BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ANSIETAS Maramis (1995) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul kerana dirasakn akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai pelbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi seseorang (Mansjoer, 1999). Kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang dihadapi. Suatu perasaan yang menyakitkan bagi kecemasan, seperti gelisah, kebingungan dan sebagainya yang berhubung dengan aspek subyektif emosi. Kerna itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas tetap ada ( Lazarus, 1991) . Menurut American Psychological Association (APA) kecemasan adalah emosi yang ditandai dengan perasaan ketegangan, pikiran cemas dan perubahan fisik seperti tekanan darah meningkat. Orang dengan gangguan kecemasan biasanya memiliki gangguan pikiran atau masalah yang berulang. Mereka mungkin menghindari situasi tertentu dari khawatir. Mereka juga memiliki gejala fisik seperti berkeringat, gementar, pusing atau detak jantung yang cepat. Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan bahwa kecemasan atau ansietas adalah efek atau perasaan yang tidak menyenangkan berupa ketegangan, rasa tidak aman dan ketakutan yang timbul kerana dirasakan akan terjadi sesuatu yang mengecewakan tetapi tidak disadari oleh bersangkutan. Maka disini disimpulkan bahwa ansietas adalah perasaan ketakutan dan kekhawatiran dari respon emosi dimana keperibadiannya masih utuh serta perilaku sedikit terganggu tetapi masih dalam batas normal.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Etiologi Kecemasan Berbagai teori dikembangkan untuk menjelaskan tentang faktor predisposisi kecemasan (Stuart & Sundeen, 1998 ) a) Teori Psikoanalitik Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang tejadi antara dua elemen kepribadian–id dan superego. Id memiliki dorongan perasaan dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Teori Interpersonal Menurut pandangan interpersonal
ansietas timbul dari perasaan
takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan fisik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c) Teori Perilaku Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku yang lain menganggap
ansietas
sebagai
suatu
dorongan
untuk
belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari dari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa
Universitas Sumatera Utara
dengan kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d) Teori Keluarga Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e) Teori Biologis Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur
ansietas.
Penghambat
asam
aminobutirik-gamma
neuroregulator ( GABA ) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya dengan endorphin. Terdapat beberapa sistem neurotransmiter yang berperan yaitu seroninergik dan noradrenergik. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai faktor predisposisi
terhadap ansietas. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.
2.1.3. Tipe – tipe Gangguan Ansietas Gangguan kecemasan meliputi: 1. Gangguan fobia Fobia adalah perasaan ketakutan terhadap sesuatu benda atau situasi tertentu sehingga orang akan selalu berusaha menghindarkan diri. Fobia beda dengan gangguan kecemsan umum kerana fobia memiliki respon takut yang
Universitas Sumatera Utara
diidentifikasi dengan penyebab spesifik. Fobia biasanya dihubungkan dengan berbagai rangsangan seperti situasi, binatang atau benda sehari-hari. Fobia ini terbahagi dalam 3 macam, yaitu: (1) Fobia simple, biasanya pada binatang, ketinggian, tempat gelap dan lain-lain. (2) Fobia sosial, sama seperti kecemasan sosial, yaitu kecemasan yang tidak rasional kerana adanya orang lain. (3) Agrofobia , yaitu ketakutan yang berpusat pada tempat-tempat umum (Yates, 2012).
2. Gangguan panik Kecemasan yang ditandai dengan serangan singkat atau tiba-tiba. Penderita ini sangat mudah rasa cemas dan cenderung khawatiran. Biasanya akan mengarah ke gementar, kebingungan, pusing, mual, dan kesulitan bernafas. Serangan panik ini muncul secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya setelah 10 menit, tetapi ada juga yang dapat berlangsung selama berjam-jam. Gangguan panik biasanya terjadi setelah pengalaman menakutkan atau stress yang berkepanjangan, tetapi bisa juga secara spontan. Bagi penderita ini biasanya akan mengkonsumsi minuman alkohol, menelan obat-obatan dan secara sedar selalu akan menghindari situasi yang akan menimbulkan panik sebagai usaha untuk tenangkan diri (Yates, 2012).
3. Gangguan kecemasan umum Gangguan kronis yang ditandai dengan kelebihan, kecemasan yang bertahan lama dan kekhawatiran tentang kejadian yang tidak spesifik dalam kehidupan, benda dan situasi. Penderita ini sering merasa takut dan khawatir tentang kesehatan, uang, keluarga, pekerjaan atau sekolah, bahkan mereka mengalami kesulitan untuk identifikasi rasa takut tertentu dan kendalikan kekhawatirannya (Yates, 2012).
Universitas Sumatera Utara
4. Stress pasca trauma Kecemasan yang dihasilkan dari trauma sebelumnya yaitu kejadian yang mengancam keselamatan jiwa. Misalnya, perkosaan, pertempuran militer atau kecelakaan serius. Reaksi penderita traumatik berupa ketakutan hebat, cemas, depresi, mudah terkejut dan lain-lain (Yates, 2012).
5. Gangguan obsesif-kompulsif Gangguan kecemasan yang ditandai dengan pikiran atau tindakan yang berulang-ulang bersamaan timbulnya perasaan was-was dan keraguan tentang apa yang dikerjakan. Individu seperti ini akan melakukan tindakan berulangulang untuk menghilangkan kecemasan yang timbul. Penderita sadar bahwa pikiran dan perbuatannya tidak dapat diterima nalar dan logika yang sehat, tetapi ia tidak dapat menghilangkannya, jika tidak melakukannya akan timbul kecemasan (Yates, 2012).
2.1.4. Klasifikasi Tingkat Kecemasan Menurut Peplau dalam Videbeck (2008) ada 4 tingkat kecemasan, dimana setiap tingkatan mempunyai karakteristik dalam persepsi yang berbeda, yaitu: a. Cemas ringan : Biasanya berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa dalam kehidupan seharian yang normal. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan lebih berhati-hati. Individu terdorong untuk belajar menghasilkan perhubungan dan kreativitas. Kebiasannya ditandai dengan sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, muka berkerut, dan bibir bergetar.
Universitas Sumatera Utara
b. Cemas sedang : Lapangan persepsi pada masalah turun dimana individu lebih fokus pada hal-hal yang penting pada saat itu dan mengesampingkan perkara yang tidak penting. Ditandai dengan sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, susah tidur, dan perasaan tidak enak.
c. Cemas berat : Lapangan persepsi sangat sempit. Seseorang lebih sering memikirkan hal yang kecil sahaja dan mengabaikan hal yang penting. Hal ini membuatkan seseorang tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak penyerahan tuntutan dari orang lain. Kebiasaan ditandai dengan nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, ketegangan, dan perasaan cepat terancam.
d. Panik : Pada tahap ini persepsinya telah terganggu sehingga individu tidak dapat mengendalikan dirinya lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun diberi pengarahan. Ditandai dengan sakit dada, pucat, tidak dapat berpikir logis, mengamuk, marah, ketakutan, dan persepsi kacau.
2.1.5. Gejala-gejala Ansietas Gejalanya bervariasi tergantung pada jenis gangguan kecemasan yang dihadapi, tetapi gejala umum termasuk (Katz, 2012) : a) Perasaan panik, ketakutan dan kegelisahan b) Tidak terkendali, pikiran obsesif c) Pikiran berulang dari pengalaman traumatik d) Mimpi buruk
Universitas Sumatera Utara
e) Gangguan tidur f) Tangan atau kaki dingin atau berkeringat g) Sesak nafas h) Palpitasi i) Sulit konsentrasi j) Pusing k) Mual l) Tegang otot m) Tidak mampu berdiam atau tenang n) Mudah lelah o) Mati rasa atau kesemutan di tangan dan kaki 2.1.6. Faktor resiko Faktor ini dapat meningkatkan resiko terkena gangguan kecemasan, antaranya adalah (MFMER, 2012) : i.
Jenis kelamin : Perempuan lebih mungkin untuk didiagnosis dengan gangguan kecemasan dibanding lelaki. Menurut Kessier et al., (1994) rasio antara perempuan dibanding lelaki untuk gangguan ansietas adalah 3:2 (Yates, 2012)
ii.
Trauma sewaktu kecil
iii.
Stress kerana penyakit : Memikir kondisi kesehatan atau penyakit serius dapat menyebabkan kekhawatiran.
iv.
Stress penumpukkan : Sebuah peristiwa besar atau penumpukan situasi kehidupan yang penuh stress yang dapat picu kecemasan yang berlebihan,
v.
Keturunan dari keluarga dengan riwayat ansietas
vi.
Penyalahgunaan obat-obat atau alkohol
Universitas Sumatera Utara
2.2. DEPRESI 2.2.1. Definisi Menurut Kartono (2002), depresi adalah kemuraman hati yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh ; sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka disebut melankolik. Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya perasaan yang secara dominan muncul adalah perasaan yang tidak berdaya dan kehilangan harapan (Rice PL, 1999). Kasumanto (1981) menyatakan depresi adalah suatu perasaan sedih yang psikopatologis yang disertai perasaan sedih, hilang minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit sahaja, dan kurang akitvitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala atau kumpulan gejala (sindroma). Menurut American Psychological Association (APA), depresi adalah gangguan mental yang umum lebih sekadar kesedihan. Orang dengan depresi mungkin mengalami kurangnya minat dan kesenangan dalam kegiatan sehari-hari, berat badan turun atau meningkat, insomnia atau tidur berlebihan, kurangnya energy, ketidakmampuan untuk konsentrasi, perasaan tidak berharga atau bersalah berlebihan dan pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahawa depresi adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa putus asa, sedih, tidak termotivasi atau tidak tertarik pada kehidupan secara umum. Ketika perasaan ini berlangsung selama periode waktu singkat, mungkin dikenali sebagai kasus “the blues”. Tapi ketika perasaan seperti berlangsung selama lebih dari 2 minggu dan ketika perasaan mengganggu aktivitas seharian kemungkinan episode depresi utama.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Penyebab Depresi Menurut Kaplan dalam Tarigan (2003), faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas : faktor biologis, faktor genetik, dan faktor psikososial. 1) Faktor biologi Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan depresi. Beberapa peneliti juga menemukan bahawa gangguan depresi melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hipotalamus.
2) Faktor genetik Depresi lebih sering terjadi pada orang yang dalam anggota keluarganya juga memiliki kondisi ini. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 50% sedangkan dizigot 10-25%.
3) Faktor psikososial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan: Suatu pengamatan klinik menyatakan bahawa peristiwa atau kejadian yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan depresi.
Faktor keperibadian premorbid: Tipe keperibadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik mempunyai resiko besar mengalami depresi.
Faktor psikoanalitik dan psikodinamik: Freud menyatakan suatau hubungan dimana kemarahan pasien depresi diarahkan kepada diri sendri kerana mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya bahawa introjeksi merupakan suatu cara ego
Universitas Sumatera Utara
untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang. Depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyedari bahawa mereka tidak hidup sesuai denganyang dicita-citanya akan mengakibatkan mereka putus asa.
Teori kognitif: Asikal H.S, dalam Tarigan (2003) telah mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu: a) pandangan negatif pada masa depan b) pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu anggap dirinya tidak mampu, bodoh, pemalas, dan tidak berharga. c) pandangan negatif terhadap pengalaman hidup
2.2.3. Tipe-tipe Gangguan Depresi Terdapat 3 tipe dari gangguan depresi, yaitu (Grohol, 2006) : 1) Gangguan depresi mayor Menurut Institut Nasional Kesehatan Mental, penyakit depresi ini ditandai dari kombinasi gejala yang menganggu kemampuan untuk bekerja,
tidur,
belajar,
makan,
dan
menikmati
kegiatan
yang
menyenangkan. Kebiasaanya akan merasa sedih, kesepian atau putus asa selama beberapa hari. Tetapi depresi berat berlangsung lama dan dapat mencegah dari berfungsi normal. Sebuah episode depresi klinis mungkin terjadi hanya sekali dalam seumur hidup tetap lebih sering ia berulang spanjang hidup seseorang. Selain itu, dengan depresi berat, salah satu gejala harus berupa mood depresi atau kehilangan minat. Gejala ini hadir biasanya dalam sehari atau hampir setiap hari paling kurang 2 minggu. Gejala tidak bisa kerana efek langsung dari suatu zat seperti
Universitas Sumatera Utara
penyalahgunaan narkoba, obat-obat atau dalam kondisi medis seperti hipotiroidisme. 2) Depresi kronis Dikenal juga sebagai „dysthymia‟, ditandai dengan gejala jangka panjang (2 tahun atau lebih) yang mungkin tidak cukup parah untuk menonaktifkan seseorang, tetapi dapat mencegah fungi normal atau perasaan baik. Orang dengan disaritmia mungkin pernah mengalami satu atau lebih episode depresi berat selama hidupnya.
3) Gangguan bipolar Disebut sebagai manik-depresi dimana ditandai dengan perubahan siklus mood dari tertinggi berat (mania), atau tertinggi ringan (hypomania) ke posisi terendah berat (depresi). Selama fase manik, seseorang bisa mengekspresikan secara abnormal atau berlebihan kegembiraan, mudah marah, kebutuhan tidur kurang, peningkatan berbicara, meningkat energi, dan perilaku sosial tidak pantas. Selama fase depresi, seseorang mengalami gejala yang sama seperti penderita depresi berat. Perubahan situasi dari manik ke depresi sering bertahap, meskipun kadang-kadang dapat terjadi secara tiba-tiba.
2.2.4. Gejala Gangguan Depresi Terdapat beberapa gejala gangguan depresi yang umum, yaitu (Grohol, 2006): a) Perasaan sedih atau tidak bahagia b) Cepat marah dan mudah putus asa bahkan atas hal-hal yang kecil c) Kehilangan minat dalam aktivitas normal d) Insomnia atau tidur berlebihan
Universitas Sumatera Utara
e) Perubahan nafsu makan : biasanya depresi bisa menyebabkan orang kurang nafsu makan dan berat badan turun, tetapi ada juga yang sebaliknya f) Kegelisahan : misalnya mundar mandir, tidak mampu daduk diam g) Lambat berfikir, bicara dan gerakan tubuh h) Keraguan dan penurunan konsentrasi i) Kelelahan dan berkurangnya energi j) Perasaan diri tidak berharga atau bersalah k) Sulit berfikir, buat keputusan dan ingat hal-hal tertentu l) Menangis tanpa alasan yang jelas m) Terus menerus mengalami gejala fisik yang tidak respon terhadap pengobatan seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan sakit kronis
Beberapa gejala depresi pada anak-anak dan remaja yang sedikit berbeda dengan dewasa, yaitu : I.
Pada anak yang lebih muda, gejala depresi termasuk kesedihan, lekas marah, putus asa, dan khawatir.
II.
Pada remaja dapat mencakup kecemasan, hindari interaksi sosial, sering juga terjadi perubahan dalam pemikiran dan pola tidur.
III.
Tugasan sekolah juga bisa menimbulkan depresi pada anak-anak dan remaja.
2.2.5. Faktor Resiko Depresi sering dimulai pada remaja 20an atau 30an, tetapi bisa terjadi pada usia berapa pun. Dua kali lebih banyak perempuan dibanding lelaki yang didiagnosis dengan depresi, hal ini mungkin kerana perempuan lebih sering mencari pengobatan untuk depresi (MFMER, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Meskipun penyebab pasti dari depresi belum diketahui, para peneliti telah mengidentifikasikan faktor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan resiko terjadinya derpresi termasuklah :
a) Mempunyai keturunan dalam keluarga yang mengalami depresi b) Seorang wanita c) Mengalami pengalaman traumatik sebagai seorang anak d) Mengalami peristiwa kehidupan yang penuh stress e) Memiliki anggota keluarga atau teman yang sedang depresi f) Baru setelah melahirkan (postpartum depresi) g) Memiliki penyakit serius : seperti kanker, diabetis atau HIV/AIDS h) Memiliki ciri keperibadian tertentu seperti harga diri yang rendah dan sering tergantung pada orang lain. i) Salah guna narkoba, alkohol, atau obat terlarang
2.3. Alat Pengukur Kecemasan Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan,sedang, berat, atau panik dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama The Beck Anxiety Inventory (BAI). Alat ukur ini terdiri dari pilihan ganda 21-item yang mengukur kecemasan pada orang dewasa dan remaja. Bisa digunakan antra umur 17-80 tahun. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antra 0-3 yang artinya adalah : 0 = tidak ada gejala 1 = gejala ringan 2 = gejala sedang 3 = gejala berat
Universitas Sumatera Utara
The Beck Anxiety Inventory (BAI) hanya membutuhkan tingkat dasar membaca dan dapat diselasaikan dalam waktu 5-10 menit. Instrumen ini dapat diberikan dan dinilai oleh para profesional, tetapi harus ditafsirkan hanya oleh para professional dengan pelatihan klinis yang tepat dan berpengalaman. Masing –masing nilai angka (score) dari kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil perjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu: Total nilai (score) : 0-7 = kecemasan ringan 8-15 = kecemasan ringan sedang 16-25 = kecemasan sedang 26-63 = kecemasan berat 2.4. Alat Pengukur Depresi Bagi mengukur derajat depresi seseorang sama ada mengalami gangguan depresi atau tidak dengan menggunakan alat ukur yang dikenal sebagai The Beck Depression Inventory (BDI). Alat ukur ini yang pertama telah dikeluarkan pada tahun 1961, kemudian telah dihasilkan alat ukur kedua yaitu (BDI-1A) pada tahun 1978 dan yang terakhir dihasilkan (BDI-II) pada tahun 1996. Maka dalam penilitian ini akan digunakan alat ukur (BDI-II) dimana mempunyai 21-item persoalan berdasarkan gejala. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) 0-3. Total nilai (score) : 0 – 13 = depresi minimal 14 -19 = depresi ringan 20 – 28 = depresi sedang 29 – 63 = depresi berat
Universitas Sumatera Utara
2.5. Karya Tulis Ilmiah Karya ilmiah merupakan hasil atau keluaran dari suatu kegiatan penelitian ilmiah. Karya ilmiah inilah yang nantinya akan dipublikasi dalam bentuk karya tulis ilmiah. Tulisan ilmiah merupakan tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan metode ilmiah. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah : 1. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah 2. Menyusun kerangka pemikiran 3. Merumuskan hipotesis 4. Menguji hipotesis secara emperik 5. Manarik kesimpulan 2.5.1. Penelitian Kesehatan Penelitian kesehatan berorientasikan atau memfokuskan kegiatan pada masalah-masalah yang timbul di bidang kesehatan/kedokteran dan sistem kesehatan. Kesehatan itu sendiri terdiri dari dua sub bidang utama, yaitu yang pertama, kesehatan individu yang sedang mengalami masalah kesehatan atau sakit, serta berorientasikan klinis/pengobatan dan rehabilitasi yang disebut kedokteran. Sub bidang yang kedua, berorietasikan pada kesehatan kelompok atau masyarakat yang sehat agar tetap sehat, dan bersifat pencegahan dan peningkatan, yang disebut kesehatan masyarakat. Sub bidang kesehatan masyarakat ini pun terdiri dari berbagai komponen, seperti epidemiologi, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, gizi masyarakat dan sebagainya. Kedua sub bidang ini masing-masing mempunyai gejala dan masalah yang berbeda, yang memerlukan penelitian (Notoatmodjo, 2010)
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Jenis Penelitian Kesehatan Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian kesehatan dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar, yakni (Notoatmodjo, 2010): 1. Metode Penelitian Survei (Survey Research Method) Penelitian survei adalah suatu penelitian yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (masyarakat), sehingga sering disebut penelitian non eksperimen. Dalam survei, penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti atau populasi, tetapi hanya mengambil sebagian dari populasiyang dianggap mewakili populasinya. Dalam penelitian survei, hasil dari penelitian tersebut merupakan hasil dari keseluruhan. Penelitian survei digolongkan lagi menjadi dua, yaitu penelitian survei bersifat deskriptif dan analitik. Dalam penelitian survei deskriptif adalah untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyrakat. Sering juga disebut sebagai penelitian penjelajahan (exploratory study). Dalam survei diskriptif pada umumnya penelitian menjawab pertanyaan bagaimana (how). Sedangkan survei analitik untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Pada umumnya berusaha menjawab pertanyaan mengapa (why), oleh sebab itu disebut penelitian penjelasan (explanatory study).
2. Metode Penelitian Eksperimen Dalam penelitian eksperimen atau percobaan, penelti melakukan percobaan atau perlakuan terhadap variabel independennya, kemudian mengukur akibat atau pengaruh percobaan tersebut pada dependen variabel. Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk menguji hipotesis sebab akibat dengan melakukan intervensi. Ciri khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya percobaan atau trial atau intervensi.
Universitas Sumatera Utara