10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan, kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi, dan tumbuh kembang balita (Kepmenkes RI, 2004) Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali berakhir dengan kecacatan atau kematian. Untuk mewujudkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak maka salah satu upaya program adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga melalui penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) (Depkes RI dan JICA, 2003) Manfaat Buku KIA secara umum adalah ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun sedangkan manfaat buku KIA secara khusus ialah (1) untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak (2) alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan
10
Universitas Sumatera Utara
11
paket (standar) pelayanan KIA (3) alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak (4) catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannnya (Depkes RI dan JICA, 2003).
2.1.1 Pemanfaatan Buku KIA Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu ( GSI), strategi making pregnancy safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994 dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Buku KIA diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan kesehatan ibu dan anak, alat monitor kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006). Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006).
Universitas Sumatera Utara
12
Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR, angka kematian ibu dan bayi, serta mencegah terjadinya balita kurang gizi (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006). Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13 materi yaitu (1) apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil (2) bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil (3) bagaimana makan yang baik selama hamil (4) apa saja tandatanda bahaya pada ibu hamil (5) apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan (6) apa saja tanda-tanda persalinan (7) apa saja yang dilakukan ibu bersalin (8) apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (9) apa saja yang dilakukan ibu nifas (10) bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas (11) apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas (12) mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga Berencana (KB) (13) apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB (Depkes, 2005)
2.1.2 Buku KIA Sebagai Materi Penyuluhan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan satu-satunya buku untuk keluarga yang berisikan informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak. Untuk memahami pesan/informasi yang tercantum dalam Buku KIA, ibu dan keluarga perlu
Universitas Sumatera Utara
13
mendapatkan dukungan dan bimbingan dari petugas kesehatan. Adapun materi penyuluhan sebagai berikut : 1. Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil a. Periksa hamil secepatnya dan sesering mungkin sesuai anjuran petugas b. Timbang berat badan setiap kali periksa hamil c. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama hamil d. Minta imunisasi Tetanus Toksoid kepada petugas kesehatan e. Minta nasihat kepada petugas kesehatan tentang makanan bergizi selama hamil f. Sering mengajak bicara bayi sambil mengelus-elus perut setelah kandungan berumur 4 bulan 2. Bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil a. Mandi pakai sabun setiap hari, pagi dan sore. Gosok gigi dua kali sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur b. Istirahat berbaring sedikitnya 1 jam pada siang hari dan kurangi kerja berat c. Tanyakan kepada bidan atau dokter tentang hubungan suami-istri yang aman selama hamil d. Jangan merokok, memakai narkoba, minum jamu atau minum minuman keras. e. Di daerah malaria, sebaiknya ibu tidur pakai kelambu 3. Bagaimana makan yang baik selama hamil a. Makan makanan yang bergizi sesuai dengan anjuran petugas kesehatan b. Makan 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil
Universitas Sumatera Utara
14
c. Untuk menembah tenaga, makan makanan selingan , pagi dan sore hari seperti kolak, bubur kacang hijau, kue-kue dan lain-lain d. Tidak ada pantangan makanan bagi ibu selama hamil 4. Apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil a. Pendarahan b. Bengkak di kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala kadangkala disertai kejang c. Demam tinggi d. Keluar air ketuban sebelum waktunya e. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak f. Ibu muntah terus dan tidak mau makan 5. Apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan a. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan atau dokter b. Suami/keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan c. Siapkan donor darah, jika sewaktu-waktu diperlukan ibu d. Ibu dan suami menanyakan kebidan/dokter kapan perkiraan tanggal persalinan e. Suami dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu ibu dan bayi perlu segera ke Rumah Sakit f. Jika bersalin di rumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan : I. Ruangan yang terang, tempat tidur dengan alas kain yang bersih
Universitas Sumatera Utara
15
II. Air bersih dan sabun untuk cuci tangan III. Kain, handuk dan pakaian bayi yang bersih dan kering IV. Kain dan pakaian ganti yang bersih dan kering bagi ibu setelah melahirkan 6. Apa saja tanda-tanda persalinan a. Mulas-mulas yang teratur timbul semakin sering dan semakin lama b. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir c. Keluar cairan ketuban dari jalan lahir akibat pecahnya selaput ketuban 7. Apa saja yang dilakukan ibu bersalin a. Proses persalinan berlangsung 12 jam sejak terasa mulas. Jadi ibu masih bisa makan, minum, buang air kecil dan jalan-jalan b. Jika mulas-mulas bertambah, tarik napas panjang melalui hidung dan keluarkan melalui mulut c. Jika ibu merasa ingin buang air besar berarti bayi akan lahir. Segara beritahu bidan/dokter d. Ikuti anjuran bidan atau dokter kapan ibu harus mengejan waktu bayi akan lahir 8. Apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu bersalin a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas b. Pendarahan lewat jalan lahir c. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir d. Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
Universitas Sumatera Utara
16
e. Air ketuban keruh dan berbau f. Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar g. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang berat 9. Apa saja yang dilakukan ibu nifas a. Segera meneteki/menyusui bayi dalam 30 menit setelah bersalin untuk mencegah pendarahan dan merangsang ASI cepat keluar b. Teteki/susui bayi sesering mungkin dan setiap kali bayi menginginkan secara bergantian payudara kiri dan kanan c. Rawat bayi baru lahir dengan baik d. Tanyakan ke bidan/dokter cara meneteki secara eksklusif dan merawat bayi baru lahir 10. Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas a. Makan makanan bergizi 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil b. Istirahat cukup supaya ibu sehat dan ASI keluar banyak c. Minum 1 kapsul vitamin A dosis tinggi d. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama nifas e. Jaga kebersihan alat kelamin, ganti pembalut setiap kali basah 11. Apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu hamil a. Pendarahan lewat jalan lahir b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir c. Demam lebih dari 2 hari d. Bengkak di muka,tangan atau kaki, sakit kepala dan kejang-kejang
Universitas Sumatera Utara
17
e. Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit f. Mengalami gangguan jiwa 12. Mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga berencana (KB) a. Agar ibu punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta mengurus keluarga b. Untuk mengatur agar jarak kehamilan tidak terlalu dekat, lebih dari 2 tahun 13. Apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB a. Alat Kontrasepsi/cara ber-KB bagi suami 1. Kondom 2. Vasektomi b. Alat Kontrasepsi/cara ber-KB bagi istri 1. Pil 2. Suntik 3. Implan 4. Spiral 5. Tubektomi
2.2 Bidan Kebidanan di Indonesia merujuk dan mempertimbangkan kebijakan ICM. Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obsetrition (FIGO). Definisi tersebut
Universitas Sumatera Utara
18
secara berkala di review dalam pertemuan Internasional/Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui koggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (regfister) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan (Kepmenkes RI, 2004). Bidan diakui sebagai tenaga kerja professional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan tidak hanya kepada perempuan tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan reproduksi dan asuhan anak (Kepmenkes RI, 2004) Mempertimbangkan aspek social budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara republic Indonesia serta memiliki kompetinsi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapatkan lisensi
Universitas Sumatera Utara
19
untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan (Kepmenkes RI, 2004). Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak (Kepmenkes RI, 2004)
2.3 Organisasi Puskesmas Organisasi merupakan sesuatu yang abstrak, sulit dilihat tetapi bisa dirasakan eksistensinya hampir dalam semua aspek kehidupan, sifatnya yang abstrak menyebabkan cakupan mengenai organisasi sangat luas akibatnya bahwa studi mengenai organisasi dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Orang mendirikan suatu organisasi karena organisasi dapat mencapai suatu tujuan dimana tujuan tersebut tidak bisa dicapai melalui tindakan individu secara terpisah atau secara perorangan. Organisasi dicirikan oleh “Perilakunya yang terarah pada tujuan” Tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai lebih efisien dan efektif melalui
Universitas Sumatera Utara
20
tindakan-tindakan individu dan kelompok yang dilakukan dengan persetujuan bersama (Gibson dkk, 1996) Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangaian sasaran. Dalam organisasi perlu adanya manusia, karena manusia adalah pendukung utama setiap organisasi apa pun bentuk dan organisasi tersebut. Perilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok atau organisasi adalah awal dari perilaku organisasi (Rivai, 2008) Menurut Gibson dkk (1996) Perilaku organisasi (Organization Behavior) adalah studi tentang perilaku, sikap, dan prestasi manusia dalam suasana organisasi, yang berdasarkan atas teori, metode, dan prinsip-prinsip berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi, dan antropologi budaya untuk mempelajari persepsi, nilai, kemampuan belajar, dan tindakan individu pada waktu bekerja dalam kelompok dan di dalam organisasi secara keseluruhan; analisis dampak lingkungan eksternal terhadap organisasi dan sumber daya manusia, misi, tujuan, dan strateginya. Perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu kelompok tertentu. Hal ini meliputi aspek yang ditimbulkan oleh pengaruh organisasi terhadap manusia demikian pula aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi (Rivai, 2008). Perilaku individu dalam organisasi merupakan hasil interaksi dari tiga variabel, Yaitu variabel individu (kemampuan dan keterampilan, latar belakang,
Universitas Sumatera Utara
21
keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur, asal-usul, dan jenis kelamin), variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, desain pekerjaan), dan variabel Psikologis (persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi) (Gibson dkk, 1996) Organisasi kesehatan di Indonesia juga menganut asas: departementalisasi dan regionalisasi. Dibentuknya Direktorat jenderal dijajaran organisasi Depkes pusat, Bidang-bidang di Kanwil Depkes, dan Seksi-seksi di Tingkat Dinas Kesehatan dan sebagainy adalah contoh asas departementalisasi. Dibentuknya Kantor Wilayah Depkes (Kanwil) dan jajaran Organisasi kesehatan lain mulai dari tingkat Provinsi (Dinas Kesehatan) sampai ke tingkat Kecamatan dan Desa (Puskesmas) dan Puskesmas Pembantu dan Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) adalah bentuk regionalisasi pengembangan pelayanan kesehatan di Indonesia mengingat luasnya jangkauan masyarakat dan Wilayah yang wajib diberikan pelayanan kesehatan (Muninjaya, 1999) Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja
tertentu. Wilayah kerja
Puskesmas pada mulanya ditetapkan satu Kecamatan, kemudian dengan semakin berkembangnya kemampuan dana yang dimiliki oleh pemerintah untuk membangun Puskesmas, wilayah kerja Puskesmas ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di satu Kecamatan, kepadatan dan mobilitasnya. Dua-tiga Puskesmas dapat saja
Universitas Sumatera Utara
22
didirikan di satu wilayah Kecamatan. Pada umumnya satu Puskesmas mempunyai penduduk binaan antara 30.000-50.000 jiwa (Muninjaya, 1999) Berdasarkan misi tersebut, Puskesmas mempunyai kewenangan dan tanggungjawab memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang secara administratif berdomisili diwilayah kerjanya. Bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas bersifat menyeluruh (Comprehensisive Health Care Service) yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi aspek Promotive, preventive, curative, dan rehabilitative. Prioritas pelayanan yang dikembangkan oleh Puskesmas lebih diarahkan kebentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengutamakan upayan promosi dan perencanaaan (public health services) (Muninjaya, 1999). Perkembagan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan melalui Puskesmas
didasarkan
pada
misi
didirikannya
Puskesmas
sebagai
pusat
pengembangan kesehatan (Centre for Health Development) diwilayah kerja tertentu (biasanya ditingkat kecamatan). Upaya pengembangannya dapat dilaksanakan melalui perluasan jangkauan wilayah sesuai dengan tingkat kemajuan transportasi, peningkatan mutu pelayanan dan keterampilan staf, peningkatan rujukan, peningkatan misi Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan dapat dilakukan melalui berbagai upaya seperti: 1. Meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa dengan membangun Puskesmas yang baru, Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan,
Universitas Sumatera Utara
23
Posyandu dan penempatan bidan di desa yang mengelola sebuah polindes (poliklinik persalinan desa) 2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas dapat diwujudkan, baik dengan meningkatkan keterampilan dan motivasi kerja staf Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat maupun dengan cara mencukupi berbagai jenis kebutuhan peralatan dan obat-obatan yang perlu tersedia di Puskesmas 3. Pengadaan peralatan dan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat 4. Sistem rujukan di tingkat pelayanan kesehatan dasar lebih diperkuat dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sampai ketingkat desa Peranserta masyarakat melalui pengembangan Pembangunan Kesehatan masyarakat Desa (PKMD). Prinsip kerja PKMD adalah berkembangnya kegiatan masyarakat dalam rangka menolong diri mereka sendiri. Kegiatannya perlu dilakukan secara gotong-royong dan swadaya sehingga masyarakat mampu mencapai mutu hidup yang lebih sehat dan sejahtera (Muninjaya, 1999).
2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Buku KIA sebagai Materi Penyuluhan bagi Ibu Hamil I. Karakteristik Bidan 1. Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Universitas Sumatera Utara
24
Pengetahuan yang berguna bagi pengembangan karier pegawai untuk meningkatkan kinerjanya merupakan penilaian dari pengalaman positif yang memberi motivasi dan pengembangan diri (Iiyas, 2001) 2. Motivasi Motivasi dari kata motif yang artinya sesuatu yang mendorong dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu (gerak), sedangkan motivasi adalah sesuatu yang membuat orang untuk bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu yang didasarkan dari motif (Fathoni, 2006). Motivasi adalah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri karyawan yang memuai dan mengarahkan perilaku (Gibson dkk, 1996) Menurut Rivai (2004) motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Dimana sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu (Robbins, 2002). Menurut Ivancevich dkk (2006) teori motivasi berfokus pada faktor-faktor dalam diri seseorang yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan, dan menghentikan perilaku. Empat pendekatan isi yang penting terhadap motivasi adalah (1) hierarki kebutuhan maslow, (2) teori ERG Alderfer, (3) teori dua faktor Herzberg, dan (4) teori kebutuhan yang dipelajari McClelland sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
25
1. Hierarchy Kebutuhan Maslow Inti teori Maslow adalah bahwa kebutuhan tersusun dalam suatu hierarchy. Kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologi, dan kebutuhan di tingkat yang paling tinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhankebutuhan tersebut didefenisikan sebagai berikut : a. Fisiologis (physiological). Kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit b. Keamanan dan keselamatan (safety and security). Kebutuhan untuk bebas dari ancaman diartikan sebagai aman dari peristiwa atau lingkungan yang mengancam c. Kebersamaan, sosial, dan cinta (belongingness, social, and love). Kebutuhan akan pertemanan, afiliasi, interaksi, dan cinta d. Harga diri (esteem). Kebutuhan akan harga diri dan rasa hormat dari orang lain e. Aktualisasi diri (self-actualization). Kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan diri
sendiri
dengan
secara
maksimum
menggunakan
kemampuan,
keterampilan, dan potensi Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berusaha memuaskan kebutuhan yang mendasar (kebutuhan fisiologi) sebelum mengarahkan perilaku mereka pada pemuasan kebutuhan ditingkat yang lebih tinggi. Beberapa hal pokok dalam pemikiran Maslow yang perlu kita ketahui untuk memahami pendekatan hierarchy kebutuhan manusia menurut Maslow yaitu :
Universitas Sumatera Utara
26
a. Kebutuhan yang sudah terpuaskan akan berhenti memberikan motivasi b. Kebutuhan yang tidak terpuaskan dapat menyebabkan rasa frustasi, konflik, dan stres c. Maslow mengasumsikan bahwa orang memiliki kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dan sebagai akibatnya akan terus berusaha bergerak ke atas dalam hierarki untuk memenuhi kepuasan. Asumsi ini mungkin benar untuk beberapa karyawan, tapi tidak benar untuk lainnya 2. Teori ERG Alderfer Alderfer sepakat dengan Maslow bahwa kebutuhan individu diatur dalam suatu hierarki. Akan tetapi, hierarki kebutuhan yang dia ajukan hanya melibatkan tiga rangkaian kebutuhan : a) Eksistensi (existence). Kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, udara, imbalan, dan kondisi kerja b) Hubungan (relatedness). Kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan interpersonal yang berarti c) Pertumbuhan (growth). Kebutuhan yang terpuaskan jika individu membuat kontribusi yang produktif atau kreatif Motivasi memberikan teori yang menarik bagi manajer mengenai perilaku. Jika kebutuhan bawahan dengan urutan yang lebih tinggi (misalnya pertumbuhan) dihalangi, mungkin karena kebijakan perusahaan atau kurangnya sumber daya, ada baiknya apabila manajer berusaha mengarahkan ulang usaha bawahan menuju kebutuhan hubungan atau eksistensi. Teori ERG mengimplikasikan bahwa
Universitas Sumatera Utara
27
individu termotivasi untuk terlibat dalam perilaku memuaskan salah satu dari tiga rangkaian kebutuhan 3. Teori Dua Faktor herzberg Herzberg mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori motivasi dua-faktor. Kedua faktor tersebut disebut dissatifer, satisfier, motivator higiene, atau faktor ekstrinsik-intrinsik, bergantung pada pembahasan dari teori. Penelitian awal yang memancing munculnya taori ini memberikan dua kesimpulan spesifik. Pertama, adanya serangkai kondisi ekstrinsik, konteks pekerjaan, yang menimbulkan ketidakpuasan antar karyawan ketika kondisi tersebut tidak ada. Jika kondisi tersebut ada, kondisi tersebut tidak selalu memotivasi karyawan. Kondisi ini adalah dissatifer atau faktor higiene, karena faktor-faktor tersebut diperlukan untuk mempertahankan suatu tingkat dari tidak adanya ketidakpuasan. Faktor-faktor tersebut diantaranya: a. Gaji b. Keamanan pekerjaan c. Kondisi kerja d. Status e. Perosedur perusahaan f. Kualitas pengawasan teknis g. Kualitas hubungan interpersonal antar rekan kerja, dengan atasan, dan dengan bawahan.
Universitas Sumatera Utara
28
Kedua, serangkaian kondisi intrinsik pekerjaan ada dalam pekerjaan, dapat mambentuk motivasi yang kuat hingga dapat menghasilkan kinerja pekerjaan yang baik. Jika kondisi tersebut tidak ada, pekerjaan tidak terbukti memuaskan. Faktorfaktor dalam rangkaian ini disebut satisfier atau motivator dan beberapa diantaranya adalah: a. Pencapaian b. Pengakuan c. Tanggung jawab d. Kemajuan e. Pekerjaan itu sendiri f. Kemungkinan untuk tumbuh Motivator ini secara langsung berkaitan dengn sifat pekerjaan atau tugas itu sendiri. Ketika ada, faktor-faktor ini berkontribusi terhadap kepuasan. Hal ini, pada akhirnya akan menghasilkan motivasi tugas intrinsik. beberapa implikasi manajerial yang penting dari teori Herzberg termasuk: 1) Tidak ada ketidakpuasan kerja, kepuasan kerja tinggi. Seorang katyawan yang dibayar dengan baik, memiliki rasa aman dengan memiliki hubungan yang baik dengn rekan kerja dan supervisor (faktor higiene ada = tidak ada ketidak puasan kerja) dan diberikan tugas yang menantangm, akan termotivasi. Manajer seharusnya terus memberikan tugasyang menantang dan mentransfer tanggung jawab kepada bawahan yang berkinerja tinggi. Keamana pekerjaan, dan pengawasan yang baik harus terus berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
29
2) Tidak ada ketidak puasan kerja, tidak ada kepuasn kerja. Seorang karyawan yang dibayar dengan baik, memiliki keamanan pekerjaan, dan memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja dan supervisor (faktor higiene ada = ketidakpuasan kerja), tapi tidak diberikan penugasan yang menantang dan merasa sangat bosan dengan pekerjaannya (tidak ada motivator = tidak ada kepuasan kerja) tidak ada motivasi. Manajer seharusnya mengevaluasi dekripsi pekerjaan bawahan dan memperluasnya dengan memberikan penugasan yang lebih menantang dan lebih menarik. Kenaikan gaji, keamanan pekerjaan, dan supervisi yang baik perlu diteruskan. 3) Ketidak puasan kerja tinggi, tidak ada kepuasan kerja. Seorang karyawan yang tidak digaji dengn baik,memiliki keamanan pekerjaan yang rendah, memiliki hubungan yang buruk dengan rekan kerja dan supervisor (faktor higiene adanya ketidakpuasan kerja tinggi), dan tidak diberikan penugasan yang menantang dan merasa sangat bosan dengan pekerjaannya (motivator tidak ada = tidak ada kepuasan kerja tinggi), dan tidak diberikan penugasan yang menantang dan merasa sangat bosan dengan pekerjaannya (motivator tidak ada = tidak ada kepuasan kerja) tidak akan termotivasi. Untuk mencegah kinerja yang rendah, absen, dan pemutaran karyawan, manajer seharusnya membuat perubahan drastis dengn menambahkan faktor higiene dan motivator.
Universitas Sumatera Utara
30
4. Teori Kebutuhan yang dipelajari McClelland McClelland telah mengajukan teori motivasi yang secara dekat berhubungn secara konsep pembelajaran. Dia yakin sebagiaan besar kebutuhan berasal dari budaya. Tiga dari kebutuhan yang dipelajari ini adalah kebutuhan akan pencapayan (need for achievement n Ach), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliaion n Aff) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power n Pow). McClelland menyatakan bahwa ketika muncul suatu kebutuhan yang kuat di dalam diriseseorang. Kebutuhan tersebut memotovasi dirinya untuk menggunakan perilaku yang dapat mendatangkan kepuasannya. Sebagai contoh, memiliki kebutuhan akan pencapayan yang tinggi mendorong seorang individu untuk menetapkan tujuan yang menantang, untuk bekerja keras demi mencapai tujuan tersebut, dan menggunakan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapinya. Bedasarkan hasil penelitian McClelland mengembangkan serangkaian faktor deskiptif yang mengmbarkan orang dengan kebutuhan yang tinggi akan pencapaian. Hal tersebut adalah; 1. Suka menerima tanggung jawab untuk memecahkan masalah 2. Cenderung menetapkan tujuan pencapaian yang moderat dan cenderung mengambil resiko yang telah diperitungkan. 3. Menginginkan umpan-balik atas kinerja
Universitas Sumatera Utara
31
3. Beban Kerja Beban kerja adalah suatu kondisi dari pekerjaan dengan uraian tugasnya yang berlebihan dari tugas pokok dan fungsinya pada batas waktu tertentu. Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut kedalam beban kerja berlebih/terlalu sedikit “kuantitatif” yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak/sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban kerja berlebih/terlalu sedikit “kualitatif”, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan dan/atau potensi dari tenaga kerja. Disamping itu beban kerja berlebihan kuantitatif dan kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber tambahan dari stres (Munandar, 2001) Beban lebih secara fisikal atau mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat pada saat-saat tertentu, dalam hal tertentu waktu akhir (deadline) justru dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang tinggi. Namun, bila desakan waktu menyebabkan timbulnya banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang, maka ini merupakan cerminan adanya beban berlebih kuantitatif (Munandar, 2001).
Universitas Sumatera Utara
32
Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa mononton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat
menghasilkan
berkurangnya
perhatian.
Hal
ini,
secara
pontensial
membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat. Beban berlebihan kualitatif merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia makin beralih titik beratnya pada pekerjaan otak (Munandar, 2001)
4. Pelatihan Penggunaan Buku KIA Menurut mengembangkan
Hasanbasri dkk (2007) pelatihan diartikan sebagai upaya untuk sumber
daya
manusia,
terutama
untuk
mengembangkan
kemampuan intelektual dan kepribadian. Dinas kesehatan selaku pembina dan pengawasan program kesehatan di daerah harus melaksanakan pola pembinaan yang disuaikan dengan kemampuan daerah, salah satu kegiatan dinas kesehatan dalam pembinaan meliputi pelatihan dan pengembangan. Pelatihan dilaksanakan untuk mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan pimpinan puskesmas, petugas kesehatan pada puskesmas pembantu, polindes agar lebih baik dalam penerapannya dilapangan Tujuan pelatihan ialah untuk membantu pegawai : a. Mempelajari dan mendapatkan kecakapan-kecakapan baru
Universitas Sumatera Utara
33
b. Mempertahankan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan yang sudah dikuasai c. Mendorong pegawai agar mau belajar dan berkembang d. Mempraktikkan ditempat kerja hal-hal yang sudah dipelajari diperoleh dalam latihan e. Mengembangkan pribadi pekerja f. Mengembangkan efektifitas lembaga g. Memberi motivasi kepada pekerja untuk belajar dan berkembang
II. Karakteristik Organisasi Puskesmas 1. Karakteristik Organisasi Iklim kerja Iklim organisasi merupakan keadaan mengenai karakteristik yang terjadi di lingkungan kerja yang dianggap mempengaruhi perilaku orang-orang yang berada dalam lingkungan organisasi tersebut. oleh karena itu, iklim organisasi dapat dikatakan sebagai lingkup organisasi (Hudiyamin dkk, 2006) Menurut Hudiyamin dkk (2006) yang mengutip pendapat Rossow (1990) iklim organisasi menunjuk pada karakteristik organisasi secara keseluruhan dan berhubungan dengan perasaan anggota yang bersangkutan. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi tidak hanya menyangkut aspek sosial saja tetapi juga aspek fisik dalam organisasi. Iklim organisasi juga berkenaan dengan persepsi anggota organisasi, baik secara individual maupun kelompok,
Universitas Sumatera Utara
34
tentang sifat-sifat dan karakteristik organisasi yang mencerminkan norma serta keyakinan dalam organisasi. Banyak hal yang berpengaruh di dalam organisasi sehingga terbentuklah iklim organisasi, hal tersebut adalah : 1. Bekerja keras Beban kerja yang berat serta tidak diimbangi dengan hasil yang diharapkan pada akhirnya, juga akan mempengaruhi orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut. 2. Kerja sama Antara pemimpin dan karyawan tidak saling membeda-bedakan, bersama-sama menciptakan suasana dalam organisasi menjadi nyaman, sehingga kesertaan dan keserasian kerja di dalamnya semakin meningkatkan kinerja organisasi tersebut. 3. Peraturan Peraturan yang dibuat dijadikan sebagai pedoman sehingga hendaknya benarbenar mentaati dan bila ada penyelewengan harus benar-benar ditindak dengan tegas, baik memberikan peringatan ataupun hukuman.
Teori Tentang Iklim Organisasi 1. Halpin and Crroft Berdasarkan anggapan bahwa iklim organisasi merupakan persepsi dari anggotanya, maka ada beberapa faktor yang membentuk iklim organisasi, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
35
keterpisahan, rintangan, keakraban, kejauhan, tekanan pada hasil, dorongan (motivasi) dan semangat. 2. Likert Likert teori yang disebut Likert’s Management System Theory. Dari sistem tersebut Likert mengungkapkan bahwa ada empat sistem manajemen yang membentuk iklim organisasi, yaitu : a. Sistem exploitative-authoritative (sistem penguasa pemeras) Sistem ini menunjukkan bahwa pemimpin bersifat sangat otokrasi, sedikit kepercayaan terhadap bawahan dan bersifat paternalistik. Bawahan diberi motivasi dengan cara ditakut-takuti dan memberi hukuman. Sistem komunikasi cenderung berbentuk komunikasi ke bawah. b. Sistem benevolent-authoritative (sistem penguasa pemurah) Dalam sistem manajemen ini, pemimpin memiliki kepercayaan yang terselubung dengan bawahan. Motivasi terhadap bawahan dengan cara diberi hadiah, menakuti-nakuti, dan pemberian hukuman. Pemimpin sudah memperbolehkan komunikasi ke atas (up-ward communication), mendengarkan pendapat bawahan, serta melimpahkan wewenang pengambilan keputusan. c.
Sistem consultative (sistem penasehat) Pemimpin sedikit memiliki kepercayaan terhadap bawahan terutama jika
membutuhkan informasi atau ide. Pemberian motivasi kepada bawahan dilakukan dalam bentuk penghargaan atau hukuman. Komunikasinya berpola ke atas dan ke bawah.
Universitas Sumatera Utara
36
d. Sistem participative-group (sistem kelompok partisipasi) Pemimpin memiliki kepercayaan yang cukup besar terhadap bawahan. Setiap pemecahan masalah melibatkan ide-ide bawahan secara konstruktif. Pola komunikasi yang digunakan berpola ke atas, ke bawah dan horizontal.
3. Supervisi Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk , apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996) Tujuan
supervisi
adalah
mengorientasi,
melatih
kerja,
memimpin,
memberikan arahan dan mengambarkan kemampuan personil, sedangkan fungsinya untuk mengatur dan mengorganisasir proses atau mekanisme pelaksanaan kebijakasanaan diskripsi dan standar kerja. Supervisi di lakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung (Azwar, 1996) Pada supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan saat supervisi. Supervisi dapat juga dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui laporan baik tertulis maupun lisan, supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Azwar, 1996).
Universitas Sumatera Utara
37
4. Kepemimpinan Menurut Gibson dkk (1996) kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan (concoersive) untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian tujuan (Robbins1996). Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memberikan pengaruh kepada perubahan perilaku orang lain baik secara langsung maupun tidak (Muninjaya, 1999). Menurut Muninjaya (1999) sifat pemimpin yaitu: 1. Memberi semangat pengikutnya 2. Menyelesaikan pekerjaan dan mengembangkan pengikutnya 3. Menunjukkan kepada pengikutnya bagaimana menjalankan suatu pekerjaan 4. Memikul kewajiban/tanggung jawab 5. Memperbaiki kegagalan yang terjadi dalam pencapaian tugas
2.4 Karakteristik Ibu Hamil 1. Kunjungan Antenatal Petugas kesehatan memberikan buku KIA kepada ibu pada waktu pelayanan antenatal. Buku KIA merupakan ”pintu masuk” bagi ibu/keluarga untuk mendapatkan pelayanan komprehensif, oleh karena itu ibu dianjurkan untuk selalu membawa buku KIA setiap kali kontak dengan petugas kesehatan. Petugas kesehatan mencatat pelayanan yang telah diberikan kepada ibu dan anak di buku KIA (Depkes RI dan JICA, 2003)
Universitas Sumatera Utara
38
2. Mendapatkan Buku KIA Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006). 3. Mendapatkan Penyuluhan Sesuai Materi di Buku KIA Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari promosi kesehatan ialah rangkaian kegiatan yang berlandasarkan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan. Penyuluhan tentang buku KIA perlu dilakukan karena kesehatan ibu dan anak juga banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Penyuluhan dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran, kemajuan dan peran serta masyarakat dalam program kesehatan masyarakat (Hasanbasri dkk, 2007) Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai
Universitas Sumatera Utara
39
sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR, angka kematian ibu dan bayi, serta mencegah terjadinya balita kurang gizi (Hasanbasri dan Ernoviana, 2006) Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13 materi yaitu (1) apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil (2) bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil (3)bagaimana makan yang baik selama hamil (4) apa saja tandatanda bahaya pada ibu hamil (5) apa saja persiapan keluarga ibu bersalin (6) apa saja tanda-tanda persalinan (7) apa saja yang dilakukan ibu bersalin (8) apa saja tandatanda bahaya pada ibu hamil (9) apa saja yang dilakukan ibu nifas (10) bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas (11) apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas (12) mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga Berencana (KB) (13) apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB (Depkes RI, 2005)
2.5 Landasan Teori Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat disimpulkan beberapa landasan teori, yaitu perilaku individu dalam organisasi merupakan hasil interaksi dari tiga variabel, Yaitu variabel individu (kemampuan dan keterampilan, latar belakang, keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur, asal-usul, dan jenis kelamin), variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, desain pekerjaan), dan
Universitas Sumatera Utara
40
variabel psikologis (persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi) (Gibson dkk 1996).
2.6.Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen
Variabel Dependen
Karakteristik Bidan a. b. c. d. e.
Pengetahuan Motivasi Beban Kerja Masa Kerja Pelatihan Penggunaan buku
Pemanfaatan Buku KIA sebagai materi penyuluhan
Karakteristik Organisasi Puskesmas f. Iklim Kerja g. Supervisi h. Kepemimpinan
Karakteristik Ibu Hamil a. Kunjungan Antenatal b. Mendapatkan Buku KIA c. Mendapatkan Penyuluhan tentang materi yang ada di buku KIA
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan: Diteliti Tidak diteliti
Universitas Sumatera Utara