Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1
Penelitian Sebelumnya Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya peramalan
produksi dan konsumsi ubi jalar nasional dalam rangka rencana program diversifikasi pangan pokok. Penelitian ini memiliki persamaan metode yang digunakan untuk mencari perhitungan yaitu menggunakan metode sarima.Penelitian ini membahas tentang peramalan produksi dan konsumsi ubi jalar, data yang digunakan adalah data produksi dan konsumsi nasional ubi jalar, data luas panen nasional ubi jalar dan beras, data produktivitas nasional ubi jalar dan beras, serta data tingkat konsumsi per kapita per tahun ubi jalar dan beras. Data yang akan diolah memiliki rentang waktu selama 25-40 tahun terakhir. Sumber utama data dalam penelitian ini berasal dari Badan Ketahanan Pangan, BPS, Ditjen Tanaman Pangan dan FAO sedangkan informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian bisa diperoleh dari buku-buku literatur, jurnal, media massa maupun media elektronika (internet). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya variabel produksi, luas panen, konsumsi dan konsumsi perkapita ubi jalar nasional.
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya tentang Peramalan Kunjungan Wisata dengan mengunakan Model SARIMA (Studi kasus : Kusuma Agrowisata). Penelitian ini memiliki persamaan metode yang digunakan untuk mencari perhitungan peramalan yaitu menggunakan Model SARIMA. Penelitian ini membahas tentang 8
2
Model SARIMA dalam peramalan kunjungan wisata Kota Batu yang mempunyai beragam wisata alam contohnya Kusuma Agrowisata. Pada musim-musim liburan sekolah dan tahun baru, jumlah kunjungan wisata meningkat daripada hari-hari biasanya, sehingga model peramalan yang digunakan dalam penelitian adalah model SARIMA. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data kunjungan wisata Kusuma Agrowisata Batu Malang mulai tahun 2001-2011.
2.2
Landasan Teori 2.2.1
Curah Hujan
Menurut BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Presipitasi (endapan) adalah cairan atau zat padat yang berasal dari hasil kondensasi atau pengembunan uap air yang jatuh dari awan sampai ke permukaan bumi. (BMKG) Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum. Oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah
Indonesia
(Asia
Tenggara
umumnya)
seluruhnya
dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama. Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Serta alat untuk mengukur banyaknya
3
curah hujan disebut Rain Gauge. Curah hujan diukur dalam jumlah harian, bulanan, dan tahunan. (Lakitan, 2002)
2.2.2
Padi Sawah
Kegiatan penanaman padi
sawah biasanya
didahului
pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Pertama sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan melakukan pencangulan oleh manusia, mesin atau kerbau. Setelah dibajak sawah dibiarkan selama 2-3 hari. Tetapi di beberapa daerah tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Setelah itu tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedu kalinya bahkan katiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan pengolahan sawah tersebut. Dalam penanaman padi sawah peematang atau galengan memegang peranan penting, karena dalam sistem bertanam padi sawah ini, pematang atau galengan ini harus kuat dan dirawat,
karena
bertanam padi sawah memerlukan air, sehingga dengan galengangalengan sawah ini air dapat bertanam di petakan sawah. Dan padi dengan sistem penanaman sistem ini tidak dapat ditanam pada tanah yang datar. Penggarapan bertanam padi sawah ini digarap secara basah yaitu menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam proses penanaman padi ini memakai bibit persemaian. Tetapi seringkali bibit sudah terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam penanaman padi sawah ini untuk menanam dan selama hidupnya membutuhkan air hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena musim hujan kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan membutuhkan air hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi puluhan ribu hektar tidak
4
menghasilkan sama sekali atau hasilnya rendah akibat air hujan yang tidak mencukupi.
2.2.3
Padi Ladang
Padi ladang adalah padi yang ditanam di tegal, kebun, ladang atau huma. Dalam penanaman padi ladang relatif lebih mudah dibandingkan dengan padi sawah. Dalam sistem penanaman padi ladang ini biasa dikerjakan sebelum musim hujan tiba. Sementara dalam proses pembibitan atau penanamannya, padi ladang ini tidak memerlukan persemaian, sehingga benih dapat langsung ditanam di sawah sebelum atau pada permulaan musim hujan sehingga tidak ada resiko bibit menjadi terlalu tua. Padi ladang tidak banyak memerlukan air hujan, pada permulaan selama 30 atau 40 hari. Hidup padi ladang ini keringan bahkan bila kebanyakan air hujan, maka air tersebut harus dibuang. Sesudah itu jika air hujan cukup, maka padi ladang ini dapat dijadikan padi sawah. Akan tetapi jika tidak ada hujan, dapat hidup kekeringan, maka resiko mati sangat kecil. 2.2.4
Hubungan Curah Hujan dengan Produksi padi
Secara aktual, berbagai proses fisiologi, pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur cuaca, yaitu keadaan atmosfer dari saat ke saat selama umur tanaman, ketersediaan air (kelembaban tanah) sangat ditentukan oleh curah hujan dalam periode waktu tertentu dan disebut sebagai unsur iklim, yang pada hakikatnya adalah akumulasi dari unsur cuaca (curah hujan dari saat ke saat). Demikian juga, pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan manivestasi akumulatif dari seluruh proses fisiologi selama fase atau periode pertumbuhan tertentu oleh sebab
5
itu dalam pengertian yang lebih teknis dapat dinyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi oleh berbagai unsur iklim (sebagai akumulasi keadaan cuaca) selama pertumbuhan tanaman. 2.2.6
Model SARIMA
Secara umum model ARIMA musiman atau SARIMA (Sesional Autoregressive Integrated Moving Average) terdiri dari dua macam yaitu model musiman saja atau ARIMA (P,D,Q)S dan model ARIMA multiplikatif musiman dan nonmusiman atau ARIMA (p,d,q)(P,D,Q)S, dengan S adalah periode musiman. Bentuk matematis dari model ARIMA(P,D,Q)S dapat ditulis sebagai berikut (1−
1S
B −…−
PS PB
)(1−BS ) DZt = (1−
1B
−…−
QS QB
)at .
Seperti pada model nonmusiman (ARIMA), untuk penentuan orde P dan Q dari model ARIMA musiman (SARIMA) pada suatu data dilakukan dengan mengidentifikasi plot ACF dan PACF dari data yang sudah stasioner. Untuk petunjuk umum penentuan orde P dan Q pada suatu data runtun waktu musiman dapat dilihat pada tabel 2.1 Proses
ACF
AR(p)s
Dies down pada lag kS,
PCAF Cuts off setelah lag PS
dengan k=1,2,3,…
MA(q)s
Cuts off setelah lag QS
Dies down pada lag kS, dengan k=1,2,3,…
ARMA(P,Q) s
AR(P) atau
s
Dies down pada lag kS,
Dies down pada lag kS,
dengan k=1,2,3,…
dengan k=1,2,3,…
Cuts off setelah lag QS
Cuts off setelah lag PS
Tidak ada yang signifikan
Tidak ada yang signifikan
MA(Q) s White noise
6
(tidak ada yang keluar
(Random)
(tidak ada yang keluar batas)
batas)
Tabel 2.1 Pola teoritis ACF dan PACF dari proses musiman yang stasioner. Selanjutnya, gabungan petunjuk pola ACF dan PACF pada Tabel 2.1 dan 2.2 dapat digunakan untuk menentukan orde p, q, P, dan Q pada model musiman ARIMA(p,d,q)(P,D,Q)S. Secara umum bentuk model ARIMA Box‐Jenkins Musiman atau ARIMA(p,d,q)(P,D,Q)S adalah : p(B)
p
(Bs)(1− B)d(1− B )DZt =θq(B)θQ(Bs )at ,
Dengan, p, d, q
= order AR, MA dan differencing Non‐musiman,
P, D, Q p(B) p(B
S
)
(1− B)d
= order AR, MA dan differencing Musiman, = (1− 1B− 2B2−… − pBP), = (1− 1BS− 2B2S−… − pBPS), = operasi matematis dari differencing Non‐musiman,
(1− BS )D
= operasi matematis dari differencing Musiman,
θq(B)
= (1−θ1B−θ2B2−… −θqBq),
θQ(BS)
= (1−θ1BS−θ2B2S−… −θQBQS),
Zt
= Zt−μ.
8