BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kerontokan Rambut
2.1.1 Anatomi Rambut Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, ujung zakar, permukaan dalam bibir-bibir kemaluan wanita, dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan 2 jenis: 1. Rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen. Terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna. Rambut terminal diproduksi oleh folikel-folikel rambut besar yang ada di lapisan subkutis. Secara umum diameter rambut > 0,03 mm. 2. Rambut velus, rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat 16drene di seluruh tubuh. Rambut velus diproduksi oleh folikel-folike rambut yang sangat kecil yang ada di lapisan dermis, diameternya < 0,03 mm. (Soepardiman, Lily. 2010; Kusumadewi, dkk; Olsen, E. A. 1994) Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut: a. Folikel Rambut, yaitu suatu tonjolan epidermis ke dalam berupa tabung yang meliputi: 1). Akar rambut (folliculus pili), yaitu bagian rambut yang tertanam secara miring dalam kulit. 2). Umbi rambut (bulbus pili), yaitu pelebaran bagian terbawah akar rambut. Bagian terbawah umbi rambut adalah matriks rambut, yaitu daerah yang terdiri dari sel-sel yang membelah dengan cepat dan berperan dalam pembentukan batang rambut. Dasar umbi rambut yang melekuk ini mencakup gumpalan jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf yang berguna untuk 16drene makanan kepada matriks rambut. (Kusumadewi, dkk; Brown, Robin Graham dan Tony Burns) Selain itu, folikel rambut juga menyelubungi akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut. Pada selubung ini dapat dibedakan 16drene yang berasal dari dermis dan 16drene yang berasal dari epidermis. (Kusumadewi, dkk) Unsur dari epidermis terdiri dari kandung akar luar dan kandung akar dalam. Kandung akar luar
terdiri atas sel bening, dan baru mulai berdiferensiasi pada daerah ismus tanpa
membentuk stratum granulosum. Kandung akar dalam terdiri atas 3 bagian yaitu: lapisan Henle,
Universitas Sumatera Utara
lapisan Huxley, dan kutikula kandung akar dalam. (Kusumadewi, dkk; Pusponegoro, Erdina H.D. 2002) b. Batang Rambut, yaitu bagian rambut yang berada diatas permukaan kulit. Batang rambut keluar dari kulit secara miring. Batang rambut terdiri atas 3 bagian, yaitu kutikula (selaput rambut), yang terdiri dari 6-10 lapis sel tanduk dan tersusun seperti genteng atap; korteks (kulit rambut), terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling berdekatan; dan medulla (sumsum rambut), yang terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin, badan lemak, dan rongga udara. (Soepardiman, Lily. 2010; Kusumadewi, dkk; Pusponegoro, Erdina H.D. 2002) c. Otot Penegak Rambut (muskulus arector pili), merupakan otot polos yang berasal dari batas dermo-epidermis dan melekat di bagian bawah kandung rambut. Otot-otot ini dipersarafi oleh saraf-saraf 17drenergic dan berperan untuk menegakkan rambut bila kedinginan serta sewaktu mengalami tekanan emosional. (Kusumadewi, dkk; Brown, Robin Graham dan Tony Burns) Tabel 2.1: Struktur Rambut Struktur
Isi
Infundibulum
-
Lokasi Epidermis
Papila dermis
Mesenkima embrionik
Itsmus
Keratinisasi trikhilemma
Kandung akar dalam
Trikohialin, sitrullin
-
Medula
Trikohialin, sitrullin
-
Bulb
-
Dermis
Subcutis
Sumber: (Jaffer, Saeed N dan Abrar A. Qureshi) 2.1.2 Fisiologi Rambut 1. Pengaturan Suhu Badan Pada manusia fungsi ini hampir tidak ada lagi, sejalan dengan perkembangan cara-cara lain untuk memelihara suhu tubuh yang konstan melalui kelenjar-kelenjar keringat, peredaran darah kulit dan pengaruh susunan saraf terhadap struktur-strukur tadi. Dalam kondisi dingin, pori-pori rambut akan mengecil. Dalam kondisi panas, maka kondisi tersebut berlaku sebaliknya. (Kusumadewi, dkk; Ridwan, Muhammad) 2. Fungsi Sebagai Alat Perasa
Universitas Sumatera Utara
Rambut memperbesar efek rangsang sentuhan terhadap kulit. Sentuhan terhadap bulu mata menimbulkan reflex menutup kelopak mata. Kepekaan kulit terhadap sentuhan berbanding sejajar dengan kelebatan pertumbuhan rambut. Maka kulit kepala dengan kelebatan pertumbuhan rambut 312/cm2 sangat peka terhadap sentuhan. (Kusumadewi, dkk). Rambut meningkatkan kepekaan kulit terhadap rangsangan sentuhan. Pada beberapa spesies yang lebih rendah, fungsi ini mungkin lebih disempurnakan. Sebagai contoh, sungut kucing sangat peka dalam hal ini. Peran rambut yang lebih penting pada hewan-hewan rendah adalah konservasi panas, tetapi fungsi ini tidak begitu bermakna bagi manusia yang relative tidak berbulu. (Sherwood, Lauralee. 2001) 2.1.3 Siklus Aktivitas Folikel Rambut Setelah pembentukan folikel rambut dan rambut, perkembangan folikel rambut selanjutnya akan berhenti pada bulan ke-5 kehamilan. Folikel mengalami involusi memasuki fase katagen, dimana papilla dermis akan mengalami regresi dan akhirnya folikel memasuki fase istirahat. Sampai saat ini belum diketahui mengapa papila dermis yang telah terbentuk harus mengalami regresi terlebih dahulu dan kemudian mengalami aktivasi kembali. (Pusponegoro, Erdina H.D. 2002) Siklus pertumbuhan folikel rambut adalah demikian. Sejak pertama kali terbentuk folikel rambut mengalami siklus pertumbuhan yang berulang. Fase pertumbuhan dan fase istirahat bervariasi berdasarkan umur dan regio tempat rambut tersebut tumbuh dan juga dipengaruhi faktor fisiologis maupun patologis. Siklus pertumbuhan yang normal adalah masa anagen, masa katagen, dan masa telogen. (Soepardiman, Lily. 2010) 1. Masa anagen: sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong selsel tanduk yang lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya 2-6 tahun. (Soepardiman, Lily. 2010) 2. Masa katagen: masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut, disusul oleh penebalan dan mengeriputnya selaput hialin. Papil rambut lalu mengelisut dan tidak lagi berlangsung mitosis dalam matriks rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan bagian dibawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk gada (club). Antara bekas papil dan bagian bawah gada terbentang satu tiang sel epitel. Masa peralihan ini berlangsung 2-3 minggu. (Kusumadewi, dkk; Soepardiman, Lily. 2010) 3. Masa telogen atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel mulai dari bawah ke atas sampai hanya tersisa suatu puting epitel kecil, yaitu benih sekunder, dan berbentuk
Universitas Sumatera Utara
tunas kecil yang membuat rambut baru sehingga rambut gada akan terdorong keluar dan rontok. (Kusumadewi, dkk; Soepardiman, Lily. 2010) Lama masa anagen adalah berkisar 1000 hari, sedang masa telogen sekitar 100 hari sehingga perbandingan rambut anagen dan telogen berkisar antara 9:1. Jumlah folikel rambut pada kepala manusia sekitar 100.000, rambut pirang dan merah jumlahnya lebih sedikit dari rambut hitam. Jumlah rambut yang rontok per hari 100 helai. Densitas folikel rambut pada bayi 1135/cm2 dan berkurang menjadi 615/cm2 pada umur tiga puluhan, karena meluasnya permukaan kulit. Pada umur 50 tahunan ada pengurangan beberapa folikel sehingga jumlah menjadi 485/cm2. Untuk mengetahui jumlah rambut anagen dan telogen diperiksa rasio rambut anagen terhadap telogen yang disebut trikogram, sedikitnya 50 helai rambut halus dicabut dan diperiksa untuk menghindari deviasi standar yang tinggi. Jumlah rambut anagen pada wanita + 85% dan laki-laki 83% dan jumlah rambut telogen pada wanita 11% dan laki-laki 15%. (Soepardiman, Lily. 2010) Tabel 2.2: Siklus Rambut Fase
Masa
Anagen
3 tahun, 84% kulit kepala
Telogen
3 bulan, 14% kulit kepala
Katagen
3 minggu, 2% kulit kepala
Sumber: (Jaffer, Saeed N dan Abrar A. Qureshi) 2.1.4 Pengaturan dan Siklus Pertumbuhan Rambut Pertumbuhan dan perkembangan folikel rambut dipengaruhi oleh beberapa sitokin dan growh factor (GF) yang diproduksi oleh sel papilla dermis. Substansi ini memulai dan mengontrol epitel intrafolikular dan interaksi mesenkimal. Juga mempengaruhi proliferasi dan diferensiasi sel matriks folikel rambut dengan mengeluarkan sinyal spesifik yang menginduksi berbagai stadium siklus rambut. Molekul bioaktif tersebut antara lain interleukin-1 alfa, FGF, EGF, KGF, substansi P, IGF-1, hormone tiroid, paratiroid, dan androgen. Aktivitas sel papilla dermis sendiri dikontrol oleh substansi yang diproduksi oleh lapisan spinosum sarung akar luar dan hormon. Beberapa peptida yang dihasilkan lapisan spinosum dan mempengaruhi papilla dermis antara lain basic fibroblast growth factor (bFGF), platelet derived growth factor (PDGF), dan transforming growth factor beta (TGF-beta). (Pusponegoro, Erdina H.D. 2002)
Universitas Sumatera Utara
Berbagai macam molekul sinyal yang mengontrol siklus rambut tersebut digolongkan ke dalam 3 kelompok: 1. Memulai fase anagen, IGF 1, bFGF, EGF, VEGF, TGF-alfa yang merupakan faktor mitogenik kuat untuk keratinosit dan sel endotel. 2. Mempertahankan folikel anagen matang, IGF 1, VEGF, yang menstimulasi prliferasi vaskularisasi dan proses diferensiasi. 3. Menginduksi fase katagen dan degradasi folikel rambut, IL 1, IL 4, TNF-alfa, TNF-beta, merupakan sitokin pro-apoptotic dan penghambat pertumbuhan. (Pusponegoro, Erdina H.D. 2002) 2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut adalah sebagai berikut: 2.1.5.1 Keadaan Fisiologik 1. Hormon Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen, tiroksin, dan kortikosteroid. Masa pertumbuhan rambut 0,35 mm/hari, lebih cepat pada wanita daripada pria. Hormon androgen dapat merangsang dan mempercepat pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah janggut, kumis, ketiak, kemaluan, dada, tungkai laki-laki, serta rambut-rambut kasar lainnya. Namun, pada kulit kepala penderita alopesia androgenetik hormon androgen bahkan memperkecil diameter batang rambut serta memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita aktivitas hormon androgen akan menyebabkan hirsutisme, sebaliknya hormon estrogen dapat memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang anagen. (Suling, Pieter L; Kusumadewi, dkk; Soepardiman, Lily. 2010) 2. Nutrisi Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama malnutrisi protein dan kalori. Pada keadaan ini rambut menjadi kering dan suram. Adanya kehilangan pigmen setempat sehingga rambut tampak berbagai warna. Kekurangan vitamin B12, asam folat, asam animo, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut. (Soepardiman, Lily. 2010; Suling, Pieter L) 3. Kehamilan Pada kehamilan muda, yaitu tiga bulan pertama, jumlah rambut telogen masih dalam batas normal, tetapi pada kehamilan tua menurun sampai 10%. (Kusumadewi, dkk)
Universitas Sumatera Utara
4. Masa balig Pada masa ini terjadi peningkatan kadar hormon seks. Ini berakibat pertumbuhan rambut ketiak dan rambut kemaluan, tetapi rambut kepala justru akan rontok. (Kusumadewi, dkk) 5. Kelahiran Dalam masa 3 bulan setelah melahirkan folikel-folikel rambut kepala sang ibu dengan cepat beralih ke fase telogen, sehingga selama masa ini dijumpai nilai telogen 35%. (Kusumadewi, dkk) 6. Masa baru lahir Jika rambut janin dalam rahim seluruhnya berada dalam fase anagen, maka beberapa minggu setelah bayi lahir akan tampak kerontokan rambut, yang disusul dengan pertumbuhan rambut baru selama tahun pertama dan kedua kehidupannya. (Kusumadewi, dkk) 7. Masa menjadi tua Wanita dan pria sama-sama menderita kerontokan rambut karena usia lanjut. Kerontokan dimulai di ubun-ubun, dahi, dan pelipis, lalu bergeser ke belakang. Di bagian-bagian ini fase anagen rambut menjadi singkat, rambut lebih cepat rontok dan rambut halus tumbuh sebagai gantinya (Kusumadewi, dkk), folikel rambut mengalami atrofi, fase pertumbuhan bertambah singkat, rambut lepas lebih cepat dan densitas rambut juga berkurang. (Pusponegoro, Erdina H.D. 2002) 8. Vaskularisasi Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut, namun bukan merupakan penyebab primer dari gangguan pertumbuhan rambut, karena destruksi bagian 2/3 bawah folikel sudah berlangsung sebelum susunan pembuluh darah mengalami perubahan. (Suling, Pieter L) 2.1.5.2 Keadaan Patologik 1. Peradangan sistemik/setempat Kuman lepra yang menyerang kulit akan menyebabkan kulit menjadi atrofi dan folikel rambut rusak, akan terjadi kerontokan rambut pada alis mata dan bulu mata (madarosis). Pada penyakit eritematosis sifilis stadium II dapat menyebabkan rambut menipis secara rata maupun setempat secara tidak rata sehingga disebut moth eaten appearance. Infeksi jamur di kulit kepala dan rambut akan menyebabkan kerontokan maupun kerusakan batang rambut. Infeksi akut lainnya seperti demam tinggi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut. Mekanisme
Universitas Sumatera Utara
terjadinya kerontokan setelah demam karena percepatan fase anagen ke telogen.(Soepardiman, Lily. 2010; Suling, Pieter L) 2. Obat Setiap obat menghalangi pembentukan batang rambut dapat menyebabkan kerontokan, umumnya obat antineoplasma misalnya bleomisin, endoksan, vinkristin, dan obat antimitotik, misalnya kolkisin. Obat antikoagulan heparin atau kumarin dapat mempercepat terjadinya perubahan folikel anagen ke dalam fase telogen dalam jumlah besar, sehingga menyebabkan effluvium telogen. Logam berat yang akan terikat pada grup sulfhidril dalam keratin antara lain talium, merkuri dan arsen juga bisa mempengaruhi pertumbuhan rambut. (Soepardiman, Lily. 2010; Suling, Pieter L) 3. Mekanis Mencabut rambut gada atau melukai folikel rambut akan mempercepat terjadinya masa anagen dengan mempersingkat masa telogen. (Kusumadewi) 4. Kelainan endokrin Kelainan endokrin dapat mempengaruhi fisiologi folikel rambut, menambah atau mengurangi produksi rambut. Hipotiroidisme dapat menyebabkan mengecilnya diameter rambut dan meningkatkan kerontokan rambut. (Pusponegoro, Erdina H.D. 2002; Suling, Pieter L) 5. Penyakit kronis Kerontokan rambut tidak selalu didapatkan pada penyakit kronis, kecuali terdapat kekurangan protein dalam jumlah besar. (Suling, Pieter L) 2.1.6 Efluvium (Kerontokan Rambut) 2.1.6.1 Definisi Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut terminal dalam bentuk apapun dan dimanapun asal mula terjadinya yang berkisar lebih dari 100 helai per hari. Dapat terjadi difus atau lokal. Kelainan setempat dapat berupa unifokal atau multifokal. Bila kerontokan ini berlanjut dapat terjadi alopesia (kebotakan). (Brown, Robin Graham dan Tony Burns; Pusponegoro, Erdina H.D.2002) 2.1.6.2 Etiologi dan Patogenesis Klasifikasi etiopatogenesis kerontokan rambut dapat membantu menentukan jenis kerontokan rambut:
Universitas Sumatera Utara
1. Kegagalan pertumbuhan rambut, umumnya disebabkan oleh karena displasia ektodermal akibat gangguan genetik. 2. Abnormalitas batang rambut meliputi: a). instrinsic hair breakage dan b). unruly hair, dapat terjadi secara kongenital akibat kelainan metabolik atau didapat akibat kerusakan mekanik atau kimia. 3. Abnormalitas siklus rambut (jumlah rambut yang lepas meningkat), dapat menyebabkan effluvium telogen, effluvium anagen, dan alopesia areata. 4. Kerusakan folikel rambut dapat disebabkan oleh faktor eksogen (trauma/tekanan), faktor endogen (infeksi/keganasan/beberapa penyakit dengan proses destruktif) dan aplasia kutis kongenital. (Suling, Pieter L)
2.1.6.3 Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya, klasifikasi kerontokan rambut dapat dibagi menjadi: kongenital, kelainan siklus pertumbuhan rambut, kelainan batang rambut, obat, gangguan hormonal, trauma, infeksi, dan penyakit dengan proses destruktif. (Suling, Pieter L) Kerontokan rambut akibat trauma Secara umun, kerontokan rambut atau alopesia yang disebabkan oleh trauma mekanis dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu trauma, tekanan, dan tarikan. a. Alopesia traumatic Kerontokan rambut sampai alopesia akibat trauma memilki daerah yang berbatas tegas dan merupakan penyebab tersering alopesia sikatrisial. b. Alopesia karena tekanan Tekanan yang lama, misalnya pada pasien yang berbaring lama dapat menyebabkan iskemia, nekrosis, dan ulserasi di kulit kepala. Keadaan ini mengakibatkan kerontokan rambut yang berkembang menjadi alopesia sikatrisial yang umumnya bersifat irreversibel. c. Alopesia karena tarikan Tarikan kronis dapat menyebabkan atrofi folikel rambut disertai inflamasi folikular dan rambut yang patah mengakibatkan kerontokan rambut sampai alopesia setempat. Keadaan ini dapat dijumpai pada gadis-gadis remaja dengan kuncir ekor kuda yang kencang, pemuda-pemuda sich dan anak-anak Afro-Karabia dengan kuncir-kuncir kecil di rambut serta pada keadaan trikotilomania. (Suling, Pieter L)
Universitas Sumatera Utara
2.2.
Pelurusan Rambut
2.2.1 Meluruskan Rambut Dengan Teknik Rebonding Ada beberapa teknik pelurusan rambut, diantaranya adalah dengan teknik pengepresan, teknik smoothing (tanpa alat), dan teknik rebonding. Namun penulis akan membahas tentang teknik rebonding saja sesuai judul penelitian ini. 2.2.1.1 Sejarah rebonding Rebonding atau teknik pelurusan rambut sudah ada sejak zaman dahulu, namun sampai dengan tahun 1996 penglurusan dilakukan dengan menggunakan teknik papan, dari tahun 1997 sampai 1999 hanya melakukan teknik smoothing, dimana hasil yang didapatkan belum sempurna dan tidak terlihat natural. Pada tahun-tahun tersebut digolongkan pada ”Era Straightener”. Memasuki tahun 2000 sampai 2002 ada terobosan baru/penemuan alat catok Ceramid, kemudian sekitar tahun 2003 sampai 2005 maju lagi dengan teknik rebonding system, dimana hasil yang didapatkan telihat alami dan lebih tahan lama. Pada tahun-tahun ini digolongkan pada “Era Rebonding”. Sekitar tahun 2006 sampai 2007 berkembang teknik terbaru dengan “Natural Express Rebonding”. Dengan kemajuan teknologi canggih, digital turbo ion dan bionic hair drayer dalam waktu tidak sampai 2 jam kita sudah dapat merasakan dan melihat hasilnya dan kita sudah dapat membentuk style sesuka hati ala Natural Express Rebonding. Pada tahun 2007 berkembang Rebon cling with I zone. (Rostamailis, dkk. 2008) 2.2.1.2. Rebonding Rebonding adalah suatu teknik meluruskan rambut dimana setelah dilakukan smoothing, rambut dicuci dan dikeringkan dengan tingkat kekeringan 50 sampai 70%, kemudian rambut dicatok dengan memakai alat. Kelebihan dari teknik rebonding adalah rambut bisa lurus lebih maksimal dan hasil pelurusan lebih tahan lama. Akan tetapi teknik ini juga mempunyai kekurangan, dalam penggunaan alat iron hendaklah ekstra hati-hati dan pelaksanaan harus sesuai dengan standar teknik produk yang digunakan. (Rostamailis, dkk. 2008) Sebelum melakukan pelurusan rambut dengan teknik rebonding, rambut juga harus dianalisa terlebih dahulu seperti yang sudah dijelaskan pada uraian sebelumnya guna menentukan: 1) Formula apa yang akan digunakan/dipakai (sesuai dengan jenis dan kondisi rambut). 2) Rambut re-growth dan rambut yang sudah di rebonding .
Universitas Sumatera Utara
a. Rambut tumbuh baru dengan jenis keriting, terbagi; keriting kribo, keriting asli dan keriting ikal, maka dilakukan pengolesan cream. b. Rambut yang sudah di rebonding beberapa waktu yang lalu, maka dilakukan treatment terlebih dahulu. 3) Perlu tidaknya di treatment terlebih dahulu (dengan menggunakan HAIR REPAIR). Ini tergantung tingkat kerusakan rambut. (Rostamailis, dkk. 2008) Tingkat kerusakan rambut umumnya dapat dikelompokkan pada tingkatan ringan, sedang (pourositas area 1 dan 2) dan rusak parah (pourositas area 3). 1) Kerusakan ringan, penyebabnya adalah sinar matahari, air dan proses styling. Adapun ciricirinya rambut terlihat kusam, kering dan kemerahan. 2) Kerusakan sedang (pourositas area 1 dan 2), penyebabnya adalah proses kimia. Ciri-cirinya rambut kusam, kering dan kasar serta kemerahan. 3) Rusak parah (pourositas area 3), penyebabnya bleaching. Ciri-cirinya rambut terlihat kusam, kering dan kasar, kemerahan serta seperti kapas. Sebelum melakukan pelurusan teknik rebonding, lakukan terlebih dahulu; persiapan area kerja, peralatan, lenan dan bahan kosmetika yang diperlukan. Jangan lupa mensterilkan semua peralatan dan lenan yang akan digunakan. Tempatkan model/pelanggan pada tempat yang sudah disediakan. Lakukan pendekatan dan konsultasikan model keinginannya. Analisa kondisi kulit kepala dan rambut klien dengan seksama, untuk menentukan produk yang cocok untuk dipergunakan. (Rostamailis, dkk. 2008) Dengan semakin majunya perkembangan IPTEK dibidang kecantikan rambut, maka saat ini banyak produk yang ditawarkan dengan kualitas yang lebih bagus untuk menanggulangi kerusakan rambut. Seperti halnya produk pelurus rambut telah disediakan berbagai jenis kosmetika yang dalam pemakaiannya disesuaikan dengan kondisi rambut dan penggunaannya secara step by step. (Rostamailis, dkk. 2008)
Universitas Sumatera Utara