BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Air merupakan zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Pada kondisi standar, air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0oC). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Kusmayadi, 2008). 2.1.1 Sifat Umum Air − Sifat Fisik
Titik beku 0oC;
Masa jenis es (0oC) 0,92 g/cm3;
Masa jenis air (0oC) 1,00 gr/cm3;
Panas lebur 80 kal/gram;
Titik didih 100oC;
Panas penguapan 540 kal/gram;
Temperatur kritis 347oC;
Tekanan kritis 217 Atm;
Konduktivitas listrik spesifik (25oC) 1x10-17/ohm-cm;
Universitas Sumatera Utara
Konstanta dielektrikum (25oC).
Perlu diketahui bahwa air laut mempunyai titik beku (-1,9oC), massa jenis air tawar terbesar pada 4oC, sedangkan air laut (kadar garam 35%) mempunyai masa jenis terbesar pada (-3,5oC). − Sifat Kimia Baik air laut, air hujan ,maupun air tanah/air tawar mengandung mineral. Macam-macam mineral yang terkandung dalam air tawar bervariasi tergantung struktur tanah dimana air itu diambil. Sebagai contoh mineral yang terkandung dalam air itu bukan melalui suatu reaksi kimia melainkan terlarut dari suatu subtansi misalnya dari batu andesit (dari batu vulkanis). Sifat kimia yang lain yaitu konduktivitas listrik pada air paling seikit 1000 kali lebih besar daripada cairan non metalik pada suhu ruangan.
Air dapat terurai oleh pengaruh arus listrik engan reaksi: H2O → H+ + OH-
Air merupakan pelarut yang baik
Air dapat bereaksi dengan basa kuat dan asam kuat
Air bereaksi dengan berbagai subtansi membentuk senyawa padat dimana air terikat dengannya, misalnya senyawa hidrate (Gabriel, 2001).
2.1.2 Sumber-Sumber Air Sumber-sumber air minum diantaranya adalah: 1. Air laut. 2. Air Atmosfir, air mateorologik.
Universitas Sumatera Utara
3. Air permukaan. 4. Air tanah. 1.Air laut. Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl.kadar garam NaCl dalam air laut 3 %. Dengan keadaan ini maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum. 2.Air atmosfir, air meteriologik. Alam dalam keadaan murni sangat bersih karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan olah kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebgainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjainya korosi(karatan). juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun. 3.Air permukaan. Adalah air
hujan yang mengalir di permukaan bumi.pada umumnya air
permukaan ini hanya mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur,batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Beberapa pengotoran ini untuk masing-masing air permukaan akan berbedabeda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi.
Universitas Sumatera Utara
Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan itu akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Udara yang mengandung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan, O2 akan meresap kedalam air permukaan. 4.Air tanah Terbagi atas: a.air tanah dangkal. Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah.lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena mempunya lapisan tanah yang mempunyai unsure-unsur kimia yang tertentu untuk lapisan tanah. Lapis tanah disini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15,00 m. sebagai sumur air minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. kuantitas kurang cukup dan tergantung pada musim.
Universitas Sumatera Utara
b.Air tanah dalam. Terdapat setelah lapisan rapar air yang pertama. pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Kualitas dari air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah, karena mengandung Ca (HCO3)2 dan Mg (HCO3)2.jika melalui batuan granit, maka air itu lunak dan agresif karena mengandung gas CO2 dan Mn (HCO3)2. c.Mata air Adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas /kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam. Berdasarkan keluarnya (munculnya permukaan tanah) terbagi atas: − Rembesan, di mana air ke luar dari lereng-lereng − Umbul, di mana air ke luar ke permukaan pada suatu dataran (Sutrisno, 2006). 2.1.3 Pembagian Air Pembagian air berdasarkan analisis a. Air kotor/air tercemar Air yang bercampur dengan satu atau berbagai campuran hasil buangan disebut air tercemar/air kotor. Sumber air kotor/air tercemar
Universitas Sumatera Utara
Menurut lokasi pencemaran maka air tercemar ini digolongkan dalam 2 lokasi yaitu:
Air tercemar di pedesaan. Sumber pencemar adalah hasil sampah rumah tangga, hasil kotoran hewan, hasil industri kecil.
Air tercemar perkotaan bersumber dari hasil sampah rumah tangga, pusat perbelanjaan, industri kecil, industry besar, hotel, restoran, tempat keramaian.
b. Air bersih Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologi belum terpenuhi. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air dari sumber mata air. Pemanfaatan air bersih Secara umum dapat dikatakan penggunaan air bersih sebagai berikut:
Akan diolah menjadi air siap minum
Untuk keperluan keluarga (cuci, mandi)
Sarana pariwisata
Pada industri (sarana pendingin)
Sebagai alat pelarut (dalam bidang farmasi/kedokteran)
Pelarut obat-obatan dan infuse (apabila air tersebut telah diolah menjadi air steril)
Sebagai sarana irigasi
Sebagai sarana peternakan
Sebagai sarrana olahraga (kolam renang)
Universitas Sumatera Utara
c.
Air siap diminum/air minum Air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologi
serta
level
kontaminasi
maksimum
(LKM)
(Maximum
Contaminant Level). Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri koliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas lagi, bahwa air siap minum/air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut:
Harus jernih, transparan dan tidak berwarna
Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik
Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum
Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standard
Bebas kuman/LKM coliform dalam batas aman (Gabriel, 2001).
2.1.4 Golongan-golongan Air Peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut. 1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu. 2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. 3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. 4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik dengan air (Effendi, 2002).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Air Minum/Air bersih 2.2.1 Pengertian Air Minum/Air bersih Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907 /Menkes/SK/VII/2002, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum meliputi : 1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga 2. Air yang didistribusikan melalui tangki air 3. Air kemasan 4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen dan untuk tetap hidup air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis (Suriawiria, 1995). 2.2.2 Syarat-syarat Air Minum/Air bersih Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air. Air minum yang memenuhi persyaratan harus memenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologis, serta level kontaminasi maksimum
Universitas Sumatera Utara
(LKM). Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri Coliform yang diizinkan dalam batas-batas maksimum (Slamet, 1994). Dari segi kualitas air minum harus memenuhi :
a. Syarat fisik Adapun syarat-syarat fisik yang ditentukan, yaitu : - Air tak boleh berwarna - Air tak boleh berasa - Air tak boleh berbau - Suhu air hendaknya (suhu udara ± 3o C) - Air harus jernih. b. Syarat kimia Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan. (Sutrisno, 2006). c. Syarat biologi Kualitas air ditentukan oleh kehadiran dan jumlah Coli didalamya, yaitu air minum dan untuk air lainnya. Penentuan kehadiran mikroba didalam air, berdasarkan kebutuhannya untuk mengetahui ada tidaknya jenis yang berbahaya sebagai penyebab penyakit, penghasil toksin dan penyebab pencemaran air. (Suriawiria, 1993) 2.3 Pencemaran Air 2.3.1 Definisi Pencemaran Air Menurut peraturan mentri kesehatan RI no. 173/Menkes/VII/77 Pencemaran air adalah suatu peristiwa masuknya zat ke dalam air yang mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut menurun sehingga dapat menggangu
Universitas Sumatera Utara
atau membahayakan kesehatan masyarakat. Menurut peraturan perintah RI no. 20 tahun 1990 Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, enenrgi dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang membahayakan yang mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntuknya (Mukono,2006). 2.3.2 Beberapa Parameter Untuk Menilai Pencemaran Air
Turbidity
Temperatur
pH
Dissolved Oksigen
Biological Oxygen Demand
Total Solid
Phosfat
Nitrat
Bacteri-coli
Biologis (Sutrisno, 2006)
2.3.3 Sumber-sumber Pencemaran Air
Domestik (Rumah Tangga) Yaitu berasal dari pembuangan air kotor dari amar mandi, kakus dan dapur.
Industri Secara umum jenis polutan air dapat dikelompokkan sebagai berikut: a.Fisik
Universitas Sumatera Utara
Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air. b.kimia Bahan pencemar yang berbahaya: Merkuri (Hg), cadmium (Cd), Timah hitam (Pb), pestisida dan jenis logam berat lainnya. c.Mikrobioligi Berbagai macam bakteri, virus, parasit dan lain-lainnya. Misalnya yang berasal
dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah potong dan tempat
pemerahan susu sapi. d.Radioaktif Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dapat pula menimbulkan pencemaran air.
Pertanian dan perkebunan Polutan air dari pertanian/perkebunan dapat berupa: a.Zat kimia Misalnya berasal dari penggunaan pupuk, pestisida seperti (DDT, Dieldrin dan lain-lain) b.Mikrobiologi misalnya virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak dan cacing tambang di lokasi perkebunan. c.Zat Radioaktif Berasal dari penggunaan zat radioaktif yang dipakai dalam proses pematangan buah,mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat pertumbuhan tanaman.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencemaran Air
Mikroorganisme
Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme patogen dan non patogen didalamnya. Danau atau sungai yang terkontaminasi/tercemar mempunyai spesies mikroorganisme yang berlainan dari air yang bersih. Air yang tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organic yang tinggi sehingga pada umumnya banyak mengandung mikroorganisme heterotropik. Mikroorganisme heterotropik akan menggunakan bahan organik tersebut untuk metabolism, misalnya bakteri koliform.
Curah Hujan
Curah hujan di suatu daerah akan menentukan volume dari badan air dalam rangka mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan di dalamnya (deluting effects). Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim dapat lebih mengencerkan (mendispersikan) air yang tercemar.
Kecepatan Aliran Air (Stream Flow)
Bila badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan dalam air akan lebih cepat terdispersi.
Kualitas Tanah
Kualitas tanah (Pasir atau lempung) juga mempengaruhi pencemaran air, ini berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber air. Beberapa sumber pencemaran tanah dapat berupa bahan beracun seperti pestisida, herbisida,
Universitas Sumatera Utara
logam berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara besar-besaran (misalnya open dumping). 2.3.5 Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Pencemaran Air
Disebabkan oleh mikrobiologi dalam air Contoh penyakit yang ditimbulkan antara lain: 1.Tifoid, disebabkan oleh kuman salmonella thyphosa 2.kolera, disebabkan oleh bakteri vibrio kolera 3.Leptospirosis, disebabkan oleh spirochaeta 4.Giardiasis, disebabkan oleh sejenis protozoa 5.Disentri, disebabkan oleh Entamoeba histolitytica
Disebabkan Oleh Pestisida Tercemarnya air oleh pestsida dapat menyebabkan kanker kulit, keracunan, kerusakan jaringan dan pada konsentrasi tertentu bisa menimbulkan kematian (Mukono, 2006).
2.4 Manfaat Air Bagi Kesehatan Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan fisiologi tubuh. Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap saat tubuh bekerja dan berproses. Di samping itu, air juga berguna untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri dari berjuta-juta sel dan komponen terbanyak sel-sel itu adalah air. Jika kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Begitu pula, air merupakan bagian ekskreta cair (keringat, air mata, air seni), tinja, uap pernafasan, dan cairan tubuh (darah lympe) lainnya (Depkes RI, 2006).
Universitas Sumatera Utara
2.5 Zat Organik (Sebagai KMnO4) Zat organik yang terdapat di alam bisa berasal dari : a. Alam misalnya minyak, tumbuh-tumbuhan, serat-serat minyak dan lemak hewan, alkohol, selulosa, gula, pati dan sebagainya. b. Sintesa misalnya berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan dari proses-proses dalam pabrik. c. Fermentasi misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotik, asam-asam dan sejenisnya yang berasal dari kegiatan mikroorganisme terhadap bahan-bahan organik. Dengan melihat proses asal terjadinya bahan-bahan organik tersebut dapat diketahui bahwa sumber utama dari bahan-bahan tersebut adalah kegiatan-kegiatan rumah tangga dan proses-proses industri, tanpa mengkesampingkan adanya bahanbahan organik yang berasal dari kegiatan-kegiatan dalam bidang pertanian, peternakan dan pertambangan. Adanya bahan-bahan organik dalam air erat hubungannya dengan terjadinya perubahan sifat fisik dari air, terutama dengan timbulnya warna, bau dan rasa dan kekeruhan yang tidak diinginkan. Adanya zat organik dalam air dapat diketahui dengan menentukan angka permanganatnya. Walaupun KmnO4 sebagai oksidator yang dipakai tidak dapat mengoksidasi semua zat organik yang ada, namun cara ini sangat praktis dan cepat pengerjaanya. Standar kandungan bahan organik dalam airminum menurut Dep. Kes. R.I. maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/L. Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap standar ini adalah timbulnya bau yang tidak sedap pada air minum, dan dapat menyebabkan sakit perut (Sutrisno, 2006)
Universitas Sumatera Utara
2.6 TITRIMETRI 2.6.1 Pengertian Titrimetri Titrimetri atau volumetric adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat yang luas pemakainya. Pada analisa titrimetri sangat menguntngkan karena cara ini lebih akurat dan teliti serta dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat lain. Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stokiometri dengan zat yang ditentukan. Larutan pereaksi itu biasanya diketahui konsentrasinya dengan pasti dan disebut pentiter atau larutan baku. Titrasi adalah proses penambahan peniter kedalam zat yang akan ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan bantuan alat yang disebut buret. Pada proses titrasi juga ditambahkan larutan untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Pada proses titrasi juga dikenal dua titik yaitu titik kesetaraan (ekuivalen) dan titik akhir titrasi. Titik kesetaraan akan dicapai bila jumlah zat peniter dan zat yang akan ditentukan telah bereaksi secara stoikiometri. Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik dimana titrasi dapat dihentikan dengan adanya perubahan warna dari larutan dengan adanya penambahan indikator. Agar proses titrasi dapat berjalan dengan baik sehingga memberikan hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti maka persyaratan berikut perlu diperhatikan : 1. Interaksi antara peniter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara stoikiometri dengan faktor stoikiometrisnya berupa bilangan bulat. 2. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi belangsung dengan cepat.
Universitas Sumatera Utara
3. Interaksi antara peniter dan zat yang ditentukan hars berlangsung secara terhitung. 2.6.2 Larutan baku / peniter Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya atau kepekatannya telah diketahui dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat yang lain yang digunakan dalam analisa voumetris. Larutan baku ini dapat dibagi dua yaitu larutan baku primer dan larutan baku skunder. Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dan dapat dibuat hanya dengan cara penimbangan dan pengenceran yang teliti. contoh larutan baku primer antara lain : H2C2O4, Na2B4O7, Ba(OH)2, dan lain-lain. Sedangkan larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara menstandarisasikannya dengan mengunakan larutan baku primer, contohnya NaOH, HCL, dan lain-lain. 2.6.3 Penggolongan Titrimetri Pemeriksaan kimia secara titrimetri dapat digolongkan dengan berbagai cara tergantung pada jenis interaksi kimia yang terjadi, cara melakukan titrasi dan jumlah cuplikan yang digunakan dalam pemeriksaan. Penggolongan titrimetri berdasarkan pertidaksamaan kimia dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu : 1. Titrasi asam basa Titrasi asam basa adalah didasrkan pada reaksi perpindahan proton antara senyawa yang mempunyai sifat asam basa (protolisis).
Universitas Sumatera Utara
Dengan metode ini berbagai senyawa organic dan anorganik dapat ditentukan dengan mudah. Untuk titrasi basa digunakan larutan baku asam kuat,misalnya HCL, H2SO4. Sedangkan asam dititrasi dengan larutan baku basa kuat, misalnya NaOH, KOH. Titik akhir titrasi ditetapkan dengan bantuan indikator asam-basa yang sesuai, atau secara potensimetri. 2. Titrasi Kompleksiometri Titrasi kompleksiometri adalah didasarkan pada reaksi zat-zat pengkompeks organik tertentu dengan ion-ion logam, menghasilkan senyawa kompleks yang mantap. Zat pengkompleks yang paling sering digunakan adalah asam etilendiaminatetra asetat (EDTA), yang membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan beberapa ion logam. Titik akhir titrasi ditetapkan dengan indikator logam secara potensiometri dan spektrofotometri. 3. Titrasi Pengendapan Titrasi pengendapan adalah didasarkan pada reaksi pembentukan endapan yang sukar larut, misalnya ion-ion halida (kecuali flourida), sering ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan perak nitrat. Titik akhir titrasi ini juga ditentukan dengan bantuan indikator khusus atau secara potensiometri. 4. Titrasi Oksidasi – Reduksi Titrasi oksidasi – reduksi merupakan titrasi yang didasarkan pada proses perpindahan elektron antara zat pengoksidasi dengan zat pereduksi. Zat pengoksidasi dititrasi dengan larutan baku zat pereduksi kuat, misalnya Na2S2O3,asam askorbat. Sebaliknya, zat pereduksi dititrasi dengan larutan baku zat pengoksidasi kuat, misalnya KMnO4, KBrO3, K2Cr2O7. Titik akhir titrasi ditentukan dengan indikator oksidasi reduksi yang sesuai atau ecara
Universitas Sumatera Utara
potensiometri. Sedangkan pada titrasi iodometri (salah satu metode oksidasi reduksi) digunakan larutan kanji sebagai indikator khusus (Rivai, 1995). 2.7 Angka Permanganat Kalium Permanganat (KMnO4) telah lama dipakai sebagai oksidator pada penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan organik, yang dikenal sebagai parameter nilai permanganat atau sering disebut sebagai bahan organik total atau TOM (Total Organic Matter). Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganat sangat bervariasi, tergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung di dalam air (Effendi, 2002). Uji coba ini dengan cepat menunjukkan kebutuhan langsung oksigen yang di sebabkan oleh zat-zat anorganik yang dioksidasi, seperti nitrit, sulfida, sulfit dan sebagainya, maupun oleh zat-zat organik yang dapat dioksidasi dengan mudah. Uji coba permanganat, yang dapat dikerjakan dengan cepat, dengan demikian, dapat dipergunakan untuk memberikan gambaran kasar tentang BOD. Uji coba permanganat selama empat jam merupakan uji coba kimia murni dan mengukur jumlah zat pencemar yang dioksidasi secara kimiawi oleh potasium permangananat. Uji coba permanganat menunjukkan jumlah yang sesungguhnya dari pada kotoran-kotoran organik di dalam suatu contoh (Mahida, 1984). 2.8 Permanganometri Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung
Universitas Sumatera Utara
atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: 1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. 2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam kromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4. 2.8.1 Oksidasi Dengan Kalium Permanganat Zat pengoksidasi yang yang berharga dan sangat kuat ini paling mula diperkenalkan dalam analisis titrimetri oleh F. Margueritte untuk titrasi besi (II), dalam larutan-larutan asam, reduksi ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut : MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O Sehingga ekuivalennya adalah seperlima mol, yaitu 158,03/5, atau 31,606. Potensial standar dalam larutan asam menurut perhitungan adalah 1,51 volt, maka ion permanganat dalam larutan asam adalah zat pengoksidasi yang kuat. Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi : 2MnO4- + 10Cl- + 16H+ → 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O Kalium permanganat bukanlah suatu standar primer. Zat ini sukar diperoleh sempurna murni dan bebas sama sekali dengan mangan dioksida. Lagi pula air suling yang biasa
Universitas Sumatera Utara
mungkin mengandung zat-zat pereduksi (runutan bahan-bahan organik, dan sebagainya), yang akan bereaksi dengan kalium permanganat itu dengan mangan oksida. Adanya zat yang disebut diakhir ini sangatlah mengganggu, karena ia mengkatalisis penguraian sendiri dari larutan permanganat setelah didiamkan. (Vogel, 1994) 2.8.2 Sumber Kesalahan Permanganometri Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitasi coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ : MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+ Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4+ O2 → H2O2+ 2CO2↑ (http://id.wikipedia.org/wiki/Permanganometri)
Universitas Sumatera Utara