BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remajadan Perkembangannya Remaja berasal dari bahasa latin yakni “adolescere” yang artinya tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan remaja. Remaja merupakan periode kehidupan tertentu yang berbeda dari masa anak – anak dan masa dewasa (Mar’at, 2008). Remaja didefenisikan juga sebagai periode pertumbuhan, yang merupakan perubahan biologi yang akan mengantarkan anak menjadi seorang dewasa (Marcell, 2007). Usia remaja menurut WHO adalah umur 12 sampai 24 tahun (Jacoeb, 2002). Sedangkan menurut Monks, Knoers dan Handitono membedakan masa remaja atas empat bagian, yaitu : 1.
Masa pra remaja atau pra-pubertas (10-12 tahun)
2.
Masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun)
3.
Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
4.
Masa remaja akhir ( 18-21 tahun)
Di Indonesia batasan usia remaja adalah umur 10 -19 tahun dan belum kawin (Depkes, 2010). Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012, tahap perkembangan pada remaja dibagi atas 3 tahapan yakni : 1.
Remaja awal (10- 14 tahun)
2.
Remaja tengah (15 – 16 tahun)
3.
Remaja akhir ( 17 – 19 tahun)
Remaja adalah suatu fase kehidupan yang akan terjadi perkembangan yakni secara fisik, fisiologis dan sosial (WHO, 2010).Secara kronologis, perkembangan pada remaja yang dimulai pada umur 12 – 13 tahun sampai umur 20 tahun. Perkembangan fisik ditandai dengan perubahan perubahan fisik yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja yang berdampak terhadap perubahan – perubahan psikologi(Mar’at, 2008). Tanda - tanda perubahan fisik dari remaja terjadi dalam konteks pubertas. Pubertas (puberty) ialah suatu periode kematangan kerangka dan seksual terjadi
Universitas Sumatera Utara
dengan pesat terutama pada masa remaja. Perubahan pada anak – anak lebih cepat pada perempuan dibandingkan dengan laki – laki. Pada laki laki diantara 18 tahun dan pada perempuan pada usia 12 tahun (Mar’at, 2008). Hal yang paling terlihat adalah percepatan pertumbuhan. Hal ini akan ada pada fase growth spurt pada anak – anak yang sedang berkembang yang nantinya onset, durasi dan selesainya bervariasi (Adair, 2005). Pada perempuan Growth spurt dimulai sejak usia 11 sampai 14 tahun dan akan selesai secara sempurna 1 sampai 2 tahun setelah perempuan tersebut mengalami menars. Sedangkan pada laki – laki akan ada pertumbuhan yang linear mulai dari usia remaja menengah yakni 15 sampai 17 tahun (Garajalo, 2005). Menurut interpretasi Hazard tentang pemeriksaan pertumbuhan (Hazard of Interpretation of growth measurement). pertumbuhan itu tidaklah linear sebagai contoh anak – anak yang fase growth spurt nya pada musim dingin akan mengalami pengurangan pertumbuhan pada musim semi (Garajalo, 2005).
Fase perkembangan Growh Spurt berdasarkan tahap remaja Variabel Biologis
Remaja Awal (usia 10 – 13 tahun). Onset pubertas dan seks sekunder dimulai dengan pertumbuhan yang cepat
Remaja Tengah (usia 14 – 16 tahun). Pertumbuhan tinggi dan berat badan sehingga mulai terjadi perubahan komposisi tubuh dan perubahan bentuk tubuh.
Remaja Akhir (usia 17 keatas). Perkembangan dan pertumbuhan melambat, komposisi tubuh hampir sama dengan dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Psikologis /emosional
Sosiokultural
Berpikir konkret, mulai berusaha untuk menerima perubahan dirinya, egosentris, perasaan yang tidak terkontrol, sering berpikir “apakah saya normal?” Mulai ingin independen di depan orangtuanya, membuat kelompok yang sesama jenis, mulai idealistic untuk memilih apa yang diinginkan.
Mulai berpikir secara abstrak, sering berpikir pada hal – hal yang tidak kelihatan, mulai ada perkembangan dari perspektif.
Mulai berpikir formal operasional, mulai focus kepada relasinya kepada orang lain (hubungan sosial)., lebih menghargai.
Mulai merasa kalau hubungannya dengan orangtua dan teman-temannya, mulai ingin merasakan kegiatan seksual, dan mulai berani untuk mengambil risiko.
Mulai mengambil nilai – nilai yang diberikan oleh orangtua, lebih ingin dekat dengan lawan jenis dibandingkan dengan sesama jenis, mulai memikirkan risiko dari tindakan yang diambil, mulai memikirkan karir.
Tabel 2.1. Fase perkembangan Growh Spurt berdasarkan tahap remaja Sumber : Garajalo, 2005
Secara garis besarnya perubahan – perubahan yang berhubungan dengan perubahan – perubahan fisik dan perubahan perubahan yang berkaitan dengan perkembangan karakteristik seksual. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan – perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer dan seks sekunder (Mar’at, 2008). Ciri – ciri seks primer menunjukkan organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Pada anak – anak perempuan, perubahan ciri – ciri seks primer ditandai dengan periode menstruasi yang disebut dengan menars, yaitu menstruasi pertama kali yang dialami oleh wanita (Mar’at, 2008). Sementara itu adalah perubahan ciri – ciri seks sekunder merupakan tanda – tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan reproduksi, namun yang merupakan tanda – tanda yang akan membedakan laki – laki dan wanita (Mar’at, 2008).
Kematangan sex ditandai dengan Sex Maturity Rating (SMR). SMR 1
Perkembangan
Elevasi papilla
payudara Perkembangan genitalia Tidak ada rambut pada pubis SMR 2
Perkembangan
Papila kelihatan dan areola mulai melebar
Universitas Sumatera Utara
payudara
namun belum mengelap
Perkembangan genitalia Mulai tumbuh rambut lurus pada pubis dan sampai disepanjang daerah labia. SMR 3
Perkembangan
Pembesaran payudara, papila tidak terlalu
payudara
menonjol
Perkembangan genitalia Rambut pubis semakin banyak, semakin gelap, dan mulai membentuk daerah segitiga seperti wanita umumnya namun tipis. SMR 4
Perkembangan
Pembesaran payudara dan penonjolan papila
payudara
dan areola yang menjadi lebih gelap.
Perkembangan genitalia Rambut pubis lebih tebal, menjadi keriting dan lebih terdistribusi. SMR 5
Perkembangan
Payudara mulai kelihatan seperti orang
payudara
dewasa, papila yang sudah menonjol dengan baik, areola tepat disekitar papila.
Perkembangan genitalia Rambut pubis semakin banyak, sudah seperti wanita
dewasa
umumnya
dan
dapat
menyebar sampai ke daerah pertengahan paha. Tabel 2. 2. Kematangan sex ditandai dengan Sex Maturity Rating (SMR). Sumber : Garajalo, 2005
Perubahan yang dialami dalam fase ini sangat banyak, seperti misalnya dalam tinggi dan berat. Adapun faktor penyebab laki – laki rata – rata lebih tinggi dari perempuan adalah karena laki laki memulai percepatan pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lambat dibandingkan dengan anak perempuan (Mar’at, 2008). Tingkat pertumbuhan paling tinggi adalah pada usia sekitar 11 atau 12 tahun untuk anak perempuan dan 2 tahun kemudian untuk anak laki – laki. Dalam tahun ini anak perempuan mengalami penambahan sekitar 3 inci dan anak laki – laki bertambah lebih dari 4 inci dan laki – laki tetap mengalami perkembangan
Universitas Sumatera Utara
sementara perempuan melambat, maka perempuan pada akhirnya lebih pendek dibandingkan rata – rata laki – laki (Mar’at, 2008). Seiring pertambahan tinggi dan berat badan, perubahan selama masa remaja juga terjadi pada proporsi tubuh. Dalam perubahan struktur kerangka terjadi percepatan perubahan otot, sehingga mengakibatkan terjadi pengurangan jumlah lemak di dalam tubuh (Mar’at, 2008). Hubungan perkembangan dari berat badan dan tinggi badan dengan perkembangan maturasi seksual adalah sebagai berikut :
Gambar 2. 1. Kejadian maturitas pada anak laki – laki Sumber : Marcell, 2007
Gambar 2.2. kejadian maturitas pada anak perempuan. Sumber : Marcell, 2007 2.2. OnsetMenars 2.2.1. Defenisi Menars Menars adalah pendarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita yang biasanya rata rata terjadi pada umur 11 – 13 tahun (Jacoeb, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Pada menstruasi normal, onset menars biasanya terjadi pada rentang usia 10–16 tahun dan pada umur rata – rata 12,5 tahun. Menars akan terjadi saat remaja dalam fase kematangan SMR 3 – 4, biasanya terjadi pada 1 – 3 tahun setelah memasuki masa pubertas (Garajalo, 2005).
2.2.2. Menars Secara
normal
proses
dari
menars
dipengaruhi
oleh
sistem
downregulation, oleh sekresi Gonadotropin Realising Hormon (GnRH).. Axis ini diinhibisi oleh Central Nervous Center (CNS).. Onset menars, dikeluarkan oleh pulsasi GnRH, sehingga mengeluarkan hormone Luteinizing Hormon (LH). dan Follicle Stimulating Hormon (FSH).. Pulsasi ini akan muncul perrtama kali saat tidur sehingga dan akan mengalami kenaikan dari frekuensi dan amplitudonya saat siang hari.(Zimmerman, 2005). Estradiol
kiss-1 neuron
mTOR Glutamate Noradrenalin GABA Endogenous opiates
GnRH neuron
Other factors e.g. IGF 1, leptin
Pulsatile GnRH secretion
pubertas
TGF-a neuregulin glutamat astrogial cell
Gambar 2.3. Stimulasi dan inhibisi dari efektor sekresi pulsatil GnRH. Sumber : Karapanou, 2010
Pada anak yang sehat akan terjadi perkembangan seksual secara fisik yang akan mengubah fungsi ovarium, terjadi perkembangan payudara dan genitalia. Keluarnya steroid akan mempengaruhi otak sehingga berpengaruh dengan pembentukan sekresi hormone yang akan mempengaruhi sistem endokrin dan akan berpengaruh pada berawalnya siklus neurologis (Gaudineau, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Namun menars bukan hanya dipengaruhi oleh hormone yang diregulasi di uterus dan ovarium tetapi juga akan dipengaruhi oleh kecepatan metabolism tubuh, toleransi glukosa, makanan, mood dan banyak hal (French, S.A, 2006). Menars tersebut dibagi menjadi 3 yakni menars normal, menars precocious yakni terlalu cepat yakni dibawah umur 10 tahun yang dapat diakibatkan oleh banyak hal seperti tumor pada ovarium, kelenjar adrenal, otak, adanya reye syndrome atau penyakit genetic dan penggunaan obat – obatan. Yang terakhir adalah menars delayed atau terlambat yang terjadi di atas 16 tahun apabila ciri seks sekunder positif atau 14 tahun apabila ciri seks sekunder tidak ada yang dapat diakibatkan oleh kegiatan fisik yang terlalu berat, penyakit kronik seperi cystic fibrosis atau sickle cell dan kelainan genetik seperti Turner’s syndrome (Needlman, 2007).
2.2.3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi onset menars Faktor – faktor yang mempengaruhi onset menars adalah: 1. Tingkat pengetahuan gizi Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan (Suhardjo, 1996 dikutip dari Lusiana, 2007). Pemahaman diketahui dengan banyak hal, dari penelitian yang dilakukan oleh Lusiana, 2007 tentang pengetahuan gizi yaitu mengenai karbohidrat dan lemak, kekurangan vitamin dalam tubuh, dampak kurang gizi terhadap remaja dan protein nabati, didapati bahwa pada anak yang pengetahuan gizinya baik akan lebih cepat menars dibandingkan dengan remaja yang pengetahuan gizi nya rendah.
2. Konsumsi vitamin B12, besi dan kalsium Saat remaja mengkonsumsi bahan – bahan tersebut dalam jumlah yang kurang maka akan terjadi perburukan untuk perkembangan remaja sampai menyelesaikan fase growth spurt nya. Misalnya pada remaja yang terbiasa dengan pola vegetarian yang tidak terkontrol (Dilley, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan antara remaja yang terbiasa dengan pola vegetarian juga sangat berrpengaruh dengan onset menars (Bagga, 2000).
3. Sosioekonomi Faktor sosioekonomi yang dimaksudkan termasuk jumlah dari anggota keluarga, pendapatan keluarga, level pendidikan keluarga (Karapanou, 2010). Remaja yang memiliki tingkat ekonomi yang baik memiliki onset menars yang lebih cepat dibandingkan remaja yang memiliki tingkat ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan bahwa remaja yang memiliki tingkat ekonomi tinggi memiliki akses untuk perbaikan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan remaja tingkat ekonomi rendah (Lusiana, 2007). Remaja yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih besar memiliki onset menars yang lebih lambat. Selain itu remaja yang tidak tinggal dengan ayah biologis misalnya dengan ayah tiri dan saudara laki – laki tiri memiliki onset menars yang lebih cepat. Sedangkan remaja yang tinggal dengan saudara perempuan yang lebih tua darinya mengalami onset menars yang lebih lama dibandingkan dengan remaja seusianya. Hal ini disebabkan oleh stress lingkungan keluarga dan gangguan marental mood (Karapanou, 2010).
4. Psikologis Keadaan psikologis remaja yang dinilai dengan penilaian remaja terhadap tubuhnya apakah baik atau buruk dan respon remaja terhadap keadaan tubuhnya. Hal ini akan berpengaruh pada faktor stress dari remaja yang disebut sebagai experimental health (Gaudineau, 2010).
5. Faktor Lingkungan Keadaan lingkungan akan mendukung cepat tindaknya remaja untuk mendapatkan menars. Misalnya faktor stres lingkungan seperti penyakit akut maupun kronis dan keadaan peperangan. Keadaan ini akan menekan axis hypothalamic – pituitary – gonadal – axis dan akhirnya akan mengakibatkan perlambatan usia menars (Karapanou, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Ketinggian tempat tinggal akan mempengaruhi seorang anak akan mendapatkan menars. Setiap kenaikan 100 m dari permukaan laut akan memberikan tiga bulan keterlambatan untuk waktu menars seseorang. Hal ini dikarenakan oleh keadaan nutrisi yang diharuskan untuk seseorang yang tinggal didataran tinggi akan membutuhkan energi yang lebih banyak sehingga simpanan lemak tubuh untuk proporsi tubuh yang baik susah dicapai (Karapanou, 2010). Keadaan kimiawi lingkungan yang disebut dengan kimiawi penghambat endokrin (endocrine distruptor chemical). dapat mempengaruhi onset pubertas dan tentunya onset menars (Karapanou, 2010). Kimiawi
penghambat
endokrin
(endocrine
distruptor
chemical).
merupakan suatu bahan yang memiliki sesuatu struktur yang sama dengan estrogen sehingga dapat menduduki reseptor estrogen sehingga hal ini akan mengganggu steroidogenesis. Selain itu kimiawi penghambat endokrin (endocrine distruptor chemical). juga akan mempengaruhi pubertas melalui jalur Central Nervous System dengan menurunkan sirkulasi LH dan prolaktin. Hal yang paling membahayakan adalah saat kimiawi penghambat endokrin (endocrine distruptor chemical). mempengaruhi sistem endokrin, karena hal ini dapat mengakibatkan terjadi gangguan diferensiasi sex dan memacu hormon – hormon penyebab kanker (Karapanou, 2010).
6. Father absence and present Keberadaan ayah yang tinggal dalam satu rumah akan mempengaruhi onset menars pada seorang remaja. Belum banyak penelitian yang dilakukan dalam hal ini namun didapati bahwa hal ini disebabkan oleh stimuli kehadiran seorang ayah dalam keluarga yang akan mempengaruhi stress anak yang berpengaruh pada onset menarsnya (Maestripieri, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Pengaruh keberadaan ayah menetap di rumah Sumber : Maestripieri, 2004
7. Usia menars ibu Rata – rata onset menars ibu adalah 13 -14 tahun. Variasi umur rata-rata onset menars merupakan interaksi genetik dan lingkungan. Sehingga ibu yang memilik onset menars lebih cepat dibandingkan ibu lain memiliki remaja yang juga lebih cepat onset menarsnya (Lusiana, 2007).
8. Status gizi Pada remaja yang termasuk gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu yang lebih lama, karena itu menars (umur pertama kali menstruasi) juga akan tertunda (Lusiana, 2007). Status gizi itupun dipengaruhi oleh nutrisi yang masuk ke dalam tubuh anak (Padez, 2003). Parameter yang digunakan adalah berat badan dan Body Mass Index (BMI). dan tinggi badan. Misalnya : tingginya level lemak subcutaneous dan BMI pada masaprapubertal (5 - 9 tahun). akan mengasosiasikan kenaikan onset menars menjadi dibawah 11 tahun. Onset menars berbanding terbalik dengan lingkar paha dan lingkar lengan namun onset menars berbanding lurus dengan lingkar pinggul (Karapanou, 2010).
9. Kadar Leptin di dalam darah Tingginya kadar leptin di dalam darah lebih ditandai dengan lemak pada gluteofemoral dibandingkan dengan lemak pada tubuh bagian atas, lemak pada bagian ini akan dianggap oleh hipotalamus sebagai gambaran distribusi lemak semasa pubertas (Karapanou, 2010).
10. Birth weight ( Berat Badan Lahir). Hubungan antara berat badan lahir dengan onset menars pada remaja belum sepenuhnya di teliti dan dokumentasinya belum juga lengkap. Namun didapati bahwa kecil besarnya umur gestasi akan berbanding lurus dengan onset
Universitas Sumatera Utara
menars (Barasi, 2007). Berat badan lahir akan mempengaruhi 5 – 10 bulan dari tertunda maupun terlalu cepatnya onset pubertas dan onset menars (Karapanou, 2010). Berat badan lahir
11. Kecepatan pertambahan berat badan bayi Kecepatan pertambahan berat badan bayi mulai dari baru lahir sampai berumur 2 bulan dan mulai dari 2 bulan sampai 9 bulan , akan mempengaruhi onset pubertas dan onset menars dari remaja. Karena kecepatan pertambahan berat badan bayi pada saat itu akan mempengaruhi besar jaringan lemak yang akan ada di tubuh anak mulai dari berumur 10 tahun, sehingga semakin besar pertambahan akan semakin cepat onset menars seorang anak. Namun hal ini tidak berlaku pada anak yang memiliki kecepatan pertambahan berat badan yang tinggi saat berumur 9 sampai 19 bulan (Ellison, 1981 dikutip dari Karapanou, 2010).
12. Aktivitas fisik Didapati bahwa remaja yang memiliki aktifitas fisik sekitar 2 jam perhari diklasifikasikan sebagai remaja yang memiliki aktivitas fisik tinggi. Remaja tersebut memiliki onset menars yang lebih terlambat dibandingkan dengan remaja yang tidak melakukan aktivitas fisik yang berat. Hal ini disebabkan oleh dikirimnya impuls negatif dari hipotalamus yang mengatur keluarnya GnRH pulsatil oleh karena aktivitas fisik yang berlebihan (Chavarro, 2004). Aktifitas fisik yang dilakukan secara regular oleh para remaja seperti permainan voli, badminton dan berenang akan membuat keterlambatan sekresi dari
hormone
sehingga
memperlambat
maturitas
tubuh
dan
akhirnya
memperlambat onset menars (Bagga, 2000).
13. Status kesehatan Status kesehatan yang berpengaruh pada pubertas adalah Body Mass Index (BMI)., resistensi insulin, ada tidaknya menderita sindrom metabolik, dan ada tidaknya gangguan kardiovaskular (Karapanou, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Remaja yang memiliki penyakit seperti penyakit kardiovaskular, penyakit jantung koroner atau setidaknya memiliki orang tua yang memiliki riwayat demikian akan lebih cepat menars dan ternyata yang didapati adalah bahwa hal tersebut terjadi karena secara genetik akan mengkontribusi kenaikan sel adiposa dalam tubuh seseorang tersebut. Remaja akan lebih cepat pada remaja yang tidak memiliki gangguan dari kenaikan gula darah dan tidak intoleransi insulin (Karapanou, 2010).
14. Pengguna obat – obatan Remaja pengguna obat – obatan seperti tobacco, cannabis, alcohol akan lebih cepat onset menarsnya dibandingkan dengan remaja yang tidak menggunakan obat – obatan tersebut (Gaudineau, 2010).
2.3 Status Gizi 2.3.1. Defenisi Status Gizi Status Gizi adalah suatu penilaian konsumsi pangan berdasarkan data kuantitatif maupun data kualitatif yang diperoleh dengan cara survei (Yuniastuti, 2008). 2.3.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi mencakup faktor – faktor yang mempengaruhi menars (Lusiana, 2007). Faktor – faktor lain adalah : 1. Riwayat Konsumsi Makanan Jika dapat diketahui mulai dari anak lahir, mulai dari berapa lama mendapatkan ASI (Air Susu Ibu)., apakah ASI ekslusif didapatkan, apa susu formula yang didapatkan, durasi pemberian MPASI (Makanan Pendamping Air
Universitas Sumatera Utara
Susu Ibu).. Gangguan saat pemberian makanan pada anak dan kelainan makan (Dilley, 2005). 2. Riwayat perkembangan anak Anak mengalami perlambatan dalam fase perkembangannya yang disesuaikan dengan perkembangan anak dalam fase yang seharusnya. Misalnya apakah anak tersebut mulai mengalami pertumbuhan gigi, bicara, berjalan dan perkembangan lain dalam usia yang seharusnya (Dilley, 2005). 3. Riwayat Kelahiran Riwayat kelahiran yang dimaksud misalnya, anak lahir dengan kurang bulan, anak yang punya komplikasi saat proses kelahiran dan masalah lain akan lebih jelek status gizinya jika dibandingkan dengan anak – anak yang lahir dengan waktu yang cukup bulan (Dilley, 2005). Penyakit – penyakit yang diderita ibu saat hamil yang mengakibatkan ibu harus mengkonsumsi obat – obatan tertentu. Misalnya pada ibu hamil yang terinfeksi Streptococcus B hemoliticus sehingga membuat ibu hamil harus mengkonsumsi antibotik (Dilley, 2005).
4. Aktifitas di luar sekolah Aktifitas di luar sekolah diusahakan adalah kegiatan yang mendukung kesehatan anak dan mendukung anak dalam perkembangannya. Harus diseimbangkan antara aktifitas dalam olahraga, seni dan lain sebagainya dan harus disesuaikan antara waktu istirahat dan waktu yang akan diisi dengan kegiatan (Dilley, 2005).
5. Imunisasi Imunisasi sepatutnya diberikan karena akan mempengaruhi dari status gizi anak. Seperti pemberian imunisasi mumps, rubella (MMRs)., DTaPs. Polio, Varivax, Hepatitis B (Dilley, 2005).
6. Penyakit yang diderita
Universitas Sumatera Utara
Penyakit yang sedang diderita sekarang dalam kurun waktu tertentu, misalnya sedang diare dan sudah dialami dalam 1 minggu, demam dalam 4 hari terakhir dan lain – lain (Dilley, 2005). Penyakit juga dapat diketahui dengan memeriksa kadar gula darah anak, keadaan pendengaran, ada tidaknya faktor risiko hyperlipidemia, tuberculosis, dan lain – lain (Dilley, 2005).
2.3.3. Penilaian Status Gizi Penilaian gizi lengkap akan menintegrasikan suatu kordinasi kombinasi evaluasi medis subyektif dan pengukuran objektif atas riwayat medis dan gizi seperti makanan terdahulu dan sekarang, pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan pengukuran antropometrik dan penilaian pertumbuhan, parameter biokimiawi dan metabolic, antisipasi perjalanan medis yang dijalani dan efek pengobatan (Leleiko, 2006). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan banyak cara :
2.3.3.1. Cara Kualitatif Cara kualitatif kita lakukan agar kita dapat mengetahui frekuensi makan dan mengetahui cara memperoleh pangan. 1. Metode recall 24 jam Metode ini digunakan untuk mengetahui estimasi jumlah pangan dan minuman yang dikonsumsi oleh seseorangselama 24 jam yang lalu atau sehari sebelum wawancara dilakukan (Yuniastuti, 2008).
2. Food records Responden akan mencatat semua pangan dan minuman yang dikonsumsi selama satu minggu (Yuniastuti, 2008).
3. Weighing methods
Universitas Sumatera Utara
Metode penimbangan mengukur secara langsung berat setiap jenis pangan yang dikonsumsi oleh seseorang pada hari melakukan wawancara (Yuniastuti, 2008).
4. Food frequency questionare Metode ini digunakan untuk mengetahui pola konsumsi pangan dari seseorang yakni mengetahui daftar jenis pangan yang dimakan dan frekuensi orang tersebut mengkonsumsi makanannya (Yuniastuti, 2008).
5. Dietary history Metode yang dikenal dengan metode riwayat pangan ini adalah untuk mengetahui pola inti pangan sehari – hari yang meliputi tiga komponen dasar, yaitu wawancara mendalam tentang pola makan sehari-hari (termasuk recall 24 jam)., checklist frekuensi pangan, dan pencatatan dua – tiga hari, yang dimaksud sebagai teknik cross-cheecking (pemeriksaan silang). (Yuniastuti, 2008). 2.3.3.2. Cara Kuantitatif 1. Cara Biokimia Cara biokimia dapat digunakan untuk mendeteksi subklinis yang semakin penting dalam era global preventif. Secara teoritis, keadaan defisiensi subklinis dapat diidentifikasikan melalui pengukuran kadar zat gizi/ metabolit dalam suatu bahan biopsi (Yuniastuti, 2008).
2. Cara Antropometri Penghitungan secara antropometri adalah penilaian status gizi dengan menggunakan ukuran ukuran tubuh (Koski, 2004). pengukuran antropometri dilakukan dengan menggunakan dengan dua dimensi yaitu pengaturan pertumbuhan dan komposisi tubuh (Yuniastuti, 2008). Pada anak kita membutuhkan untuk menentukan status gizi anak karena pada fase pertumbuhan dan komposisi tubuh berbeda dengan orang dewasa dan pada hal ini kita menggunakan kurva The Centers for Disaese Control and
Universitas Sumatera Utara
Prevention (CDC). 2000 (Koski, 2004).. Dengan terlebih dahulu menghitung BMI dari anak dengan menggunakan rumus
Lalu di sesuaikan untuk diplot pada kurva CDC growth chart The Centers for Disaese Control and Prevention (CDC). 2000 adalah suatu chart yang merupakan revisi dari The National Center for Health Statistic(NCHS).yang telah digunakan mulai dari tahun 1977. Selain karena NCHS sudah digunakan sejak waktu yang lama namun alasan untuk merevisi NCHS juga untuk memperbaiki isi dan cakupannya, misalnya : 1. Chart NCHS mulai menunjukkan hasil yang rancu saat digunakan pada remaja yang sudah memasuki masa pubertas. Sehingga didesain lebih signifikan lagi pada CDC untuk menunjukkan hasil yang lebih akurat. 2. Chart NCHS tidak dapat mempredikisi status gizi dengan baik dan saat kita gunakan untuk remaja masa pubertas kita tidak dapat memperkirakan keadaan tersebut dengan membawanya untuk dibandingkaan dengan baik tidaknya status endokrin seseorang. 3. Rentang usia yang digunakan dalam NCHS terlalu sempit, maka rentang dilebarkan pada CDC 2000 mulai dari umur 2 tahun sampai umur 20 tahun, agar remaja akhir dapat tetap diperhatikan kesehatannya berdasarkan perkembangan fisiologi tubuh yang sesuai menurut pediatri. 4. Pada CDC ditambahkan rentang persentil untuk mengatakan seseorang at risk Chart CDC 2000 dibuat untuk menentukan status kesehatan dan riset untuk mengetahui status dari bayi, anak dan remaja (CDC, 2002). Chart CDC 2000 terdiri dari chart yang digunakan untuk bayi, chart yang digunakan untuk anak yang berusia kurang dari 36 bulan dan chart yang dapat digunakan untuk anak sampai remaja yakni dengan usia 2 sampai 20 tahun (CDC, 2002). The Centers for Disaese Control and Prevention (CDC). 2000 merupakan chart yang digunakan untuk menentukan BMI dari anak yang mana penentuan
Universitas Sumatera Utara
tidak hanya dibandingakan antara berat badan dan tinggi badan namun juga mengikutsertakan umur dan jenis kelamin yang dapat digunakan pada anak berumur 2 sampai 20 tahun (Koski, 2004). Chart yang digunakan untuk anak dan remaja yang berusia 2 sampai 20 tahun ini merupakan chart yang akan menunjukkan hubungan antara BMI dengan umur yang akan ditunjukkan dalam kurva. Dari kurva ini akan digunakan untuk menentukan apakah anak dalam posisi yang risiko dengan kelebihan berat badan sehingga dokter dapat menentukan apa yang harus dia lakukan untuk pasien tersebut (CDC, 2002).Selain itu chart pertumbuhan ini juga digunakan untuk memperkirakan bagaimana keadaan nutrisi anak saat itu dan juga dapat mempertimbangakan apa yang diperlukan agar anak mencapai pertumbuhan yang adekuat. Selain itu keberadaan chart ini juga dapat membantu untuk mempertimbangkan bagaimana keadaan endokrin anak ke depannya (MMWR, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5. Growth Chart CDC Sumber
: CDC, 2002
Setiap BMI yang sudah di plot pada CDC mempunyai indikasi tersendiri yang akan menentukan jenis persentil yang ditunjukkan. BMI for Age Cutoffs ≥ 95th percentile
Overweight
85th percentile – 95th percentile
Risk of overweight
5th percentile - ≤85th percentile
Normal
≤5th percentile
Underweight
Tabel 2.3. BMI berdasarkan umur Sumber : CDC, 2002 Hal ini nantinya akan membantu kita untuk menentukan apakah anak tersebut dalam kondisi kurus (underweight)., normal (normal weight)., risiko berat
Universitas Sumatera Utara
badan berlebih (at risk of overweight)., berat badan berlebih (overweight). yang mana pada orang dewasa sudah disebut sebagai obesitas berdasarkan hasil perhitungan BMI yang kita bandingkan dengan umur berdasarkan dengan CDC (Koski, 2004).
2. 4. Hubungan status Gizi dengan Onset Menars Dalam dasawarsa terakhir ini usia menars telah bergeser ke usia lebih muda (Whincup, 2005).
Tabel 2. 4. Age of menars in contemporary British Teenagers Sumber
: Whincup, 2005
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Whincup status gizi perlu diperhatikan karena status gizi yang kurang dapat mengakibatkan menstruasi lebih lambat dari yang seharusnya (Lusiana, 2007). Semakin baiknya makanan yang dimakan dan nutrisi yang penuh akan mempengaruhi akan mempengaruhi BMI. BMI akan menginisiasi awal yang akan membawa remaja ke dalam fase pubertasnya dan akan mempengaruhi percepatan dari onset menars ( Wu, 2005). Remaja yang bergizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi dari masa sebelum pubertas (prapubertas). dibandingkan dengan remaja kurang gizi. Remaja kurang gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu yang lebih lama , karena itu menars (umur pertama kali mendapatkan menstruasi). juga tertunda (Riyadi, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi dari orangtua juga sangat diperlukan untuk mendukung pemilihan makanan yang akan dikonsumsi oleh anak mereka. Karena pada remaja yang pemilihan makanan dilakukan secara tidak baik akan mempengaruhinya dan biasa membawa anak pada posisi obesitas, didapati bahwa anak dengan kelebihan berat badan akan mengalami menars lebih cepat.(Gaudineau, 2010). Remaja yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami maturasi yang lebih cepat daripada remaja yang memiliki berat badan normal maupun kurang sehingga keadaan onset menars pun lebih cepat (Anderson, 2003). Obesitas yang dapat kita ketahui dengan melakukan skrining BMI remaja dan akan kita lanjutkan dengan memplot pada kurva NCHES 1997 yakni hasil BMI diatas >95% atau 85 sampai 95 percentil yang merupakan indikasi dikatakan sebangai obesitas. obesitas pada remaja yang merupakan salah satu masalah besar di Amerika akan mempengaruhi kenaikan dari kadar lemak tubuh yang juga akan mempengaruhi onset menars dari seseorang (Dilley, 2005). Berdasarkan WHO, 2003 terdapat perbedaan yang bermakna antara onset menars pada kelompok remaja pedesaan dan perkotaan atau dikondisikan sebagai remaja kaya atau miskin di daerah tertentu, didapatkan ini berkaitan dengan perbedaan dari status sosial remaja yang berdampak pada kesehatannya yakni status gizi remaja. Remaja yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami maturasi yang lebih cepat daripada remaja yang memiliki berat badan normal maupun kurang sehingga keadaan onset menars pun lebih cepat (Anderson, 2003). Berdasarkan Pediatrics Facts, Dilley 2005 menyatakan tinggi dan berat badan remaja dan persentasi dari lemak tubuh akan mempengaruhi onset menars. Hal ini dihubungkan oleh dipengaruhinya kematangan seksual yakni ovulasi dari remaja tersebut. Percepatan dari onset menars remaja juga didapati dari tahun ke tahun. Hal ini diketahui melalui penelitian yang terus dilakukan mulai dari tahun 1940 sampai tahun 2008 yang dilakukan di enam negara, yakni : Negara Swedia, Norwegia, Finlandia, Denmark, United Kingdom, Amerika Serikat. Didapati juga bahwa onset menars remaja dari masing - masing remaja di negara tersebut juga
Universitas Sumatera Utara
berbeda sehingga dipikirkan bahwa hal ini berhubungan dengan status gizi dari remaja (Pisarka, 2010). Dari penelitian Cohort of British woman, cooper et al juga mendapatkan bahwa status gizi remaja sangat berpengaruh yakni remaja yang mempunyai berat badan lebih tinggi saat kelahiran lebih lama menars dan yang lebih mempengaruhi adalah berat badan saat remaja dalam masa pubertas. Semakin tinggi berat badan saat masa pubertas akan semakin cepat juga onset dari pubertas dan sebaliknya (Adair, 2005). Berdasarkan Mounir, 2010 didapati bahwa berat badan yang diperiksa dengan status gizi mempengaruhi umur mendapatkan menstruasi pertama.
Tabel 2. 5. Hubungan status gizi dengan onset menars Sumber : Mounir, 2007
Universitas Sumatera Utara