BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengetahuan Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui dengan cara melihat dan ada
pembuktian yang benar. Pengetahuan bisa didapat dalam tulisan atau lisan dengan bantuan dari alat pengindraaan. Pengetahuan dapat mempengaruhi pola perilaku manusia, sehingga walaupun secara tidak sadar manusia sudah menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari – hari (Jeff, 2009). Banyak penelitian yang membuktikan bahwa perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan lebih tahan lama dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Rogers (1974) dalam mengatakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu : awareness, interest, evaluation, trial, adoption (Notoatmojo, 1996). Perilaku posisi duduk yang tidak benar mungkin dilakukan secara tidak sadar maupun sadar walaupun telah atau belum memiliki pengetahuan tentang posisi duduk yang baik dan benar. Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) memiliki 6 tingkatan dan yaitu : 1. Tahu (Know) Diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang pernah diterima sebelumnya. Jadi, tingkat pengetahuan ini adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuann untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang suatu materi
Universitas Sumatera Utara
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Application) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4. Analisis (Analysis) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis) Diartikan sebagai penunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk yang baru. Sehingga mampu menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian akan didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau dengan menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada. Pengetahuan mengenai posisi duduk yang benar, terdiri dari bagaimana posisi duduk yang benar, toleransi waktu yang digunakan, relaksasi atau istirahat, faktor yang dapat mempengaruhi, penyakit – penyakit yang terjadi akibat posisi duduk yang tidak benar, dan terapi yang digunakan untuk memperbaiki posisi duduk. Penentuan dan pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.2.
Bentuk Tulang Punggung Posisi duduk yang tidak benar dapat mengakibatkan pertumbuhan dan
posisi tulang seseorang mengalami gangguan atau kelainan. Kelainan akibat kebiasaan duduk yang tidak benar seperti skoliosis, kifosis, dan lordosis. Yang dimaksud dengan skoliosis adalah kelainan pada tulang belakang tubuh sehingga tubuh ikut melengkung kesamping. Kemudian yang dimaksud dengan kifosis adalah kelainan pada tulang belakang tubuh yang melengkung ke belakang, sehingga tubuh menjadi bungkuk. Adapun yang dimaksud dengan lordosis adalah merupakan kelainan pada tulang belakang bagian perut melengkung ke depan sehingga bagian perut maju. Menurut ahli orthopedic dan rematologi RSU Dr. Soetomo Surabaya, dr.Ketut Martiana Sp. Ort.(K), 4,1% dari 2000 anak SD hingga SMP di Surabaya, setelah diteliti ternyata mengalami tulang bengkok. Bahkan dan hasil rongten sebagai bentuk pemeriksaan lanjutan diketahui yang kebengkokkannya mencapai 10 derajat sebanyak 1,8 %, sedangkan yang lebih dari 10 derajat sebanyak 1% (Rahayu, 2008 dalam Rakhmad Rosadi, 2009). Skoliosis pada pemuda-pemudi akan memberikan pengaruh kepada jiwanya, karena skoliosis yang berat merupakan akibat cacat kosmetik yang berat pula (Soeharso, 1993). Skoliosis merupakan kelainan postur dimana sekilas mata penderita tidak mengeluh sakit atau yang lain, tetapi suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan suatu kesiapan tubuh membawa beban tubuh misalnya berdiri, duduk dalam waktu yang lama, maka akan membuat kerja otot tidak akan pernah seimbang. Hal ini dikarenakan akibat suatu mekanisme proteksi dari otot – otot tulang belakang yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh justru berkerja berlebihan dikarenakan pada salah satu sisi otot yang tidak sempurna. Sehingga yang terjadi dalam waktu yang terus menerus adalah ketidakseimbangan postur tubuh ke salah satu sisi tubuh (Rakhmad Rosadi, 2009). Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik, Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10 derajat dilaporkan dengan prevalensi 0.5% sampai dengan 3% anak dan remaja. Prevalensi dilaporkan pada kurva lebih dari 30 derajat yaitu 0.03%
Universitas Sumatera Utara
penduduk. Insiden ini dilaporkan paling banyak dijumpai di Eropa daripada Amerika Utara, dan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan (Ashari, 2008). Bentuk tulang punggung yang kifosis dan lordosis juga tidak baik, sama halnya dengan skoliosis yang dapat menghambat peredaran darah. Peredaran darah yang terhambat dapat menyebabkan terjadinya kekakuan pada otot – otot sehingga tubuh akan menjadi tidak seimbang. Oleh karena itu, melakukan posisi duduk yang benar lebih efektif, sehingga terhindar dari segala bentuk tulang punggung yang tidak baik.
2.3.
Posisi Duduk Yang Benar Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi di mana seseorang
bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Jika sikap mengarah pada objek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap objek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari orang tersebut terhadap objek, dimana pada posisi duduk dipengaruhi oleh sikap yang menjadi kebiasaan dalam aktivitas (Mar’at, 1981). Menurut Newcomb (1995), salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Posisi duduk juga mempengaruhi produktivitas kerja, menurut Sugeng Budiono (2003) dalam Nur Hidhayah (2006), sikap duduk seseorang dalam bekerja akan mempengaruhi produktivitas kerja seseorang, di mana selama bekerja dengan sikap duduk yang baik, maka produktivitas akan meningkat dan sebaliknya bila sikap duduk tidak baik, maka produktivitas kerja akan menurun. Begitu juga dengan mahasiswa, apabila bentuk posisi duduk tidak benar, maka produktifitas dalam melakukan aktivitas di setiap perkuliahan dan aktifitas lainnya akan menurun. Menurut Santoso (1997) dalam Nur Hidhayah (2006), sikap duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai
Universitas Sumatera Utara
dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat. Dengan begitu otot punggung akan terasa nyaman. Tulang punggung merupakan bagian tubuh yang memiliki peranan sangat besar dalam menjaga kestabilan tubuh. Tidak dapat dipungkiri, bahwa sebagian besar aktivitas sehari-hari dilakukan dengan posisi duduk, sehingga penting untuk mengetahui posisi tubuh yang benar saat duduk agar menjamin kesehatan tulang punggung. Posisi duduk yang benar adalah : 1. Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu kebelakang. Paha menempel di dudukan kursi dan bokong harus menyentuh bagian belakang kursi. Tulang punggung memiliki bentuk yang sedikit melengkung ke depan pada bagian pinggang, sehingga dapat diletakkan batal untuk menyangga kelengkungan tulang punggung tersebut. 2. Pusat beban tubuh pada satu titik agar seimbang. Usahakan jangan sampai membungkuk. Jika diperlukan, kursi dapat ditarik mendekati meja kerja agar posisi duduk tidak membungkuk. 3. Untuk mengetahui posisi duduk terbaik saat duduk, pertama duduklah diujung belakang kursi, kemudian membungkuklah dalam-dalam. Lalu angkatlah tubuh sambil mebuat lengkungan dengan pusat di pinggang sejauh mungkin ke depan. Kemudian kendurkan posisi tersebut ke belakang sekitar 10-20 derajat. Itulah posisi duduk terbaik. 4. Posisi lutut mempunyai peranan penting juga. Untuk itu tekuklah lutut hingga sejajar dengan pinggul. Usahakan untuk tidak menyilangkan kaki. 5. Bagi yang bertubuh mungil atau menggunakan sepatu hak tinggi yang merasa dudukan kursinya terlalu tinggi, penggunaan pengganjal kaki juga membantu menyalurkan beban dari tungkai. 6. Jika ingin menulis tanpa meja, gunakan pijakan di bawah kaki namun posisi kakai tetap sejajar dengan lantai. Akan tetapi hal ini sebaiknya
Universitas Sumatera Utara
tidak dilakukan terlalu lama karena akan membuat tulang ekor menahan sebagian beban yang berasal dari paha. 7. Usahakan istirahat setiap 30-45 menit dengan cara berdiri, peregangan sesaat,
atau
berjalan-jalan
disekitar
tempat
duduk,
untuk
mengembalikan kebugaran tubuh agar dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar. 8. Tangan
dibuat
senyaman
mungkin,
namun
jangan
lupa
mengistirahatkan lengan dan siku. Jika diperlukan, gunakan sandaran tangan untuk membantu mengurangi beban pada bahu dan leher agar tidak mudah lelah. 9. Jangan memuntir punggung anda. Jika ingin mengambil sesuatu di samping atau di belakang, putar seluruh tubuh sebagai satu kesatuan. 10. Duduk terlalu lama merupakan salah satu faktor resiko pembentukan batu ginjal, untuk itu selain melakukan peregangan otot juga dianjurkan untuk minum air yang cukup. (Salma Oktaria, 2006 / www.klikdokter.com)
2.4.
Akibat Posisi Duduk Yang Tidak Benar Posisi duduk yang tidak benar menyebabkan sirkulasi darah pada bagian
bawah sangat lemah, yang memungkinkan terjadi varises, selulit, pembengkakan kaki, kelelahan, dan resiko penggumpalan darah di kaki. Duduk yang lama menyebabkan terjadinya ketegangan otot dibagian pinggul. Dengan demikian banyak posisi duduk yang tidak benar sangat merugikan setiap individu seperti terganggunya kesehatan, waktu untuk bekerja tidak maksimal, dan daya tahan tubuh yang lemah. Salah satu penyakit yang paling sering diderita karena sering melakukan posisi duduk lama yaitu nyeri punggung bawah. Ada beberapa kelainan-kelainan yang timbul akibat posisi duduk yang tidak benar yaitu: 2.4.1. Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Nyeri punggung berdasar Studi National Institute of Neurological Disorders and Stroke, adalah penyebab utama gangguan kerja di Amerika Serikat.
Universitas Sumatera Utara
Pemicunya tidak lebih dari posisi duduk yang tidak benar. Posisi duduk yang benar dapat mengurangi dan mencegah rasa nyeri pada punggung, cara ini jauh lebih baik daripada mengobati sakit yang sudah kronis sebagai akibat dari posisi tubuh yang tidak benar dalam tempo lama (Anonim, 2003). Nyeri Punggung Bawah adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama adanya rasa nyeri atau perasaan tidak enak di daerah tulang punggung bawah (Murdana, 1998). Bantalan tulang belakang adalah struktur yang kuat dan tidak menimbulkan rasa nyeri jika pembungkusnya masih utuh. Bantalan ini sendiri bentuknya lunak, mirip jeli. Robeknya pembungkus bantalan menyebabkan keluarnya inti dari bantalan tulang yang masuk ke dalam rongga tulang belakang. Hal tersebut dapat menekan pembuluh darah balik, kantung saraf maupun saraf itu sendiri. Sehingga menyebabkan iritasi penekanan dari bantalan tulang, dapat terjadi rasa nyeri sampai kelumpuhan dari saraf yang tertekan. Low Back Pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002). LBP diklasifikasikan kedalam 2 kelompok yaitu kronik dan akut. LBP akut terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu, sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan (Rogers, 2006). Penelitian yang dilakukan Lam (1999), menyatakan bahwa duduk dengan posisi badan membungkuk sangat membebani struktur jaringan lunak vertebra pada diskus intervertebra, ligament dan otot. Melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri punggung (Anonim, 2007).
2.4.2. Rematik (Arthritis) Rematik adalah istilah umum bagi peradangan/inflamasi dan pembengkakan di daerah persendian. Penyakit ini cukup banyak menyerang masyarakat Indonesia pada usia 25-74 tahun dengan prevalensi dan keparahan yang meningkat dengan usia (Abdul, 2006). Semua jenis rematik menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu. Biasanya nyeri ini disertai peradangan berupa pembengkakan setempat dan suhu yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi dari pembengkakan tersebut. Dengan derita yang disandang itu, penderita rematik akan terganggu semangat kerjanya. Gangguan fungsi seperti susah berjalan menjadi keluhan utama dari rasa nyeri itu sendiri. Gejala yang mengiringi rematik atau yang sering disebut nyeri rematik yaitu berkurangnya tenaga, adanya rasa lelah, letih, dan lemah. Otot-otot yang lemah ini berkaitan erat dengan proses patologi yang mengganggu anggota gerak. Gejala pengiring lainnya yaitu kekakuan pada persendian dan ketegangan pada otot-otot di sekitar bagian yang sakit. Kondisi rematik sering bermula dari aliran darah yang kurang sehat. Salah satu penyebabnya adalah posisi duduk yang tidak benar yang menyebabkan darah yang tidak sehat kurang memiliki keseimbangan yang baik karena terlalu banyak dibebani dengan sisa-sisa buangan sehingga persentase oksigen dan unsur-unsur lainnya menjadi lebih kecil. Pada situasi ini otak dan sel saraf tidak mempunyai kekuatan yang seharusnya dimiliki, karena telah tercampur dengan darah yang tercemar. (www.paduankesehatan.blogspot.com/2008/rematik.html).
2.4.3. Stress Posisi duduk yang tidak benar pada sebagian kasus dapat menyebabkan ketegangan otot yang merupakan manifestasi ketegangan mental. Reaksi tubuh terhadap stress adalah ketegangan otot-otot tertentu secara reflektoris. Pada setiap ketegangan pikiran, otot-otot menjadi tegang, terutama otot leher dan bahu. Jika keadaan ini berlangsung terus-menerus, otot-otot tersebut akan menjadi fibrotik, yaitu mengandung banyak serat jaringan pengikat di antara serat-serat otot. Otot-otot yang terserang adalah otot di tepi dalam dan tulang belikat. Ketegangan otot dapat diakibatkan oleh stres mental ataupun stres fisik. Stres fisik sering berkaitan dengan beban pekerjaan atau cara duduk yang tidak benar. Sedangkan stres mental berhubungan dengan kondisi kejiwaan yaitu akibat dari posisi duduk yang tidak benar menyebabkan tulang punggung memiliki kelainan yang menyebabkan aliran darah terhambat serta oksigen berkurang untuk sampai ke otak, menyebabkan manusia rentan terhadap stress.
Universitas Sumatera Utara
Dari hal-hal tersebut yang telah diuraikan,dapat disimpulkan bahwa posisi duduk yang tidak benar dapat menyebabkan buruk terhadap tubuh. Sehingga sangat penting untuk memiliki kesadaran dan kebiasaan lebih awal dalam menerapkan posisi duduk yang benar dalam setiap aktivitas sehari – hari agar dampak negatif dari posisi duduk yang tidak benar terhindar dari tubuh manusia.
Universitas Sumatera Utara