BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Menstruasi Menurut Rosenblatt (2007) menstruasi adalah runtuhnya (shedding) dari lapisan uterus (endometrium) yang disertai dengan perdarahan. Proses ini berlaku dalam siklus bulanan sepanjang masa reproduktif seorang wanita, melainkan waktu hamil. Darah menstruasi mengalir dari uterus melalui bukaan kecil pada serviks, dan keluar dari tubuh melalui vagina. (U.S. Department of Health and Human Services, 2008). Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulan disebut sebagai siklus menstruasi. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga
Universitas Sumatera Utara
seorang wanita mengalami menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 - 55 tahun). Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen dan juga fertilitas (Hendrix, 2007). Normalnya menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari (Biohealthworld Indonesia, 2007). Menurut Biohealthworld Indonesia (2007), siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan. Menstruasi yang dialami kemungkinan tidak sama pada setiap bulan dan kemungkinan tidak sama pada wanita yang berbeda. Menstruasi ini boleh ringan, sedang atau berat dan tempoh masa menstruasi juga berlainan. Untuk tahun-tahun pertama menstruasi, siklus yang lebih panjang adalah normal. Siklus menstruasi seorang wanita akan menjadi semakin pendek dan reguler dengan bertambahnya usia (U.S. Department of Health and Human Services, 2008).
2.2. Siklus Menstruasi Siklus menstruasi manusia melibatkan perubahan yang kompleks dan regular pada struktur anatomis dan fisilogis seorang wanita dalam tempoh kurang lebih sebulan. Siklus ini bermula pada saat pubertas dan berakhir pada saat menopause, (Hill, 2009). Secara definisi, siklus menstruasi bermula pada hari pertama keluarnya darah, dimana hari pertama ini dikira sebagai hari pertama dalam siklus menstruasi. Siklus ini berakhir sebelum periode menstruasi seterusnya. Siklus menstruasi normalnya adalah diantara 25 hingga 36 hari. Hanya 10 hingga 15% wanita yang mempunyai siklus 28 hari. Selalunya, siklus ini paling berbeda dan intervalnya paling panjang adalah pada tahun-tahun selepas menarche dan sebelum mengalami menopause.
Universitas Sumatera Utara
Perdarahan menstruasi berlanjutan selama tiga hingga tujuh hari, dengan ratarata lima hari. Kehilangan darah dalam tempoh ini selalunya adalah antara ½ hingga 2½ ounces. Darah menstruasi, tidak seperti darah yang berasal dari luka. Darah ini tidak membeku melainkan jika darah yang keluar terlalu banyak.
2.3. Siklus Menstruasi Normal Menurut artikel yang ditulis oleh Rosenblatt
(2007), siklus menstruasi
diregulasi oleh hormon-hormon. Luteinizing hormone dan follicle-stimulating hormone, yang diproduksi oleh kelenjar pituitari, membantu berlakunya proses ovulasi dan ovari untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Hormon estrogen dan progesteron menstimulasi uterus dan payudara sebagai persediaan untuk fertilisasi. Siklus ini mempunyai tiga fase: folikular (sebelum perlepasan telur), ovulasi (perlepasan telur), dan luteal (selepas telur dilepaskan). a) Fase Folikular Fase ini bermula pada hari pertama berlakunya perdarahan menstruasi (hari 1). Tetapi kejadian yang paling penting dalam fase ini adalah perkembangan folikel-folikel di dalam ovari. Pada permulaan fase folikular, lapisan uterus (endometrium) adalah tebal dilapisi karena dengan cairan dan nutrisi yang disediakan untuk memberi nutrisi kepada janin. Jika tiada telur yang difertilisasi, kadar estrogen dan progesteron adalah rendah. Hasilnya, lapisan teratas atau terluar dari endometrium akan runtuh dan berlakunya perdarahan yaitu menstruasi. Pada masa ini, kelenjar pituitari meningkatkan produksi follicle-stimulating hormone. Hormon ini kemudiannya menstimulasi pertumbuhan tiga hingga 30 folikel. Setiap folikel mengandung satu telur. Lanjutan dari fase ini, apabila kadar hormon ini menurun, hanya satu dari folikel-folikel ini (dikenal sebagai
Universitas Sumatera Utara
folikel dominan) terus bertumbuh. Folikel ini selanjutnya mula memproduksi estrogen, dan folikel-folikel lain yang terstimulasi mula mengalami kerusakan dan penurunan fungsi (break down). Secara rata-rata, fase folikular adalah antara 13 hingga 14 hari. Diantara ketiga-tiga fase, fase inilah yang paling berbeda-beda panjangnya. Fase ini kemungkinan menjadi semakin pendek apabila mendekati menopause. Fase ini berakhir apabila kadar luteinizing hormon meningkat dengan jelas (surges). Peningkatan ini menyebabkan terjadinya perlepasan telur (ovulasi). b) Fase ovulasi Fase ini bermula apabila kadar dari luteinizing hormon meningkat dengan ketara. Luteinizing hormone menstimulasi folikel dominan untuk bergerak keluar (bulge) dari permukaan ovari dan akhirnya pecah (rupture), dan melepaskan telur. Kadar FSH meningkat tetapi lebih sedikit. Fungsi peningkatan masih belum diketahui. Fase ovulasi berlanjutan selama 16 hingga 32 jam. Fase ini berakhir apabila telur dilepaskan. Kurang lebih 12 hingga 24 jam setelah telur dilepaskan, peningkatan luteinizing hormone yang ketara dapat dideteksi dengan mengukur kadar hormon ini di dalam urin. Pengukuran ini dapat dilakukan untuk menentukan bilakah seorang wanita itu subur (fertile). Telur yang dilepaskan hanya dapat difertilisasi dalam masa 12 jam selepas dilepaskan dari ovari. Fertilisasi lebih mudah berlaku jika sperma telah ada di traktus reproduksi (reproductive tract) sebelum telur dilepaskan. Pada saat sekitar ovulasi berlaku, sesetengah wanita mengalami rasa nyeri di satu bagian pada abdomen bawah. Nyeri ini dikenali sebagai mittelschmerz (literally, middle pain). Nyeri ini mungkin berlanjutan selama beberapa menit
Universitas Sumatera Utara
hingga beberapa jam. Rasa nyerinya adalah pada bagian ovari yang melepaskan telur, tetapi penyebab sebenar berlakunya nyeri ini tidak diketahui. c) Fase Luteal Fase ini berlaku selepas terjadinya ovulasi. Ia berlanjut sekitar 14 hari (kecuali jika fertilisasi berlaku) dan berakhir sebelum berlakunya menstruasi. Pada fase ini, folikel yang telah pecah selepas melepaskan telur menutup dan membentuk satu stuktur yang disebut corpus luteum, yang mana meningkatkan penghasilan hormon progesteron. Corpus luteum mempersiap uterus sebagai persedian jika adanya fertilisasi. Hormon progesteron menyebabkan berlakunya endometrium menebal, dipenuhi dengan cairan dan nutrien untuk fetus. Progesteron turut menyebabkan lapisan mukus di serviks menjadi lebih pekat, supaya sperma atau bakteri sukar masuk ke uterus.
Selain itu,
progesteron juga menyebabkan peningkatan sedikit suhu tubuh pada fase luteal dan keadaan ini berlanjutan sehingga menstruasi bermula. Peningkatan suhu tubuh ini boleh dijadikan petanda bahwa ovulasi telah berlaku. Kadar hormon estrogen rata-rata adalah tinggi pada fase ini. Estrogen juga menstimulasi penebalan endometrium. Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan duktus laktasi di dalam payudara membesar (dilate). Maka, payudara mungkin akan membengkak dan nyeri. Jika telur yang dilepaskan tidak mengalami fertilisasi, corpus luteum akan mengalami degradasi dalam masa 14 hari, dan siklus menstruasi yang baru akan bermula. Jika telur tersebut difertilisasi, sel-sel di sekeliling embrio yang sedang berkembang akan menghasilkan sejenis hormon yang dikenali human chorionic gonadotropin. Hormon ini mempertahankan corpus luteum yang berterusan menghasilkan progesteron, sehingga fetus yang sedang tumbuh boleh
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan hormonnya sendiri. Ujian kehamilan adalah berdasarkan terdeteksinya kadar human chorionic gonadotropin yang meningkat.
2.4. Hormon-hormon yang terlibat dalam siklus menstruasi Menurut Oxford Medical Dictionary (2007), hormon adalah substansi yang dihasilkan oleh satu bagian tubuh (yaitu kelenjar endokrin seperti kelenjar tiroid, adrenal, atau pituitari), dialirkan ke saluran darah dan dibawa ke organ-organ atau jaringan-jaringan dimana hormon ini bekerja untuk merubah struktur dan fungsi mereka. Setelah mencapai lokasi target, hormon akan berikatan dengan reseptor. Apabila hormon tersebut berikatan dengan reseptornya, ia mentransmisi suatu maklumat (message) yang menyebabkan lokasi target tadi untuk mengambil tindakan tertentu. Reseptor hormon boleh terdapat pada inti sel atau pada permukaan sel (Morley, 2006). Walaupun hormon-hormon bersirkulasi di dalam tubuh, setiap jenis hormon hanya mempengaruhi organ-organ dan jaringan-jaringan tertentu sahaja. Menurut Morley (2006), kebanyakan hormon adalah protein. Yang lainnya adalah steroid, yang merupakan substansi lemak yang diderivasi dari kolesterol. Antara hormon-hormon yang berfungsi di dlaam siklus menstruasi adalah seperti follicle-stimulating hormone, luteinizing hormone, estrogen, progesteron.
2.4.1. Follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) FSH dan LH merupakan antara hormon-hormon yang berperan dalam siklus menstruasi wanita. Perlepasan kedua-dua hormon ini distimulasi oleh gonadotropinreleasing hormone (GnRH). GnRH merupakan hormon yang disekresi oleh hipotalamus dan berfungsi mengkontrol siklus ovari (ovarian cycle) dan siklus
Universitas Sumatera Utara
menstruasi. Hormon-hormon ini dilepaskan dari kelenjar pituitari bagian anterior (anterior pituitary). FSH
menstimulasi pertumbuhan
folikel manakala LH
menstimulasi
perkembangan lanjut dari folikel-folikel ovari (Tortora, 2006). Selain itu, FSH dan LH juga menstimulasi folikel-folikel ovari untuk menghasilkan estrogen. LH menstimulasi sel-sel theca pada folikel yang sedang berkembang untuk memproduksi androgen. Dibawah pengaruh FSH, androgen diambil oleh sel-sel granulosa di folikel dan dikonversi menjadi estrogen. Pada
pertengahan
siklus,
LH
merangsang
berlakunya
ovulasi
dan
kemudiannya membantu terbentuknya corpus luteum. Oleh karena hal inilah, hormon ini dikenali sebagai luteinizing hormone. Dengan stimulasi dari LH, corpus luteum menghasilkan dan mensekresi estrogen, progesteron, relaxin, dan inhibin. FSH dan LH juga berfungsi dalam produksi sperma dan semen, maturasi telur, kontrol dari karateristik seksual pria dan wanita termasuklah distribusi rambut, pembentukan otot, tekstur kulit dan ketebalannya, suara dan kemungkinan juga personaliti (Morley, 2006).
2.4.2. Estrogen Sekurang-kurangnya enam jenis estrogen yang berbeda telah diisolasikan dari plasma dari wanita, tetapi hanya tiga jenis yang hadir dalam kuantitas yang signifikan yaitu beta (β)-estradiol, estrone, dan estriol. Pada wanita yang tidak hamil, jenis yang paling banyak didapati adalah β-estradiol, yang disintesis dari kolesterol di dalam ovari (Tortora, 2006). Hormon estrogen yang disekresi oleh folikel-folikel ovari mempunyai beberapa fungsi yang penting yaitu: a) Estrogen membantu perkembangan dan pengekalan (maintenance) struktur reproduktif wanita, karakteristik seks sekunder dan payudara. Karakteristik seks sekunder termasuklah distribusi jaringan adipos pada payudara,
Universitas Sumatera Utara
abdomen, mons pubis, dan panggul, suara (voice pitch), pelvis yang lebar, dan pertumbuhan rambut di kepala dan tubuh. b) Estrogen meningkatkan anabolisma protein, termasuk pembentukan tulang yang kuat. Maka, estrogen adalah sinergis dengan human growth hormone (hGH). c) Estrogen menurunkan kadar kolesterol darah, di mana ini merupakan satu penyebab wanita yang berusia di bawah 50 tahun mempunyai resiko penyakit jantung koroner yang lebih rendah berbanding laki-laki dalam lingkungan usia yang sama. d) Kadar estrogen yang sedang dalam darah akan menghambat pelepasan hormon GnRH oleh hipotalamus dan sekresi LH serta FSH dari pituitari anterior.
2.4.3. Progesteron Progesteron, disekresi terutamanya oleh sel-sel corpus luteum, bekerjasama dengan estrogen menyediakan dan menetapkan endometrium untuk implantasi dari ovum yang telah difertilisasi dan menyediakan kelenjar mamae untuk mensekresi susu (ASI). Kadar progesteron yang tinggi turut menghambat sekresi GnRH dan LH. 2.5. Sindroma Premenstruasi (PMS) Menurut Stöppler (2007), sindroma premenstruasi (PMS) adalah kombinasi dari gangguan emosional, fisik, psikologik dan mood yang berlaku selepas seorang wanita mengalami ovulasi dan secara tipikalnya akan berakhir dengan mengalami menstruasi. Bentuk PMS yang lebih berat, premenstrual dysphoric disorder (PMDD), dikenali juga sebagai late luteal phase dysphoric disorder, berlaku pada segolongan kecil wanita dan membawa kepada kehilangan fungsi yang signifikan oleh karena simptom-simptom yang berat dan luar biasa (MedicineNet, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Menurut artikel dari MedicineNet (2007), PMS masih lagi merupakan enigma oleh karena kepelbagaian simptomnya dan kesukaran untuk membuat diagnosis pasti. Beberapa teori telah dikeluarkan untuk menerangkan tentang penyebab PMS, tetapi tidak terdapat satupun dari teori-teori tersebut
yang telah terbukti, dan
penatalaksanaan terhadap PMS masih lagi bukan atas dasar saintifik. Kebanyakan bukti menunjukkan bahwa, PMS berlaku oleh karena terjadinya perubahan atau interaksi antara kadar hormon-hormon seks dan substansi kimiawi otak yang dikenali sebagai neurotransmitter. Gejala-gejala PMS mula menimbulkan masalah pada masa remaja (adolescent) (Rapkin dan Winer, 2009). Simptom-simptomnya adalah paling berat pada usia 20-an hingga 30-an tetapi wanita akan mula mencari pengobatan selepas usia 30 tahun. Gejala-gejala utama yang terkait dengan mood (mood-related symptoms) adalah iritabilitas, depresi, menangis, terlalu sensitif (oversensitivity) dan perubahan mood dengan kesedihan dan marah yang berubah-ubah. Gejala fisiknya pula adalah lemah (fatique), gembung (bloating) oleh karena retensi cairan (MedicineNet, 2007), pembengkakan payudara (mastalgia), jerawat, dan perubahan nafsu makan.
Pada kebanyakan wanita gejala-gejala ini dapat
dikontrol dengan pengambilan obat-obatan dan perubahan gaya hidup seperti berolahraga, nutrisi, dan sokongan dari keluarga atau teman-teman. Dari artikel yang ditulis oleh Chakraburtty (2009), jelas menunjukkan bahwa estrogen sangat berkaitan dengan emosi wanita. Depresi dan anxietas memberi afek pada wanita dalam usia reproduksi (estrogen-producing years) lebih banyak berbanding laki-laki atau wanita-wanita postmenopause. Estrogen juga dikaitkan dengan gangguan mood yang berlaku hanya pada wanita – sindroma premenstruasi, PMDD, dan postpartum depression.
Universitas Sumatera Utara
Menurut artikel ini juga, estrogen bekerja di tempat-tempat yang berlainan di dalam tubuh, termasuklah bagian-bagian otak yang mengatur emosi. Antara efek estrogen adalah: a) Meningkatkan serotonin dan reseptor serotonin di otak. b) Modifikasi produksi dan efek endorfin di otak. c) Melindungi saraf dari kerusakan dan kemungkinan menstimulasi pertumbuhan saraf (nerve growth). Peningkatan nafsu makan dan atau ingin makan sesuatu (food cravings) adalah salah satu karakteristik PMS. Apabila pengambilan makanan (food intake) telah diperiksa sebagai hubungan dengan siklus menstruasi, satu pola fluktuasi yang jelas dapat diperhatikan. Umumnya, pengambilan energi adalah lebih tinggi pada fase postovulatorik atau fase premenstruasi di dalam siklus berbanding pada fase preovulatorik atau fase folikuler (Dye dan Blundell, 1997). Serotonin dikatakan sebagai faktor yang membantu hubungan antara mood dan nafsu makan (Wurtman, 1993). Hipotesis ini adalah berdasarkan bukti yang menunjukkan bahwa kadar serotonin yang rendah akan menyebabkan berlakunya mood disforik. Menurut artikel dari WebMD (2009), nyeri payudara yang bersiklus adalah yang paling umum pada wanita.hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan hormonhormon bulanan. Rasa nyeri ini selalunya berlaku pada kedua-dua payudara. Biasanya, rasa nyeri ini dinyatakan sebagai rasa heaviness atau nyeri yang menjalar ke ketiak dan lengan. Rasa nyerinya paling berat dirasakan sebelum menstruasi dan selalunya semakin hilang setelah menstruasi berakhir. Nyeri payudara ini berlaku lebih banyak pada wanita muda.
Universitas Sumatera Utara
Gejala fisik seperti pertambahan berat badan adalah karena bertambahnya cairan tubuh, massa otot ataupun lemak (Fauci dan Anthony, 2008). Jerawat (acne) adalah paling umum di kalangan remaja (Berman, 2009). Terjadinya jerawat adalah karena perubahan hormom yang menstimulasi produksi minyak (sebum).
2.6. Remaja (adolescent) Usia remaja adalah usia antara 10 tahun hingga awal 19 tahun (WHO, 2009). Di Asia Tenggara, remaja meliputi 18-25% dari seluruh populasi penduduk (WHO, 2009). Secara majoritas pada remaja perempuan, tanda pubertas yang dapat dilihat adalah adalah perkembangan payudara (breast budding) walaupun pada kebanyakan remaja perempuan pertumbuhan boleh berlaku setahun sebelumnya. Menurut Levy (2009), menstruasi pertama (menarche) pada remaja perempuan berlaku dalam rentang waktu yang besar yaitu selalunya antara usia 10 tahun hingga 16 tahun. Menarche ini dipengaruhi oleh genetika, etnik, nutrisi dan faktor-faktor lain. Pubertas bermula lebih awal pada zaman sekarang jika dibandingkan dengan beberapa ratus tahun dahulu. Hal ini mungkin disebabkan oleh keadaan nutrisi, kesehatan umum dan kondisi kehidupan yang bertambah baik (Rapkin dan Winer, 2009).
Universitas Sumatera Utara