7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Kehamilan
2.1.1. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah peristiwa di mana di dalam rahim seorang wanita berkembangnya embrio menjadi fetus yang aterm. Kehamilan
terjadi karena
adanya proses pembuahan ovum oleh sperma (Guyton and Hall, 2007). Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu) dan tidak melebihi dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan ini disebut dengan kehamilan aterm. Jika kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut dengan kehamilan prematur. Ditinjau dari usia kehamilan, kehamilan dibagi menjadi tiga bagian yang disebut dengan trimester. Trimester pertama antara 0 – 12 minggu atau tiga bulan pertama. Trimester kedua minggu ke- 13 sampai minggu ke -27 (15 minggu). Dan trimester ketiga atau trimester terakhir merupakan minggu ke-28 hingga minggu ke-40 (Prawirohardjo, 2010). 2.1.2. Adaptasi Fisiologis Ibu Hamil Ibu hamil mengalami perubahan pada tubuhnya sebagai respons rangsang fisiologis yang ditimbulkan oleh janin. Karena adanya adaptasi fisiologis ini , maka dapat berdampak menjadi sebuah kelainan apabila tidak dijaga dengan baik. Pengenalan adaptasi fisiologis ibu hamil merupakan acuan dasar untuk mengenali keadaan patologis untuk ibu hamil. Adaptasi fisiologis ini berupa : 1. Sistem Kardiovaskuler a. Volume Darah Penambahan volume darah mulai meningkat pada usia 6 minggu kehamilan dan meningkat hingga 45-50% pada 34 minggu usia kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Penambahan volume darah ini mempunyai
tiga fungsi utama. Pertama, untuk memenuhi
kebutuhan uterus yang membesar. Kedua, untuk melindungi ibu
Universitas Sumatera Utara
8
dan juga janinnya dari terganggunya aliran balik vena pada posisi telentang dan berdiri tegak. Ketiga,
untuk menjaga ibu dari
kehilangan darah dalam persalinan (Cunningham et al., 2006). b. Konsentrasi hemoglobin Pada kehamilan, proses erytropoetin meningkat sehingga sel darah merah juga meningkat. Akan tetapi, peningkatannya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan penambahan volume plasma darah, sehingga konsentrasi hemoglobin berkurang atau disebut anemia delutional. Pada akhir trimester kedua terjadi penurunan kadar hemoglobin berkisar 1-2 g/dl dan akan lebih stabil pada trimester ketiga (Chandra et al., 2012). c. Curah jantung Berdasarkan penelitian Savu et al. (2012), curah jantung ibu hamil meningkat secara progresif dan di mulai pada akhir trimester pertama. Tekanan sistol, diastol, dan tekanan arteri pada ibu hamil cenderung menurun pada trimester kedua
dan
akan sedikit
meningkat pada trimester ketiga. Tekanan resistensi vaskuler juga menurun pada trimester kedua , tetapi tidak mengalami perubahan pada trimester ketiga. Penurunan tekanan arteri dan resistensi vaskuler dan meningkatnya volume darah juga mempengaruhi meningkatnya curah jantung ibu hamil. 2. Perubahan Metabolisme Pada ibu hamil terjadi peningkatan basal metabolic rate (BMR) dan meningkat sekitar 15-20% pada trimester ketiga. Sekresi hormon seperti hormon tiroksin, hormon korteks adrenal, dan hormon-hormon seks juga meningkat pada ibu hamil. Perubahan metabolisme ibu hamil dapat berupa: a. Pertambahan berat badan Pertambahan berat badan selama kehamilan sebagian besar diakibatkan oleh pertambahan besar uterus dan
isinya,
peningkatan volume darah serta cairan ekstraseluler. Uterus
Universitas Sumatera Utara
9
membesar kira-kira 50 gram hingga 1100 gram. Peningkatan berat badan rata-rata ibu hamil adalah 24 pon dan penambahan berat badan ini terjadi selama trimester kedua. Dari penambahan berat badan ini, sekitar 7 pon adalah fetus dan 4 pon adalah cairan amnion, plasenta, dan selaput amnion. Uterus membesar sekitar 2 pon dan payudara juga 2 pon. Peningkatan 9 pon lagi adalah sekitar 6 pon merupakan cairan pada ibu hamil dan 3 pon merupakan lemak di bawah kulit ibu hamil (Guyton and Hall, 2007). b. Metabolisme karbohidrat, lemak. Pada ibu hamil terjadinya hiperinsulinemia dan progresifitas insulin resistensi. Mekanisme yang mempengaruhi resitensi insulin belum diketahui dengan pasti, tetapi adanya kemungkinan pengaruh
dari hormon estrogen dan progesteron secara tidak
langsung. 3. Sistem Respirasi Pada ibu hamil, frekuensi pernafasan meningkat untuk mempertahankan ventilasi tambahan ibu hamil. Ibu hamil yang usia kehamilannya diatas 32 minggu sering mengeluh rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini dikarenakan uterus membesar sehingga menekan
isi abdomen dan isi abdomen
menekan ke arah diafragma yang menyebabkan diafragma kurang bergerak secara leluasa. Pada ibu hamil, kebutuhan oksigen juga meningkat kira-kira 20% sehingga selalu bernafas lebih dalam (Prawirohardjo, 2010). 4. Sistem Urinarius Kecepatan pembentukan urin ibu hamil juga sedikit meningkat karena peningkatan asupan cairan dan bahan-bahan lainnya. Kemampuan reabsorpsi tubulus ginjal untuk natrium, klorida, dan air juga meningkat 50%. Laju filtrasi glomerulus juga meningkat sebanyak 50 % selama kehamilan sehingga meningkatkan kecepatan eksresi air dan elektrolit di dalam urine (Guyton and Hall, 2007).
Universitas Sumatera Utara
10
5. Kulit Estrogen dan Progesteron memiliki efek perangsangan melanosit sehingga terjadi proses pigmentasi. Proses pigmentasi ini melalui pengaruh melanophore stimulating hormone yang meningkat. Pada banyak wanita, garis pada abdomen akan mudah terpigmentasi yang berwarna hitam kecoklatan membentuk linea nigra. Di daerah leher dan areola mammae juga sering mengalami hiperpigmentasi. Kulit perut ibu hamil juga tidak jarang seolah-olah retak, warnanya berubah agak hiperemesis dan kebirubiruan, disebut striae livide (Prawirohardjo, 2010). 6. Sistem Imunologis Sistem Imunologis humoral dan selular mengalami penurunan, titer antibodi humoral terhadap beberapa virus juga menurun selama kehamilan (Prawirohardjo, 2010). 2.2.
Masalah – Masalah Ibu Hamil
2.2.1. Kekurangan Energi Kronis (KEK) Kekurangan energi kronis merupakan suatu keadaan di mana status gizi seseorang buruk yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro. Kebutuhan asupan gizi ibu hamil akan meningkat untuk pertukaran zat makanan kepada janin melalui plasenta. Peningkatan kebutuhan ibu hamil ini memerlukan penambahan konsumsi pangan sumber energi. Kekurangan mengkonsumsi kalori pada ibu hamil menyebabkan malnutrisi atau biasa disebut dengan KEK (Rahmania et al., 2013). Wanita hamil yang mengalami kekurangan energi kronis memiliki risiko melahirkan bayi lahir berat rendah (BBLR) dan mortalitas prenatal yang tinggi. Wanita hamil malnutrisi juga memiliki sistem imun yang rendah sehingga mudah terinfeksi penyakit dan akan mengalami penurunan volume pengeluaran air susu ibu (ASI). Rasa lelah dan sakit kepala yang berlebihan pada ibu hamil juga merupakan gejala dampak dari kurangnya energi pada ibu hamil. Adanya kelahiran prematur juga merupakan dampak dari malnutrisi atau kekurangan energi kronis pada ibu hamil (Opara et al., 2011).
Universitas Sumatera Utara
11
Banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK), seperti : pengetahuan, pola makan, tingkat ekonomi rumah tangga, status gizi sebelum kehamilan, dan status anemia ibu hamil. Ibu hamil yang pernah sakit dalam jangka waktu lebih dari dua minggu mempunyai risiko menjadi KEK 1,66 kali dibandingkan ibu hamil yang tidak pernah sakit. Ibu hamil yang memiliki badan yang kurus sebelum hamil juga mempunyai resiko KEK 2,56 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang badannya tidak kurus (Sumarno, 2005). 2.2.2. Anemia Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi ibu hamil di mana kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl (Depkes, 2009). Berdasarkan Center for Disease Control dalam Prawirohardjo (2010), adanya nilai batas kadar hemoglobin sesuai dengan trimester ibu hamil.
Dikatakan anemia pada ibu hamil jika kadar
hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama atau kurang dari 10,5 pada trimester kedua dan ketiga. Penyebab anemia terbanyak adalah kurangnya asupan zat besi, yang disebut dengan anemia defisiensi besi. Kurangnya asupan zat besi selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : menurunnya pemenuhan zat besi, kebutuhan zat besi yang meningkat untuk fetus, dan adanya perubahan pada volume plasma ibu hamil. Anemia defiensi besi dapat menyebabkan ibu hamil menjadi lebih mudah lemah, pucat, lesu, dan pendarahan (Laflamme, 2010). Anemia defiensi besi dapat menimbulkan gangguan terhadap pertumbuhan sel tubuh dan sel otak janin. Ibu hamil yang mengalami anemia defiensi besi dapat mengalami keguguran, melahirkan sebelum waktunya (prematur), berat badan bayi lahir rendah (BBLR), dan adanya risiko pendarahan saat melahirkan. Anak yang dilahirkan dengan anemia defiensi besi dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak. Anak juga tidak dapat mencapai tinggi badan yang optimal dan menjadi kurang cerdas. Anemia yang sangat berat pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko kematian bagi ibu dan bayi (Depkes, 2009). Pencegahan anemia defiensi besi dapat dilakukan dengan pemberian
Universitas Sumatera Utara
12
suplementasi besi pada ibu hamil. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis ibu hamil. Di wilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi, maka dianjurkan untuk memberikan suplemen besi sampai tiga bulan setelah melahirkan. Pemberian suplemen besi setiap hari ini dapat menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat lahir rendah (Prawirohardjo, 2010). 2.2.3. Hipertensi Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Etiologi hipertensi pada kehamilan masih belum jelas. Banyak teori yang menyatakan hipertensi dalam kehamilan, salah satunya adalah teori gizi pada kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Hipertensi pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi yang serius, yaitu : uteroplacental insufficiency, abrupsi plasenta, intrauterine growth restriction, dan bayi lahir kurang bulan (Keffe et all, 2008). Berdasarkan penelitian Kazemian et al (2012), wanita yang mengalami hipertensi gestasional memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak khususnya asam lemak jenuh. Rendahnya konsumsi karbohidrat dan vitamin C juga memberi risiko hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsia juga dipengaruhi oleh tingginya asupan zat lemak pada ibu hamil.
Menurut Krummel (2008)
dalam Kazemian et al (2012) menyatakan bahwa asupan kalium pada wanita yang mengalami hipertensi rendah daripada wanita hamil yang sehat. Mekanisme kalium mempengaruhi tekanan darah dengan menekan (supress) renin angiotensin sistem, mengaktivasi natrium-kalium pump, dan meningkatkan eksresi natrium dan air, dan menurunkan tahanan vaskular. Hipertensi pada kehamilan diklasifikasikan berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy dalam Prawirohardjo (2010), yaitu : 1. Hipertensi Kronik, yaitu hipertensi yang timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Universitas Sumatera Utara
13
2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria 3. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang 4. Hipertensi Kronik dengan superimposed preeklampsia, yaitu hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia. 5. Hipertensi Gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan disertai
proteinuria
dan
hipertensi
menghilang
setelah
3
bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tanpa proteinuria. Tanda-tanda preeklampsia adalah hipertensi, proteinuria dan edema generalisata (anasarka). Faktor resiko hipertensi dalam kehamilan bila didapatkan edema generalisata atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu. Primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu <0,34 kg/minggu menurunkan resiko hipertensi, tetapi menaikkan risiko berat badan bayi lahir rendah (Prawirohardjo, 2010). 2.2.4. Obesitas Pada 25 tahun terakhir ini, terjadi perubahan lifestye atau gaya hidup masyarakat. Pola makan yang lebih menyukai makan cepat saji atau fast food sudah menjadi kebiasaan makan masyarakat. Makanan cepat saji atau fast food memiliki gizi yang rendah dibandingkan dengan buah dan sayuran. Perubahan gaya hidup ini menyebabkan prevalensi overweight dan obesitas menjadi tinggi, sedangkan prevalensi gizi buruk masih tinggi di negara berkembang. Ketika ibu hamil mengalami obesitas atau gizi berlebih makan berdampak serius terhadap ibu dan janinnya. Keadaan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme pada ibu hamil yang akan mempengaruhi pengiriman zat gizi pada janin. Ibu hamil yang mengalami obesitas akan beresiko mengalami diabetes melitus dan hipertensi. Komplikasi lainnya adalah terganggu pernafasan ibu hamil yaitu terjadinya snoring dan sleep apnea sehingga membutuhkan posisi yang baik ketika tidur. Ibu hamil yang obesitas juga memiliki komplikasi dalam proses
Universitas Sumatera Utara
14
melahirkan. Adanya peningkatan resiko terjadinya kelahiran prematur (<32 minggu umur gestasi) di bandingkan ibu hamil yang memiliki status gizi normal. Kelebihan gizi ibu hamil juga mempengaruhi berat janin sehingga adanya risiko bayi yang dilahirkan adalah makrosia. Hal ini menyebabkan ibu hamil harus memilih pertolongan persalinan sectio secarea (Keffe et al., 2008). 2.3.
Pengetahuan Gizi Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dsb.) Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi seseorang terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh dari indra mata (penglihatan) dan indra telinga (pendengaran). Pengetahuan atau kognitif sangat berpengaruh tindakan seseorang (Notoatmodjo,2011). Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil adalah kesadaran dan pemahaman tentang gizi dan aspek kesehatan selama kehamilan yang diketahuinya. Pengetahuan gizi ibu hamil ini dapat mencakup pengertian makanan bergizi, pola makan seimbang bergizi, dampak negatif dari kekurangan gizi bagi ibu dan anak, serta pengetahuan sumber makanan yang mengandung zat gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, zat besi, asam folat (Daba et al., 2013). Pengetahuan dibagi dengan 6 tingkatan, yaitu : 1. Tahu (know) Tahu merupakan mengingat kembali atau recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya merupakan pengukuran untuk seseorang bahwa dia tahu tentang apa yang dipelajarinya (Notoatmodjo, 2011). 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut
Universitas Sumatera Utara
15
secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan terhadap objek yang telah dipelajarinya (Notoatmodjo, 2011). 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2011). 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam kompenen-kompenen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Indikasi pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang
tersebut
telah
dapat
membedakan,
atau
memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut (Notoatmodjo, 2011). 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimilikinya. Dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya
:
dapat
menyusun,
dapat
merencanakan,
dapat
meringkaskan, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2011). 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo, 2011).
Universitas Sumatera Utara
16
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, angket, dan kuesioner . Wawancara, angket dan kuesioner ini menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan di atas. 2.4.
Praktik Gizi
2.4.1. Definisi Suatu sikap belum terwujud dalam suatu tindakan atau praktik (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan perlu faktor lain seperti fasilitas, sarana, dan prasarana. Tingkat-tingkat Praktik : 1. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. 2. Respons terpimpin Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua. 3. Mekanisme (mechanism) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis 4. Adopsi Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2011). Praktik gizi adalah suatu tindakan dan kebiasaan seseorang dalam mengkonsumsi asupan gizinya sehari-hari. Praktik gizi yang baik adalah mengkonsumsi gizi dengan pola gizi yang seimbang. Praktik gizi juga merupakan praktik kesehatan seseorang. Praktik kesehatan adalah tindakan seseorang untuk mencegah dirinya dari keadaan sakit seperti menjaga kebersihan dan aktivitas fisik (Liu et al., 2009). Praktik kesehatan juga dapat melakukan pencarian pengobatan seperti berusaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan. Ibu hamil melakukan praktik
Universitas Sumatera Utara
17
kesehatan yang baik dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilannya ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas, klinik, dan rumah sakit secara berkala. STIMULUS (RANGSANGAN)
PROSES STIMULUS
REAKSI TERBUKA
REAKSI TERTUTUP (PENGETAHUAN DAN SIKAP)
Gambar 2.1 Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sumber : Notoatmodjo (2011) Pengukuran perilaku atau tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan beresponden (Notoatmodjo, 2011).
2.4.2.
Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kalori Kebutuhan kalori ibu hamil meningkat untuk pertumbuhan fetus, placenta, dan untuk memenuhi kebutuhan adaptasi fisiologi ibu hamil, yaitu meningkatnya basal metabolic rate (BMR)
pada ibu hamil.
Menurut Recommended Dietary Allowances Southest Asia
(RDA
SEA), kebutuhan kalori ibu hamil pada trimester kedua meningkat 360 kkal/hari. Pada trimester ketiga kebutuhan kalori meningkat menjadi 475 kkal/hari (RDA-SEA, 2005). 2. Protein Protein berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta mengurangi resiko lahir kurang bulan (preterm). Protein juga
Universitas Sumatera Utara
18
dibutuhkan untuk sintesis transpor molekul seperti hemoglobin, albumin, dan mioglobin. Kebutuhan protein menurut RDA pada ibu hamil meningkat 25 g/ hari dari sebelum hamil atau sekitar 71 g/hari. Sumber protein terbagi dua, yaitu protein nabati dan hewani. Protein hewani seperti telur, susu, daging, ikan, dll. Protein nabati seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, dll (RDA-SEA, 2005). 3. Karbohidrat Kebutuhan karbohidrat pada ibu hamil meningkat 175 gr/hari. Kebutuhan karbohidrat ini untuk mencegah terjadinya ketosis prenatal. Ketosis prenatal menyebabkan lambatnya perkembangan otak pada janin (RDA-SEA, 2005). 4. Asam folat Asam folat sangat dibutuhkan pada ibu hamil. Asam folat berguna untuk erithropoesis, pertumbuhan dan perkembangan janin, serta untuk mencegah neural defect tube (NTDs). Mekanisme asam folat untuk mencegah penyakit NTDs masih belum jelas. Hipotesis Bjorklund et al. (2006) dalam Yakoob et al. (2009) asam folat digunakan untuk post-translasi metilasi dari arginin dan histidin untuk meregulasi domain dari citoskeleton, di mana unutuk diferensiasi jaringan neural. Kebutuhan asam folat pada ibu hamil adalah 600µ gr. Pada wanita sebelum hamil dan selama dua bulan pertama kehamilan, diberikan suplemen asam folat 4 mg.
Sumber makanan yang
mengandung asam folat adalah sayur yang berwarna hijau (bayam, brokoli, dll), hati, buah jeruk, alpokat,dll. 5. Besi Kebutuhan zat besi pada ibu hamil menurut RDA adalah 27 mg/hari. Kebutuhan zat besi ini berguna untuk mencegah ibu hamil mengalami anemia selama kehamilan. Apabila ibu hamil mengalami anemia maka kebutuhan oksigen pada janin akan terganggu. Sumber makanan besi yang berasal dari hewan mudah diserap oleh usus dengan baik. Makanan yang mengandung asam oksalat yang tinggi dapat
Universitas Sumatera Utara
19
mengurangi penyerapan besi. Besi lebih mudah diserap jika dimakan dengan makanan yang mengandung vitamin C yang tinggi (RDA-SEA, 2005). 6. Kalsium Kebutuhan kalsium pada ibu hamil adalah 1000 mg/hari – 1300 mg/hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi bayi. Sumber makanan kalsium adalah daging, keju, susu, brokoli, dan sayuran berwarna hijau lainnya (RDA-SEA, 2005). 7. Yodium Berdasarkan RDA, kebutuhan yodium pada ibu hamil adalah 200µg/hari. Kebutuhan yodium ini untuk mencegah hipotiroid pada ibu hamil dan janin serta untuk mencegah kerusakan otak janin. Sumber makanan yodium adalah garam beryodium dan sumber makanan dari laut (RDA-SEA, 2005). 8. Vitamin A Kebutuhan vitamin A pada ibu hamil menurut RDA adalah 800 µg/hari. Vitamin A dibutuhkan untuk pertumbuhan dan disimpan di hepar janin, serta berperan dalam diferensiasi sel pada proses embriogenesis di awal kehamilan. Sumber vitamin A adalah daging, ikan, telur, dll. Pemberian vitamin A tidak boleh melebihi atau maksimum 3000µg/hari karena dapat menyebabkan fetal toxicity (RDA-SEA, 2005). 9. Vitamin D Kebutuhan vitamin D pada ibu hamil adalah 5 µg/hari. Sumber makanannya adalah ikan, hati, minyak, dan susu. Berdasarkan Devereux ( 2007) dalam Santiago et al. (2013) kekurangan vitamin D dan E pada ibu hamil meningkatkan risiko gangguan pernafasan termasuk asma atau wheezing pada anak. 10. Vitamin C Buah merupakan sumber vitamin C yang paling banyak. Sayuran juga mengandung vitamin C seperti tomat, bunga kol, dan kailan. Vitamin
Universitas Sumatera Utara
20
C berfungsi untuk meningkatkan neutrofil pada ibu hamil. Vitamin C juga diperlukan untuk pertumbuhan janin agar tidak menjadi sumbing atau scurfy. Kebutuhan vitamin C berdasarkan RDA adalah 80 mg/hari pada ibu hamil (RDA-SEA, 2005). 11. Vitamin B1 ( thiamin) Thiamin banyak terdapat di seluruh tumbuhan dan hewan. Akan tetapi, konsentrasinya hanya sedikit. Kebutuhan thiamin pada ibu hamil adalah 1,4 mg/hari (RDA-SEA, 2005). 12. Vitamin B2 (riboflavin) Daging, susu, sayur-sayuran, telur, dan keju mengandung riboflavin. Gandum sangat kaya dengan kandungan riboflavin di dalamnya. Kebutuhan pada ibu hamil adalh 1,4 mg/hari (RDA-SEA, 2005). 13. Vitamin B3 (niacin) Pada ibu hamil, kebutuhan niacin berdasarkan RDA adalah 18 mg/hari. Sumber makanannya sama seperti dengan riboflavin dan thiamin, yaitu: sayur-sayuran, susu, dan gandum (RDA-SEA, 2005). 14. Zink Makanan laut, daging merah, gandum, sayur-sayuran kaya akan zink. Kebutuhan Zink pada ibu hamil untuk
pembentukan jaringan
embrionik. Buah sangat sedikit mengandung Zink. Berdasarkan RDA, kebutuhan zink berbeda-beda dalam setiap trimester pada ibu hamil. Trimester pertama 5,5 mg/hari, trimester kedua 7,0 mg/hari, dan trimester ketiga adalah 10,0 mg/hari (RDA-SEA,2005) .
2.5.
Hemoglobin
2.5.1. Definisi Hemoglobin suatu protein tetramerik sel darah merah, mengangkut oksigen ke jaringan dan mengembalikan karbondioksida dan proton ke paru-paru. Hemoglobin mengandung heme, suatu tetrapirol siklik yang terdiri dari empat molekul pirol yang disatukan oleh jembatan α-metilen (Murray et al.,2009). Sel darah merah merah mengkonsentrasikan hemoglobin dalam cairan sel sekitar 34
Universitas Sumatera Utara
21
gram per 100 militer sel (Guyton and Hall, 2007). Kadar hemoglobin pada ibu hamil < 11g/dl disebut anemia. Kadar hemoglobin ini dapat dipengaruhi oleh asupan zat besi pada kehamilan, penigkatan kebutuhan fisiologis, dan kehilangan banyak darah.
2.5.2. Peranan Zat Besi Hemoglobin mempunyai umur sesuai dengan sel darah merah normal adalah 120 hari, hal in berarti bahwa setiap hari terjadi penggantian kurang dari 1% dari total hemoglobin dalam sel darah merah. Eritropoesis merupakan proses terus menerus dalam pematangan sel darah merah dimana sel progenitor eritroid yang primitif mengalami proliferasi dan diferensiasi sehingga menjadi sel matang (Gunadi, 2008). Proses eritropoesis diregulator utama oleh eritropoetin : hormon yang disintesis oleh ginjal (Murray et al., 2009). Pada ibu hamil proses eritropoesis meningkat dikarenakan kebutuhan oksigen juga meningkat Sekitar 70 % besi diangkut oleh eritrosit sebagai hemoglobin dan sisanya disimpan sebagai cadangan yaitu feritin, hemosiderin dan makrofag. Distribusi besi dalam tubuh akan mengalami daur ulang, dan setiap hari sekitar 25 ml eritrosit harus diganti sehingga membutuhkan 25 mg besi (Gunadi, 2008). Zat besi dikonsumsi dari sumber makanan sebagai besi heme dan nonheme. Penyerapan besi di duodenum diatur secara ketat. Besi yang datang dalam bentuk ferri direduksi menjadi ferro oleh ferireduktase. Vitamin C dalam makanan juga mepermudah reduksi besi ferri menjadi besi ferro (Murray et al.,2009) Setelah diserap usus, besi akan berikatan dengan transferin yaitu suatu protein pembawa besi menuju jaringan yang dibutuhkan. Dibutuhkan 3 mg besi dalam sirkulasi darah yang berikatan dengan transferin. Proses ini berulang 10 kali perhari dan dibutuhkan lebih kurang 25-30 mg besi per hari untuk dibawa ke sumsum eritroid. Hasil akhir dari jalur transport ini menggunakan 80-90% cadangan besi dalam hemoglobin dari eritrosit baru (Ferrian, 2008)
.
Universitas Sumatera Utara
22
2.5.3. Cara Ukur Pengukuran kadar hemoglobin dapat digunakan dengan berbagai cara. Metode
yang
digunakan
untuk
mengetahui
prevalensi
anemia
dengan
hemoglobinometer adalah metode cyanmethemoglobin dan hemoglobinometer digital (WHO, 2001). Metode cyanmethemoglobin
adalah metode secara kuantitatif di
laboratorium. Metode ini menggunakan reagan Drabkins
untuk mengubah
hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbansinya dengan absorbansi standart cyanmethemoglobin (WHO, 2001). Metode Hemoglobinometer digital merupakan kuantitaif dalam mengukur konsentrasi hemoglobin di lapangan penelitian. Hemoglobinometer digital praktis, mudah dibawa, menggunakan baterai, dan pengambilan darah hanya sedikit. Metode ini lebih praktis di lapangan penelitian karena tidak menggunakan reagen (WHO, 2001). Pengukuran meningkatnya nilai Hb minimal 1,0 g/dl setelah menerima suplemen Fe selama satu bulan merupakan tes lanjutan terhadap penilaian anemia pada ibu hamil (Syafiq et al., 2007). 2.6.
Pendidikan Gizi dan Kesehatan
2.6.1. Definisi Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Hasil belajar ini menunjukan perubahan yang didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku. Berangkat dari konsep pendidikan tersebut, pendidikan kesehatan adalah usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan perilakunya untuk mencapai tingkat kesehatannya secara optimal (Notoatmotdjo, 2011). Pendidikan gizi juga adalah proses belajar tentang asupan gizi dan pola makanan seseorang atau kelompok masyarakat. Pendidikan gizi juga merupakan faktor promosi dalam kesehatan (Fallah et al., 2013).
Universitas Sumatera Utara
23
Intervensi pendidikan gizi dan kesehatan memiliki tiga tujuan dalam Syafiq et al. (2007), yaitu : 1. Nutritional and Health Objectives Tujuan utama dari program intervensi gizi dan kesehatan adalah perbaikan gizi dan menjaga kesehatan kelompok sasaran yang diukur melalui indikator-indikator seperti : diet makanan, klinik, antropometri, dan biofisik. 2. Educational Objectives Tujuan khusus program pendidikan gizi dan kesehatan adalah untuk memperleh perubahan perilaku yang mempengaruhi status gizi. Adopsi perilaku yang baru tergantung pada banyak faktor eksternal pada program komunikasi. Tujuan pendidikan gizi dan kesehatan juga berhubungan dengan perubahan motivasi, pengetahuan, kesukaan pada perilaku tertentu dan ketrampilan yang dibutuhkan 3. Communication Objectives Progam komunikasi harus berjalan efektif agar dapat mengubah perilaku, target sasaran harus difokuskan pada isi pesan sehingga dapat mengingat pesan. 2.6.2. Tingkat Pendidikan Kesehatan Pendidikan
kesehatan
dapat
dilakukan
pencegahan berdasarkan teori Leavel and Clark
berdasarkan
lima
tingkat
dalam Notoatmodjo (2011),
yaitu: 1. Promosi Kesehatan Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, dam sebagainya. 2. Perlindungan Khusus Adanya perlindungan khusus, seperti : pemberian imunisasi terhadap anak. 3. Diagnosis Dini dan Pengobatan segera
Universitas Sumatera Utara
24
Pendidikan kesehatan pada tingkat ini mendeteksi penyakit atau mendiagnosa secepat mungkin dan segera mengobatinya. Hal ini dikarenakan pada masyarakat rendahnya pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan dan penyakit sehingga dibutuhkan tingkat pendidikan kesehatan ini. 4. Pembatasan Cacat Tingkat pendidikan kesehatan ini berfungsi untuk mencegah adanya komplikasi pada masyarakat dari penyakitnya. Tingkat pendidikan ini disebabkan karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatannya sehingga sering tidak lanjutkan pengobatannya sampai tuntas. 5. Rehabilitasi Tingkat pendidikan ini berfungsi untuk memulihkan cacat dari penyakit masyarakat atau merehabilitasi masyarakat
2.6.3. Metode Pendidikan Gizi dan Kesehatan Menurut Karo-karo dalam Supriasa (2013), metode pendidikan adalah setiap cara, teknik, maupun media yang terencana yang diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip yang dianut. Metode pendidikan dan penyuluhan , terdiri dari :
1. Ceramah Ceramah adalah menyampaikan atau menjelaskan suatu pengertian atau pesan secara lisan yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Tujuan ceramah adalah menyajikan fakta, menyampaikan pendapat tentang suatu masalah, menyampaikan pengalaman perjalanan atau pengalaman pribadi, membangkitkan semangat, dan membuka suatu permasalahan. Keunggulan metode ini adalah dapat dipakai pada kelompok yang sasarannya besar dan pengaturannya lebih mudah. 2. Diskusi Kelompok (Disko) Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan di antara tiga orang atau lebih tentang yopik tertentu
Universitas Sumatera Utara
25
dengan seorang pemimpin. Diskusi kelompok bertujuan untuk mencari, menemukan, atau menggali permecahan suatu masalah dengan
bertukaran
pikiran
dan
perasaan.
Diskusi
kelompok
mempunyai keunggulan yaitu peserta dapat berperan aktif dalam kegiatan. 3. Diskusi Panel Diskusi panel adalah suatu pembicaraan yang dilakukan oleh beberapa orang yang dipilih ( 3 sampai 6 orang) yang dipimpin oleh seorang moderator di hadapan sekelompok pendengar. Keunggulsn dari metode ini adalah dapat mengemukan pandangan-pandangan yang berbeda. 4. Curah Pendapat Curah pendapat adalah suatu penyampaian pendapat atau ide untuk pemecahan suatu masalah tanpa adanya kritik. Evaluasi dilaksanakan setelah seluruh peserta menyampaikan pendapat atau ide-idenya. Dalam acata curah pendapat, pemikiran kreatif lebih diperlukan daripad pemikiran praktis. Keunggulannya adalah semua peserta dapat berpartisipasi dan adanya kebebasan untuk mengemukan pendapat dengan tidak perlu takut berbuat kesalahan. 5. Simulasi Metode simulasi adalah permainan yang direncanakan yang maknanya dapat diambil untuk kepentingan sehari-hari. Metode simulasi dapat dilaksanakan untuk memaknani masalah hubungan antar-manusia. 6. Studi Kasus Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang dianalisis secara mendalam atau mendetail. Tujuan dari metode studi kasus adalah melatih peserta didik guna mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dengan cara mempelajari sesuatu secara mendalam. 7. Simposium Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan seorang pemimpin. Pidato-pidato yang mengemukakan aspek yang berbeda dari topik tertentu. Keunggulan metode simposium ini
Universitas Sumatera Utara
26
adalah banyak informasi yang didapat di dalam waktu yang singkat dan dapat digunakan dalam kelompok besar. 2.6.4. Alat Peraga dalam Pendidikan Gizi dan Kesehatan Alat peraga merupakan media yang dipergunakan untuk menangkap, memproses, dan menyampaikan informasi visual atau verbal. Manfaat alat peraga adalah memperjelas pesan-pesan yang akan disampaikan. Jenis-jenis alat peraga adalah : 1. Audio Visual Aids (AVA) a. Visual Aids : nonprojected seperti papan tulis, buku, diktat brosur, dll. Projected
seperti slides, film strip, transparasi
b. Audio Aids : loud speaker, tape recorder, dan radio 2. Rumut dan sederhana a. Rumit
: dalam penggunaanya membutuhkan proyektor yang relatif mahal seperti film.
b. Sederhana : alat peraga yang dapat dibuat sendiri, bahan-bahan mudah didapat, dan dapat dibuah oleh tenaga setempat. Contoh alat peraga sederhana adalah poster, liflet, model lembar balik, boneka, dan papan tulis (Supriasa, 2013). 2.6.5. Hubungan Pendidikan Gizi dan Kesehatan dengan Perilaku dan Status gizi Berdasarkan Notoatmodjo (2011), pendidikan kesehatan menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat (immediate impact). Pengetahuan kesehatan ini akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Kemudian, perilaku kesehatan akan berperngaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. Indikator kesehatan masyarakat dapat diukur dari status gizi dan kesehatan masyarakat. Pendidikan gizi memberikan perubahan perilaku atau praktik seseorang. Perubahan perilaku atau praktik ini melalui lima tahap adopsi. Pertama, seseorang
Universitas Sumatera Utara
27
sadar akan adanya suatu tingkah laku yang baru. Kedua, seseorang mulai tertarik akan adanya pengetahuan yang baru. Ketiga, seseorang akan menilai pengetahuan yang baru. Keempat, seseorang akan melakukan penilaian dan manfaatnya cukup besar, sehingga seseorang tersebut akan mencoba tingkah laku yang baru. Setelah mencoba tingkah laku yang baru, seseorang akan menganut tindakan atau praktik ini, dan tahap ini merupakan tahap terakhir. Penelitian di Iran oleh Fallah et al. (2013) memberikan intervensi edukasi gizi ibu hamil selama 6 minggu memberikan pengaruh peningkatan pengetahuan gizi ibu hamil dari 3 % menjadi 31 %. Pemberian program edukasi gizi terutama pada ibu hamil yang tingkat sosioekonominya rendah membantu ibu hamil dapat memilih makanan yang bergizi dan mengurangi material serta pengeluaran biaya keluarga. Berdasarkan Perumal et al. (2013) juga menyatakan bahwa ibu hamil yang mengikuti kelas antenatal care memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik tentang gizi dan kesehatannya lebih baik daripada ibu hamil yang tidak mengikuti kelas antenatal care. Penelitian yang dilakukan oleh Girard dan Olude (2012) menyatakan bahwa pemberian pendidikan gizi dan konseling memberikan dampak yang signifikan terhadap status gizi, yaitu : peningkatan berat badan ibu hamil 0,45 kg dan berat bayi baru lahir 105 g, serta mengurangi resiko anemia pada kehamilan tua 30%, dan mengurangi resiko kelahiran prematur sebanyak 19 %.
Universitas Sumatera Utara
28
Keturunan
Status Gizi dan Kesehatan
Lingkungan
Perilaku atau Praktik
Reinforcing factors (sikap dan perilaku petugas pelayan kesehatan)
Pelayanan Kesehatan Predisposing factors a. pengetahuan, b. sikap, c. kepercayaan, dan tradisi d. Pendidikan
Enabling Factors a. b.
ketersediaan sumber atau fasilitas) Keterjangkauan pelayanan kesehatan
Pendidikan Kesehatan
Gambar 2. 2 Hubungan Status Gizi dengan Pendidikan Gizi dan Kesehatan Sumber : Notoatmodjo, 2011 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan ibu hamil dalam adalah : 1. Faktor sosial ekonomi Sosial ekonomi mempengaruhi status gizi seseorang, tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor sosial ekonomi. Meningkatnya pendidikan seseorang akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan (Syafiq et al., 2007). 2. Pengetahuan Pengetahuan yang baik terhadap zat gizi akan menimbulkan perilaku gizi dan kesehatan yang baik. 3. Faktor yang Berhubungan dengan Makanan a. Availability/ ketersediaan makanan b. Accessibility/ jangkauan terhadap makanan c. Preparation/ persiapan
Universitas Sumatera Utara
29
d. Consumpstion/ konsumsi e. Utilization/ penggunaan zat gizi f. Adequacy/ kecukupan (Syafiq et al., 2007). 4. Aspek Kesehatan a. Kesehatan tubuh b. Sanitasi lingkungan Lingkungan yang buruk seperti air minum tidak bersih, kepadatan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan penyebaran kuman penyakit. c. Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainya berserta program kesehatan seperti pengasuhan antenatal care, kelas ibu hamil, dan lainnya berhubungan dengan gizi dan kesehatan ibu hamil (Syafiq et al., 2007). 5. Faktor Demografi Peningkatan
jumlah
penduduk,
jumlah
anggota
keluarga
juga
mempengaruhi status gizi. 6. Politik dan Kebijakan Perbaikan status gizi masyarakat termasuk ibu hamil juga tergantung pada kebijakan pemerintah seperti kebijakan harga, kebijakan pertanian, dll. 7. Budaya atau Kepercayaan Budaya berperan dalam status gizi karena ada beberapa kepercayaan seperti tabu mengkonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu. Makanan yang lebih banyak dipantang merupakan sumber protein hewani, seperti: cumi, udang, ikan sembilan, lele ,dsb. Alasan tabu cenderung irasional, sebagai contoh cumi harus dihindari karena cumi mempunyai tinta yang berwarna ungu/biru, khawatir saat lahir anak biru (Syafiq et al., 2007). 8. Geografi dan Iklim Geografi dan Iklim berhubungan dengan jenis tumbuhan yang dapat hidup sehingga berhubungan dengan produksi makanan (Syafiq et al., 2007).
Universitas Sumatera Utara