BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ANTROPOMETRI Johan Sigismund Elsholtz adalah orang pertama yang menggunakan istilah antropometri dalam pengertian sesungguhnya (tahun 1654). Ia adalah seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman. Pada saat itu ia menciptakan alat ukur yang disebut “anthropometron”, namun pada akhirnya Elsholtz menyempurnakan alat ukurnya dan inilah cikal bakal instrumen atau alat ukur yang sekarang kita kenal sebagai antropometer. (Gambar 2.1 ).6
(A)
(B)
Gambar 2.1: (A). Papan Osteometri.6 (B). Antropometer menurut Martin.6 Pada abad 19, penelitian di bidang antropometri mulai berkembang
dari
perhitungan sederhana menjadi lebih rumit, yaitu dengan menghitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeskripsikan bentuk (shape) melalui keterkaitan antar titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang pesat yang berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi. Hal ini berdampak pada tidak adanya standarisasi, terutama pada bidang osteometri (pengukuran tulang-tulang).7 Ini membuat para ahli tidak bisa membandingkan hasil penelitiannya karena standar pengukuran dan titik pengukuran serta indeks yang berbeda-beda.6
Universitas Sumatera Utara
Upaya standarisasi mulai dilakukan pada pertengahan abad 19 berdasarkan studi Paul Broca yang mana upaya tersebut telah telah dilakukan sejak awal 1870-an, dan kemudian disempurnakan melalui kongres ahli antropologi Jerman pada 1882 di Frankfurt yang kemudian dikenal sebagai “Kesepakatan Frankfurt”, yaitu menentukan garis dasar posisi kepala atau kranium ditetapkan sebagai garis “Frankfurt Horizontal Plane” atau “Dataran Frankfurt”. (Gambar 2.2).6
Gambar 2.2 : Dataran Frankfurt.6 Garis C adalah Dataran Frankfurt Yang merupakan bidang horizontal sejajar dengan dasar/ lantai yang melalui titik paling bawah pada satu lekuk mata (umumnya paling kiri) dan titik paling atas pada dua lubang telinga luar (porion pada tengkorak, tragion pada manusia hidup). Dataran ini merupakan patokan penilaian dan pengukuran baik pengukuran tinggi badan maupun pengukuran sudut.Perkembangan berikutnya dibuat oleh antropologi Jerman lainnya yaitu Rudolf Martin yang pada tahun 1914 penerbitkan buku yang berjudul “Lehrbuch der Anthropologie”. Selanjutnya pada tahun 1981 bersama Knussmann, Rudolf Martin memperbaharui buku tersebut.6 2.2. STRUKTUR TINGGI TUBUH MANUSIA
Universitas Sumatera Utara
Struktur tubuh manusia disusun atas berbagai macam organ yang tersusun sedemikian rupa satu dengan lainnya, sehingga membentuk tubuh manusia seutuhnya, dan kerangka adalah struktur keras pembentuk tinggi badan.
(Gambar 2.3).8
Gambar 2.3 : Anatomi kerangka tubuh manusia tampak depan dan belakang.8 Proses pertumbuhan dimulai sejak terjadi konsepsi dan berlangsung terusmenerus sampai umur dewasa, kemudian stabil dan pada usia relatif tua akan kembali berkurang. Pada saat sesudah dilahirkan, umur dapat diperkirakan sesuai golongan pertumbuhan dan perkembangan badan, antara lain bayi, balita, anak-anak, dewasa muda. Pada janin, bayi baru lahir dan anak-anak sampai masa puber, umur dapat ditentukan berdasarkan tinggi (panjang) dan berat badan. Beberapa faktor harus dipertimbangkan antara lain keturunan, bangsa, gizi dan lain-lain. Namun pada orang dewasa tua penentuan umur berdasarkan tinggi badan dan berat badan tidak dapat dipergunakan lagi.9
Universitas Sumatera Utara
Dalam rangka membangun/ membentuk tinggi tubuh manusia, maka tubuh dibangun atas struktur susunan tulang-tulang/ kerangka yang terikat/ terkait satu sama lainnya, dengan demikian maka tinggi tubuh manusia akhirnya dapat diukur. Pengukuran tinggi badan manusia umumnya diukur dalam satuan centimeter (cm), ini juga didasari atas formula tentang perkiraan tinggi badan yang sudah ada, dan alat ukur yang digunakan umumnya adalah antropometer ataupun alat ukur lainnya (seperti kaliper geser/ sorong). (Gambar 2.4).10
Gambar 2.4 : Kaliper geser/ sorong.10 Tinggi badan diukur pada saat berdiri secara tegak lurus dalam sikap anatomi. Kepala berada dalam posisi sejajar dengan dataran Frankfurt. Tinggi badan adalah hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang secara paralel yang membentuk poros tubuh (The Body Axix), yaitu diukur dari titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut Vertex, ke titik terendah dari tulang kalkaneus (the calcanear tuberosity) yang disebut heel. (Gambar 2.5).10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5: Pengukuran tinggi badan dan tinggi titik anatomis lainnya.6 2.3. PERTUMBUHAN TULANG Kerangka merupakan organ penyangga tubuh kita sehingga tubuh dapat berdiri tegak. Ada sekitar 206 jumlah tulang manusia dewasa yang membentuk bangun tubuh manusia. Sedangkan pada anak-anak jumlah tersebut sebenarnya lebih dari 300 tulang. Proses pertumbuhan anak-anak (bayi) menjadi dewasa menyebabkan terjadinya penyatuan beberapa tulang sehingga ketika dewasa jumlahnya menjadi lebih sedikit.11 Tempat dimana dua tulang atau lebih saling berhubungan dinamakan sendi. Beberapa sendi tidak mempunyai pergerakan, namun beberapa sendi lainnya ada yang memiliki gerakan sedikit dan banyak. Mengukur tinggi badan adalah mengukur tubuh yang dibentuk oleh tulang yang dihubungkan dengan sendi.12 Struktur dasar tulang pada umumnya terdiri atas epifise, metafise dan diafise. (Gambar 2.6 dan 2.7).13
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6: Sketsa radiologis bagian caput tulang panjang.13
Gambar 2.7 : Komponen tulang panjang pada potongan sagital.14 Epifise adalah pusat kalsifikasi pada ujung-ujung tulang, metafise adalah bagian diafisis yang berbatasan dengan lempeng epifiseal, dan diafise sendiri adalah pusat pertumbuhan tulang yang ditemukan pada batang tulang. Pada tulang-tulang panjang ekstremitas (alat gerak) terjadi perkembangan secara osifikasi endokondral, dan osifikasi ini merupakan proses lambat dan tidak lengkap dari mulai dalam kandungan sampai usia sekitar 18-20 tahun atau bahkan dapat lebih lama lagi. Pertumbuhan manusia dimulai sejak dalam kandungan, sampai usia kira-kira 10 tahun anak pria dan wanita tumbuh dengan kecepatan yang kira-kira sama. Sejak usia 12 tahun, anak
Universitas Sumatera Utara
pria sering mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan wanita, sehingga kebanyakan pria yang mencapai remaja lebih tinggi daripada wanita.12 Pusat kalsifikasi pada ujung-ujung tulang atau dikenal dengan “Epifise Line” akan berakhir seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang, penutupan dari garis epifise line tersebut rata-rata sampai dengan umur 21 tahun (Tabel 2.1 dan Gambar 2.8).15
Gambar 2.8 : Usia penyatuan garis epifise pada tulang-tulang kerangka.16 Hal inilah yang menjadi dasar peneliti menetapkan usia sampel penelitian (subjek penelitian) di atas 21 tahun agar tidak terjadi bias yang besar pada pengukuran, oleh karena pertumbuhan tulang yang masih berlanjut bila dilakukan di bawah usia 21 tahun. Secara teori disebutkan bahwa umumnya pria dewasa cenderung lebih tinggi dibandingkan wanita dewasa dan juga mempunyai tungkai yang lebih panjang, tulangnya yang lebih besar dan lebih berat serta massa otot yang lebih besar dan padat. Pria mempunyai lemak sub kutan yang lebih sedikit, sehingga membuat bentuknya lebih angular. Sedangkan wanita dewasa cenderung lebih pendek dibandingkan pria dewasa dan mempunyai tulang yang lebih kecil dan lebih sedikit
Universitas Sumatera Utara
massa otot. Wanita lebih banyak mempunyai lemak sub kutan. Wanita mempunyai sudut siku yang lebih luas, dengan akibat deviasi lateral lengan bawah terhadap lengan atas yang lebih besar.12 Seluruh permukaan tulang, kecuali permukaan yang mengadakan persendian, diliputi oleh lapisan jaringan fibrosa tebal yang dinamakan periosteum. Periosteum banyak mengandung pembuluh darah, dan sel-sel pada permukaannya yang lebih dalam bersifat osteogenik. Periosteum khususnya berhubungan erat dengan tulang-tulang pada tempat-tempat perlekatan otot, tendon, dan ligamentum pada tulang.12 Table 2.1 : Gambaran derajat garis epifise (Epiphyseal line/ union).16 Jenis Tulang
Usia (Thn)
Jenis Tulang
Usia (Thn)
Head of femur .
16-19.
Acromion.
17-19.
Greater trochanter.
19-19.
Distal femur.
17-20.
Lesser trochanter.
16-19.
Proximal tibia.
17-19.
Head of humerus.
16-23.
Proximal fibula.
16-21.
Distal humerus.
13-16.
Dista tibia.
16-19.
Medial epicondyle.
16-17.
Distal fibula.
16-19.
Proximal radius.
14-17.
Metatarsals.
15-17.
Proximal ulna.
14-17.
Iliac crest.
18-22.
Distal radius.
18-21.
Primary elements pelvis.
14-16.
Distal ulna.
18-21.
Sternal clavicle.
23-28.
Metacarpals.
14-17.
Acromial clavicle.
18-21.
2.4. MUTILASI Pada prinsipnya bahwa jenazah yang termutilasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti, akibat ledakan bom, kecelakaan pesawat terbang, termutilasi karena gigitan binatang buas serta termutilasi akibat tindak pidana pelaku mutilasi.
Universitas Sumatera Utara
Dari sekian banyak kasus mutilasi, yang sering menjadi sorotan adalah mutilasi akibat tindakan kriminal (pembunuhan dengan cara mutilasi).16 Mutilasi akibat tindakan kriminal sering dihubungkan oleh beberapa ahli dengan perilaku kejahatan seksual.17 Kasus mutilasi yang pernah tercatat dan paling terkenal di London adalah “Jack The Ripper” yang terjadi pada tahun 1888, dimana pembunuhan dengan cara mutilasi tersebut merupakan kejahatan seksual yang sangat sadis, yaitu isi bagian dalam si korban dikeluarkan dan dipotong-potong oleh si pelaku.18 Identifikasi merupakan tindakan yang mutlak dilakukan terhadap jenazah yang tidak dikenal, apalagi terhadap jenazah yang termutilasi. Untuk itu peran dokter forensik dalam melakukan pemeriksaan secara maksimal sangat diharapkan.19
Gambar 2.9 : Korban mutilasi.17 2.5. IDENTIFIKASI TULANG Upaya identifikasi pada tulang/ kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa tulang tersebut adalah : 1. Apakah tulang manusia atau hewan; 2. Apakah tulang berasal dari satu individu; 3. Berapakah usianya; 4. Berapakah umur tulang itu sendiri; 5. Jenis kelamin; 6. Tinggi badan; 7. Ras; 8. Berapa lama kematian; 9. Adakah ruda paksa/ deformitas tulang; 10. Sebab kematian.20
Universitas Sumatera Utara
Ada begitu banyak hal yang dapat diungkap dari pemeriksaan terhadap tulang/ kerangka, dan kenyataannya bahwa tinggi badan memiliki peranan penting dalam sebuah proses identifikasi. Pengetahuan identifikasi terhadap tulang sangat berperan tidak hanya pada saat organ tubuh hanya tinggal tulang-belulang saja, tetapi banyak hal yang dapat diungkap dari tulang/ kerangka tersebut pada saat masih dibaluti oleh jaringan otot, tendon dan kulit.21 Diantara hal yang dapat diungkapkan pada saat tulang terbalut jaringan lunak, adalah pengukuran panjang dari tulang-tulang panjang untuk mengukur tinggi badan, perkiraan usia korban juga dapat dilakukan dengan melihat gambaran garis epifise. Hal tersebut tentunya dapat dilakukan dengan mengukur tulang secara langsung pada organ tersebut ataupun dengan mengukur panjangnya organ dan melihat garis epifise melalui pemeriksaan radiologist.22 Identifikasi tulang belulang atau bagian potongan tulang maupun bagian tulang belulang yang masih dibaluti sebagian atau seluruh jaringan kulit yang diakibatkan oleh kasus mutilasi, gigitan binatang buas, maupun akibat lainnya sebaiknya tidak menggunakan satu prosedur pemeriksaan identifikasi, sangat disarankan agar semaksimal mungkin menggunakan berbagai metode identifikasi yang ada sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat maksimal. Dalam penentuan tinggi badan juga sebaiknya demikian agar hasil maksimal maka disarankan untuk menggunakan seluruh bagian sisa jaringan yang ada dan menggunakan berbagai metode/ formula pengukuran yang ada.10 2.6. PERKIRAAN TINGGI BADAN Berdasarkan hal tersebut, maka diyakini bahwa tinggi badan tubuh manusia diyakini erat hubungannya dengan ukuran dari panjang tulang-tulang tersebut. Disebutkan bahwa ukuran panjang tulang-tulang panjang memiliki hubungan yang signifikan dalam memperkirakan tinggi badan manusia. Sering sekali autopsi yang dilakukan oleh ahli forensik tidak dilakukan terhadap tubuh yang masih utuh, tetapi sudah dalam keadaan rusak atau terpotong-potong.23
Universitas Sumatera Utara
Pada keadaan tubuh yang tidak lagi utuh, dapat diperkirakan tinggi badan seseorang secara kasar, yaitu dengan : 1 a) Mengukur jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat direntangkan secara maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan, b) Mengukur panjang dari puncak kepala (Vertex) sampai symphisis pubis dikali 2, ataupun ukuran panjang dari symphisis pubis sampai ke salah satu tumit, dengan posisi pinggang dan kaki diregang serta tumit dijinjitkan, c) Mengukur panjang salah satu lengan (diukur dari salah satu ujung jari tengah sampai ke acromion di klavicula pada sisi yang sama) dikali dua (cm), lalu ditambah lagi 34 cm (terdiri dari 30 cm panjang 2 buah klavicula dan 4 cm lebar dari manubrium sterni/ sternum), d) Mengukur panjang dari lekuk di atas sternum
(sternal notch) sampai
symphisis pubis lalu dikali 3,3, e) Mengukur panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon pada satu sisi yang sama, lalu dikali 3,7, f) Panjang femur dikali 4, g) Panjang humerus dikali 6. Bila pengukuran dilakukan pada tulang-tulang saja, maka dilakukan penambahan 2,5 sampai 4 cm untuk mengganti jarak sambungan dari sendi-sendi. Ketika sendi-sendi tidak lagi didapat, maka perhitungan tinggi badan dapat dilakukan dengan mengukur tulang-tulang panjang dengan menggunakan beberapa formula yang ada. 24
Ketebalan bagian tulang rawan yang hilang rata-rata (Martin-Saller, 1957) adalah : (Tabel 2.2).6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2: Perkiraan rata-rata kehilangan tulang rawan.6 Tulang
Ujung atas
Ujung bawah
Total
Maka harus ditambah
Femur.
2,0 mm.
2,5 mm.
4,5 mm.
7,1 mm.
Humerus.
1,5 mm.
1,3 mm.
2,8 mm.
4,1 mm.
Tibia.
3,0 mm.
1,5 mm.
4,5 mm.
6,2 mm.
Radius.
1,5 mm.
1,0 mm.
2,5 mm.
3,2 mm.
Gambar 2.10 : Struktur ruas telapak tangan.24 Bila yang diukur adalah tulang yang dalam keadaan kering, maka umumnya telah terjadi pemendekan sepanjang 2 millimeter (mm) dibanding dengan tulang yang segar, yang tentunya hal tersebut harus diperhatikan dalam melakukan penghitungan tinggi badan.22 Secara spesifik Glinka menyebutkan bahwa bila ingin merekonstruksi tinggi badan manusia ketika hidup, namun rekonstruksi dilakukan dari tulang-tulang saja maka karena tulang menjadi kering harus diperhitungkan penyusutan yang terjadi untuk tiap-tiap tulang. Pada beberapa tulang disebutkan penyusutan untuk masingmasing tulang femur sebesar 2,3-2,6 mm, humerus sebesar 1,3 mm, tibia sebesar 1,7 mm dan radius sebesar 0,7 mm.5 Dalam mencari tinggi badan sebenarnya, perlu diketahui pula bahwa rata-rata tinggi badan laki-laki lebih besar dari perempuan, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Apabila tidak dibedakan, maka perhitungan ratio laki-laki : perempuan adalah 100:90.16
Universitas Sumatera Utara
Secara sederhana pula, Topmaid dan Rollet membuat formula perkiraan tinggi badan yang kemudian dipopulerkan oleh Ewing pada tahun 1923, formula tersebut hanya memperkirakan apakah seseorang tersebut tinggi, sedang atau pendek, dan tidak memberi ukuran ketinggian yang begitu tepat. Dalam formula ini disebutkan bahwa panjang tulang humerus, femur, tibia dan tulang belakang masing-masing adalah 20%, 22%, 27% dan 35% dari pada ketinggian individu si empunya tulang tersebut.26 Di bawah ini akan ditampilkan beberapa formula yang ada tentang perhitungan perkiraan tinggi badan oleh beberapa ahli. A. Formula Karl Pearson.6 Formula ini telah dipakai luas diseluruh dunia sejak lama (tahun 1899). Formula ini membedakan formula untuk laki-laki dan perempuan untuk subjek penelitian kelompok orang-orang Eropa (European) dengan melakukan pengukuran pada tulang-tulang panjang yang kering. (Tabel 2.2).6 Tabel 2.3: Formula Karl Pearson untuk laki-laki dan perempuan : No 1
Laki-laki Tinggi badan = 81.306 + 1.88 x F1.
Perempuan Tinggi badan = 72.844 + 1.945 x F1.
2
Tinggi badan = 70.641 + 2.894 x HI.
Tinggi badan = 71.475 + 2.754 x H1.
3
Tinggi badan = 78.664 + 2.376 x TI.
Tinggi badan = 74.774 + 2.352 x TI.
4
Tinggi badan = 85.925 + 3.271 x RI.
Tinggi badan = 81.224 + 3.343 x R1.
5
Tinggi badan = 71.272 + 1.159 x (F1 + T1).
Tinggi badan = 69.154 + 1.126 x (F1+T1).
6
Tinggi badan = 71.443 + 1.22 x (F1 + 1.08 x TI).
Tinggi badan = 69.154 + 1.126 x (F1 + 1.125 x T1).
7
Tinggi badan = 66.855 + 1.73 x (H1 + R1).
Tinggi badan = 69.911 + 1.628 x (H1+R1).
Universitas Sumatera Utara
Nota
8
Tinggi badan = 69.788 + 2.769 x (H1 + 0.195 x R1).
Tinggi badan = 70.542 + 2.582 x (H1 + 0.281 x RI).
9
Tinggi badan = 68.397 + 1.03 x F1 + 1.557 x HI.
Tinggi badan = 67.435 + 1.339 x F1 + 1.027 x H1.
10
Tinggi badan = 67.049 + 0.913 x F1 + 0.6 x T1 + 1.225 x HI – 0.187 x RI.
Tinggi badan = 67.469 + 0.782 x F1 + 1.12 x T1 + 1.059 x H1 – 0.711 x R1.
:
F1
-
panjang maksimal tulang paha (femur).
H1
-
panjang maksimal tulang lengan atas (humerus).
R1
-
panjang maksimal tulang pengumpil (radius).
T1
-
panjang maksimal tulang kering (tibia).
B. Formula Trotter-Glesser (1952).5 Formula ini memakai subjek penelitian orang-orang Amerika kulit hitam (negro) dan kulit putih yang berusia antara 28-30 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Pertama sekali diteliti pada tahun 1952 oleh Trotter dan kemudian disempurnakan oleh Krogman dan Iscan pada tahun 1977. (Tabel 2.4).16 Tabel 2.4: Formula Trotter-Glesser (1952). Male Whites Stature = 63.05 + 1.31 (femur + Fibula) ± 3.63 cm.
Male Negroes Stature = 67.77 + 1.20 (femur + fibula) ± 3.63 cm.
Stature =
67.09 + 1.26 (femur + tibia) ± 3.74 cm.
Stature =
71.75 + 1.15 (femur + tibia) ± 3.68 cm;
Stature =
75.50 + 2.60 fibula ± 3.86 cm.
Stature =
72.22 + 2.10 femur ± 3.91 cm.
Stature =
65.53 + 2.32 femur ± 3.94 cm.
Stature =
85.36 + 2.19 tibia ± 3.96 cm.
Stature =
81.93 + 2.42 tibia ± 4.00 cm.
Stature =
80.07 + 2.34 fibula ± 4.02 cm.
Universitas Sumatera Utara
Stature =
67.97 + 1.82 (humerus + raditis) ± 4.31 cm.
Stature =
73.08 + 1.66 (humerus + raditis) ± 4.18 cm.
Stature =
66.98 + (humerus + ulna) ± 4.37 cm.
Stature =
70.67 + 1.65 (humerus + ulna) ± 4.23 cm.
Stature =
78.10 + 2.89 humerus ± 4.57 cm.
Stature =
75.48 + 2.88 humerus ± 4.23 cm.
Stature =
79.42 + 3.79 radius ± 4.66 cm.
Stature =
85.43 + 3.32 radius ± 4.57 cm.
Stature =
75.55 + 3.76 ulna ± 4.72 cm.
Stature =
82.77 + 3.20 ulna ± 4.74 cm.
Male Whites
Male Negroes
Stature =
50.12 + 0.68 humerus + 1.17 femur + 1.15 tibia ± 3.51 cm.
Stature =
56.33 + 0.44 humerus – 0.20 radius + 1.46 femur + 0.86 tibia ± 3.22 cm.
Stature =
53.20 + 1.39 (femur + tibia) ± 3.55 cm.
Stature =
58.54 + 1.53 femur + 0.96 tibia ± 3.23 cm.
Stature =
53.07 + 1.48 femur + 1.28 tibia ± 3.55cm.
Stature =
59.72 + 1.26 (femur + tibia ) ± 3.28 cm.
Stature =
59.61 + 2.93 fibula ± 3.57 cm.
Stature =
59.76 + 2.28 femur ± 3.41 cm.
Stature =
61.53 + 2.90 tibia ± 3.66 cm.
Stature =
62.80 + 1.08 humerus + 1.79 tibia ± 3.58 cm.
Stature =
52.77 + 1.35 humereus + 1.95 tibia ± 3.67 cm.
Stature =
72.65 + 2.45 tibia ± 3.70 cm.
Stature =
54.10 + 2.47 femur ± 3.72 cm.
Stature =
70.90 + 2.49 fibula ± 3.80 cm.
Stature =
54.93 + 4.74 radius ± 4.24 cm.
Stature =
64.67 + 3.08 humerus ± 4.25 cm.
Stature =
57.76 + 4.27 ulna
Stature =
75.38 + 3.31 ulna
Universitas Sumatera Utara
± 4.20 cm. Stature =
± 4.83 cm.
57.97 + 3.36 humerus ± 4.45 cm.
Stature =
94.51 + 2.75 radius ± 5.05cm.
C. Formula Trotter-Glesser (1958).1 Formula yang dipopulerkan dalam buku Martin-Knussmann (1988) ini memakai subjek penelitian kelompok laki-laki ras mongoloid. (Tabel 2.5).6 Tabel 2.5: Formula Trotter-Glesser (1958).
Nota :
No.
Tinggi badan
1
2.68 X (H1) + 83.2 ± 4.3.
2
3.54 X (R1) + 82.0 ± 4.6.
3
3.48 X (U1) + 77.5 ± 4.8.
4
2.15 X (F1) + 72.6 ± 3.9.
5
2.39 X (T1) + 81.5 ± 3.3.
6
2.40 X (Fi1) + 80.6 ± 3.2.
7
1.67 X (H1 + R1) + 74.8 ± 4.2.
8
1.68 X (H1 + U1) + 71.2 ± 4.1.
9
1.22 X (F1 + T1) + 70.4 ± 3.2.
10
1.22 X (F1 + Fi1) + 70.2 ± 3.2.
Angka dengan tanda ± adalah nilai Standard Error, yang dapat dikurangi atau ditambah pada nlai yang diterima dari kalkulasi. Makin kecil SE, makin tepat taksiran menurut rumus regresi.
D. Formula Modifikasi Trotter-Glesser.16
Universitas Sumatera Utara
Merupakan formula Trotter-Glesser tahun 1952 yang dimodifikasi pada tahun 1977 oleh Krogman dan Iscan (Tabel 2.6). Tabel 2.6: Formula Modifikasi Trotter-Glesser WHITE MALES SE 3.08 Hum + 70.45 3.78 Rad + 79.01 3.70 Ulna + 74.05 2.38 Fem + 61.41 2.52 Tib + 78.62 2.68 Fib + 71.78 1.30 (Fem + 63.29 + Tib) 1.42 Fem + 1.24 Tib + 59.88 0.93 Hum + 1.94 Tib + 69.30 0.27 Hum + 1.32 Fem + 1.16 Tib + 58.57
WHITE MALES
4.05 4.32 4.32 3.27 3.37 3.29 2.99 2.00 3.26 2.99
BLACK MALES SE 3.26 Hum + 62.10 3.42 Rad + 81.56 3.26 Ulna + 79.29 2.11 Fem + 70.35 2.19 Tib + 86.02 2.19 Fib + 85.65 1.15 (Fem + 71.04 + Tib ) 0.66 Fem + 1.62 Tib + 76.13 0.90 Hum + 1.78 Tib + 71.29 0.89 Hum + 1.01 Rad + 0.38 Fem + 1.92 Tib + 74.56
4.43 4.30 4.42 3.94 3.78 4.08 3.53 3.49 3.49 3.38
BLACK MALES
SE
SE
3.36 Hum +
57.97
4.45
3.08 Hum
+
64.67
4.25
4.74 Rad
+
54.93
4.24
3.67 Rad
+
71.79
4.59
4.27 Ulna +
57.76
4.30
3.31 Ulna
+
75.38
4.83
2.47 Fem +
54.10
3.72
2.28 Fem
+
59.76
3.41
2.90 Tib
+
61.53
3.66
2.45 Tib
+
72.65
3.70
2.93 Fib
+
59.61
3.57
2.49 Fib
+
70.90
3.80
1.39 (Fem + + Tib) 1.48 Fem +
53.20
3.55
+
59.72
3.28
1.28 Tib + 53.07 1.95 Tib +
3.55
1.26 (Fem + Tib) 1.53 Fem
+
0.96 Tib + 58.54 3.23
3.67
1.08 Hum
+
1.79 Tib
1.35 Hum +
3.58
Universitas Sumatera Utara
0.68 Hum +
52.77 1.17 Fem + 1.15 Tib + 50.122
3.51
0.44 Hum
+
0.20 Rad + 1.46 3.22 Fem + 0.86 Tib + 56.33
E. Formula Dupertuis dan Hadden.5 Merupakan formula yang didasarkan atas penelitian terhadap tulang-tulang panjang pada orang Amerika.(Tabel 2.7).16 Tabel 2.7: Formula Dupertuis dan Hadden. Men
Cm
Women
Cm
2.238 (Femur)
+
69.089
2.317 (Femur)
+ 61.412
2.392 (Tibia)
+
81.688
2.533 (Tibia)
+ 72.572
2.970 (Humerus)
+
73.570
3.144 (Humerus)
+ 64.977
3.650 (Radius)
+
80.405
3.876 (Radius)
+ 73.502
1.225 (Femur + Tibia)
+
69.294
1.233 (Femur + Tibia)
+ 65.213
1.728 (Humerus + Radius)
+
71.429
1.984 (Humerus + Radius)
+ 55.729
1.422 (Femur) + 1.062 (Tibia)
+
66.544
1.657 (Femur) + 0.879 (Tibia)
+ 59.259
1.789 (Humerus) + 1.841 (Radius)
+
66.400
2.164 (Humerus) + 1.525 (Radius)
+ 60.344
1.928 (Femur) 0.568 (Humerus)
+
64.505
2.009 (Femur) 0.566 (Humerus)
+ 57.600
1.442 (Femur) + 0.931 (Tibia) + 0.083 (Humerus) + 0.480 (Radius)
+
56.006
1.544 (Femur) + 0.764 (Tibia) + 0.126 (Humerus) + 0.295 (Radius)
+ 57.495
F. Formula Telkka.16 Merupakan formula yang didasarkan dari pemeriksaan terhadap orang-orang Finisia (Finnish) (Tabel 2.8) Tabel 2.8: Formula Telkka
Universitas Sumatera Utara
MEN
SE
WOMEN
SE
169.4 + 2.8 (Humerus – 32.9)
5.0
156.8 + 2.7 (Humerus – 30.7)
3.9
169.4 + 3.4 (Radius – 22.7)
5.0
156.8 + 3.1 (Radius – 20.8)
4.5
169.4 + 3.2 (Ulna – 23.1)
5.2
156.8 + 3.3 (Ulna – 21.3)
4.4
169.4 + 2.1 (Femur – 45.5)
4.9
156.8 + 1.8 (Femur – 41.8)
4.0
169.4 + 2.1 (Tibia – 36.6)
4.6
156.8 + 1.9 (Tibia – 33.1)
4.6
169.4 + 2.5 (Fibula – 36.1)
4.4
156.8 + 2.3 (Fibula – 32.7)
4.5
G. Formula Parikh.26 Formula ini didasarkan atas pemeriksaan terhadap tulang-tulang kering. Tabel 2.9: Formula Parikh No
Laki-laki
Perempuan
1
TB (Cm) = Humerus x 5.31
TB (Cm) = Humerus x 5.31
2
TB (Cm) = Radius
x 6.78
TB (Cm) = Radius
x 6.70
3
TB (Cm) = Ulna
x 6.00
TB (Cm) = Ulna
x 6.00
4
TB (Cm) = Femur
x 3.82
TB (Cm) = Femur
x 3.80
5
TB (Cm) = Tibia
x 4.49
TB (Cm) = Tibia
x 4.46
6
TB (Cm) = Fibula
x 4.46
TB (Cm) = Fibula
x 4.43
H. Formula Mohd. Som dan Syed Abdul Rahman.26 Formula hasil kajian Mohd. Som (Tahun 1990) dan Syed Abdul Rahman (Tahun 1991) di Malaysia ini didasarkan atas penelitian terhadap jenis kelamin laki-laki dari 3 suku bangsa terbesar di Malaysia (Tabel 2.10). Tabel 2.10: Formula Mohd. Som dan Syed Abdul Rahman. Lelaki Melayu
Lelaki Cina
Y = 2.44 H + 101.6
y
=
2.48 H + 101.9
Y = 1.96 R + 117.9
y
=
3.05 R + 91.8
Y = 1.86 U + 119.1
y
=
1.49 U + 130.0
Y = 1.30 T + 122.5
y
=
1.95 T + 97.7
Universitas Sumatera Utara
I.
Y = 0.93 F + 133.0
y
=
1.35 F + 117.5
Y = 1.16Fi + 127.1
y
=
1.68Fi + 108.5
Lelaki India
Pengertian:
Y = 3.71 H + 69.3
Y
=
Anggaran ketinggian (cm)
Y = 5.32 R + 35.5
H
=
Panjang humerus (cm)
Y = 6.86 U + (-7.4)
R
=
Panjang radius (cm)
Y = 2.72 T + 70.2
U
=
Panjang ulna (cm)
Y = 2.59 F + 71.3
T
=
Panjang tibia (cm)
Y = 2.15Fi + 92.4
F
=
Panjang femur (cm)
Formula Antropologi Ragawi UGM.25 Merupakan formula perkiraan tinggi badan untuk jenis kelamin pria orang
dewasa suku Jawa (Tabel 2.11). Tabel 2.11: Formula Antropologi Ragawi UGM Tinggi badan
=
897 + 1.74
Y (femur kanan)
Tinggi badan
=
822 + 1.90
Y (femur kiri)
Tinggi badan
=
879 + 2.12
Y (tibia kanan)
Tinggi badan
=
847 + 2.22
y
(tibia kiri)
Tinggi badan
=
867 + 2.19
y
(fibula kanan)
Tinggi badan
=
883 + 2.14
y
(fibula kiri)
Tinggi badan
=
847 + 2.60
y
(humerus kanan)
Tinggi badan
=
805 + 2.74
y
(humerus kiri)
Tinggi badan
=
842 + 3.45
y
(radius kanan)
Tinggi badan
=
862 + 3.40
y
(radius kiri)
Tinggi badan
=
819 + 3.15
y
(ulna kanan)
Tinggi badan
=
847 + 3.06
y
(ulna kiri )
Keterangan: Semua ukuran dalam satuan millimeter (mm).
Universitas Sumatera Utara
J. Formula Djaja Surya Atmadja.25 Merupakan formula yang dilakukan
oleh Jaya terhadap orang dewasa yang
hidup, panjang tulang-tulang panjang diukur dari luar tubuh, berikut kulit di luarnya (Tabel 2.12). Tabel 2.12: Formula Djaja Surya Atmadja Pria :
TB = 72,9912 + 1,7227 (tib) + 0,7545 (fib) (± 4,2961 cm) TB = 75,9800 + 2,3922 (tib) (± 4,3572 cm) TB = 80,8078 + 2,2788 (fib) (± 4,6186 cm)
Wanita :
TB = 71,2817 + 1,3346 (tib) + 1,0459 (fib) (± 4,8684 cm) TB = 77,4717 + 2,1889 (tib) (± 4,9526 cm) TB = 76,2772 + 2,2522 (fib) (± 5,0226 cm)
K. Formula Amri Amir.3 Formula yang dibuat oleh Prof.dr.Amri Amir pada tahun 1989 ini dibuat berdasarkan pemeriksaan terhadap orang hidup pada laki-laki dan perempuan dewasa muda (Tabel 2.13 – 2.16).
Tabel 2.13: Formula Amri Amir (1) Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan tulang panjang pada laki-laki dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang : r2
No T u l a n g
Rumus Regresi
1
Humerus
1.34
X
H
+
123.43
0.22
2
Radius
3.13
X
Ra
+
87.91
0.45
3
Ulna
2.88
X
U
+
91.27
0.43
4
Femur
1.42
X
Fe
+
109.28
0.30
Universitas Sumatera Utara
5
Tibia
1.12
X
T
+
124.88
0.23
6
Fibula
1.35
X
Fi
+
117.20
9.29
Tabel 2.14: Formula Amri Amir (2) Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan ukuran beberapa bagian tubuh pada laki-laki dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang : r2
No Bagian Tubuh
Rumus Regresi
1
Rentang tangan
0.64
X
RT
+
56.98
0.62
2
Lengan
0.99
X
L
+
89.01
0.46
3
Lengan bawah
1.81
X
LB
+
83.65
0.52
4
Symphisis kaki
1.09
X
SK
+
71.59
0.62
5
Dagu vertex
2.47
X
DV
+
104.53
0.14
6
Clavicula
2.27
X
C
+
130.30
0.14
Keterangan : Panjang lengan bawah diukur jarak antara olecranon sampai ke ujung jari tangan tengah. Tabel 2.15: Formula Amri Amir (3) Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan tulang panjang pada wanita dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang: r2
No T u l a n g
Rumus Regresi
1
Humerus
1.46
X
H
+
111.33
0.32
2
Radius
1.50
X
Ra
+
119.58
0.30
3
Ulna
2.85
X
U
+
86.75
0.46
4
Femur
0.79
X
Fe
+
124.67
0.17
5
Tibia
1.33
X
T
+
110.70
0.26
6
Fibula
1.71
X
Fi
+
99.20
0.36
Tabel 2.16: Formula Amri Amir (4)
Universitas Sumatera Utara
Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan ukuran beberapa bagian tubuh pada wanita dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang: r2
No Bagian Tubuh
Rumus Regresi
1
Rentang tangan
0.64
X
RT
+
53.64
0.69
2
Lengan
0.87
X
L
+
92.65
0.39
3
Lengan bawah
1.83
X
LB
+
78.36
0.44
4
Symphisis kaki
0.98
X
SK
+
76.92
0.56
5
Dagu vertex
0.49
X
DV
+
143.30
0.02
6
Clavicula
2.15
X
C
+
124.58
0.27
L. Formula India. Faktor perkalian untuk menentukan tinggi badan pada orang di beberapa negara bagian India oleh beberapa peneliti India (Tabel 2.17).26 Tabel 2.17. Formula perkalian penentuan tinggi badan di India Bones
Multiplication factors to get the stature For Bengal, bihar and
For U.P
For Punjabi
Orissa, Pan ( 1924)
Nat (1931)
Siddiqui & Shah (1944)
Male
Female
Male
Male
Femur
3.82
3.8
3.7
3.6
Tibia
4.49
4.46
4.48
4.2
Fibula
4.46
4.43
4.48
4.4
Humerus
5.31
5.31
5.3
5.0
Radius
6.78
6.7
6.9
6.3
Ulna
6.0
6.0
6.3
6.0
Universitas Sumatera Utara