BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosa dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut tertentu. Meskipun dosis radiasi dalam radiografi rendah, bila memungkinkan paparan radiasi harus diminimalkan. Dokter gigi harus mempertimbangkan manfaat dari radiografi dental terhadap meningkatnya konsekuensi paparan radiasi terhadap pasien, efek yang terakumulasi dari beberapa sumber dari waktu ke waktu harus mengikuti prinsip-prinsip untuk meminimalkan paparan radiasi.2 Radiasi merupakan pemancaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi terdiri dari atom atau subatom dimana mempunyai massa dan bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik. Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah elektron, beta, alpha, photon, dan neutron.7 Ketika radiasi melewati objek maka akan membentuk partikel bermuatan positif dan negatif (ion), proses ini disebut radiasi ionisasi. Ketika menembus jaringan tubuh, radiasi ionisasi menimbulkan kerusakan pada tubuh, terutama dengan ionisasi atom-atom pembentuk jaringan. Interaksi radiasi yang merusak pada tingkat atom akan menimbulkan kerusakan selular, serta menimbulkan fungsi abnormal atau hilangnya fungsi sel. Karena kemampuan untuk menimbulkan kerusakan biologi ada, penggunaan energi radiasi harus dibatasi sekecil mungkin.8
2.2 Manfaat Radiografi Kedokteran Gigi Pada umumnya radiografi dalam kedokteran gigi digunakan untuk tujuan:2 1. Membantu menegakkan diagnosa Penyakit atau kelainan gigi tidak selalu dapat terlihat langsung melalui pemeriksaan fisik. Penggunaan radiografi dapat membantu mengetahui ada atau tidaknya kelainan, besarnya kerusakan atau keparahan, serta hubungannya dengan jaringan di sekitarnya. 2. Mengarahkan rencana perawatan Setelah diagnosis penyakit ditegakkan, maka dapat segera ditentukan rencana perawatan yang akan dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
3. Evaluasi hasil perawatan Untuk melihat keberhasilan perawatan yang telah dilakukan, maka dilakukan radiografi, misalnya: untuk mengetahui apakah pengisian saluran akar sudah sempurna (apakah apeks gigi telah menutup).
2.3 Radiografi Kedokteran gigi Radiografi di kedokteran gigi ada dua macam yaitu radiografi intra oral dan radiografi ekstraoral.7
2.3.1 Radiografi Intraoral Radiografi intraoral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya, dengan cara menempatkan filmnya didalam rongga. Pemeriksaan intraoral merupakan pokok dari dental radiografi. Jenis-jenis radiografi intraoral: 1. Radiografi periapikal Pemeriksaan radiografi periapikal merupakan teknik pemeriksaan radiografi yang paling rutin dilakukan di kedokteran gigi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa gigi (crown dan root) serta jaringan disekitarnya. Teknik yang digunakan adalah paralleling dan bisecting.7,9 Indikasi radiografi periapikal adalah: 1. Untuk mendeteksi adanya infeksi atau inflamasi periapikal. 2. Penilaian status periodontal. 3. Pasca trauma gigi dan melibatkan tulang alveolar. 4. Dugaan adanya gigi yang tidak erupsi dan letaknya. 5. Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi. 6. Perawatan endodontik. 7. Penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan penilaian pasca operasi apikal. 8. Mengevaluasi kista radikularis secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar. 9. Evaluasi pasca pemasangan implant.
2. Radiografi interproksimal (bitewing) Teknik radiografi bitewing bertujuan untuk memeriksa crown, crest alveolar di maksila dan mandibula dalam satu film. Pada teknik bitewing, film ditempatkan sejajar dengan crown gigi-gigi
Universitas Sumatera Utara
di maksila dan mandibula. Kemudian pasien disuruh menggigit bite tab atau bitewing film holder dan sinar diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi vertikal +10◦.2
3. Radiografi Oklusal Radiografi oklusal bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau mandibula dalam satu film. Film yang digunakan adalah film khusus.7
2.3.2 Radiografi ekstraoral Merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang. Radiografi ini menggunakan film khusus yang diletakkan di luar mulut.7 Macam-macam radiografi ekstraoral: 1. Panoramik Radiografi panoramik digunakan untuk melihat perluasan suatu lesi/tumor, fraktur rahang, fase gigi bercampur. Panoramik akan memperlihatkan daerah yang lebih luas dibandingkan intraoral yaitu rahang bawah dalam satu film. Pada panoramik, film dan sinar-X bergerak mengelilingi pasien dimana cara kerja ini berbeda dengan radiografi intraoral. Pasien duduk atau berdiri, tergantung dari tipe panoramik yang tersedia/yang digunakan.3
2. Lateral jaw Radiografi lateral jaw digunakan untuk melihat keadaan disekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.2 3. lateral cephalometric Radiografi lateral cephalometric digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma suatu penyakit, serta kelainan pertumbuhan dan perkembangan. Teknik ini juga digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.2 4. Postero-anterior Radiasi proyeksi postero-anterior digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Teknik ini juga memberikan gambaran struktur wajah antara lain yaitu sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanalis, dan orbita.2 5. Proyeksi Waters Digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sutura zigomatikum frontalis, dan rongga nasal.2
Universitas Sumatera Utara
6. Proyeksi submentovertec Digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila dan arcus zigomatikus.2
2.4 Bahaya Radiasi Radiasi yang digunakan untuk tujuan apapun pasti akan mengandung potensi bahaya bagi manusia. Keselamatan radiasi merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar dosis radiasi pengion yang mengenai manusia dan lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan. Akibat buruk dari radiasi pengion dikenal sebagai efek somatik apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi, dan disebut efek genetik apabila dialami oleh keturunannya.3 Efek somatik, bila organisme hidup (seperti manusia) yang terkena radiasi mengalami kerusakan biologi sebagai akibat penyinaran ini, efek penyinaran diklasifikasikan sebagai efek somatik. Tergantung pada lama sejak radiasi sampai timbul pertamanya gejala kerusakan radiasi, efek tersebut diklasifikasikan sebagai efek somatik jangka pendek atau panjang.8 Efek genetik yaitu efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir. Efek ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau ovarium, karena radiasi. Bila mutasi ge netik ini terjadi, informasi genetik yang salah diteruskan ke generasi mendatang. Informasi genetik yang salah ini dapat termanifestasi berupa berbagai penyakit atau malformasi.8
2.5 Dosis Radiografi Kedokteran Gigi Radiasi pada pasien, operator dan lingkungan harus dibatasi untuk mencegah terjadinya efek biologi yang berbahaya. Batas dosis absorpsi pekerja dan non-pekerja disebut sebagai dosis maksimal yang diperbolehkan dan dosis batas yang diperkenalkan oleh para dokter akhir-akhir ini.8 Tabel 1. dosis serap kira-kira untuk jaringan per Rontgen pemaparan1,8 Jaringan
Rad per Rontgen
Pemaparan
50 KVp
1MeV
Jaringan lunak
0,95
0,95
Tulang
5
0,9
Tabel 2. Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi1,7,8 Jenis radiografi
Dosis efektif (mSv)
Universitas Sumatera Utara
Skull/ kepala/postero-anterior
0,03
Lateral
0,01
Bitewing/periapikal
0,001-0,008
Oklusal
0,008
Panoramik
0,004-0,03
Lateral sefalometri
0,002-0,003
CT mandibula
0,36-1,2
CT maksila
0,1-3,3
Tabel 3. Dosis radiasi yang dapat menimbulkan efek1,7,8 Dosis (Sv) 0,25 0,25-1,0 1-2
Efek pada tubuh Menurunkan kadar sel darah putih Muntah dalam 3 jam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, perubahan darah (pemulihan dalam beberapa minggu)
2-6
Muntah dalam 2 jam, perubahan darah yang parah, kerontokan rambut dalam 2 minggu (pemulihan dalam 1 tahun sekitar 70%)
6-10
Muntah dalam 1 jam, kerusakan lambung, perubahan darah yang parah. Kematian dalam 2 minggu untuk 80100%
>10
Kerusakan otak, koma, kematian
2.6 Efek Radiografi Kedokteran gigi 2.6.1 Efek Non Stokastik (Deterministik) Efek non stokastik (deterministik) didefinisikan sebagai efek somatik yang meningkat dalam keparahan penyakit akibat dosis radiasi yang melebihi ambang batas. Efek ini berasal dari dosis radiasi yang cukup besar melebihi kebutuhan dalam radiologi diagnostik. Efek ini timbul segera setelah paparan atau beberapa bulan atau tahun setelah paparan.8,10 Timbulnya efek deterministik (efek somatik) menurut jangka waktu terbagi 2, yaitu: 1. Efek somatik jangka pendek Efek somatik jangka pendek didefinisikan sebagai efek yang timbul dalam waktu beberapa menit, jam, minggu sejak penyinaran radiasi. Dosis radiasi ionisasi tertentu dibutuhkan untuk
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan efek biologi segera setelah radiasi. Efek dari dosis yang tinggi ini adalah: mual, lemas, eritema (kemerahan abnormal dari kulit), epilasi (rontoknya rambut), gangguan darah, gangguan intestinal, demam, dan desquamasi kering serta basah, berkurangnya jumlah sperma pada pria, kemandulan tetap atau sementara dari wanita dan pria serta kerusakan sistim saraf pusat.8 2. Efek somatik jangka panjang Efek somatik jangka panjang didefinisikan sebagai efek yang timbul setelah beberapa bulan atau tahun setelah penyinaran radiasi ionisasi. Efek ini timbul dari dosis radiasi seluruh atau sebagian tubuh yang tinggi, atau karena dosis rendah yang kronis selama bertahun-tahun.8
2.6.2 Efek Stokastik Efek stokastik didefinisikan sebagai suatu yang menyebabkan terjadinya keparahan tanpa dipengaruhi oleh ambang. Efek stokastik menunjukkan respon all or none, di modifikasi dengan faktor-faktor risiko individual. Efek ini dapat timbul setelah paparan dengan dosis yang relatif rendah seperti yang mungkin terjadi dalam radiologi diagnostik. Kanker dan efek genetik merupakan contoh dari efek stokastik.8 1. Karsinogenesis Radiasi dapat menjadi kanker dengan mengubah DNA melalui mutasi gen. Radiasi merangsang sel untuk berkembang biak sehingga mengubah sel premaligna menjadi lebih ganas.8 2. Kanker esophangeal Terjadi kanker esophangeal relatif jarang ditemukan. Kanker ini banyak ditemukan di Jepang pada mereka yang selamat dari bom atom dan penderita diobati dengan radiasi sinar-X untuk ankylosing spondylitis.8 3. Kanker tiroid Insiden karsinoma tiroid (muncul dari epitel) meningkat pada manusia setelah terpapar. Kelenjar tiroid dalam pembuatan radiografi gigi tidak langsung terkena sinar utama (primary beam). Diperkirakan 6000 mrads (0,06 Gy) dosis yang diperlukan untuk menghasilkan kanker pada kelenjar tiroid. Pada foto gigi dalam 20 film serial adalah 6 mrads (0,00006 Gy) atau 1/100 dari dosis yang diperlukan dalam menghasilkan kanker tiroid. Hanya sekitar 10% atau kurang dari individu yang terkena kanker dan menyebabkan kematian.8,11 4. Kanker kelenjar ludah Insiden tumor kelenjar ludah meningkat pada pasien yang melakukan terapi radiasi untuk penyakit kepala dan leher. Radiasi ionisasi yang terjadi pada kelenjar ludah dengan dosis radiasi
Universitas Sumatera Utara
sekitar 3000 Rad akan menimubulkan gangguan sekresi air ludah, hal ini menyebabkan rongga mulut terasa kering, disebut xerostomia. Risiko yang tertinggi pada penderita yang melakukan terapi radiasi ssebelum usia 20 tahun.8,11 5. Leukemia Insiden leukemia meningkat setelah terpapar radiasi pada sumsung tulang. Dosis yang menyebabkan terjadinya leukemia 5000 mrads (0,05 Gy) atau lebih. Rata-rata dosis periapikal foto kira-kira 1-3 mrads (0,00001-0,00003 Gy) per film. Bagi individu yang terpapar dibawah usia 30 tahun, risiko untuk pengembangan leukemia setelah sekitar 30 tahun. Bagi individu dewasa (>30 tahun) yang terpapar, risiko tetap ada sepanjang hidup. Tetapi orang yang lebih muda lebih berisiko dari pada orang dewasa.8,11 6. Efek genetik Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir disebut efek genetik. Efek ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau ovarium, karena radiasi.8 Radiasi bisa merusak materi genetik pada sel reproduksi. Frekuensi terjadinya mutasi gen meningkat seiring dengan paparan radiasi. Dosis yang rendah dapat mengurangi terjadinya mutasi gen. Pria lebih sensitif terhadap paparan radiasi dibandingkan wanita.9 Tabel 4. Perkiraan efek genetik dengan dosis 10 mSv per generasi.9 Kelainan Berat Ringan X-linked Resesiv Kelainan kongenital
Kejadian kelahiran
terakhir/106 Kasus tambahan/106 perkelahiran
2.500 7.500 400 2.500 20.000-30.000
5-20 1-15 <1 <1 10
2.7 Proteksi Radiasi Proteksi radiasi bertujuan untuk meminimalkan risiko dari radiografi yang digunakan untuk pemeriksaan diagnostik. Teknik pengawasan keselamatan radiasi dalam masyarakat umumnya selalu berdasarkan pada konsep dosis ambang. Setiap dosis seberapa kecilnya akan menyebabkan terjadinya proses kelainan, tanpa memperhatikan panjangnya waktu pemberian dosis. Karena tidak adanya dosis ambang ini, maka masalah utama dalam pengawasan keselamatan radiasi adalah dalam batas dosis tertentu sehingga efek yang akan ditimbulkannya masih dapat diterima baik oleh
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Oleh karena itu, setiap kemungkinan penerimaan dosis oleh pekerja radiasi maupun anggota masyarakat bukan pekerja radiasi harus diusahakan serendah mungkin.2,12,13 Melakukan prosedur kerja dengan zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya, karena sebagian besar radiografer adalah petugas proteksi radiasi (PPR) maka bertugas untuk melakukan upaya-upaya tindakan proteksi radiasi dalam rangka meningkatkan kesehatan dan keselamatankerja bagi pekerja radiasi, pasien dan lingkungan. Evaluasi tindakan proteksi radiasi yang telah dilakukan merupakan salah satu kemampuan dari petugas proteksi radiasi termasuk pengujian terhadap efektifitas dan efisiensi tindakan proteksi sehingga radiografer mampu membuat suatu sistem tindakan proteksi radiasi yang lebih baik.14 Dalam hal melakukan proteksi, ICRP (International Commission on Radiological Protection) telah menerbitkan bahwa dalam melakukan suatu radiografi harus memenuhi 3 prinsip umum, sebagai berikut:7,10 1. Justifikasi: pemanfaatan radiasi harus mempunyai manfaat yang lebih besar dari pada risiko yang diterima. 2. Optimasi: pemanfaatan radiasi harus diupayakan serendah mungkin
dengan
mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi 3. Limitasi: pemanfaatan radiasi tidak boleh melampaui nilai batas dosis yang sudah ditetapkan oleh peraturan. Nilai batas dosis untuk seluruh tubuh yang bergantung pada pekerja radiasinya (dengan pengecualian pada wanita hamil dan wanita masa usia subur) adalah:8,9 1. NBD untuk pekerja radiasi yang memperoleh penyinaran seluruh tubuh ditetapkan 50 mSv (5000mrem) per tahun. 2. Batas tertinggi penerimaan pada abdomen pada pekerja radiasi wanita dalam masa subur ditetapkan tidak lebih dari 13 mSv (1300 mrem) dalam jangka waktu 13 minggu dan tidak melebihi NBD pekerja radiasi. 3. Pekerja wanita yang mengandung harus dilakukan pengaturan agar saat bekerja dosis yang diterima janin terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga saat kelahiran diusahakan serendah-rendahnya dan sama sekali tidak boleh melebihi 10 mSv (1000 mrem). Nilai batas dosis yang diterapkan oleh BAPETEN, berdasarkan Surat Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 yaitu mengenai penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama jangka waktu 1 tahun, tidak
Universitas Sumatera Utara
bergantung pada laju dosis tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran medis dan penyinaran alam. Nilai batas dosis tersebut ditetapkan sebagai berikut:8,10 1. Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 50 mSv per tahun 2. Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 50 mSv per tahun. 3. Dalam penyinaran lokal pada bagian-bagian khusus dari tubuh, dosis rata-rata dalam tiap organ atau jaringan yang terkena harus tidak lebih dari 50 mSv. Alat-alat yang dipakai untuk mencatat dosis personil, yaitu:1 1. Film badge yang berfungsi untuk mencatat dosis radiasi yang diterima oleh personil (petugas) yang terkena berbagai jenis radiasi. Oleh sebab itu film badge yang dipakai harus cukup mampu untuk mencatat dosis radiasi yang berasal dari sumber-sumber radiasi yang berlainan kualitasnya. 2.Dosimeter saku adalah pengukur dosis yang mempunyai respon (reaksi) terhadap radiasi sebanding dengan jumlah pasangan ion yang dihasilkan selama perjalanannya melalui elemen pendeteksian. Pada dasarnya dosimeter saku lebih teliti dari pada film badge. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.15 Alat proteksi radiasi yang tersedia dan dapat digunakan yaitu: apron, kaca mata, perisai gonad, perisai tiroid, dan sarung tangan.15 Penggunaannya tergantung pada pemeriksaan radiografi yang digunakan.
Gambar 1. Kaca Mata Pelindung Radiasi.12
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Apron, Perisai Gonad dan Perisai Tiroid.12
1. Apron Proteksi Tubuh Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi atau fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga 150 kVp harus menyediakan sekurang – kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb.Tebal kesetaraan timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut.9 Apron ini digunakan baik untuk operator mau pun penderita.11
Gambar 3. Apron Pelindung Tubuh.12 2. Penahan Radiasi Gonad Penahan radiasi gonad jenis kontak yang digunakan untuk radiologi diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang - kurangnya setara 0,25 mm dan hendaknya mempunyai
Universitas Sumatera Utara
tebal setara lempengan Pb 0,5 mm pada 150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama.9 3. Perisai Tiroid Perisai untuk melindungi kelenjar tiroid disebut tiroid shield, berguna untuk mengurangi daya tembus sinar radiasi ke arah kelenjar tiroid.11
4.
Sarung Tangan Proteksi Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus memberikan kesetaraan
atenuasi sekurang – kurangnya 0,25 mm Pb pada 150 kVp.Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan tangan.15
Gambar 4. Penahan Radiasi Gonad dan Sarung Tangan Pelindung Radiasi.12 2.7.1 Proteksi pasien terhadap radiasi Untuk proteksi ini perlu diperhatikan: 1. Pemeriksaan sinar X hanya atas permintaan seorang dokter. 2. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer. 3. Pemakaian voltage yang lebih tinggi sehingga daya tembusnya lebih kuat. 4. Daerah yang disinar harus sekecil mungkin, misalnya dengan mempergunakan konus (untuk radografi) atau diafragma (untuk sinar tembus). 5. Alat kelamin dilindungi sebisanya. 6. Pasien hamil, terutama trimester pertama, tidak boleh diperiksa radiologik.
Universitas Sumatera Utara
7. Waktu penyinaran sesingkat mungkin. Contohnya, pada pemeriksaan sinar tembus pada salah satu bagian tubuh tidak boleh melebihi 5 menit.1
2.7.2 Proteksi terhadap dokter pemeriksa dan petugas radiologi lainnya Untuk proteksi ini diperhatikan: 1. Hindari penyinaran bagian-bagian tubuh yang tidak terlindungi. 2. Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung, yang berlapis Pb dengan tebal maksimum 0,5 mm Pb. 3. Hindari melakukan sinar tembus, usahakan melakukan radiografi. 4. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang-tulang kepala. 5. Akomodasi mata sebelum melakukan pemeriksaan sinar tembus paling sedikit selama 20 menit.1 Tabel 5. Nilai atas yang diizinkan yang ditentukan oleh Komisi Internasional tentang proteksi radiasi (ICRP) 1966.1 Organ atau jaringan
Pekerja radiasi dewasa
Anggota
masyarakat
(Rem per tahun)
bukan pekerja radiasi (Rem per tahun)
Gonad,
sumsum
merah
5 (a)
0,5
Kulit, tulang
30
3,0
Kelenjar gondok
30
3,0 (b)
Anggota badan
75
7,5
Organ lainnya
15
1,5
tulang
(a). Untuk wanita hamil dosis pada janin yang terakumulasi selama masa kehamilan, sesudah diagnosis, tidak boleh melebihi 1 rem (b). 1,5 rem dalam satu tahun pada kelenjar gondok untuk anak-anak sampai usia 16 tahun.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kerangka Teori
Radiografi Kedokteran Gigi
Defenisi Radiografi Kedokteran
Klasifikasi Radiologi Kedokteran
Prinsip Radiografi
Bahaya Radiasi
Manfaat Radiologi
Efek Stokastik
Proteksi Radiasi
Efek Non Stokastik
Universitas Sumatera Utara
2.9. Kerangka Konsep
Prinsip Radiografi
Bahaya Radiasi
Efek Stokastik Proteksi Radiasi Efek Non Stokastik
Pasien
Operator
Lingkungan
Universitas Sumatera Utara