk bekerja atau belajar lebih keras, sedangkan pada individu yang lain hal ini akan menyebabkan stres dan putus asa. Contoh lain: gagal ujian, gagal usaha (bisnis), dan gagal berumah tangga. b. Konflik tujuan Konflik tujuan dilema atau kebingungan yang disebabkan oleh dua keinginan atau lebih yang disukai, tetapi yang bersangkutan sulit, tidak bisa mengambil keputusan dalam memilih tujuan. Stres terjadi karena orang yang bersangkutan tidak mengetahui tindakan atau pilihan yang akan diambil. Konflik yang demikian, menyebabkan perasaan bimbang, menarik diri atau menghindari konflik tersebut c. Perubahaan gaya hidup d. Stimuli lingkungan yang tidak menyenangkan.20 Sumber stres (stresor) dibagi menjadi tiga kelompok yaitu stresor yang berasal dari individu, keluarga dan lingkungan.
6 Universitas Sumatera Utara
a. Diri individu, hal ini berkaitan dengan konflik. Pendorong dan penarik konflik
menghasilkan dua kecenderungan
yang
berkebalikan,
yaitu
approachdan avoidance. b. Keluarga. Hal yang memungkinkan munculnya stres dalam keluarga ditandai dengan hadirnya anggota baru, sakit, perceraian, masalah keuangan, dan kematian dalam keluarga. c. Komunikasi dan Masyarakat. Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan pekerjaan, yang secara umum disebut sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang.21 Meskipun ada berbagai sumber stres dalam kehidupan masyarakat namun, menurut Global Organization for Stress ada enam sumber utama stres yaitu :22 1. Stres lingkungan Ketegangan dan gangguan dalam hidup kita, dapat berupa stres lingkungan. Stres jenis ini berkaitan dengan aspek-aspek lingkungan dan sekitarnya. Misalnya, tinggal di tempat atau lingkungan yang bising dan sibuk dapat mengakibatkan kita menunjukkan gejala stres dan efek stres. 2. Tekanan Sosial Hal ini berkaitan dengan stres yang terlibat dalam berinteraksi, bersosialisasi dan berkomunikasi dengan manusia lain. Ini berkisah tentang hubungan dengan orang lain. Beberapa orang saat melakukan hubungan dan interaksi sosial merasa lebih stres dan tertekan. Sedangkan pada beberapa orang interaksi sosial lebih menyenangkan dan sesuatu yang positif. 3. Stres Organisasi Kita semua melibatkan diri dan kerap bekerja pada sebuah organisasi. Hal ini dapat mengakibatkan stres organisasi. Beberapa ahli membahas sumber stres ini terjadi karena adanya tekanan dari lingkungan atau sosial. Paling sering sumber stres ini dikaitkan dengan stres kerja. Ini sering melibatkan tuntutan dan tekanan
7 Universitas Sumatera Utara
di suatu lembaga, perusahaan atau organisasi tempat kita bekerja. Namun, juga melibatkan organisasi pemerintah, perkumpulan lokal dan lainnya. 4. Stres Fisiologis Hal ini berkaitan dengan bagaimana fisiologi tubuhbereaksi dan merespon terhadap situasi stres. Hal ini sering disebut sebagai stres fisik dan berhubungan dengan gejala stres fisik yg sesorang alami. Misalnya, ketika tubuh merasatakut, gugup atau gemetar. Respon ini merupakan respon normal tubuh terhadap stres. 5. Stres Psikologis Melibatkan kekuatan pikiran sendiri dalam bagaimana kita berpikir, merasionalisasi dan membuat makna stres, permasalahan, dan kecemasan tersendiri. Hal ini adalah tentang bagaimana otak, jiwa, dan pikiran kita untuk berpikir tentang stres dalam kehidupan. Hal ini sering disebut stres emosional atau stres mental yang melibatkan perasaan yang kuat dan emosi. 6. Stres Peristiwa Penting Hal ini sering dikenal sebagai stres peristiwa penting. Mungkin tidak semua stres itu buruk danada kejadianberarti yangterjadi dalam hidup kita yang mengakibatkan
stres positif.
Contoh kelulusan SMA,
pernikahan atau
memenangkan acara olahraga. Namun, ada juga peristiwa penting yang mengakibatkan stres negatif. Ini dapat melibatkan insiden signifikan seperti kecelakaan serius, serangan fisik atau seksual, dan lain-lain.Peristiwa tersebut melibatkan tingkat stres dan kecemasan yang tinggi. Hal ini sering dikaitkan dengan trauma pasca kejadian atau sering disebut sebagai Posttraumatic Stress Disorder (PTSD). 2.1.3. Jenis-jenis stres 1. Stress akut Stres akut adalah bentuk yang paling umum dari stres. Ini berasal dari kebutuhan dan tekanan dari masa lalu, kebutuhan diantisipasi, dan tekanan akan masa depan. Stres akut terasa mendebarkan dan menyenangkan dalam dosis kecil, tapi jika terlalu banyak terasa melelahkan. Misalnya, tantangan bermain ski
8 Universitas Sumatera Utara
menuruni lereng dengan cepat. Pada awalnya menyenangkan, namun akhirnya dapatmenguras tenaga. Ski dengan kecepatan diluar batasdapat menyebabkan jatuh dan patah tulang. Dengan cara yang sama, berlebihan pada stres jangka pendek dapat menyebabkan tekanan psikologis, sakit kepala, sakit perut dan gejala lainnya. Stres akut dapat muncul pada siapapun, dan ini dapat diobati dan dikendalikan. Karena ini terjadi dalam jangka pendek, stres akut tidak memiliki cukup waktu sehingga menyebabkan kerusakan berat yang berhubungan dengan stres jangka panjang. Gejala yang paling umum adalah: •
Tekanan emosional. Beberapa kombinasi dari mudah marah, kecemasan, dan depresi. tiga emosi stres.
•
Masalah otot termasuk nyeri kepala tegang, sakit punggung, nyeri rahang dan ketegangan otot yang menyebabkan masalah pada otot, tendon, dan ligamen.
•
Masalah lambung, usus halus, dan usus besar seperti sakit maag, asam lambung, perut kembung, diare, sembelit dan IBS.
•
Rangsangan berlebihan yang bersifat sementara misalnya peningkatan tekanan darah, denyut jantung yang cepat, telapak tangan berkeringat, jantung berdebar-debar, pusing, sakit kepala migrain, dingin pada tangan atau kaki, sesak napas dan nyeri dada.
2. Stres akut episodik Bentuk lain dari stres akut episodik berasal dari kecemasan tanpa henti. Gejala stres akut episodik adalah gejala lanjutan akibat rangsangan yang berlebihan : sakit kepala terus-menerus, migrain, hipertensi, nyeri dada dan penyakit jantung. Mengobati stres akut episodik memerlukan intervensi pada sejumlah tingkatan, umumnya memerlukan bantuan profesional yang mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan.
9 Universitas Sumatera Utara
3. Stres kronik Walaupun stres akut dapat terasa mendebarkan dan menyenangkan, tidak demikian dengan stres kronis. Stres kronis adalah stres parah yang dapat terjadi hari demi hari sampai tahun demi tahun. Stres kronis menghancurkan tubuh, pikiran, dan jiwa. Ini menyebabkan kekacauanjangka panjang. Contohnya stres karena miskin, disfungsional keluarga,terjebak dalam pernikahan yang tidak bahagia atau dalam pekerjaan/kariryang dipandang rendah. Ini adalah stres yang masalahnya tidak pernah berakhir. Stres kronis datang ketika seseorang tidak menemukan jalan keluar dari situasi yang menyedihkan. Stres yang merupakan tuntutan dan tekanan yang tak henti-hentinya untuk waktu yang tak berkesudahan. Tanpa harapan, individu menyerah mencari solusi. Beberapa stres kronis berasal dari trauma masa lalu seperti, pengalaman menyakitkan
ketika
kecil.
Beberapa
pengalaman
sangat
mempengaruhi
kepribadian. Pandangan terhadap dunia atau sistem kepercayaan menyebabkan stres tak berujung bagi individu (misalnya, dunia adalah tempat yang mengancam, orang akan mencari tahu kita berpura-pura, kita harus sempurna setiap saat). Ketika kepribadian atau kepercayaan yang mendalam harus perbaiki, pemulihan membutuhkan pemeriksaan diri aktif dan sering dengan bantuan profesional.23 2.1.4. Tahapan stres Amberg membagi stres dalam tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Stres tahap I Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut, yaitu: Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting), penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; namun tanpa disadari cadangan energi habis (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula, merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
10 Universitas Sumatera Utara
2. Stres tahap II Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk istirahat. Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Analog dengan hal ini adalah misalnya handphone(HP) yang sudah lemah harus kembali diisi ulang (dicharge) agar dapat digunakan lagi dengan baik. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut, yaitu: Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa capai menjelang sore hari, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang, tidak bisa santai. 3. Stres tahap III Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II tersebut di atas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu: Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare), ketegangan otot-otot semakin terasa, perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/ dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan). Pada tahap ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
11 Universitas Sumatera Utara
4. Stres tahap IV Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan keluhan keluhan stres tahap III di atas, oleh dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul sebagai berikut: untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit, aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit, yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan, seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan, daya konsentrasi dan daya ingat menurun, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya. 5. Stres tahap V Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut, yaitu: Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder), timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik. 6. Stres tahap VI Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang mengalami stress tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut, yaitu: Debaran jantung teramat keras, susah bernafas (sesak dan megap-megap), sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps (collapse) Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala
12 Universitas Sumatera Utara
sebagaimana digambarkan diatas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.24
2.1.5. Respon stres a. Respon fisiologis Menurut Selye mengidentifikasikan 2 respon fisiologis yaitu Local Adaptation Syndrome (LAS) dan Global Adaptation Syndrome (GAS). LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. Dua respon setempat, yaitu respon reflek nyeri dan respon inflamasi. Respon reflek nyeri adalah respon adaptif dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Respon melibatkan reseptor sensoris, saraf sensoris yang menjalar ke medulla spinalis, neuron penghubung dalam medulla spinalis, saraf motorik yang menjalar dari medulla spinalis, dan otot efektif. Respon inflamasi distimuli oleh trauma atau infeksi, respon ini memusatkan inflamasi sehingga dengan demikian menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan penyembuhan. Respon inflamasi terjadi dalam tiga fase. Fase pertama mencakup perubahan dalam sel-sel dan sistem sirkulasi. Fase kedua ditandai oleh pelepasan eksudat dari luka. Fase terakhir adalah regenerasi jaringan atau pembentukan jaringan parut. Regenerasi menggantikan sel-sel yang rusak dengan sel-sel identis atau sel-sel serupa. GAS adalah respon pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stres. Respon ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrin. GAS terdiri atas reaksi peringatan, tahap resisten dan tahap kehabisan tenaga. Pada tahap alarm respon simpatis fight or flight diaktifkan yang bersifat defensif dan anti inflamasi yang akan menghilang dengan sendirinya. Bila stresor menetap maka akan beralih ke tahap pertahanan. Pada tahap pertahanan tubuh individu berupaya untuk mengadaptasi terhadap stresor. Jika stresor tetap terus menetap maka individu memasuki tahap kehabisan tenaga. Tahap kehabisan tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stres dan ketika energi yang
13 Universitas Sumatera Utara
diperlukan untuk mempertahankan adaptasi sudah menipis. Tubuh tidak mampu untuk mempertahankan dirinya terhadap dampak stresor, regulasi fisiologis menghilang, dan jika stres berlanjut dapat terjadi kematian b. Respon psikologis Pemajanan terhadap stresor mengakibatkan respon adaptif psikologis dan fisiologis. Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif dan destruktif. Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi.19 2.1.6. Efek stres Menurut American Institude of Stress adapun efek yang ditimbulkan dari stress antara lain:18 1. Sistem Neurologis Ketika stres baik fisiologi atau psikologis tubuh tiba-tiba menggunakan energi untuk melawan ancaman yang dirasakan yang dikenal sebagai respon "fight or flight". Sistem saraf simpatikakan mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal untuk melepaskan adrenalin dan kortisol. Hormon ini menyebabkan jantung berdetak lebih cepat, meningkatkan tekanan darah, mengubah proses pencernaan dan meningkatkan kadar glukosa dalam aliran darah. Setelah krisis berlalusistem tubuh biasanya kembali normal. 2. Sistem Muskuloskeletal Pada saat stresotot menjadi tegang. Kontraksi otot untuk waktu yang lama dapat memicu sakit kepala, migrain dan berbagai kondisi muskuloskeletal. 3. Sistem Respirasi Stres dapat membuat kita bernapas lebih keras dan bernapas lebih cepat atau hiperventilasi yang dapat menyebabkan serangan panik pada beberapa orang 4. Sistem Cardiovascular
14 Universitas Sumatera Utara
Stres akut (stressesaatseperti terjebak dalam lalu lintas) menyebabkan peningkatan denyut jantung dan kontraksi lebih kuat pada otot jantung. Pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otot besar dan jantung berdilatasi meningkatkan jumlah darah yang dipompa ke bagian-bagian tubuh. Episode stres akut yang berulangdapat
menyebabkan
peradangan
pada
arteri
koroner
sehingga
menyebabkan serangan jantung. 5. Sistem Endokrin •
Kelenjar adrenal Ketika tubuh mengalami stres, otak akanmengirimkan sinyal dari hipotalamus
sehingga
korteks
adrenal
memproduksi
kortisol
dan
adrenal
medulla
memproduksi epinefrine inilah yang disebut dengan "hormon stres" •
Hati Ketika kortisol dan epinefrin dilepaskan maka hati akanmemproduksi lebih
banyak glukosa. Gula darah yang meningkat akan memberikankita energi untuk fight or flight dalam keadaan darurat 6. Sistem Gastrointestinal •
Esofagus Stresmendorong kita untuk makan lebih banyak atau lebih sedikit
daribiasanya. Jika kita makan lebih banyak atau mengkonsumsi tembakau atau alkohol yang berlebihan memungkinkankita mengalami nyeri ulu hati atau refluks asam lambung. •
lambung Lambung kita dapat mengakibatan rasa mual atau sakit Jika mengalami stres
yang parah. •
usus Stres dapat mempengaruhi pencernaan dan penyerapan gizi di usus. Stres juga
dapat mempengaruhi seberapa cepat makanan bergerak di saluran cerna. Kita mungkin dapat mengalami diare atau konstipasi.
15 Universitas Sumatera Utara
7. Sistem reproduksi •
Pada pria Kelebihan
jumlah
kortisolyang
diproduksi
pada
saat
stresdapat
mempengaruhi fungsi normal dari sistem reproduksi. Stres kronis dapat mengganggu
keseimbangan
testosteron
dan
produksi
sperma
sehingga
mengakibatkan impotensi •
Pada wanita Stres dapat menyebabkan tidak ada atau tidak teraturnya siklus menstruasi
atau periode menstruasi yang sakit. Stres juga dapat mengurangi gairah seksual.
2.2. Tidur 2.2.1. Definisi tidur Tidur adalah proses fisiologi yang berputar dan bergantian, dengan periode jaga yang lebih lama. Siklus tidur bangun memengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon prilaku .25 Tidur merupakan keadaan organisme yang teratur, berulang, dan mudah dibalikkan yang ditandai oleh relatif tidak bergerak dan peningkatan besar ambang respon terhadap stimuli eksternal relatif dari keadaan terjaga.26 2.2.2. Fungsi tidur Fungsi tidur telah diteliti dalam berbagai cara: sebagai besar penelitian menyimpulkan bahwa tidur memiliki fungsi restoratif dan homeostatik dan tampaknya penting untuk termoregulasi dan cadangan energi normal.26 Tujuan tidur masih belum jelas. Tidur berkonstribusi dalam menjaga kondisi fisiologis dan psikologis. Menurut McCance dan Huether (2006) Tidur NREM membantu perbaikan jaringan tubuh. Selama tidur NREM, fungsi biologis lambat. Denyut jantung normal orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70-80 denyut per menit atau kurang jika individu berada dalam kondisi fisik yang sangat baik. Namun, selama tidur denyut jantung turun sampai 60 denyut permenit atau kurang. Ini berarti bahwa selama tidur jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat
16 Universitas Sumatera Utara
dalam setiap menit atau 60-120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Oleh karena itu, tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung. Fungsi biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah pernapasan, tekanan darah, dan otot .25 2.2.3. Faktor yang mempengaruhi tidur Sejumlah faktor yang memengaruhi kualitas dan kuantitas tidur. Sering kali faktor tunggal bukanlah satu satunya penyebab untuk masalah tidur. Faktor fisiologis , psikologis, dan faktor lingkungan sering mengubah kualitas dan kuantitas tidur. 25,27 a. Obat dan substansi Menurut Schweitzer obat tidur dapat mengubah pola tidur an menurunkan kewaspadaan di siang hari, yang kemudian menjadi masalah bagi individu. Obat yang diresepkan untuk tidur sering menyebabkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Adapun beberapa obat dan substansi yang dapat menyebabkan gangguan tidur antara lain: -
Alkohol Obat anoreksia Antikolinergik Antikejang (lamotrigin dan fentoin) Antidepresan (bupropion, fluoxentine, phenelzine, protriptyline, tranylcypromine, venlafaxine) Antihipertensi (daunorubicin, goserelin, interferon-a, leuprolide) Antiparkinson Bronkodilator (albuterol, metaproterenol, salmeterol, terbutaline) Kontrasepsi oral Kortikosteroid Obat batuk dan flu/dekongestan (phenylpeopanolamine, pseudoefedrin) Diuretic (tiazide) Hormon (progesterone, tiroid) Hipolipidemi Quinidine Teofilin
17 Universitas Sumatera Utara
b. Gaya hidup Rutinitas seorang dapat memengaruhi pola tidur. Seorang individu yang bekerja secara rotasi (misalnya, 2 minggu siang hari diikuti oleh 1 minggu malam hari) sering mengalami kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Sebagai contoh, jam internal tubuh diatur pada jam 11 malam, tetapi jadwal kerja memaksa tidur di jam 9. Individu hanya dapat tidur 3 atau 4 jam karena tubuh merasa
bahwa
sudah
waktunya
untuk
bangun
dan
aktif.
Kesulitan
mempertahankan kewaspadaan selama waktu kerja menghasilkan penurunan dan bahkan kinerja yang berbahaya. Setelah beberapa minggu bekerja di shift malam, jam biologis seseorang biasanya menyesuaikan diri. Perubahan lain dalam rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi melakukan pekerjaan berat yang tidak biasa, terlibat dalam kegiatan sosial sampai larut malam, dan mengubah waktu makan malam. c. Lingkungan lingkungan fisik di mana seseorang tidur secara signifikan memengaruhi kemampuan untuk memulai tidur. Ventilasi yang baik sangat penting untuk tidur yang nyenyak. Ukuran, kenyamanan, dan posisi tempat tidur memengaruhi kualitas tidur. Jika seseorang biasanya tidur dengan individu lain, maka tidur sendiri akan sering menyebabkannya terjaga. Di sisi lain, tidur dengan teman tidur yang gelisah atau mendengkur dapat mengganggu tidur. d. Gangguan psikiatri dan stress emosional Beberapa gangguan psikiatri yang seringkali berhubungan dengaan gangguan tidur adalah gangguan mood, gangguan anxietas, gangguan panik, post-traumatic stress disorder, psikosis, eating disorder, alcoholism, somatoform disorder, dan gangguan personality. Khawatir atas masalah-masalah pribadi atau situasi sering mengganggu tidur. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering menyebabkan frustasi ketika tidak dapat tidur. Stres juga menyebabkan seseorang berusaha terlalu keras untuk dapat tidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau tidur terlalu lama. Stres yang berkelanjutan menyebabkan kebiasaan tidur yang tidak baik.
18 Universitas Sumatera Utara
e. Pola tidur yang lazim f. Makanan dan asupan kalori Mengikuti kebiasaan makan yang baik penting untuk menciptakan tidur yang baik g. Latihan dan kelelahan. Seseorang yang cukup lelah biasanya dapat tidur dengan nyenyak, terutama jika kelelahan tersebut merupakan hasil kerja atau latihan yang menyenangkan. Berolahraga 2 jam atau lebih sebelum tidur memungkinkan tubuh untuk mendinginkan, mengurangi kelelahan, serta meningkatkan relaksasi. Namun, kelelahan yang berlebihan yang berasal dari pekerjaan yang melelahkan atau stres membuat sulit tidur. Ini adalah masalah umum bagi anak-anak sekolah dasar dan remaja. h. Penyakit medis Adapun penyakit medis yang mengakibatkan gangguan tidur antara lain: -
Gangguan respirasi : obstructive sleep apnea, central sleep apnea, sleeprelated asthma, penyakit paru obstruktif kronis, dan central alveolar hypoventilation syndrome
-
Gangguan jantung : angina nokturnal dan gagal jantung kongestif
-
Sindroma nyeri : osteoartritik, rematoid arthritis, dan fibromyalgia
-
Gangguan gastrointestinal : sleep-related abnormal swallowing syndrome, sleep-related gastroesofageal reflux, dan peptic ulcer disease
-
Gangguan dermatologis : pruritus
-
Kanker
-
Penyakit infeksi : AIDS
2.2.4. Fisiologi tidur Tidur terdiri dari dua fisiologis : tidur dengan gerakan mata tidak cepat ( Non Rapid Eye Movement / NREM) dan tidur dengan gerakan mata cepat (Rapid Eye Movement / REM). Diawali dengan NREM yang kemudian berubah menjadi
19 Universitas Sumatera Utara
REM pertama pada malam hari tersebut.26 Pada dewasa muda kebutuhan tidur rata-rata 6 sampai 8 ½ jam. Sekitar 20 % waktu tidur adalah tidur REM. 25 2.2.4.1. Non Rapid Eye Movement (NREM) Dibandingkan dengan keadaan terjaga, sebagian besar fungsi fisiologis jelas menurun pada keadaan tidur NREM. NREM terdiri dari empat stadium : 1. NREM stadium satu Termasuk tingkat tidur paling ringan, tahap berlangsung beberapa menit, penurunan aktifitas fisiologi diawali dengan penurunan bertahap tanda vital dan metabolism, rangsangan sensorik seperti suara dapat membangunkan seseorang dengan mudah, dan setelah terbangun, orang akan seola-olah baru saja bermimpi. 2. NREM stadium dua Periode tidur nyenyak, semakin rileks, mudah terjaga, tahap berlangsung 10 hingga 20 menit, fungsi tubuh terus melambat . 3. NREM stadium tiga Mengawali tahap awal tidur nyenyak, seseorang sulit untuk dibangunkan dan digerakkan, otot menjadi rileks, tanda-tanda vital mengalami penurunan tetapi teratur, tahap ini berlangsung 15 sampai 30 menit 4. NREM stadium empat Tahap terdalam dari tidur , sangat sulit untik dibangunkan, jika sudah tertidur maka seseorang akan menghabiskan sebgian besar dari malam di tahap ini, tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun, tahap berlangsung sekitar 15 sampai 30 menit, tidur sambil berjalan dan enuresis (mengompol) kadang-kadang terjadi.
2.2.4.2. Rapid Eye Movement (REM) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul, mimpi yang kurang jelas terjadi pada tahap lainnya, tahap biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai, kehilangan ketegangan masa otot, sekresi lambung meningkat, sangat sulit untuk dibangunkan, durasi REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
20 Universitas Sumatera Utara
Adapun ditandai oleh respon otonom yaitu : •
Gerakan mata cepat
•
Denyut jantung dan pernafasan yang berfluktuasi
•
Peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.25
Bila seseorang sangat mengantuk, REM berlangsung singkat dan bahkan mungkin tidak ada. Sebaliknya sewaktu orang semakin lebih nyenyak pada tidur nya, maka durasi tidur REM juga akan semakin lama.28 Tidur REM berbeda secara kualitatif yang ditandai oleh tingkat aktivitas otak dan fisiologis yang sangat aktif yang mirip dengan keadaan terjaga. Pada saat dewasa distribusi dari tahap tidur adalah sebagai berikut : Non-Rapid Eye Movement (REM) 75 persen yang terbagi atas 4 tahap diantaranya : -
Tahap 1 : 5 persen
-
Tahap 2 : 45 persen
-
Tahap 3 : 12 persen
-
Tahap 4 : 13 persen
Rapid Eye Movement (REM) 25 persen. 26
2.2.5. Jenis-jenis tidur Terdapat 2 jenis tidur, yang ditandai oleh pola EEG yang berbeda dan prilaku yang berlainan : tidur gelombang lambat dan tidur parodoksal atau REM. Tidur gelombang lambat terjadi dalam empat tahap, dinamai tidur gelombang lambat karena masing-masing tahap memperlihatkan gelombang EEG yang semakin pelan dengan amplitudo lebih besar. Pada permulaan tidur, anda berpindah dari tidur ringan (tidur ayam) stadium 1 menjadi tidur dalam empat stadium ( tidur gelombang lambat) dalam waktu 30 sampai 45 menit, kemudia anda berbalik melalui stadium-stadium yang sama dalam periode waktu yang sama.
21 Universitas Sumatera Utara
Tidur parodoksal terdapat pada akhir masing-masing siklus tidur gelombang lambat yang terjadi selama 10 sampai 15 menit. Dinamakan tidur parodoksal karena pola EEG selama periode ini mendadak berubah seperti dalam keadaan terjaga, meskipun anda masih tidur lelap. Setelah episode paradoks tersebut, stadium-stadium tidur gelombang lambat kembali berulang. Sepanjang malam, seseorang secara siklik bergantian mengalami kedua jenis tidur tersebut. Dalam siklus tidur normal, selalu melewati tidur gelombang lambat sebelum masuk ke tidur paradoksal.29 2.2.6. Kualitas tidur Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang tentang pengalaman tidur, mengintegrasikan aspek inisiasi tidur, pemeliharaan tidur, kuantitas/lamanya tidur, dan penyegaran saat bangun. Tidak memiliki definisi yang jelas.30 Menurut WHO, Kualitas tidur adalah suatu yang sangat kompleks dalam masalah kesehatan, yang melibatkan faktor individu, faktorgenetik,karakteristik fisiologis, kesehatan fisik, emosional danfaktor psikologis, keluarga dan faktor sosial.31 Sedangkan menurut hidayat kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk.7 Kualitas tidur merupakan faktor penting untuk kesehatan. Ada bukti bahwa kurang tidur dapat menyebabkan lebih banyak kecelakaan lebih. Kualitas tidur yang buruk memiliki dampak besar pada kesehatan fisik di jangka panjang. Sebuah peningkatan yang signifikan dari risiko penyakit jantung bahkan mungkin kematian. Selanjutnya, kualitas tidur sering dibahas dalam konteks dengan kesehatan mental. Bukti yang mendukung hipotesis bahwa kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan kesehatan mental dan kesejahteraan menurun.31
22 Universitas Sumatera Utara
Kualitas tidur seseorang dinilai dari beberapa aspek, yaitu : •
Lamanya waktu tidur
•
Gangguan tidur
•
Masa laten tidur
•
Disfungsi tidur pada siang hari
•
Efisiensi tidur
•
Kualitas tidur
•
Penggunaan obat tidur 32
Durasi tidur dan kualitas bervariasi antara orang-orang dari semua kelompok umur. Misalnya, satu orang merasa cukup beristirahat dengan tidur 4 jam, sedangkan yang lainnya memerlukan waktu 10 jam. Adapun pembagian durasi tidur berdasarkan usia : •
Neonatus Neonatus atau bayi beru lahir sampai usia 3 bulan tidur rata-rata sekitar 16 jam sehari, tidur hamper terus-menerus selama minggu pertama.
•
Bayi Bayi biasanya melakukan beberapa kali tidur siang, namun tisur rata-rata selama 8 sampai 10 jam dimalam hari dengan waktu tidur total 15 jam setiap hari.
•
Balita Pada umur 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari.
•
Anak-anak prasekolah Rata-rata lama tidur anak prasekolah adalah sekitar 12 jam semalam.
•
Anak usia sekolah Jumlah tidur yang diperlukan bervariasi sepanjang masa sekolah. Anak usia 6 tahun rata-rata tidur 11 sampai 12 jam semalam, sedangkan anak usia 11 tahun sekitar 9 sampai 10 jam.
•
Remaja Rata-rata remaja mendapatkan sekitar 71/2 jam tidur permalam.
23 Universitas Sumatera Utara
•
Dewasa muda Kebanyakan orang dewasa muda rata-rata tidur 6 samapai 81/2 jam permalam.
•
Dewasa menengah Selama masa dewasa menengah, total tidur di malam hari mulai menurun. Jumlah tidur stadium 4 mulai turun, penurunan terus berlangsung seiring dengan meningkatnya usia.
•
Lansia Keluhan kesulitan tidur meningkat seiring dengan meningkatnya umur25
24 Universitas Sumatera Utara