7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembuatan Model Salah satu tahap dalam pembuatan gigitiruan yaitu pembuatan model gigitiruan yang terbagi menjadi model studi dan model kerja. Pencetakan anatomis dilakukan untuk mendapatkan model yang sesuai dengan bentuk dan ukuran jaringan rongga mulut dengan menggunakan bahan cetak alginate dan sendok cetak pabrikan. Hasil dari pencetakan anatomis yaitu model studi yang akan digunakan untuk pembuatan sendok cetak fisiologis.18 Model studi yang dihasilkan dari pencetakan anatomis harus sesuai dengan keadaan rongga mulut pasien karena akan digunakan untuk pembuatan sendok cetak fisiologis.18 Sendok cetak fisiologis dapat dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi, resin sinar tampak maupun resin akrilik polimerisasi panas. Sendok cetak fisiologis digunakan untuk pencetakan fisiologis karena lengkung rahang setiap pasien memiliki ukuran yang berbeda dan kurang tepat jika menggunakan sendok cetak pabrikan. Hasil pengisian dari pencetakan fisiologis yaitu model kerja, yang digunakan sebagai media untuk penentuan desain dan pembuatan gigitiruan.18 Model gigitiruan merupakan replika jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut pasien yang digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis, menjelaskan rencana perawatan dan proses perawatan kepada pasien, serta media pembuatan
gigitiruan
sehingga
model
gigitiruan
merupakan
media
yang
menghubungkan prosedur klinis yang dilakukan dokter gigi dan prosedur laboratoris yang dilakukan oleh dokter gigi atau laboran. 4
2.1.1 Model Studi Terdapat dua jenis model gigitiruan, yaitu model studi dan model kerja. Model studi umumnya terbuat dari dental plaster atau gips tipe II.4 Model studi
Universitas Sumatera Utara
8
merupakan replika jaringan rongga mulut pasien yang harus mencakup beberapa hal penting, yaitu:3,4,19 a.
Lokasi gigi, kontur, dan hubungan dataran oklusal
b.
Kontur, ukuran, dan konsistensi linggir yang tersisa.
c.
Anatomi rongga mulut yang berguna untuk perluasan basis gigitiruan
(vestibulum, trigonum retromolar, pterigomaxillary notch, palatum keras dan palatum lunak, dasar mulut, dan frenulum). Kegunaan model studi yaitu:4,19 a.
Memberikan gambaran keadaan jaringan keras dan lunak rongga mulut
pasien dalam bentuk tiga dimensi. b.
Media untuk mempelajari hubungan oklusal dari lengkung rahang pasien.
c.
Media untuk mempelajari ukuran gigi, posisi gigi, bentuk gigi, dan
hubungan rahang pasien. d.
Media untuk mempelajari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut
pasien dari pandangan lingual saat gigi oklusi. e.
Media untuk membandingkan keadaan rongga mulut pasien sebelum
dilakukan perawatan dan setelah dilakukan perawatan. f.
Media untuk menjelaskan keadaan pasien.
g.
Rekam medis legal mengenai keadaan lengkung rahang pasien untuk
keperluan asuransi, gugatan hukum, dan forensik.
2.1.2 Model Kerja Model kerja umumnya terbuat dari dental stone atau gips tipe III yang memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan selama prosedur laboratoris karena digunakan sebagai media pembuatan gigitiruan lepasan atau gigitiruan yang berbasis akrilik.4,8
Universitas Sumatera Utara
9
2.2 Gips Gips merupakan mineral yang terdapat di alam yang digunakan sebagai bahan cetak sejak tahun 1844 dan sebagai bahan model gigitiruan sejak tahun 1756. 4,17 Alasan utama penggunaan gips pada bidang kedokteran gigi yaitu karena gips merupakan bahan yang mudah dimodifikasi secara kemis atau fisis untuk tujuan yang berbeda. Berdasarkan sifat kimianya, senyawa dasar gips yaitu kalsium sulfat dihidrat (CaSO42H2O), kemudian dipanaskan pada temperatur 110o-120oC (230o-250oF) untuk mengeluarkan air dari kristalisasi sehingga menghasilkan kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4½H2O) dalam bentuk bubuk, dan saat bubuk gips (kalsium sulfat hemihidrat) dicampur dengan air, terjadi reaksi balik secara kimia yaitu kalsium sulfat hemihidrat berubah kembali menjadi kalsium sulfat dihidrat. 4,6,10 110o-120oC
CaSO4.2H2O
CaSO4.½H2O
(Kalsium sulfat dihidrat)
(Kalsium sulfat hemihidrat)
CaSO4.½H2O + 1½ H2O
CaSO4.2H2O + panas
(Kalsium sulfat hemihidrat)
(Kalsium sulfat dihidrat)
Terdapat dua metode pengapuran gips, yaitu untuk menghasilkan αhemihidrat dan β-hemihidrat. Pengapuran gips pada temperatur 125oC akan menghasilkan kristal yang padat, kurang berporus, dan kristal dengan bentuk prismatik, yang disebut dengan α-kalsium sulfat hemihidrat yang digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja.3,4,6 Pengapuran gips pada temperatur 115oC akan menghasilkan hemihidrat yang berporus, relatif kecil, dan kristal yang tidak teratur, disebut dengan β-kalsium sulfat hemihidrat yang digunakan sebagai bahan pembuatan model studi.3,4,6 Gips diproduksi menjadi beberapa jenis, yaitu plaster, stone, high-strength stone, dan bahan tanam berdasarkan sifat fisiknya. Perbedaan utama pada sifat fisik gips yaitu tergantung pada variasi ukuran, bentuk, dan porositas bubuk gips yang dihasilkan dari proses pengapuran yang berbeda. 4
Universitas Sumatera Utara
10
2.2.1 Jenis-jenis Gips Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25 terdapat 5 jenis gips, yaitu: 4,6 1. Impression Plaster (Tipe I) Plaster cetak jarang digunakan lagi sebagai bahan cetak dalam kedokteran gigi karena telah digantikan oleh bahan yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer.4,6 2. Model Plaster (Tipe II) Gips tipe II umumnya digunakan sebagai bahan membuat model studi dan bahan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan gigitiruan. 4,6 Gips tipe II dihasilkan dari gips yang dipanaskan pada suhu 110 oC-120oC sehingga menghasilkan senyawa β-hemihidrat yang porus, mempunyai bentuk yang tidak teratur dan jarak antar partikel yang besar yang menyebabkan reaksi pengerasan memerlukan banyak air.6 3. Dental Stone (Tipe III) Gips tipe III merupakan hasil dari gips yang dipanaskan pada temperatur 125oC di bawah tekanan atmosfer sehingga mengalami dehidrasi dan kandungan airnya akan berkurang, senyawa yang dihasilkan dari proses tersebut yaitu αhemihidrat yang terdiri dari kristal yang padat, bentuknya teratur, kurang berporus, dan kristal dengan bentuk prismatik. Karakteristik yang dimiliki oleh α-hemihidrat menyebabkan gips ini membutuhkan jumlah air yang lebih sedikit dan memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan dengan gips tipe II, sehingga gips tipe III sering digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja. 3,4,6 Kekuatan kompresi minimal 1 jam pada gips tipe III yaitu sebesar 20,7 MPa, tetapi tidak melebihi 34,5 MPa.6 Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25, setting expansion gips tipe III setalah 2 jam pengerasan yaitu sebesar 0.00% - 0.20% dan besar rasio W:P yaitu sebesar 28 ml – 30 ml air : 100 gram gips.4,6 4. Dental Stone, High Strength (Tipe IV) Gips tipe IV terdiri dari partikel α-hemihidrat jenis ‘Densite’ yang berbentuk kuboidal serta daerah permukaan yang lebih kecil dibandingkan gips tipe III. Gips tipe IV digunakan sebagai bahan pembuatan die stones karena gips ini memiliki
Universitas Sumatera Utara
11
kekuatan dan kekerasan yang cukup untuk tahan terhadap daya abrasi saat penggunaan instrumen yang tajam, serta memiliki setting expansion yang minimal.4,6 5. Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V) Kekuatan kompresi yang dimiliki gips tipe V lebih besar dibandingkan kekuatan kompresi gips tipe IV karena penurunan rasio W:P pada gips tipe V. Setting expansion pada gips tipe V juga ditingkatkan karena logam campur yang baru, seperti basis logam, memiliki pengerutan pengecoran yang lebih besar dibandingkan logam campur mulia konvensional sehingga dibutuhkan ekspansi yang lebih besar pada stone yang digunakan untuk die untuk mengimbangi pengerutan pemadatan logam campur.4,6 Tabel 1. JENIS-JENIS GIPS5,6 Jenis gips
Rasio W:P
I. Plaster, impression II. Plaster, model III. Dental stone IV. Dental stone, high strengths V. Dental stone, high strength, high expansion
0.40 – 0.75
Setting time (min) 4±1
2-Hr setting expansion (%) Min Max 0.00 0.15
1-Hr compressive strength (MPa) (psi) 4.0 580
0.45 – 0.50 0.28 – 0.30 0.22 – 0.24
12±4 12±4 12±4
0.00 0.00 0.00
0.30 0.20 0.10
3.0 20.7 34.5
1300 3000 5000
0.18 – 0.22
12±4
0.10
0.30
48.3
7000
2.2.2 Karakteristik Gips Karakteristik gips meliputi: a. Setting time Waktu pengerasan gips dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu initial setting time dan final setting time. Initial setting time merupakan interval antara waktu pencampuran gips dan waktu ketika adonan tidak dapat lagi dituangkan ke dalam master mold sehingga initial setting time identik dengan waktu kerja dari gips. Secara klinis, initial setting time dapat diamati saat adonan sudah kehilangan kilapnya, hal ini terjadi karena reaksi kimia dari hemihidrat yang bergabung dengan air
Universitas Sumatera Utara
12
menyebabkan partikel hemihidrat menarik permukaan air. Initial setting time berkisar diantara 8 – 16 menit dari waktu pencampuran air dan bubuk gips sesuai dengan spesifikasi ADA No. 25. Final setting time dapat didefinisikan sebagai waktu konversi hemihidrat menjadi dihidrat secara sempurna atau secara klinis produk gips dapat dikeluarkan dari master mold dan dapat dimanipulasi tanpa terjadi distorsi atau fraktur.3,4 b. Kekuatan kompresi Kekuatan gips umumnya dinyatakan dengan istilah kekuatan kompresi, yang diartikan sebagai kemampuan gips untuk menahan fraktur.6 Kekuatan gips dipengaruhi oleh bentuk kristal, porositas kristal, dan rasio W:P. 4 Peningkatan porositas pada partikel mengakibatkan penggunaan air menjadi lebih banyak untuk mengubah hemihidrat menjadi dihidrat sehingga produk gips yang dihasilkan akan semakin lemah kekuatannya.4,6 c. Perubahan dimensi Perubahan dimensi pada gips merupakan hasil dari setting expansion, yang disebabkan oleh hasil dari pertumbuhan kristal gips yang saling menimpa dan saling mendorong keluar.9,10 d. Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi Kekerasan
permukaan
dan
ketahanan
terhadap
abrasi
gips
dapat
mempengaruhi keakuratan model yang digunakan untuk mempelajari oklusi pasien dan pembuatan gigitiruan.3 Kedua karakteristik tersebut berkaitan dengan kekuatan kompresi, jika kekuatan kompresi meningkat, kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi juga akan meningkat.3 e. Detail reproduksi Gips harus mampu memproduksi detail bahan cetak yang baik agar dapat menghasilkan model kerja yang akurat. Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25, gips tipe I dan II dapat menghasilkan celah dengan lebar 75µm dan gips tipe III, IV dan V dapat menghasilkan celah dengan lebar 50 µm.20
Universitas Sumatera Utara
13
2.3 Kekuatan Kompresi Kekuatan gips umumnya dinyatakan dalam istilah kekuatan kompresi yang diukur dengan cara menekan sampel dengan alat uji tekan hingga pecah. Terdapat dua macam kekuatan gips berdasarkan teori pengerasan, yaitu kekuatan basah dan kekuatan kering.6 Kekuatan basah merupakan kekuatan yang diperoleh bila masih terdapat kelebihan air selama proses pengerasan gips. Kekuatan kering merupakan kekuatan yang diperoleh setelah gips dikeringkan selama 24 jam. Hasan RH dan Mohammad KA (2005) menyatakan bahwa proses pengeringan untuk mencapai kekuatan kering yaitu selama tujuh hari, namun tidak ada perbedaan kekuatan kompresi setelah pengeringan selama 24 jam dan tujuh hari.7 Pengujian sampel menggunakan alat uji tekan. Pengujian dilakukan dengan menekan sampel hingga pecah, kemudian besar beban dicatat dari alat uji tekan dalam satuan kilogram force (kgf). Hasil pengujian kekuatan dihitung dan dicatat dalam satuan Mega Pascal (Mpa).
2.4 Perubahan Dimensi Dimensi adalah parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu objek, yaitu ukuran seperti panjang, lebar, dan tinggi, serta bentuk. Perubahan dimensi dapat diukur secara volumetrik dan linear yang biasanya dinyatakan dalam persentase panjang atau volume akhir dibandingkan dengan panjang atau volume-volume dari suatu objek. Perubahan dimensi linear lebih mudah dan sederhana untuk diukur dibandingkan dengan perubahan dimensi volumetrik.3 Perubahan dimensi gips merupakan perubahan ukuran pada gips selama proses pengerasan.3 Kristal gips yang terbentuk selama proses pengerasan yaitu berbentuk sperulitik, kristal ini saling menimpa satu sama lain dan mencoba untuk mendorong kristal yang lain agar terpisah sehingga terjadi ekspansi selama proses pengerasan sehingga menyebabkan perubahan dimensi pada gips. 10 Pengukuran perubahan dimensi menggunakan traveling microscope. Setiap sampel dilakukan tiga pengukuran, yaitu pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis
Universitas Sumatera Utara
14
A, pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis B, dan pengukuran panjang garis cdc’d’ pada garis C. Hasil pengukuran dijumlahkan kemudian didapatkan rata-ratanya. Hasil rata-rata dari setiap sampel dimasukkan ke dalam rumus, yaitu:3 l1 – l0 x 100 = % l0 dimana: l1 = rata-rata panjang garis pada setiap sampel (mm) l0 = panjang garis pada stainless steel die (mm)
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Kompresi dan Perubahan Dimensi Gips
2.5.1 Suhu Ruangan dan Suhu Air Perubahan suhu ruangan dan suhu air dapat memberikan pengaruh pada gips selama proses pengerasan. Peningkatan suhu ruangan dan suhu air dapat menyebabkan pergerakan ion kalsium dan ion sulfat meningkat sehingga setting time menjadi lebih singkat. Peningkatan suhu ruangan yang berawal 20 oC menjadi 37oC dapat meningkatkan kecepatan reaksi pengerasan sehingga setting time menjadi lebih singkat dan setting expansion menjadi lebih besar, tetapi suhu yang meningkat diatas 37oC dapat menurunkan kecepatan reaksi pengerasan dan setting time menjadi lebih lama, serta setting expansion menjadi lebih kecil. Peningkatan suhu air (tidak melebihi 37.5oC) yang digunakan sebagai campuran gips dapat mempersingkat setting time, tetapi jika suhu air diatas 37.5 oC dapat memberikan efek retarder pada pengerasan gips. Tetapi secara umum peningkatan dan penurunan suhu ruangan dan suhu air yang digunakan tidak memberikan pengaruh yang bermakna pada kekuatan gips.3,4,6,20
2.5.2 Rasio W:P Rasio W:P merupakan faktor penting dalam mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia dari produk akhir gips, misalnya semakin besar rasio W:P maka semakin
Universitas Sumatera Utara
15
lama waktu pengerasan dan semakin lemah produk gips karena semakin banyak air yang digunakan sebagai campuran adonan gips maka dapat menimbulkan porus atau lubang yang lebih besar sehingga kekuatan gips akan menurun, serta setting expansion menjadi lebih kecil karena semakin meningkat rasio W:P maka semakin sedikit nukleus kristalisasi per unit volume yang ada dan karena dapat dianggap bahwa ruangan antar-nukleus lebih besar pada keadaan tersebut, maka pertumbuhan interaksi kristal-kristal dihidrat akan semakin sedikit, demikian juga dorongan keluar.4,6 Sebaliknya, penurunan rasio W:P dapat menyebabkan peningkatan kekuatan kompresi dan setting expansion menjadi lebih besar karena kandungan air menjadi lebih sedikit sehingga jarak antar kristal menjadi lebih dekat, dan hal tersebut menyebabkan dorongan antar kristal menjadi lebih desar. 4-6 Oleh karena itu rasio air dan bubuk perlu diperhatikan sesuai dengan aturan pabrik, contohnya rasio W:P untuk gips tipe III yaitu 28 ml air – 30 ml air : 100 gram gips.6
2.5.3 Waktu dan Kecepatan Pengadukan Metode pengadukan yang tepat adalah dengan menambahkan air yang sudah diukur terlebih dahulu kemudian diikuti dengan penambahan bubuk yang telah ditimbang secara bertahap. Adonan gips diaduk selama kurang lebih 15 detik dengan kecepatan pengadukan 120 rpm menggunakan spatula dan diikuti dengan pengadukan mekanik selama 20-30 detik dengan kecepatan 450 rpm menggunakan mixer.5,6,21 Pengadukan adonan gips yang tidak adekuat sering dilakukan oleh dokter gigi dan laboran karena takut adonan akan mengeras sebelum dituang ke dalam cetakan alginate atau bahan elastomer sehingga memberi pengaruh pada kekuatan gips. 4 Bila pengadukan adonan gips hanya menggunakan spatula, sebaiknya dilanjutkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah terbentuknya porus-porus yang dapat mengakibatkan produk gips menjadi lemah dan tidak akurat. Peningkatan waktu dan kecepatan pengadukan akan mengakibatkan waktu pengerasan menjadi lebih singkat, peningkatan kekuatan kompresi, dan setting expansion menjadi lebih besar.4 Namun bila waktu pengadukan melebihi 1 menit akan menyebabkan pecahnya kristal-kristal gips yang telah terbentuk sehingga lebih
Universitas Sumatera Utara
16
sedikit jalinan kristal yang terbentuk pada hasil akhir dan kekuatan kompresi gips akan menurun.6
2.5.4 Aselerator Aselerator merupakan bahan kimia yang dapat mempercepat reaksi pengerasan. Penambahan aselerator membuat dihidrat kurang larut dibandingkan hemihidrat yang menyebabkan reaksi pengerasan bergerak menuju dihidrat sehingga reaksi pengerasan menjadi lebih cepat.3 Beberapa contoh aselerator yaitu natrium klorit 2%, natrium sulfat 3,4%, kalium sulfat dengan konsentrasi di atas 2%, dan kalsium sulfat yang diperoleh dari pemakaian slurry water (air yang mengandung partikel kalsium sulfat).3,4,6 Penambahan bahan aselerator dapat mengurangi kekuatan dari gips karena senyawa tersebut dapat mempengaruhi kemurnian serta mengurangi kohesi antar-kristal dan secara umum dapat mengurangi ekspansi selama proses pengerasan.6
2.6 Slurry Water Slurry water merupakan salah satu aselerator yang memiliki kandungan kalsium sulfat dihidrat yang diperoleh dengan cara melarutkan potongan gips dengan aquadestilata.3,4,13 CaSO4.2H2O (kalsium sulfat dihidrat) yang dilarutkan dengan aquadestilata akan menguraikan ion Ca2+ dan ion (SO4)2-, serta pelepasan molekul air dengan reaksi kimia sebagai berikut:22 CaSO4.2H2O → Ca2+ + (SO4)2– + 2H2O Menurut Bradley dkk (1982), konsentrasi slurry water yang digunakan sebagai aselerator gips yaitu sebesar 2% untuk mempersingkat initial setting time menjadi 2 menit 15 detik ± 15 detik dan final setting time menjadi 4 menit 15 detik ± 15 detik.12 Kalsium sulfat yang diperoleh dari hasil uraian kalsium sulfat dihidrat jika ditambahkan pada gips berperan sebagai katalis yang menyebabkan partikel kalsium sulfat dihidrat terbentuk lebih cepat, lebih tipis, lebih pendek sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
17
mempersingkat setting time dan pembuatan model kerja menjadi lebih cepat.4,13 Kalsium sulfat yang terkandung di dalam slurry water dapat menyebabkan peningkatan nukleus kristalisasi (kalsium sulfat dihidrat) sehingga terjadi peningkatan ikatan kristal dengan air yang menyebabkan penurunan kadar air dan terjadi peningkatan kekuatan kompresi.3,23 Selain itu, kalsium sulfat berperan sebagai katalis inti kristalisasi yang menyebabkan kristal dihidrat menjadi lebih tipis dan pendek sehingga ruang antar kristal menjadi lebih besar, maka pertumbuhan interaksi antar kristal menjadi berkurang, demikian juga dorongan antar kristal, hal ini menyebabkan penurunan ekspansi selama proses pengerasan. 6,13
2.7 Air Bersih Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, sehingga jika kebutuhan air tersebut baik dalam segi kuantitas maupun kualitas belum tercukupi, dapat memberikan dampak yang besar terhadap kesehatan maupun sosial. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 416, air bersih merupakan yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.16
2.7.1 Syarat Syarat kesehatan air bersih meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik.16 a. Bakteriologis Kadar maksimum mikrobiologik pada air bersih yaitu sebesar 10 per 100 ml. b. Kimia Air minum mengandung bahan-bahan kimia yang sudah ditentukan, seperti kimia organik, detergen, dan pestisida. c. Radioaktifitas Air bersih mengandung bahan radioaktif, yaitu gross alpha activity (0,1 bq/liter) dan gross beta activity (1 bq/liter).
Universitas Sumatera Utara
18
d. Fisik Syarat fisik air bersih yaitu tidak berbau, tidak berasa, kadar warna yaitu 50 dengan skala TCU, temperatur sebesar ± 3oC, kadar maksimum kekeruhan yaitu 25 NTU, dan kadar maksimum jumlah zat padat terlarut yaitu sebesar 1500 mg/L.
2.7.2 Kandungan Kimia Tabel 2. KANDUNGAN KIMIA AIR BERSIH16 Parameter
Satuan
Kadar maksimum yang diperbolehkan
Air raksa
mg/liter
0,001
Besi
mg/liter
1,0
Fluorida
mg/liter
1,5
Kadnium
mg/liter
0,005
Kalsium karbonat (CaCO3)
mg/liter
500
Klorida
mg/liter
600
Kromium, valensi 6
mg/liter
0,05
Mangan
mg/liter
0,5
Nitrat, sebagai N
mg/liter
10
Nitrit, sebagai N
mg/liter
1,0
Ph
-
6,5-9,0
Selenium
mg/liter
0,01
Seng
mg/liter
15
Sianida
mg/liter
0,1
Sulfat
mg/liter
400
Timbal
mg/liter
0,05
Universitas Sumatera Utara
19
2.7.2.1 Kalsium Karbonat (CaCO3) Kalsium dalam air mempunyai kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida, dan nitrat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, nilai ambang batas kalsium karbonat (CaCO 3) pada air bersih yaitu maksimal sebesar 500 mg/liter. 16 Kalsium karbonat yang terkandung di dalam air bersih memiliki sifat kelarutan yang tinggi di dalam air yang artinya kalsium karbonat membuat air mudah terdispensasi diantara kristal gips (untuk menyediakan tempat nukleasi bagi dihidrat yang baru dibentuk) sehingga menurunkan kadar air pada adonan gips dan meningkatkan kekuatan kompresi gips.23 Kalsium karbonat juga berperan sebagai katalis inti kristalisasi yang menyebabkan kristal dihidrat menjadi lebih tipis dan pendek sehingga ruang antar kristal menjadi lebih besar, maka pertumbuhan interaksi antar kristal menjadi berkurang, demikian juga dorongan antar kristal, hal ini menyebabkan penurunan ekspansi selama proses pengerasan. 6,13
2.7.3 Peran Air dalam Prosedur Pembuatan Model Air merupakan bahan yang sering digunakan dalam prosedur pembuatan model, seperti pada tahap pembuatan model studi, pembuatan model kerja, dan proses trimming. Pemilihan pemakaian air harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi kualitas akhir model kerja dan dokter gigi atau laboran umumnya menggunakan air bersih sebagai campuran gips pada tahap pembuatan model kerja. 13 Berdasarkan penelitian Sabooni dkk, pemakaian air bersih tidak dianjurkan sebagai campuran gips pada pembuatan model kerja karena dapat mempengaruhi kualitas akhir dari model kerja.11 Sabooni dkk menganjurkan pemakaian aquadestilata sebagai campuran gips untuk meningkatkan kekerasan permukaan model kerja. 13
Universitas Sumatera Utara
20
2.8 Landasan Teori Pembuatan Model
Model Studi
Model Kerja
Bahan
Gips Gips Tipe I
Gips Tipe II
Sifat-sifat
Gips Tipe III
Air Gips Tipe IV
Gips Tipe V
Air Bersih
Syarat
Karakteristik
Kandungan
Peran
Sulfat Sifat Kemis
Sifat Fisis
Setting Time
Kekuatan Kompresi
Perubahan Dimensi
Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi
Detail reproduksi
Kalsium Karbonat (CaCO3)
Faktor Yang Mempengaruhi
Suhu Ruangan dan Suhu Air
Natrium Klorit 2%
Rasio W:P
Kalium Sulfat
Waktu dan Kecepatan Pengadukan
Natrium Sulfat
Aselerator
Kalsium Sulfat Slurry Water
Uji Kompresi
Uji Perubahan Dimensi
Apakah ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III sebagai bahan model kerja gigitiruan?
Universitas Sumatera Utara
21
2.9 Kerangka Konsep
Slurry water
Air bersih
Kalsium sulfat
Kalsium karbonat
Taqa AA et al, Al-Rafidain Dent J 2012: Peningkatan nukleus kristalisasi (kalsium sulfat dihidrat)
Peningkatan ikatan kristal (kalsium sulfat dihidrat) dengan air
Penurunan kadar air
Peningkatan kekuatan kompresi gips
Sabooni MR et al, J. Med Sci 2007: Sebagai katalis inti kristalisasi
Taqa AA et al, Al-Rafidain Dent J 2012: Air lebih mudah dikeluarkan dari ikatan antar partikel gips
Kristal dihidrat menjadi lebih tipis dan pendek
Menyediakan tempat untuk nukleasi dihidrat yang baru terbentuk
Text book Anusavice KJ 2007: Ruang antar kristal menjadi lebih besar
Penurunan kadar air
Interaksi antar kristal menjadi berkurang
Peningkatan kekuatan kompresi gips
Dorongan antar kristal berkurang
Ekspansi tidak terlalu besar
Ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III pada pembuatan model kerja gigitiruan.
Universitas Sumatera Utara
22
2.10 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan di atas maka dapat dapat disusun hipotesis penelitian bahwa: 1. Ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi gips tipe III. 2. Ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap perubahan dimensi gips tipe III.
Universitas Sumatera Utara