5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Obat dan Jenis-Jenis Obat Secara
umum
obat
dapat
diartikan
sebagai
semua
bahan
tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua mahluk hidup untuk bagian dalam maupun luar, guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit.Menurut undang-undang kesehatan, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan,termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh (Syamsuni, 2006). Para ahli farmasi menyediakan obat dalam berbagai bentuk sediaan. Hal ini disesuaikan untuk masing-masing cara pemberian dan keadaan yang diperlukan. Beberapa bentuk sediaan yang dikenal adalah: a. Larutan, berisi obat yang diberi gula dan disebut sirup dengan tujuan memudahkan pemberian obat pada anak-anak. Selain air sebagai bahan pelarut, dapat pula dipakai lemak cair maupun padat, alkohol, emulsi, minyak atsiri, dan bermacam pelarut lainnya. Beberapa sirup disediakan dalam bentuk tepung dan dilarutkan jika akan dipakai. b. Serbuk, merupakan bentuk tepung dari suatu obat atau bermacam paduan obtat. Biasanya serbuk dibungkus untuk sekali minum dan sekali pakai. c. Pil atau Tablet, merupakan bentukan bulat untuk mudah ditelan.
Universitas Sumatera Utara
6
d. Kapsul, merupakan tempat serbuk atau obat cair, untuk memudahkan obat ditelan. Kadang-kadang obat dimasukkan kedalam kapsul agar tidak dirusak oleh asam lambung. e. Supositoria, adalah bentuk pil bulat panjang dengan bermacam ukuran bagi anak atau dewasa dan digunakan untuk pengobatan melalui rectum, vagina atau uretra. Supositoria akan mencair di dalam rongga-rongga tersebut pada suhu tubuh. Sekalipun dimasuukan melalui rectum, namun bentuk supositoria dapat juga dipergunakan untuk mendapatkan efek sistematik. f. Cairan steril, untuk obat infus maupun suntikan (Yahya.M,1992) g. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam dasar yang sesuai (Anonim, 1995).
2.2. Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam dasar yang sesuai. Sediaan setengah padat ini mempunyai konsisten relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air (Anonim, 1995). Tipe krim ada 2 yaitu : tipe air dalam minyak (A/M) dan tipe minyak dalam air (M/A). Krim menggunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan non-ionik. Untuk menstabilkan krim ditambah zat antioksidan dan zat pengawet(Anief, 1999). Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan kebagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan daerah lambung. Menurut defenisi tersebut yang
Universitas Sumatera Utara
7
termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, dan sebagainya (Widjajanti, 1988). Krim dalam sistem emulsi sediaan semipadat mempunyai penampilan tidak jernih, berbeda dengan salep yang tembus cahaya. Konsistennyatergantung pada jenisnya emulsinya, apakah jenis air dalam minyak atau atau minyak dalam air, dan juga pada sifat zat padat dalam fase internal. Sediaan semipadat ini juga digunakan pada kulit, dimana umumnya sediaan tersebut berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal, sebagai pelunak kulit, atau sebagai pembalut pelindung atau pembalut penyumbat (oklusif) (Lachman, L and Lieberman H,A, 1994).
2.3.Obat Kulit Penyakit kulit dikenal bermacam-macam, seperti kudis, eksema, kutu air, biang keringat, koreng dan sebagainya. Untuk mengobati penyakit-penyakit kulit tersebut di atas, digunakan bahan-bahan yang mampu melindungi kulit yang luka atau sakit, bahan-bahan yang mampu menghaluskan dan melemaskan kulit, bahan-bahan yang dapat mengurangi rasa gatal, bahan-bahan yang mempunyai pekerjaan khusus. Obat –obat tersebut dapat dipakai pada kulit sebagai kompres, pasta,salep, dan lotion (Widjajanti, 1988). Sistem pemberian dan bentuk sediaan obat dalam pemakaiannya pada kulit dapat berupa salep krim melalui kulit, lotion, larutan topikal merupakan bentuk sediaan dermatologi yang paling sering dipakai, tapi preparat lain seperti pasta, serbuk dan aerosol juga bisa digunakan. Preparat yang digunakan pada kulit tersebut mempunyai sifat kerja yaitu sebagai pelindung, pelembut, zat pengering
Universitas Sumatera Utara
8
dan lain-lain, atau untuk efek khusus dari bahan obat yang ada. Absorpsi dari bahan obat dan preparat dermatologi yang lain seperti cairan, gel, salep, krim, atau pasta tidak hanya tergantung pada sifat kimia dan fisika dari bahan obat saja, tetapi juga pengaruh pembawa dan zat tambahan lain dan juga kondisi dari kulit (Ansel,1989). Obat bebas untuk pengobatan kulit biasanya ditujukan untuk penyakitpenyakit yang sering terjadi seperti panu, kadas, jerawat, kudis, kutil, ketombe, dan sebagainya. Bentuk obatnya berupa salep atau cairan. Secara umum obat-obat luar memiliki keamanan yang lebih baik karena ia hanya digunakan secara lokal pada bagian luar . Efek samping yang mungkin terjadi adalah iritasi kulit, atau rasa terbakar (Widodo, 2004). Obat Kortikosteroid mempunyai daya anti alergi dan antiradang. Obat kulit topikal Kortikosteroid yang terdapat dalam Daftar Obat Wajib Apotek No.1 meliputi betametason ,Flupredniliden ,Triamsinolon,Fluokortolon/Diflukortolon, dan Desoksimetason. Salah satu obat produksi dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.Plant Medan yang digunakan melalui kulit adalah krim BetasonN.Betametason merupakan suatu senyawa turunan Kortikosteroid. Krim BetasonN adalah golongan Kortikosteroid yang sangat efektif untuk obat kulit yang disebabkan penyakit alergi. Krim Betason-N juga digolongkan ke dalam obat Antiinflamantory analgesik yaitu obat untuk penyakit yang ditandai dengan adanya rasa nyeri, bengkak, kekakuan, dan gangguan alat fungsi penggerak(Anief, 1996).
Universitas Sumatera Utara
9
2.4 Betametason Krim Betametason Valerat mengandung betametason valerat, C27H37FO6, setara dengan betametason, C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0%
dari
jumlah
yang
tertera
pada
etiket
dalam
dasar
krimyangsesuai(Anonim., 2014).
2.4.1. Sifat Fisika Kimia Betametaso valerat memiliki rumus molekul : C27H37FO6 dengan struktur sebagai berikut ( Gambar 2.1 ) CH2OCOCH2CH3
C CH3
H
HO
O OCOCH2CH3
CH3 CH3
H
H
F
H
O O Nama kimia dari senyawa ini adalah 9-Flouro-11β,17,21-Trihodroksi-16β-Metil pregna-1,4-Diena 3,20;Dion17- valerat Berat molekul : 476,58 Pemerian : -serbuk putih sampai praktis putih - tidak berbau
Universitas Sumatera Utara
10
- melebur pada suhu 190 °C disertai peruraian. Kelarutan :- tidak larut dalam air - mudah larut dalam aseton dan kloroform - larut dalam etanol serta sukar larut dalam benzen dan eter. Betametason adalah senyawa dari golongan kortikosteroid yang paling efektif untuk obat kulit. Betamethasone masuk dalam kelompok obat yang disebut steroid. Betamethason berfungsi mencegah pelepasan zat di dalam tubuh yang menyebabkan pembengkakan. Betamethason digunakan untuk mengobati banyak kondisi berbeda seperti alergi, sakit kulit, ulcerative kolitis, arthritis, lupus, psoriasis atau masalah pernapasan. Krim betamethason mengandung betametason valerat, neomisin sulfat yang dikenal sebagai suatu antibiotik yang aktif terhadap sejumlah besar bakteri yang umumnya menyertai radang kulit., serta mengandung antibakteri dan antijamur untuk infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri.
2.4.2 Pengujian betametason 2.4.2.1 Uji Kualitatif Cara pemeriksaan betametason dapat dilakukan dengan metode Kromotografi Lapis Tipis (KLT).Kromotografi lapis tipis merupakan prosedur pemisahan zat terlarut dalam sistem yang terdiri dari dua fase. Dalam kromatografi, menggunakan dua fase tetap yaitu : fase diam (stasionary phase) dan fase gerak (mobile phase), dimana pemisahan senyawa tergantung pada gerakan dari dua fase ini.Menurut Farmakope Indonesi Ed. V, lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom kromotografi terbuka dan pemisahan yang
Universitas Sumatera Utara
11
tercapai dapat didasarkan pada absorbsi, partisi, atau kombinasi dari keduanya, tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan dan jenis pelarut yang digunakan. Pemisahan pada KLT ini pada umumnya dihentikan sebelum semua fase gerak melewati seluruh permukaan fase diam. Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana dalam prosedur kromatografi yang lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual. Penotolan sampel yang tidak tepat akan meyebabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda. ( Rohman, 2007 )
2.4.2.2. Uji kuantitatif Uji kuantitatif dapat dilakukan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatografi) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an. KCKT merupakan metode yang dapat digunakan baik untuk
analisis
kualitatif
maupun
kuantitatif.Prinsip
dasar
dari
HPLC
adalah pemisahan zat yang akan dianalisis berdasarkan kepolarannya. Adapun prinsip kerja dari alat HPLC adalah ketika suatu sampel yang akan diuji diinjeksikan ke dalam kolom maka sampel tersebut kemudian akan terurai dan terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia ( analit ) sesuai dengan perbedaan afinitasnya. Hasil pemisahan tersebut kemudian akan dideteksi oleh detector (spektrofotometer UV, fluorometer atau indeks bias) pada panjang gelombang
Universitas Sumatera Utara
12
tertentu, hasil yang muncul dari detektor tersebut selanjutnya dicatat oleh recorder yang biasanya dapat ditampilkan menggunakan integrator atau menggunakan personal computer (PC) yang terhubung online dengan alat HPLC tersebut. Pada prinsipnya kerja HPLC adalah sama yaitu pemisahan zat yang akan dianalisis berdasarkan kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa diam) dan larutan tertentu sebagai fasa geraknya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya dan kecepatannya untuk sampai kedektetor (waktu retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak-puncaknya terpisah. KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawasenyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan proteinprotein, menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, memurnikan senyawa dalam suatu campuran, serta kontrol kualitas (Rohman, 2007). KCKT pada saat ini merupakan metode kromatografi cair paling akhir. Dalam beberapa tahun terakhir ini teknologi KCKT dan pemakaiannya sangat berkembang, walaupun membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit tapi saat ini merupakan suatu teknik yang banyak digunakan pada perusahaan obat,diantaranya adalah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan. Hampir semua produk obat baru yang dikembangkan akhir-akhir ini menggunakan KCKT sebagai metode pilihan untuk analisis stabilitas sediaanya. KCKT dapat memisahkan dan menentukan jumlah zat berkhasiat dan hasil peruraiannya. Banyak metode analisis lama yang dipakai sebagai metode
Universitas Sumatera Utara
13
pemeriksaan resmi berangsur-angsur digantikan oleh metode KCKT yang lebih spesifik , peka dan teliti (Lachman, L and Lieberman H, A, 1994). Alat utama KCKT terdiri dari: 1. Tandon pelarut Bahan tandon pelarut harus lembam terhadap fase gerak berair dan tidak berair. Sehingga baja antikarat dan gelas menjadi pilihan. Baja antikarat jangan dipakai pada pelarut yang mengandung ion halida dan jika tandon harus bertekanan, hindari penggunaan gelas. Daya tampung tandon harus lebih dari 500 ml digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir 1-2 ml/menit. 2. Pipa Pipa merupakan penyambung dari seluruh bagian sistem. Garis tengah dalam pipa sebelum penyuntik tidak terpengaruh. Hanya saja harus lembam, tahan tekanan dan mampu dilewati pelarut dengan volume yang memadai. 3. Pompa Pompa harus lembam terhadap semua pelarut. Bahan yang umum digunakan adalah gelas, baja anti karat, teflon, dan batu nilam. Aliran pelarut dalam pompa harus tanpa denyut atau diredam untuk menghilangkan denyut, karena denyut air pelarut dapat menyebabkan hasil yang rancu bagi beberapa detektor. Kecepatan alir pompa harus tetap, baik untuk keperluan jangka pendek maupun jangka panjang. 4. Penyuntik / Sistem Penyuntik Cuplikan Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai ketelitian maksimum analisis kuantitatif. Yang terpenting sistem harus dapat mengatasi tekanan balik yang tinggi tanpa kehilangan cuplikan. Pada saat
Universitas Sumatera Utara
14
pengisian
cuplikan,
cuplikan
dialirkan
melewati
lingkar
cuplikan
dan
kelebihannya dikeluarkan ke pembuangan. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati lingkar cuplikan ke kolom. 5. Kolom Kolom merupakan jantung kromotograf, keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Dianjurkan untuk memasang penyaring 2µm di jalur antara penyuntik dan kolom, untuk menahan partikel yang dibawa fase gerak dan cuplikan. Hal ini dapat memperpanjang umur kolom (Munson, 1991). Kolom dapat diibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : a. Kolom analitik : garis tengah dalam 2-6 mm. untuk kemasan mikropartikel biasanya panjang kolom 10-30 cm. b. Kolom preparatif : garis tengah 6 mm atau lebih panjang 25-100 cm (Johnson, 1991). Kolom kromotografi untuk pengaliran oleh gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi kran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Salah satu konsep penting KCKT ialah mengusahakan volum pelarut antara penjerap dan detektor atau fraksinator sekecil mungkin untuk mencegah pencampuran kembali fraksifraksi setelah terpisah (Gritter, R. J.,dkk., 1991). 6. Detektor Detektor harus memberi tanggapan pada cuplikan, tanggapan yang dapat diramal, peka, hasil yang efesien dan tidak terpengaruh oleh perubahan suhu atau komposisi fase gerak. Detektor yang dipakai pada KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbulah pelebaran
Universitas Sumatera Utara
15
pita yang memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai. 7. Penguat Sinyal Pada umumnya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu sebelum disampaikan pada alat perekam potensiometrik. Dapat pula sinyal dikirimkan kepada suatu integrator digital elektronik untuk mengukur luas puncak kromatogram secara otomatik. 8. Perekam Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi untuk merekam atau menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa pelak (puncak). Dari daftar tersebut secara kualitatif kita dapat menentukan atau mengetahui senyawa apa saja yang diperiksa, luas dan tinggi puncak berbanding lurus dengan konsentrasi. Dari data ini dapat pula dipakai untuk memperoleh secara kuantitatif. Sebagai perekam biasanya dipakai bersama-sama dengan integrator (Munson, 1991). Dalam pemisahan suatu senyawa secara KCKT biasanya digunakan suatupelarut landasan yaitu pelarut yang sifat kepolarannya biasanya diubah-ubah, sesuai dengan kebutuhan. Bila sampel telah dimasukkan dengan suatu penyuntik KCKT, maka akan dibawa melalui kolom bersama suatu fase gerak akibat adanya tekanan dari suatu pompa. Data yang dihasilkan akan ditunjukkan berupa puncak (skema) oleh suatu perekam.
Universitas Sumatera Utara
16
2.4.3 Proses kromatografi Cair Kinerja Tinggi Pemisahan dalam KCKT berdasarkan perbedaan interaksi antara analit yang di bawa oleh aliran fase gerak dengan permukaan fase diam sehingga menghasilkan perbedaan waktu tambat untuk suatu campuran analit ( Kazakevich dan LoBrutto,2007 ) Berdasarkan pernyataan di atas terdapat dua fase yang berbeda yang terlibat dalam kromatografi yaitu satu fase yang berfungsi membawa analit biasanya disebut fase gerak, dan fase lain yang tidak bergerak atau disebutfase diam. Suatu campuran komponen zat biasanya disebut analit, yang didispersikan dalam fase gerakpada tingkat molekuler sehingga menghasilkan transpor yang seragam daninteraksi dengan fase gerak dan fase diam ( Kazakevich dan LoBrutto, 2007) Komposisi fase gerak dalam analisis KCKT berperan penting dalamkeberhasilan pemisahan. Pada kromatografi fase normal dan balik, kelarutandari campuran komponen baik dalam fase gerak dan fase diam berperandalam
besarnya
pemisahan.
Campuran
komponen
zat
yang
kelarutanyatinggi dalam fase gerak tetapi kelarutanya rendah dalam fase diam akanmenghasilkan waktu retensi yang singkat. Karena pengaruh kelarutan padapolaritas
molekul,
maka
penting
untuk
membandingkan
polaritas
campurankomponen zat dengan fase diam dan fase gerak (Kenkel,1994).
Universitas Sumatera Utara
17
Gambar 2.2. Diagram Skematik Alat KCKT
Gambar 2.3. Instrumen kromatografi cair kinerja tinggi
Universitas Sumatera Utara