BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Cinnamomum burmanii merupakan jenis tanaman berumur panjang penghasil kulit yang ada di Indonesia disebut dengan kayu manis. Kulit kayu manis sangat berlainan sifat dan daya guna. Sebelum masehi, kulit cinnamomum dikenal sebagai sumber pewangi untuk membalsam mumi raja-raja mesir serta peningkat cita rasa masakan dan minuman. Kloppenburg Versteegh menganjurkan bahwa kayu manis dapat dijadikan jamu untuk penyakit disentri dan singkir angin. Bianchini, Corbetta dan Kiangsui mengatakan bahwa minyak kayu manis sudah ratusan tahun dikenal di belahan dunia barat dan timur sebagai penyembuh reumatik, mencret, pilek sakit usus, jantung, pinggang dan darah tinggi. Cinnamomum burmanii yang bersinonim dengan Cinnamomum chinese, Cinnamomum dulce, dan Cinnamomum kiamis ini berasal dari Indonesia. Tanaman akan tumbuh baik pada ketinggian 600 – 1500 m. Kayu manis merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak dijumpai di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Maluku. (Rismunandar, 2001). Adapun taksonomi kayu manis adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Super Divisi : Spermatophyta Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Cinnamomum
Spesies
: Cinnamomum burmannii (Anonymous, 2010)
6
Daunnya kecil dan kaku dengan pucuk berwarna merah. Umumnya tanaman yang tumbuh di dataran tinggi warna pucuknya lebih merah dibanding di dataran rendah. Kulitnya abu-abu dengan aroma khas dan rasanya manis. Selain hanya dalam bentuk kering, kulitnya tersebut pun dapat didestilasi atau disuling untuk diambil minyak atsirinya. Komponen utama minyak atsirinya adalah sinamaldehida (Cinnamic Aldehide). Oleoresin kayu manis sudah mulai digunakan pada awal abad ke-19. Kandungan oleoresin kayu manis antara lain minyak atsiri, aroma khas dan bahan kimia organik yang memberikan rasa pedas. Dengan kandungannya tersebut maka penggunaan oleoresin menjadi lebih baik dibanding produk aslinya seperti kulit ataupun bubuk. Ada beberapa keuntungan dari oleoresin dibanding produk asli, yaitu hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan, sisa hasil dari olahannya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain seperti pupuk. Mendapatkan oleoresin kayu manis dapat melalui ekstraksi. Ekstraksi ini menggunakan bahan pelarut yang memiliki sifat dapat dengan mudah dipisahkan dari hasil ekstraksi. Umumnya bahan pelarut yang digunakan bersifat mudah menguap. Beberapa jenis bahan pelarut yang dapat dijumpai di pasaran antara lain aseton, heksan, metanol, dan isopropanol. Metanol lebih sering digunakan dibandingkan pelarut yang lainnya. Sementara bahan bakunya dapat berasal dari daun, kulit batang, kulit cabang, dan kulit ranting. Ekstraksi satu tahap menghasilkan oleoresin murni dengan perbandingan minyak atsiri dan damar seperti aslinya yang terkandung dalam bahan baku. Tahapan ekstraksi kayu manis dengan cara satu tahap adalah sebagai berikut: -
Hancurkan bahan baku yang akan digunakan untuk memudahkan bahan pelarut masuk ke dalam setiap bagian hingga ekstraksi berlangsung seefisien mungkin.
-
Masukkan segera mungkin bahan baku yang dihancurkan ke dalam ruang ekstraksi untuk menghindari penguapan minyak atsiri. Seluruh bahan baku harus terendam dalam bahan pelarut.
-
Alirkan hasil ekstraksi (slurry) yang merupakan bahan pelarut dan oleoresin ke dalam ruang pemisah dari kedua bahan tersebut. Pemisahan ini dilakukan dalam ruang vakum.
7
-
Masukkan oleoresin yang sudah terpisah dari bahan pelarut ke dalam botol atau kemasan lain saat keadaannya masih panas dan cair. (Rismunandar, 2001)
2.1.1 Komposisi Kulit Kayu Manis Tabel 2.1. Komposisi kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii) (Wallis, 1951) Jenis kulit kayu manis Cinnamomum burmanii
Komposisi Minyak atsiri: - Sinamaldehida (55-65%) - eugenol (4-8%) Kadar abu (26-36%) Terpena Safrole Tannin
Tabel 2.2. Komposisi senyawa/minyak atsiri pada kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii) (Wijayanti, 2010) Jenis kulit kayu manis
Komposisi minyak atsiri
Cinnamomum burmanii
α-pinen, Benzaldehid, β-pinen, Limonen, 1,8-sineol,
dari Pacitan
Benzenpropan, Terpineol, α-terpineol, cis-Sinamaldehid, trans-Sinamaldehid, α-kopaen, Asam sinamat, β-kariofilen, α-humulen,
Valencen,
Delta
kadinen,
α-kalakoren,
Kariofilen oksida, Widdren, Torreyol, Benzil Benzoat, αmourulen. Cinnamomum burmanii
α-pinen,
dari Bogor
Terpineol,
Benzaldehid, α-terpineol,
1,8-sineol,
Benzenpropan,
cis-Sinamaldehid,
trans-
Sinamaldehid, α-kopaen, Asam sinamat, β-kariofilen, Delta kadinen, Kariofilen oksida, Linalool, α-bergamoten, Kumarin, α-sinensal,α-mourulen Cinnamomum burmanii
α-pinen,
dari Bali
Terpineol,
Benzaldehid, α-terpineol,
1,8-sineol,
Benzenpropan,
cis-Sinamaldehid,
trans-
Sinamaldehid, α-kopaen, Asam sinamat, β-kariofilen, αhumulen, Valencen, Delta kadinen, α-kalakoren, Kariofilen oksida, Widdren, Torreyol, Benzil Benzoat, α-bergamoten, Kumarin, β-elemen, Naftalen, α-kadinol, α-sinensal,αmourulen
8
Minyak atsiri merupakan bagian utama dari terpenoid, biasanya terpenoid terdapat dalam fraksi atsiri yang tersuling-uap. Zat inilah penyebab dari wangi, harum, atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Golongan senyawa lainnya mungkin terdapat bersama dengan terpena dalam minyak atsiri. Terpena juga sering kali terdapat dalam fraksi yang berbau, bersama-sama dengan senyawa aromatik. Secara kimia, terpena minyak atsiri dapat dipilah menjadi dua golongan, yaitu monoterpena dan seskuiterpena, berupa isoprenoid C 10 dan C 15 . ( Harbone, 1987) Senyawa-senyawa alilfenol dan propenil fenol adalah dua jenis senyawa fenil propanoida yang berkaitan satu dan yang lainnya. Senyawa-senyawa ini umumnya ditemukan bersama-sama dalam minyak atsiri dari tumbuhan umbeliferae atau tumbuhan lain yang digunakan sebagai rempah-rempah. Semua senyawa ini mempunyai gugus hidroksil atau gugus eter pada C 4 . Kadang-kadang diikuti oleh gugus metoksil atau metilendioksida yang lain.
Hipotesis reaksi biosintesa dari turunan alilfenol dan propenil adalah sebagai berikut: COOH
CH2X
CH2 +
R
R
R
R
+ R
R
( Lenny, 2006) Beberapa senyawa fenilpropanoid berasal dari asam sinamat yang mana mengalami reduksi gugus karboksilat ( sinamaldehida dan sinamil alkohol) atau ikatan rangkap ( asam dihidrosinamat) atau keduanya(dihidrosinamil alkohol). (Anonymous, 2011)
9
Sinamaldehida (3-phenilacrolei, Sinamat Aldehid), C 6 H 5 CH=CHCHO, secara alami terkandung dalam minyak sinamon yang berasal dari daun dan juga pada ranting Cinnamomum cassia yang dapat diperoleh dengan cara destilasi uap dan juga dengan menggunakan destilasi vakum. Sinamaldehida juga terkandung didalam Cinnamomum Zeylanicum dan merupakan cairan yang berwarna kuning, yang akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman, memiliki aroma yang khas dari minyak sinamon dan memiliki rasa yang pedas. Pada umumnya sinamaldehida sedikit larut dalam air, tidak larut dalam petroleum eter dan larut dalam alkohol. Sinamaldehida banyak digunakan pada industri flavor yang biasanya ditambahkan pada berbagai jenis makanan, minuman, dan juga beberapa produk obat. Pada parfum digunakan sebagai tambahan untuk aroma dan juga untuk menghasilkan aroma yang oriental (Othmer, 1964). O CH=CH
C
H
Gambar 2.1. Struktur sinamaldehida (Denniston, 2007) Kumarin yang merupakan senyawa yang paling sederhana yang mana merupakan suatu hasil yang muncul dari pemecahan glukosida secara enzimatik. Biosintesis tergantung pada ortho-hidroksilasi yang tidak umum dari asam sinamat, serta enzim yang cocok telah dapat dideteksi. ( Hemert, 1995).
Tahap-tahap reaksi biosintesis kumarin yang dimulai dari asam sinamat hingga terbentuknya kumarin adalah sebagai berikut:
OH
COOH
OH
H
COOH
H
COOH H
O
O
( Lenny, 2006)
10
2.2. Ekstraksi Ekstraksi merupakan istilah yang paling umum untuk mendapatkan suatu senyawa yang berasal dari suatu campuran yang didapat dari kontak antara pelarut dengan senyawa terlarut di dalam bahan yang kita inginkan. Campuran itu bisa saja berupa padatan atupun cairan, dan berbagai teknik dan alat ukur yang digunakan untuk situasi yang berbeda. Pada sintesa kimia organik, reaksi yang dihasilkan secara terus menerus adalah berupa larutan ataupun berupa suspensi. Dengan mengaduk campuran dari air dengan pelarut organik, produk yang dihasilkan dipindahkan pada lapisan pelarut dan mungkin dapat diulangi kembali dengan penguapan dari pelarut (Rodig, 1997). Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan bahan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi pada jenis senyawa yang diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis. Mencemplungkan jaringan daun segar atau bunga, bila perlu dipotong-potong, ke dalam metanol mendidih adalah suatu cara yang baik untuk mencapai tujuan itu. Alkohol, bagaimana pun juga adalah pelarut yang serbaguna baik untuk ekstraksi pendahuluan. Selanjutnya bahan dapat dimaserasi dalam suatu pelumat, lalu disaring. Tetapi hal ini hanya betul-betul diperlukan bila kita ingin mengekstraksi habis (Harbone, 1987). Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara: 2.2.1.Ekstraksi Cara dingin a. Maserasi Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan perendaman dan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan kosentrasi larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar. Proses ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di
11
luar sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, metanol, etanol-air atau pelarut lainnya. Remaserasi berarti dilakukan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Remaserasi berarti dilakukan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana yang mudah diusahakan b. Perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembang
bahan,
tahap
maserasi
antara,
tahap
perkolasi
sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat). 2.2.2.Ekstraksi Cara panas a. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. b. Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang pada umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. c. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50º C. d. Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-100 º C. (Anonymous, 2011) 2.3. Bakteri Bakteri merupakan organisme yang tersebar cukup luas di biosfer. Bakteri umumnya merupakan bagian dari tumbuhan, manusia dan juga hewan. Bakteri banyak tersebar di tanah, sistem perairan, dan juga ditemukan dikedalaman lapisan kulit bumi.
12
Untuk kebanyakan bakteri, selnya dikelilingi oleh diding sel yang mana memiliki komposisi molekul yang unik yang disebut dengan Peptidoglikan. Senyawa ini hanya ditemukan pada bakteri yang berukuran 0,5-10 mikron.(Benson, 2002).Terdapat beribu jenis bakteri, tetapi hanya beberapa karakteristik bentuk sel yang ditemukan (Buckle, 1987) yaitu: 1. Bentuk bulat atau cocci (tunggal= coccus) 2. Bentuk batang atau bacilli (tunggal= bacillus) 3. Bentuk spiral atau spirilli (tunggal= spirilium) 4. Bentuk koma atau Vibrios (tunggal= Vibrio) Untuk melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu diisi dengan zat warna, pewarnaan in disebut pengecatan bakteri. Pengecatan gram, pengecatan ini pertama kali dikemukakan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan pengecatan ini film bakteri mula-mula dilapisi dengan larutan zat warna karbol gentinviolet (karbol kristal violet, karbol metil violet) dan didiamkan beberapa lama, kemudian disiram dengan larutan iodium dan dibiarkan terendam dalam waktu yang sama. Sampai tingkat pengecatan ini selesai, semua bakteri akan terwarna ungu. Selanjutnya preparat didekolorisasi dengan alkohol ataupun dengan campuran alkohol dan aseton sampai semua zat warna tampak luntur dari film. Setelah dicuci dengan air, preparat diberi warna kontras (counterstrain) seperti safranin, karbolfuksin encer, air fuksin, tengguli Bismack, atau pironin B. Diantara bermacam-macam bakteri yang dicat, ada yang dapat menahan zat warna ungu (metilviolet, kristalviolet, gentian violet) dalam tubuhnya meskipun telah terdekolorisasi dengan alkohol dan aseton, dengan demikian tubuh bakteri itu tetap berwarna ungu meskipun telah disertai dengan pengecatan oleh zat warna kontras, warna ungu itu tetap dipertahankan. Bakteri yang memberi reaksi semacam ini dinamakan bakteri Gram Positif. Sebaliknya, bakteri yang tidak dapat menahan zat warna setelah dekolorisasi dengan alkohol akan kembali menjadi tidak berwarna dan bila diberikan pengecatan dengan zat warna kontras, akan berwarna sesuai dengan zat warna kontras. Bakteri yang memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan bakteri Gram Negatif. Atas dasar pengecatan Gram ini dunia bakteri dibagi dalam dua golongan besar, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. (Irianto, 2006)
13
2.3.1. Salmonella Infeksi oleh bakteri genus Salmonella (disebut dengan Salmonelosis) menyerang saluran gastrointestin yang mencakup perut, usus halus dan usus besar atau kolon. Terjadinya sakit perut yang mendadak membedakannya dari sakit perut lain seperti disentri basilar atau ameba. Bakteri ini adalah batang gram negatif, motil, tidak membentuk spora. Terinfeksinya manusia oleh salmonella hampir selalu disebabkan mengkonsumsi makanan atau minuman tercemar. Sumber salmonelosis terbesar yang merupakan gudang salmonella ialah hewan-hewan tingkat rendah (Pelczar, dkk, 2005). 2.3.2. Shigella Genus shigella dinamakan menurut seorang bakteriologiwan berkebangsaan jepang yang bernama Kiyoshi Shiga, yang menemukan basilus disentri pada tahun 1897. Organisme shigella adalah batang pendek, gram negatif, tidak bergerak. Pertumbuhan optimumnya terjadi pada suhu 37ºC dalam keadaan aerobik. Inang alamiah shigella pada hakikatnya terbatas pada manusia. Walaupun shigella dapat menginfeksi primata, manusia adalah sumber alamiahnya dan juga penyebarnya. Shigella harus menembus sel-sel lapisan epitel usus besar untuk mengakibatkan disentri. Setelah penetrasi intraselular, terjadilah perbanyakan bakteri. Kecenderungan shigella untuk menyebar tidak seganas dibandingkan dengan salmonella. Darah dan lendir dalam tinja penderita penyakit diare yang mendadak merupakan petunjuk kuat bagi shigelosis (Pelczar, dkk, 2005) 2.3.3. Staphylococcus aureus Merupakan bakteri gram-positif, bentuk kokus dengan penataan berpasangan dan bergerombol. Bakteri ini bervariasi dalam pembentukan pigmennya. Pigmen dapat berwarna putih, kuning atau kuning-oranye. Bakteri ini bersifat patogen. (Lay, 1992). Bakteri ini berbentuk sferis dengan diameter kira-kira 0,001 mm. Menyebabkan infeksi kulit seperti furunkel, bisul, karbunkel, dan impetigo, infeksi jaringan yang terbuka setelah luka, kebakaran, infeksi pada tendo, infeksi tulang pada osteomyelitis dan infeksi paru. Konjungtivitis, mastitis dan infeksi kulit tertentu pada bayi baru lahir.(Hare, 1993). Organisme ini dapat berasal dari orang-orang yang
14
menangani pangan yang merupakan penular atau penderita infeksi patogenik (membentuk nanah). Karena merupakan tipe peracun makanan yang paling umum. Pada anak-anak kecil dan orang-orang yang lemah, sekalipun jarang terjadi, dapat mengakibatkan rejatan (shock) dan kematian karena dehidrasi. (Pelczar, dkk, 2005) 2.3.4. Streptococcus mutan Merupakan bakteri gram positif yang menyebabkan terjadinya karies pada gigi. (Alcamo, 1987). Karies merupakan salah satu penyakit menular yang paling umum pada manusia. Karies gigi adalah perusakan gigi setempat yang disebabkan oleh kerja bakteri. Dimulainya kerusakan serta taraf kerusakan ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti komposisi dan banyaknya air liur, keseimbangan gizi, kebersihan mulut, kadar flour dalam air minum, dan macam makanan yang dimakan. Sebelum infeksi dimulai, di atas email gigi terbentuk suatu plak (semacam lempeng) permukaan. Plak gigi dapat didefenisikan sebagai kumpulan bakteri dan bahan organik pada permukaan gigi. Jasad-jasad renik ini tertanam di dalam matriks bahan organik. (Pelczar, dkk. 2005) 2.4. Media Bakteri Medium mikrobiologi (media) merupakan makanan yang dapat digunakan untuk mengkultur bakteri, jamur dan utuk mikroorganisme lainnya. Media pada umumnya dapat berbentuk : -
Media cair Termasuk di dalamnya nutrient broth, sitrat broth, glukosa broth, susu lakmus. media ini biasanya digunakan untuk pengembang biakan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, dan fermentasi.
-
Media Padat Dapat dibuat dengan cara menambahkan agen pengeras termasuk agar, gelatin, ataupun silika gel menjadi media yang cair. Agen pengeras yang baik adalah tidak bisa digunakan oleh mikroorganisme, tidak menghambat pertumbuhan dari bakteri dan juga tidak mencair pada suhu kamar. Nutrient agar, Blood agar, dan Sabouraus agar merupakan contoh dari media padat yang digunakan untuk menumbuhkan koloni bakteri dan juga jamur.
15
-
Media Semipadat Merupakan gabungan antara media padat dan media cair. media ini lebih cenderung sama dengan media padat yang mana didalamnya terdapat agen pengeras yang juga termasuk agar dan gelatin ( Brown, 2007).
2.5. Antibakteri Antimikroba merupakan suatu senyawa yang mampu membunuh bakteri secara langsung (Bactericidal) atau pun mampu menghambat pertumbuhan dari mikroba (Bacteriostatic).
Bakteriostatic
memiliki
pertahan
sendiri
termasuk
dalam
menghasilkan antibodi dan phagositosis yang biasanya berguna untuk membunuh mikroorganisme (Tortora, dkk, 2001). Kerusakan pada dinding sel Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk. Perubahan permeabilitas sel Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Membran memelihara integritas komponen-komponen selular. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel. Perubahan molekul protein dan asam nukleat Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau substansi yang mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversibel (tak dapat balik) komponen-komponen selular yang vital ini. Penghambatan Kerja enzim Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat kimia telah diketahui
16
dapat mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel. Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein DNA, RNA dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses kehidupan normal sel. Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan total pada sel. (Pelczar, dkk, 2005) 2.6. Metode Uji Antibakteri Uji dari mikroba yang spesifik adalah dengan mengecek aktivitas daripada kandungan agen antimikroba dan juga menentukannya jika terjadi kontak langsung antara agen antimikroba yang diperlukan atau jika sebagian kecil dari fase uap sudah cukup untuk menghitung total pertumbuhan bakteri yang terhambat. (Lopez, dkk, 2007) Beberapa uji dapat di gunakan untuk menguji aktivitas antimikroba, antara lain: 1. Metode Difusi Merupakan metode yang paling sering digunakan, lazim dikenal dengan cara Kirby-Bauer seperti berikut, sebuah cawan petri yang berisi media agar yang telah dimasukkan bakteri yang sudah sesuai standar di atas permukaannya. Kemudian kertas cakram dibasahi atau dibubuhi dengan agen chemotherapi yang telah diketahui konsentrasinya diletakkan di atas permukaan agar yang sudah memadat. Selama inkubasi, agen chemotherapi akan berdifusi dari cakram ke media agar. Apabila agen chemoterapinya efektif maka zona hambat akan terbentuk di sekitar cakram setelah inkubasi. diameter dari zona tersebut dapat diukur pada zona umum, zona yang lebih besar dan untuk zona sensitif mikrobanya dapat digunakan sebagai antibiotik. 2. Metode Dilusi Kelemahan daripada metode difusi adalah tidak dapat menentukan apakah suatu obat (agen chemoterapi) sebagai baktericidal dan bukan hanya bakteriostatic. Metode dilusi sering digunakan untuk menentukan konsentrasi penghambat terkecil
17
dan juga untuk menetapkan konsentrasi Bactericidal terkecil dari suatu senyawa antimikroba.(Tortora, dkk, 2001) 2.7. Uji Fitokimia Flavonoid Merupakan sistem aromatik terkonjugasi dan areanya menunjukan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid pada umumnya terdapat pada tumbuhan, terikat pada gula berbagai glikosida. Flavonoid terdapat pada tumbuhan yang berpembuluh tetapi beberapa kelas lebih tersebar daripada yang lainnya. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga hamper selalu disertai oleh flavon atau flavonol tanpa warna ( Harbone, 1987). Terpenoid Terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan dan istilah ini menunjukkan bahwa secara biosintesis senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi semua senyawa terpena itu berasal dari molekul isopren. Secara kimia, terpenoid umunya larut dalam lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan. Kadang-kadang minyak atsiri terdapat di dalam sel kelenjar khusus pada permukaan daun, sedangkan karotenoid terutama berhubungan dengan kloroplas di dalam daun dengan kloroplas di dalam daun bunga. Biasanya terpenoid diekstraksi dari jaringan tumbuhan dengan menggunakan eter minyak bumi, eter atau kloroform dan dapat dipisahkan dengan cara kromatografi ( Harbone, 1987).
2.8
Gas Chromatography - Mass Spectrometri (GC-MS)
Kombinasi yang sesuai antara kromatografi gas dan spektrometri massa. menghasilkan suatu penggabungan yang baru. GC dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang bersifat volatil dan juga untuk senyawa yang bersifat semivolatil dengan resolusi yang baik, dan MS dapat dengan baik mengidentifikasi
18
senyawa tersebut beserta dengan informasi yang paling banyak terdapat pada suatu senyawa.
Kromatografi gas dan Spektrometri massa merupakan suatu teknik yang lebih modern. pada penggabungan kedua teknik ini, sampel pada fase yang menguap, dan kedua teknik ini cocok untuk jumlah sampel yang sama banyak. Kekurangan daripada GC-MS adalah hanya dapat digunakan untuk menganalisa senyawa volatil dengan tekanan yang tidak lebih dari 10-10 Torr. Banyak senyawa dengan tekanan yang rendah juga dapat dianalisa dengan catatan secara kimia senyawa tersebut dapat dipisahkan. Posisi pemisahan daripada gugus aromatik pada umumnya sangat susah untuk dianalisa, dan untuk senyawa yang berisomer tidak sulit untuk dianalisa dengan menggunakan GC-MS (Anonymous, 2011).
GC-MS merupakan suatu teknik analisa yang menyerupai kromatografi gas, yang mana secara langsung dipasangkan dengan spektrofotometer massa.
Sekarang ini sistem GC-MS merupakan bagian yang penting dari kebanyakan laboratorium analisis. Mereka menggunakan ini sebagai suatu analisa utama untuk lingkungan, makanan dan rasa, aroma, industri minyak, petrokimia, dan untuk semua laboratorium anlisis. Untuk kegunaan tambahan, tetapi juga termasuk cukup penting, adalah penggunaannya pada industri farmasi yang berfungsi untuk menghasilkan bahan mentah yang berkualitas dan sisa pelarut yang terpadat pada akhir produk dan juga untuk perlengkapan pabrik.(McNair,2009)