BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Ergonomi.
2.1.1. Definisi Ergonomi. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaannya itu, dengan efektif, aman dan nyaman. 2.1.2. Pengukuran Energi Fisik Sebagai Tolak Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja. Pada saat tata cara kerja secara perlahan-lahan dirubah ataupun diperbaharui agar bisa lebih cepat, sederhana dan/atau sudah dikerjakan, maka kecenderungan yang dijumpai dalam upaya perubahan ataupun perbaikan tadi adalah menghindari kegiatankegiatan yang harus dilaksanakan dengan menggunakan energi otot manusia (manual works). Dengan mekanisasi ataupun otomatisasi kerja, secara drastis kekuatan otot manusia sebagai sumber energi kerja agar digantikan oleh tenaga mesin (machine power). Hal tersebut terutama sekali untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kerja yang berat ditinjau dari aspek keterbatasan kemampuan otot manusia 8
9
seperti aktivitas pemindahan material, repetitive manual work, dan lain-lain. Studi Ergonomi dalam kaitannya dengan kerja manusia dalam hal ini ditujukan untuk mengevaluasi dan merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan agar bisa memberikan peningkatan efektifitas dan efisiensi, selain juga kenyamanan ataupun keamanan bagi manusia pekerjanya. Salah satu tolak ukur, selain tolok ukur “waktu” yang diaplikasikan untuk mengevaluasi apakah tata cara kerja sudah dirancang baik atau belum adalah dengan mengukur penggunaan “energi kerja” (energi otot manusia) yang harus dikeluarkan
untuk
melaksanakan
aktivitas-aktivitas
tersebut.
berat/ringannya kerja yang harus dilakukan oleh seorang pekerja akan bisa ditentukan oleh gejala-gejala perubahan yang tampak dan bisa diukur lewat pengukuran anggota tubuh/fisik manusia antara lain seperti :
• Laju detak jantung (heart rate). • Tekanan darah (blood pressure). • Temperature badan (body temperature). • Laju pengeluaran keringat (sweating rate). • Konsumsi oxygen yang dihirup (oxygen consumption). • Kandungan kimiawi dalam darah (latic acid content).
10
Pengaturan laju detak jantung (heart rate) adalah aktivitas pengukuran yang paling sering diaplikasikan, meskipun metoda ini tidak langsung terkait dengan pengukuran energi fisik (otot) yang harus dikonsumsikan seseorang untuk kerja. Pengukuran konsumsi O2 (oxygen) dalam hal ini justru akan berkaitan dengan proses metabolisme, proses “pembakaran” dalam tubuh manusia yang akan menghasilkan energi untuk kerja yang mana besar/kecilnya O 2 yang dikonsumsikan akan langsung terkait secara proporsional dengan konsumsi energi yang akan dipakai untuk kerja. Selain dimanfaatkan untuk evaluasi dan perancangan tata cara kerja, hasil pengukuran energi yang dikonsumsikan untuk kerja juga bisa diaplikasikan untuk beberapa alasan yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
• Keselamatan (safety). Setiap pekerjaan haruslah dirancang dan disesuaikan dengan kemampuan fisik dari individu pekerja. Pekerjaan berat berlangsung lama dan berulang-ulang perlu disesuaikan
tanpa
“membebani”
pekerja
di
luar
batas
kemampuan fisiknya.
• Pengaturan jadwal periode istirahat (scheduling breaks). Pengeluaran energi untuk melakukan kegiatan-kegiatan fisik akan mengakibatakan rasa lelah. Dengan memberikan dan mengatur waktu istirahat maka diharapkan akan terjadi proses pemulihan
(recovery)
yang
bermanfaat
untuk
kegiatan
selanjutnya. Penetapan mengenai frekwensi dan lama periode
11
waktu istirahat yang dibutuhkan untuk aktivitas manual fisik ini akan sangat tergantung pada besar/kecilnya energi yang telah dikeluarkan untuk kerja. •
Spesifikasi jabatan (job specification) dan seleksi personil. Setiap jenis jabatan akan memiliki spesifikasi dan karakteristik tertentu yang nantinya akan memberikan prasyarat-prasyarat tertentu pula bagi mereka yang akan melaksanakan tugas-tugas jabatan tersebut. Berkaitan dengan kondisi kerja yang dihadapi seringkali suatu jabatan akan memerlukan pekerja yang memiliki performans fisik yang dalam hal ini akan ditest melalui pengukuran-pengukuran performans fisiknya. Beberapa jenis pekerjaan berat akan memerlukan personil yang memiliki kemampuan fisik yang memenuhi syarat untuk menghasilkan energi fisik yang besar pula.
• Evaluasi jabatan (job evaluation). Kondisi kerja yang tidak ergonomi, berat dan memerlukan konsumsi energi fisik manusia yang besar akan dijadikan bahan pertimbangan dalam pemberian “point rating” pada saat akan dilakukan evaluasi jabatan. Nilai ini akan menentukan besar/kecilnya insentif yang perlu ditambahkan dalam struktur pemberian upah nantinya.
• Tekanan dari faktor lingkungan (environmental stress). Seperti halnya dengan alasan evaluasi jabatan diatas, maka akibat kondisi lingkungan kerja yang tidak ergonomic seperti temperature tinggi, bising, bergetar, dsb. Hal tersebut akan memberi pengaruh fisiologis pada para pekerja. Dengan
12
melakukan pengukuran terhadap dampak fisiologis tersebut, selanjutnya akan bisa dirancang kondisi lingkungan fisik kerja yang bisa lebih ergonomis. Dari beberapa alasan-alasan yang telah disebutkan diatas jelas bahwa dengan pengukuran energi fisik manusia yang dikonsumsikan untuk kerja, hasil pengukuran akan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam analisa yang signifikan dengan kepentingan manusia pekerja itu sendiri. Pada saat-saat yang lalu, pengukuran semacam ini banyak dipraktekkan di bidang kesehatan ataupun olah raga. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan performans fisik seseorang. Selanjutnya berdasarkan analisis hasil pengukuran akan dibuatkan
program-program
khusus
yang
berkaitan
dengan
pengaturan gizi makanan yang diperlukan untuk menghasilkan energi fisik sesuai yang dibutuhkan. 2.2.
Panca Indera.
Panca indera pada tubuh manusia:
Mata
= penglihatan.
Telinga
= pendengaran.
Kulit
= peraba.
Hidung
= penciuman.
Lidah
= perasa.
13
Salah satu komponen sistem kerja adalah lingkungan fisik kerja. Lingkungan ini apabila kita lihat hanya mempunyai 2 alternatif, yaitu: Meningkatkan hasil kerja. Menurunkan hasil kerja.
2.3.
Pengukuran Kerja Dengan Metode Fisiologis.
2.3.1. Definisi Pekerjaan Fisik. Kerja manusia bersifat mental dan fisik yang masing-masing mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam suatu kerja fisik, manusia akan menghasilkan perubahan dalam konsumsi oksigen, detak jantung (heart rate), temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh.. kerja kelompok ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller:
Kerja total seluruh tubuh, yang menggunakan sebagian besar otot biasanya melibatkan dua per tiga sampai tiga per empat otot tubuh. Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energi ekspenditur karena otot yang digunakan lebih sedikit. Kerja otot statis, otot yang digunakan untuk menghasilkan gaya, tetapi otot tidak digunakan secara dinamik dan hanya dibutuhkan kontraksi dari sebagian otot saja.
14
Tiffin mengemukakan kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja, yaitu: untuk melakukan pengukuran kerja secara fisiologis meliputi:
Kecepatan denyut jantung. Konsumsi oksigen. Konsentrasi asam laktat dalam darah. Tingkat penguapan. Temperatur tubuh. Komposisi kimia dalam darah dan air seni. kriteria-kriteria ini digunakan untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh selama kerja. 2.3.2. Konsumsi Energi. Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dan pokok baik dalam penelitian lapangan maupun dalam penelitian laboratorium. Demikian halnya penentuan konsumsi energi secara fisiologis, kenaikan indeks denyut jantung dijadikan parameter digunakannya energi dalam suatu pekerjaan. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan detak jantung pada waktu bekerja tertentu dengan kecepatan detak jantung pada waktu bekerja tertentu dengan kecepatan detak jantung pada waktu istirahat.
15
Perumusan hubungan antara energi ekspenditur dengan denyut jantung, dilakukan dengan pendekatan kuantitatif hubungan antara energi ekspenditur dengan kecepatan denyut jantung, yang dianalisa menggunakan analisis regresi. Persamaan ini berdasarkan buku R.S. Brigder, digunakan karena belum ada persamaan khusus yang dapat digunakan untuk orang Asia. Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut: W= 1,080411-0,0229038X+0,000471733X2 Dimana: W= Energi yang dikeluarkan (Kkal/menit) X= Denyut jantung (Denyut/menit) Setelah besar energi ekspenditur. Diketahui, maka konsumsi energi lebih untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut: KE= Et – Ei Dimana: KE= Konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (Kkal/menit). Et= Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (Kkal/menit). Ei= Pengeluaran energi pada waktu istirahat (Kkal/menit). Konsumsi energi (banyaknya kalori) orang sedang bekerja merupakan faktor utama yang membatasi prestasi. Oleh sebab itu jumlah energi yang diperlukan oleh berbagai jenis pekerjaan perlu diketahui, termasuk jumlah kalori yang dibutuhkan oleh orang yang
16
istirahat. Energi dihasilkan oleh proses metabolisme, yang memerlukan makanan, minuman, dan oksigen. Konsumsi energi pada berbagai jenis pekerjaan dapat diketahui, begitu pula jenis makanan dan minuman yang harus disediakan untuk keperluan pengadaan energi termasuk dapat diperhitungkan, agar cukup energi untuk bekerja secara efektif dan efisien. Banyak penelitian telah dilakukan sehingga diketahui besarnya konsumsi energi bagi banyak jenis pekerjaan. Bagi orang yang istirahat atau tidur, konsumsi energi merupakan angka minimal dan besarnya adalah 1.700 kilogram kalori (Kkal) per 24 jam, angka pulsanya 62 denyut permenit dan konsumsi oksigen 250 ml permenit. Untuk pekerjaan wajib dan pekerjaan ringan di rumah, serta untuk mendatangi pekerjaan, diperlukan energi 600-700 Kkal. Jadi jumlah pengeluaran energi sebelum melakukan pekerjaan, adalah antara 2300-2400 Kkal per 24 jam bagi pria dan 1900-2100 Kkal bagi wanita. Setelah melakukan pekerjaan yang menjadi tugasnya, maka kebutuhan energi akan ditentukan oleh jenis pekerjaannya, yang harus ditambahkan oleh kebutuhan pokok yaitu 2400 atau 2100 Kkal. Pada pekerjaan berat angka rata-rata maksimum sekitar 5.000 Kkal per hari. Dari penelitian ternyata bahwa pengeluaran energi yang berdampak eksternal, yang bermanfaat dan dapat diukur, maksimal hanya sekitar 30%, sedangkan 70% berupa energi yang terbuang sebagai panas. Oleh sebab itu wajib mengupayakan untuk menemukan prosedur kerja, Metoda menggunakan sarana, serta memilih desain alat yang tepat agar dapat meningkatkan efisiensi pemakaian energi. Angka pulsa selain dapat dipakai untuk
17
mengetahui besarnya konsumsi energi, dapat pula dipakai sebagai tolak ukur ketegangan fisik atau kelelahan seseorang. Karena itu perlu dibedakan antara pulsa waktu istirahat, pulsa sedang bekerja, total pulsa pulih dan total pulsa kerja. Para pakar fisiologi kerja bersepakat bahwa pegawai akan mencapai prestasi kerja optimal apabila pulsa kerjanya berada 30 denyut permenit diatas pulsa istirahat. Tetapi harus diingat bahwa tinggi suhu lingkungan dan adanya kerja statik dari otot juga dapat memperbesar angka pulsa, sehingga walau pulsa kerja telah mencapai angka 30 diatas pulsa istirahat, namun prestasi kerjanya belum akan mencapai tingkat yang optimal. Karena itu Keadaan semacam itu hendaknya diupayakan untuk ditanggulangi. 2.3.3. Unit Kerja Fisiologis. Pengeluaran energi, kerja fisiologis dan biaya fisiologis berkaitan erat dengan konsumsi oksigen. Hal ini dapat diukur secara langsung dalam liter per menit atau secara tidak langsung dalam detik jantung per menit. Unit satuan dasar yang digunakan adalah kalori dalam kalori per menit. Astrad dan Christiansen menyelidiki pengeluaran energi dan tingkat detak jantung menemukan bahwa hubungan langsung antara keduanya. Detak jantung per menit dapat digunakan untuk menghitung pengeluaran energi.
18
2.3.4. Siklus Kerja Fisiologi. Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan, maka waktu pemulihan untuk istirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam keadaan ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga dapat mengalami kelelahan yang kronis. Murrel membuat metoda untuk menentukan waktu istirahat sebagai konpensasi dari pekerjaan fisik sebagi berikut: R=
T (W − S ) W − 1,5
Dimana: R = Istirahat yang dibutuhkan (menit) T = Total waktu kerja (menit) W= Rata-rata energi yang dikeluarkan dalam bekerja (Kkal/menit) S = Pengeluaran energi standar sebagi batas antara pekerjaan aerob dan anaerob (Kkal/menit) Beberapa nilai energi ekpenditur berdasarkan klasifikasi pekerjaan digambarkan oleh DR. Waen Brouha (Brouha, 1960) dalam bentuk table berikut: Klasifikasi Beban Keja Light Moderate Heavy
Konsumsi Oksigen (Liter/menit) 0,5 -1,0 1,0 - 1,5 1,5 - 2,0
Energy Expenditur (Kkal/menit) 2,5 - 5,0 5,0 - 7,5 7,5 - 10,0
Denyut Jantung (Detak/menit) 60 - 100 100 - 125 125 - 150
19
Very Heavy
2,0 - 2,5
10,0 - 12,5
150 - 175
Tabel 2.1. Nilai Energi Ekspenditur Berdasarkan Klasifikasi Pekerjaan. Sumber: Niebel, B. And Freivalds, A. 2000. Methods, Standars And Work Design, McGraw-Hill Co.
Besarnya nilai R (waktu istirahat yang layak bagi operator) kemudian dijadikan input variable sumber daya dalam perhitungan biaya kesehatan dan keselamatan kerja. Apabila besar nilai energi ekspenditur dari suatu pekerjaan masih dibawah ambang batas peralihan antara pekerjaan aerob dan anaerob yaitu sebesar 5 Kkal/menit, maka persamaan Murrel tersebut praktis tidak dapat digunakan karena persamaan tersebut diturunkan untuk pekerjaan anaerob, dimana terjadi kelelahan fisiologis karena dipakainya cadangan oksigen dalam darah sebagai kompensasi kurangnya pasokan oksigen akibat keterbatasan kapasitas tubuh manusia (Niebbel, 2000). Apabila hal tersebut terjadi, maka nilai R dicari dengan menggunakan kelonggaran kerja berupa persentase dari waktu normal yang merupakan allowance untuk keperluan pribadi dan untuk mengatasi kelelahan dari operator. 2.3.5. Allowance (Kelonggaran). Kelonggaran biasanya digunakan setelah perhitungan waktu normal dengan menentukan waktu baku atau waktu standar dalam proses operasi. Langkah penentuan kelonggaran ini dilakukan untuk
20
mengukur waktu yang diperlukan operator dalam menerima pengarahan maupun intrupsi dari para atasan, waktu menunggu dan penurunan performasi kerja yang disebabkan oleh kelelahan (fatique) pada setiap pekerjaan dan lingkungan atau sistem kerja yang baik sesuai dengan pengertian dari kelonggaran tersebut yaitu faktor tenggang yang diberikan kepada operator karena sistem kerja atau lingkungan kerja agar dapat memenuhi kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tak terhindari (Niebel, 2000). Unsur utama dalam kelonggaran adalah:
Kelonggaran digunakan untuk mengkompersikan kelelahan (fatique) dan waktu menunggu dalam pekerjaan. Perhitungan kelonggaran dapat dihitung langsung melalui observasi.
Pada kelonggaran pribadi dan kelelahan (fatique) yang terjadi sebaiknya digunakan 9 -10 persen konstanta kelonggaran. Pergunakan kelonggaran dalam menghitung waktu baku atau waktu standar sebagai persen dari waktu normal. Sesuai dengan kondisi yang telah dijelaskan diatas, maka kelonggaran dapat dipergunakan untuk menganalisis waktu istirahat seorang operator dalam memulihkan tenaganya jika terjadi kelelahan dan penurunan performasi kerja. Kelonggaran yang dipergunakan untuk analisis ini adalah kelonggaran pribadi dan kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan (fatique)
21
A.
B.
Constants Allowance 1.
Personal allowance
5
2.
Basic fatigue allowance
4
Variable Allowance 1.
Standing allowance
2.
Abnormal position allowance
3.
2
a.
Slightly awkward
0
b.
Awkward (bending)
2
c.
Very awkward (lying, stretching)
7
Use of force, or muscular energy (lifting, pulling, or pushing) : Weight lifted, pounds :
4.
5.
5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 4 5 5 0 6 0 7 0 Bad light :
0 1 2 3 4 5 7 9 11 13 17 22
a.
Slightly below recommended
0
b.
Well below
2
c.
Quite inadequate
5
Atmospheric conditions (heat and humidity) - Variable
0-100
22
6.
7.
8.
9.
10.
Close attention : a.
Fairly fine work
0
b.
Fine or exacting
2
c.
Very fine or very exacting
5
Noise level : a.
Continuous
0
b.
Intermittent - loud
2
c.
Intermittent - very loud
5
d.
High-pitched - loud
5
Mental strain : a.
Fairly complex process
1
b.
Complex or wide span of attenion
4
c.
Very complex
8
Monotony : a.
Low
0
b.
Medium
1
c.
High
4
Tediousness : a.
Rather tedious
0
b.
Tedious
2
c.
Very tedious
5
Tabel 2.2. Allowance (Kelonggaran) Yang Direkomendasikan ILO. Sumber: Niebel, B. And Freivalds, A. 2000. Methods, Standars And Work Design, McGraw-Hill Co.
2.3.5.1. Kelonggaran Untuk Kebutuhan Pribadi. Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi ini adalah hal-hal yang dapat menghilangkan ketegangan maupun kejemuan atau kebosanan dalam kerja. Ketegangan dan kebosanan kerja biasanya terjadi karena kondisi umum dari lingkungan kerja misalnya beban kerja yang berat, temperatur ruangan yang tinggi, sistem pencahayaan
23
yang kurang baik, pekerjaan yang berulang dan lain-lain. Untuk menghindari penurunan performansi kerja yang disebabkan oleh halhal tersebut maka diberikan kelonggaran pribadi. 2.3.5.2. Kelonggaran
Untuk
Menghilangkan
Kelelahan
(Fatique). Rasa kelelahan (fatique) tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik dari jumlah maupun kualitas. Biasanya fatique ini timbul disebabkan karena operator melakukan pekerjaan yang berulang secara terus menerus (monoton). Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus tetap bekerja untuk menghasilkan performansi kerja yang normal maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Untuk menentukan
besarnya
kelonggaran
dapat
dilakukan
dengan
melakukan pengamatan kapan terjadinya penurunan hasil produksi. Oleh karena itu kelonggaran untuk melepaskan rasa lelah harus atau perlu ditambahkan dalam kondisi kerja. 2.4.
Hasil Kerja Manusia Dan Proses Pengendaliannya
Setiap hari manusia selalu terlibat dengan kegiatan-kegiatannya, apakah itu bekerja ataupun bergerak, kesemuanya memerlukan tenaga yang penting harus diperhatikan, bagaimana mengatur kegiatan ini, sedemikian rupa sehingga posisi tubuh saat bekerja ataupun bergerak tersebut ada dalam macam-macam kegiatannya tergantung pada struktur fisik dari tubuhnya yang terdiri dari struktur tulang, otot-otot rangka, sistem syaraf dan proses metabolisme.
24
Dua ratus enam tulang manusia membentuk rangka, yang berfungsi untuk melidungi dan melaksanakan kegiatan-kegiatan fisik. Tulangtulang tersebut satu dengan yang lain dihubungkan dengan sendisendi tulang yang terdiri atas gumpalan-gumpalan serabut otot yang dapat berkontarksi. Serabut otot ini berfungsi mengubah energi kimia menjadi energi mekanik. Kegiatan-kegiatan dari otot ini dikontrol oleh sistem syaraf sedemikian rupa sehingga kegiatan kerja secara keseluruhan dapat berlangsung dengan baik. Semua kegiatan dari tubuh manusia memerlukan tenaga. Tenaga ini diperoleh karena adanya proses metabolisme dalam otot, yaitu berupa kumpulankumpulan di proses kimia yang mengubah bahan makanan menjadi dua bentuk, masing-masing kerja mekanis dan panas. 2.4.1. Mengukur Aktivitas Kerja Manusia. Mengukur aktivitas kerja menusia dalam hal ini adalah mengukur berapa besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan kerjanya. Tenaga yang dikeluarkan tersebut biasanya diukur dalam satuan kilokalori. Secara umum pengukuran aktivitas kerja manusia dapat dibagi dalam dua kelas utama, yaitu kriteria fisiologis dan kriteria operasional. Kriteria Fisiologis Kriteria fisiologis dari kegiatan manusia biasanya ditentukan berdasarkan
kecepatan
detak
jantung
dan
pernapasan.
Sehubungan dengan pekerjanya sendiri, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran tenaga selama
25
bekerja, diantaranya: cara melaksanakan kerjanya, kecepatan kerjanya, sikap pekerja, kondisi lingkungan dan lain-lain. Beban kerja secara ergonomi fisiologis dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Beban fisik enegetis adalah beban kerja yang ditimbulkan oleh kerja fisik atau kerja (kontraksi otot). Kontraksi otot merupakan peristiwa yang kompleks karena melihat berbagai sistem organ tubuh. Diantaranya: •
Sistem susunan syaraf pusat (otak) dan tepi (perifer) sebagai fungsi koordinasi.
•
Sistem energi melalui proses metabolisme.
Beban fisik energitis dapat dibedakan lagi menjadi:
Beban kerja statis. Kontraksi otot bersifat isometrik yaitu tidak terjadi perubahan panjang otot karena kontraksi terus berlangsung tanpa relaksasi sehingga aliran darah terganggu. Faktor pembatas kerja adalah rasa sakit lokal serta peningkatan tekanan darah dan denyut jantung (nadi) akibat terhalangnya aliran darah.
Beban kerja dinamis.
26
Proses metabolisme merupakan hal yang sangat penting pada beban kerja fisik dinamis dengan kontraksi otot bersifat isometrik siklis. Faktor pembatas kerja adalah sumber energi yang berupa adenosine trifosfat (ATP), Kreattin fosfat (CP), glukosa darah atau glikogen otot.
2. Beban mental perseptif. Beban kerja diakibatkan kerja mental (otak) dan kerja panca indera terutama penglihatan dan pendengaran. Keterlibatan kontraksi
otot
dan
sumber
energi
(kalori)
yang
mendukungnya relative kecil. Faktor pembatas kerja adalah kelelahan mental (sentral) dan panca indera yang bersangkutan dengan berkurang atau menurunnya daya atau kemampuan sistem organ atau panca indera
yang
bersangkutan
terutama
dalam
bentuk
melambatnya waktu reaksi.
3. Beban biomekanik. Baban biomekanik adalah beban yang disebabkan oleh terutama kerja statis dan dinamis yang berhubungan dengan sikap (posisi) tubuh atau bagian tubuh serta berat baban waktu kerja yang kurang tepat atau kurang baik. Analisis anatomi anthropometri dan mekanik (biomekanik) kerja pada posisi serta berat tertentu merupakan hal yang penting.
Kriteria Operasional.
27
Kriteria operasional melibatkan teknik-teknik untuk mengukur atau menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota-anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakangerakannya. Secara umum hasil gerakan yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk-bentuk range (rentangan) gerakan, pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian. Untuk mengukur aktivitas-aktivitas tersebut., bisa digunakan bermacam-macam alat ukur seperti: alat pengukur tegangan dan dinamometer. Tubuh manusia membutuhkan 4800 kalori seharinya yang didistribusikan untuk:
Kebutuhan internal tubuh.
Pekerjaan Dalam kedaan istirahat yaitu diam secara fisik pada keadaan
duduk, tubuh membutuhkan sekitar 1,5 K (kalori) setiap menitnya. Pada tubuh mulai terbebani, energi yang dikeluarkan naik mengikuti kebutuhannya. Pria K/hari 2400
Wanita K/hari 2000
2700
2250
3000
2500
3300
2750
3600
3000
Tipe Pekerjaan Duduk, Kerja Ringan Duduk, Kerja Ringan Berdiri, Kerja Ringan Berjalan Duduk, Kerja Berat Duduk, Kerja Berat Berdiri, Kerja Ringan Duduk, Kerja Berat Bediri, Kerja Berat Duduk, Kerja Berat
Pekerjaan Pemegang Buku Pengetik Penata Rambut Gembala Penenun, Penganyam Pengemudi Montir Mesin Tukang Sepatu Pengemudi Mesin Pemasang Baju Jalan
28
Bediri, Kerja Sedang Pemijat 3900 3250 Berdiri, Kerja Berat Sekali Penggergaji Kayu 4200 Berdiri, Kerja Sangat Berat Penggali Tabel 2.3. Pengeluaran Energi Dalam Berbagai Pekerjaan Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo 2000.
Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam merancang sistem kerja.
1. Sistem kerjanya tidak membutuhkan energi tubuh lebih dari 2400 K
2. Bila harus melebihinya, mesti ada makanan tambahan diberikan pada pekerja. Inipun hanya dibenarkan bila terjadi sekali-kali saja dan tidak untuk jangka panjang sifatnya.
3. Meski tidak melebihi 2400 K untuk berapapun energi kerja yang diperlukan hendaknya diperhatikan masukkan kalori sehari-hari umumnya pekerja agar kebutuhan 2400 K untuk aktivitas kerja tetap terpenuhi secara minimal.
Makan Harian Sarapan Snack Pagi Makan Siang Snack Sore Makan Malam
Kelompok Pekerja Halus 300 - 400 Kal 25 - 50 Kal 800 - 900 Kal 25 - 50 Kal 1250 - 1400 Kal
Kelompok Pekerja Kasar 600 - 700 Kal 150 - 250 Kal 900 - 1000 Kal 150 - 250 Kal 1400 - 1600 Kal
Tabel 2.4. Distribusi Pemasukan Makan Harian.
29
Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo 2000.
Jenis Makanan Sayuran Kol Susu Skim Susu Penuh Kentang Beras/Nasi Telor Daging Keju Roti Gula Mentega
Berat 670 g 400 g 3 dl 2 dl 150 g 55 g 60 g 50 g 45 g 42,5 g 25 g 13,5 g
Tabel 2.5. Berat Makanan Untuk Menghasilkan 100 Kalori. Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo 2000.
Jenis Makanan Kecil 1 Cangkir Air 1 Cangkir Sop 1 Cangkir Teh Dengan 2 Potong Gula 1 Cangkir Kopi Dengan 2 Potong Gula Dan Susu 1 Cangkir Sari Buah 1 Cangkir Susu Atau Susu Asam 1 Cangkir Ovaltin
Isi Kalori 10 - 15 35 37 65 66 130
30
Biskuit (50 g) Roti (50 g) Roti Dengan Buah Roti Dengan Keju Roti Dengan Sosis Roti Dengan Coklat
190 120 240 300 300 350
Tabel 2.6. Makanan Kecil Dan Isi Kalorinya Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo 2000.
2.4.2. Proses Tejadinya Kelelahan. Kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya pada dasarnya pola ini ditimbulkan oleh dua hal, yaitu: akibat kelelahan fisiologis (fisik atau kimia) dan akibat kelelahan psikologis (mental atau fungsionil). Hal ini biasa bersifat objektif (akibat perubahan performance) dan bersifat subjektif (akibat perubahan dalam perasaan dan kesadaran). 1.
Kelelahan Akibat Faktor Fisiologis (Fisik atau Kimia).
Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh. Dari segi fisiologis, tubuh manusia dapat dianggap sebgai mesin yang mengkonsumsi bahan baker dan memberikan out put berupa tenaga-tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktivitas sehari-sehari. Pada prinsifnya, ada 5 macam mekanisme yang dilakukan tubuh yaitu: sistem peredaran, sistem pencernaan, sistem otot, sistem syaraf dan sistem pernafasan. Kerja fisik yang kontinu berpengaruh terhadap mekanisme-mekanisme tersebut, baik secara sendiri-sendiri ataupun
31
sekaligus. Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan aktivitas otot. Atau mungkin bisa dikatakan bahwa produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah. Makanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah setiap kontraksi dari otot diikuti oleh reaksi kimia (oksidasi glukosa) yang merubah glikogen tersebut menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernapasan, sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontinu hal ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik, apabila fisiknya tidak terlalu
berat.
Pada
dasarnya
kelelahan
ini
timbul
karena
terakumulasinya produk sisa, dalam otot atau peredaran darah yang disebabkan oleh tidak seimbangnya antara kerja dengan proses pemulihan. Secara lebih jelas, terdapat tiga penyebab timbulnya kelelahan fisik, yaitu:
1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan CO 2, saerolactic, phospati dan sebagainya, diman zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat tersebut tidak seimbang dengan
32
proses pengeluarannya, sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang menunggu kegiatan otot selanjutnya.
2. Karbohidrat yang didapat dari makanan dirubah menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glikogen, setiap 1 cm 3 darah normal akan membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1 persen dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati. Karena bekerja, persediaan glikogen dalam hati akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7 persen.
3. Pada keadaan normal jumlah udara yang masuk melalui pernapasan kira-kira 4 Lite/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras, dibutuhkan udara kira-kira 15 Liter/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernapasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan akan timbul, karena reaksi oksidasi dalam tubuh, yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi air (H2O) dan CO2 agar dikeluarkan dari tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot atau dalam peredaran darah). 2.
Kelelahan Akibat Faktor Psiologis.
Macam kelelahan kedua adalah kelelahan psikologis. Kelelahan ini bisa dikatakan kelelahan yang palsu, yang timbul dalam perasaan seseorang dan terlihat dengan tingkah lakunya atau pendapat–
33
pendapat yang tidak konsekuen lagi serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun sendiri dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya. Hal–hal yang dapat digunakan sebagai patokan untuk mengetahui telah datangnya gejala–gejala atau perasaan–perasaan dari kelelahan: 1. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat, menguap, pikiran merasa kacau, mengantuk, mata terasa berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring. 2. Merasa susah berfikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap dan dapat tekun dalam pekerjaan. 3. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri dipunggung, pernapasan merasa tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan dan merasa kurang sehat badan. Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya:
Sediakan kalori secukupnya sebagai masukan untuk tubuh.
Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan memakai prinsif ekonomi gerakan.
34
Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya pengeluaran tenaga
tidak
melebihi
pemasukannya
dengan
memperhatikan batasan–batasannya.
Memperhatikan waktu keerja yang teratur, berarti harus dilakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarana–sarananya, masa libur dengan rekreasi dan lain– lain.
Mengatur lingkungan fisik sebaik–baiknya, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, penerangan, kebisingan, getaran, bau/wangi–wangian dan lain lain.
Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan akibat kerja, misalnya dengan menggunakan warna dan dekorasi ruangan kerja, menyediakan musik, menyediakan waktu olahraga dan lain–lain.
2.5.
Kondisi
Lingkungan
Kerja
Yang
Mempengaruhi
Kegiatan. Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan-tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan teknologi sekarang memungkinkan untuk melaksanakan pengujian semacam ini dan tentu saja
35
pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia akan sangat membantu dalam mencapai hasil dari pengujian ini. Sebagaimana
kita
mempengaruhi
ketahui,
terbentuknya
terdapat
banyak
suatu kondisi
faktor
yang
lingkungan kerja
diantaranya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis dan bau–bauan. 2.5.1. Temperatur Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda-beda, seperti ditunjukkan pada gambar sebagai berikut: No 1. 2. 3. 4. 5. 6
Bagian Mulut Dada (kulit) Garis Pinggang (kulit) Bul Betis Kaki
Derajat Celsius 370 C 24,40 - 330 C 350 - 360 C 37,50 C 26,50 – 28,30 C 26,50 – 28,30 C
Tabel 2.7. Temperatur Disetiap Anggota Tubuh Manusia Dalam Keadaan Normal. Sumber: Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J. H. 1979. Teknik Tata Cara kerja. Departemen Teknik Industri ITB. Bandung.
Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal ini dengan suatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehinggga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
terjadi
diluar
tubuhnya.
Tetapi
kemampuan
untuk
36
menyesuaikan diri ini pun ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan dari temperatur luar tubuh ini tidak melebihi 20 % untuk kondisi panas dan 35 % untuk kondisi dingin, semuanya dari keadaan normal tubuh. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panasnya menurut penyelidikan apabila temperatur udara lebih rendah dari 17 C, berarti tempratur udara ini ada dibawah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri (35% dibawah normal), maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan, karena kehilangannya panas tubuh yang sebagian besar diakibatkan oleh konveksi dan radiasi, juga ada sebagian kecil akibat penguapan. Sebaliknya apabila temperatur udara terlalu panas dibandingkan temperatur normal tubuh, maka tubuh akan menerima panas akibat konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari kemampuan tubuh untuk mendinginkan dirinya melalui sistem penguapannya. Ini menyebabkan temperatur tubuh menjadi ikut naik dengan kelebihan tingginya temperatur udara. Sebagaimana kita ketahui dan rasakan bahwa temperatur yang terlalu dingin akan mengakibatkan gairah kerja yang menurun. Sedangkan temperatur udara yang terlalu panas, akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh dan dalam bekerja cenderung membuat banyak kesalahan. Menurut penyelidikan, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
37
No
Pada
Keterangan
Tempetratur
Temperatur yang dapat ditahan 490 C
1
sekitar 1 jam tetapi jauh diatas tingkat
kemampuan
fisik
dan
mental. Aktifitas mental & daya tanggap 2
29,50 C
3 4
240 C 100 C
menurun kesalahan
dan
mulai
dalam
membuat pekerjaan.
Timbul kelelahan Kondisi optimum. Kekakuan extrim mulai muncul.
Tabel 2.8. Beberapa Harga Temperatur Dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Tubuh. Sumber: Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J. H. 1979. Teknik Tata Cara kerja. Departemen Teknik Industri ITB. Bandung.
Harga-harga diatas tidak mutlak berlaku untuk setiap orang karena sebenarnya kemampuan beradaptasi setiap orang nyatanya berbedabeda, tergantung didaerah bagaimana dia bisa hidup. Orang yang biasa hidup didaerah panas berbeda kemampuan dibandingkan dengan mereka yang hidup didaerah dingin atau sedang. Tichauer telah menyelediki pengaruh temperatur terhadap produktivitas para pekerja penenunan kapas, yang menimbulkan bahwa tingkat produksi paling tinggi dicapai pada kondisi temperatur antara 75-80 F (24-27 C). 2.5.2. Kelembaban
38
Yang dimaksud kelembaban disini adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, bisa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udaranya, dan memang secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan bergerak udara, dan radiasi panas dari radiasi udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepas panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembabannya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan, dan pengaruh lain ialah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi akan oksigen. Sebagaimana kita ketahui, bahwa tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuhnya dengan suhu disekitarnya. Keseimbangan tersebut akan memenuhi rumus: M+R+C-E=O. Dimana :M= Panas yang diperoleh dari proses metabolisme. R= Perubahan panas karena radiasi. C= Perubahan panas karena konveksi. E= Hilangnya tenaga akibat penguapan. R dan C berharga (+) jika temperatur diluar tubuh lebih panas dibanding suhu tubuh berarti tubuh menerima panas dari lingkungan, dan sebaiknya R dan C berharga apabila suhu tubuh lebih panas dibandingkan temperatur luar. Jika temperatur udara panas dan kelembabannya tinggi, maka rumus keseimbangan akan menjadi:
39
M+R-E=O.
Ini
menunjukkan suatu keadaan dimana
tubuh
kehilangan tenaga akibat pengurangan, dan ini harus diimbangi terutama oleh akibat penguapan, dan ini harus diimbangi terutama oleh proses metabolisme yang untuk berlangsungnya memerlukan banyak oksigen artinya, makin panas dan makin lembab keadaan lingkungan, makin
banyak
metabolisme,
makin
dan
oksigen cepat
yang diperlukan untuk
peredaran
darah
sehingga
mempercepat pula denyut jantung. Keadaan ini sangat berbahaya bagi orang-orang tua dan mereka yang lemah jantung. 2.5.3. Sirkulasi Udara Sebagaimana kita ketahui, udara disekitar kita mengandung 21 % O2, 78 % N2, 0,03 % CO2, dan 0,97 % gas lainnya (campuran). Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan hidup kita, yaitu untuk proses metabolisme. Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas-gas atau bau-bau yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara disekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernapasan kita dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan mempercepat proses kelelahan. Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat alam arti kata cukup mengandung oksigen dan bebas ari zat-zat yang bisa menggangu kesehatan, harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang
40
baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih, yang biasanya dilakukan melalui ventilasi. Contoh ventilasi sederhana ialah jendela rumah, dimana melaui jendela inilah udara bersih dan segar didalam rumah bisa dijamin ada selamanya, karena akan terjadi sirkulasi udara dengan sendirinya. Sumber utama adanya udara segar adalah tanaman disekitar tempat kerja. Pada siang hari, dimana biasanya manusia melakukan sebagian besar dari kegiatannya pohon-pohonan merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh pernapasan kita. Dengan cukupnya oksigen disekitar kita, ditambah dengan pengaruh secara psikologi akibat adanya tanaman-tanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani kita. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan sangat membantu untuk mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
2.5.4. Pencahayaan Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek-obyek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan yang baik, akan makin diperlukan apabila kita
mengerjakan suatu pekerjaan yang
memerlukan ketelitian karena penglihatan. Pencahayaan yang terlalu suram , mengakibatkan mata pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan berusaha untuk bisa melihat, dimana lelahnya mata
41
mengakibatkan kelelahan mental; lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata, karena bisa menyilaukan. Kemampuan mata untuk dapat melihat objek dengan jelas ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras diantara objek dan sekelilingnya, luminensi (brightness) dan lamanya melihat. Yang dimaksud dengan derajat kontras adalah perbedaan derajat terang relatif antara objek dengan sekelilingnya, sedangkan luminensi berarti arus cahaya yang dipantulkan oleh objek. Salah satu kontras yang sederhana, apabila kita membaca buku atau meletakkan benda-benda putih, maka warna alas untuk buku sebaiknya relatif sama dengan warna kertas dari buku tersebut agar huruf-huruf dari buku tersebut mempunyai derajat kontras yang tinggi dibandingkan buku dan alasnya; begitu pula dengan bendabenda putih, agar derajat kontrasnya tinggi harus diletakkan pada alas yang berwarna gelap (lihat gambar berikut).
Benar
Salah
Gambar 2.1. Contoh Kontras Sumber: Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J. H. 1979. Teknik Tata Cara kerja. Departemen Teknik Industri ITB. Bandung.
42
Berikut ini adalah suatu contoh kemungkinan mata akan menjadi silau karena letak dari sumber cahaya. Dari gambar tersebut terlihat bahwa efektifitas mata untuk bisa melihat obyeknya adalah salah satunya ditentukan oleh letak sumber cahaya tersebut. Sebaiknya mata tidak langsung menerima cahaya dari sumbernya, tetapi cahaya tersebut harus mengenal objek yang akan dilihat, yang kemudian dipantulkan oleh objek tersebut ke mata kita, sehingga objek tersebut dapat dilihat. 2.5.5. Kebisingan Kemajuan teknologi ternyata banyak menimbulkan masalah-masalah seperti diantaranya yang dikatakan sebagai polusi, dimana keadaan ini tidak terjadi dimasa lampau. Salah satu polusi yang sekarang cukup menyibukkan para ahli untuk mengatasinya ialah kebisingan, yaitu bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut
dapat
mengganggu
ketenangan
bekerja,
merusak
pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Ada tiga aspek yang menentukan kwalitas suatu bunyi, yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu: lama, intensitas,
dan
frekuwensinya.
Makin
lama
telinga
kita
mendengarkan kebisingan, makin buruk akibatnya bagi kita, diantaranya pendengaran yang makin berkurang.
43
Intensias biasanya diukur degan satuan decibel (dB), yang menunjukkan besarnya arus enersi persatuan luas. Berikut ini ditunjukkan skala intensitas yang biasa terjadi disuatu tempat atau akibat suatu alat/keadaan: Desibel
Batas dengar tertinggi
120 Menulik
110
Halilintar Meriam Mesin Uap
100 Sangat hiruk
90 80 80
Kuat
70 60
Sedang
50 40
Tenang
30 20
Sangat tenang
10
Jalan Hiruk-Pikuk Perusahaan Sangat Gaduh Pluit Polisi Kantor Gaduh Jalan Pada Umumnya Radio Perusahaan Rumah Gaduh Kantor Umumnya Percakapan Kuat Radio Perlahan Rumah Tenang Kantor Perorangan Auditorium Percakapan Suara Daun-daun Berbisik Batas Dengar Terendah
0
Tabel 2.9. Skala Intensitas Kebisingan Sumber: Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J. H. 1979. Teknik Tata Cara kerja. Departemen Teknik Industri ITB. Bandung.
Frekuwensi menunjukkan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang sampai ditelinga kita setiap detik, dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau Herz (Hz).
44
2.5.6. Getaran Mekanis Sesuai dengan namanya, getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ketubuh kita dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas (meter/detik) dan frekuwensi getarnya (getaran/detik); getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh karena ketidakteraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas ataupun frekuwensinya. Sedangkan alat-alat yang ada dalam tubuh kita pun mempunyai frekuwensi alami, dimana alat yang satu berbeda frekuwensi alaminya dengan alat yang lain. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terjadi apabila frekuwensi alat mini beresonansi dengan frekuwensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis ini dapat mengganggu tubuh dalam hal: -
mempengaruhi konsentrasi bekerja
-
mempercepat datangnya kelelahan
-
dapat
menyebabkan
timbulnya
beberapa
penyakit,
diantaranya karena gangguan terhadap: mata, syaraf, peredaran darah, otot-otot, tulang-tulang, dan lain-lain.
45
2.5.7. Bau-bauan Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, apalagi kalau bau-bauan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat mengganggu konsentrasi bekerja dan secara lebih jauh bau-bauan yang terjadi terus menerus bisa mempengaruhi kepekaan penciuman. Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang mempengaruhi kepekaan penciuman. Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat ketajaman penciuman seseorang. Oleh karena itu pemakaian “air conditioner” yang tepat merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja. 2.5.8. Warna Yang dimaksud disini adalah warna tembok ruangan tempat kerja, dimana warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat objek, juga warna disekitar tempat kerja berpengaruh secara psikologis yang berbeda-beda terhadap manusia. Diantaranya: warna merah bersifat merangsang; warna kuning memberikan kesan yang luas atau lega; warna hijau atau biru memberikan kesan yang sejuk, aman dan menyegarkan; warna gelap memberikan kesan sempit dan warna terang memberikan kesan leluasa. Dalam keadaan dimana
ruangan
terasa
sempit,
warna
yang
sesuai
dapat
46
menghilangkan
kesan
tersebut,
hal
ini
secara
psikologis
menguntungkan karena kesan sempit cenderung menimbulkan ketegangan. Dengan adanya sifat-sifat itulah, maka pengaturan warna ruangan tempat kerja perlu diperhatikan; dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya. 2.6.
Otot Manusia
2.6.1. Aktivitas Otot Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaks (santai). Analogi mekanismenya adalah seperti silinder pneumatic, aktivitas tunggal dengan sistem pegas. Walaupun pada hakekatnya tidak ada pegas dalam tubuh manusia. Dari sinilah otot sebagai penggerak utama bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot yang lain yang dikenal sebagai gerakan antagonis yang berfungsi untuk mengendalikan dan mengembalikan posisi tangan dan kaki pada tempat asalnya. Dalam pergerakan yang pelan dan terkendali, baik otot penggerak utama maupun yang antagonis berada pada posisi tegang (tension) selama dalam pergerakannya. Sebaliknya dalam pergerakan yang cepat, otot antagonis secara otomatis relaks. Ada juga jenis otot lain yang disebut sebagai fiksator yang berfungsi sebagai pemberi keseimbangan pada saat adanya suatu gerakan dan sinergis yang berfungsi untuk mengontrol sambungan–sambungan sehingga memungkinkan suatu gerakan berjalan secara efisien.
47
2.6.2. Sumber Energi Bagi Otot Sumber utamanya adalah dari pemecahan senyawa phosphate kaya energi dari kondisi energi tinggi ke energi rendah, yang mana dalam waktu yang sama akan menghasilkan muatan elektro–elektro dan menyebabkan gerakan relative dari Molekul Actin dan Myosin. Hal ini ditunjukkan pada proses berikut : ATP = ADP + Energi. ATP = Adenosin Tri Phosphat. ADP = Adenosin Di Phosphat. Untuk melanjutkan proses ini, ATP harus disintesa dengan bahan baker yang berasal dari sumber lain. 2.6.2.1. Anaerobic Anaerobic yaitu perubahan ATP menjadi ADP dengan energi tanpa bantuan oksigen. Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah menjadi energi, dan membentuk asam laktat. Dalam proses ini asam laktat akan memberikan indikasi adanya kelelahan otot secara lokal, karena kurangnya jumlah oksigen yang disebabkan oleh kurangnya jumlah supply darah yang di pompa oleh jantung. Misalnya jika ada gerakan yang bersifat tiba–tiba (mendadak), lari jarak dekat dan lain sebagainya. Sebab lain adalah karena pencegahan kebutuhan aliran
48
darah yang mengandung oksigen dengan adanya beban otot statis. Ataupun karena aliran darah yang tidak cukup mensupplay oksigen dan glikogen akan melepaskan asam laktat. 2.6.2.2. Aerobic Aerobic yaitu perubahan ATP menjadi ADP dan energi dengan bantuan oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot dioksidasi dengan cepat menjadi CO 2 dan H2O dalam kondisi aerobic. Sehingga beban kerja yang tidak terlalu melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Disamping itu aliran darah yang cukup akan mensupplay lemak, karbohidrat dan oksigen kedalam otot, akibat dari kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan menurun drastic di bawah normal, dan kebalikannya kaadar asam laktat akan meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik adalah menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat dan makan–makanan yang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah. Hal tersebut diatas merupakan proses kontraksi otot yang telah disederhanakan melalui pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan pentingnya aliran darah untuk otot.
49
Gambar 2.2. Tulang Manusia. Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo 2000.
50
Gambar 2.3. Tulang Manusia Pada Waktu Kecil.
51
Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo 2000.
52
Gambar 2.4. Otot-otot Rangka Manusia. Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo 2000.
2.7.
Mengatur Waktu Kerja
Beberapa Hasil Penelitian Membuktikan bahwa perubahan lamanya waktu kerja sehari menimbulkan perubahan pada efisiensi kerja. Dalam banyak kasus, kerja yang melebihi 10 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi dan penurunan kecepatan kerja yang disebabkan kelelahan. Dari pengamatan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang pegawai cenderung untuk mempertahankan keluaran setiap harinya seperti yang telah ditetapkan, sehingga ia akan berupaya untuk mencapai irama kerjanya sendiri dalam rangka mengadaptasi situasi termaksud. Fenomena tersebut hanya akan berlangsung apabila pekerjaan tidak tergantung kepada mesin. Kesediaan pegawai untuk menyesuaikan kecepatan kerjanya selama jam kerja dipengaruhi juga oleh banyaknya gaji yang diterima atau motivasi lainnya. 2.7.1. Kerja Lembur. Hasil penelitian membuktikan bahwa kerja lembur yang berlebihan tidak hanya meragukan akan keluaran perjamnya, tetapi juga akan diikuti dengan meningkatnya kemangkiran karena sakit atau kecelakaan kerja. Perbandingan antara konsumsi energi dan penggantian kembalinya, atau penggantian antara bekerja dan pemulihannya berlaku sama bagi semua fungsi tubuh. Hal tersebut
53
diperlukan oleh semua pegawai. Waktu istirahat merupakan kebutuhan fisiologis yang tidak dapat dihindari dalam rangka mempertahankan kapasitas kerja. 2.7.2. Waktu Istirahat. Melalui penelitian kerja, dapat diketahui bahwa waktu yang digunakan seorang pegawai yang sedang bekerja, dapat diselangi istirahat dengan berbagai cara. Istirahat dalam jam kerja dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: 1. Istirahat spontan adalah istirahat yang disisipkan oleh pegawai sendiri untuk melepas lelah. Biasanya tidak memerlukan waktu lama meskipun sering dilakukan, terutama pada pekerjaan yang berat. 2. Istirahat sembunyi (mengerjakan hal-hal yang tidak penting) adalah istirahat yang dilakukan dengan melaksanakan pekerjaan yang tidak ada kaitannya dengan tugas yang sedang dikerjakan. Dengan kerja sekunder, pegawai berupaya untuk mendapatkan total melepas lelah yang banyak bagi pemulihannya. 3. Istirahat kondisi pekerjaan adalah istirahat yang terdiri dari segala macam waktu menunggu, tergantung pada pengaturan pekerjaannya atau gerakan mesin. Seringkali waktu tunggu semacam itu terjadi ketika operasi mesin telah selesai. Kecepatan bekerja akan menurun oleh ketuaan, karenanya pegawai muda akan memiliki waktu istirahat yang lebih panjang
54
dibandingkan dengan pegawai tua, sebab harus menyesuaikan diri dengan kecepatan rekan sekerjanya yang lebih tua. Itulah sebabnya, pegawai tua atau pegawai yang yang kurang terampil seakan–akan
harus
bekerja
terburu-buru
hingga
dapat
mengalami ketegangan yang berlebihan. 4. Istirahat telah ditentukan adalah istirahat yang telah ditetapkan dan diberlakukan atas dasar penelitian kerja. Apabila ditentukan banyak waktu istirahat pendek yang disisipkan selama bekerja, maka istirahat tersembunyi dan istirahat spontan akan berkurang, baik dari segi jumlah atau lamanya. Untuk memulai pekerjaan dengan terampil dan cepat, diperlukan waktu tenggang (running in) setelah istirahat. Jadi untuk sampai kepada kecepatan normal akan diperlukan waktu tenggang beberapa menit. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui akibat dari waktu istirahat terhadap hasil produksi. Bagi pekerjaan berat, lama istirahat harus ditentukan sebelumnya, dan bagi rata selama hari kerja. Jika pegawai memilih bagaimana mendistribusikan waktu istirahat, mereka cenderung untuk mengajak bekerja kontinyu dan diperbolehkan untuk meninggalkan pekerjaan lebih awal. Hal ini akan mengarah kepada tegang yang berlebihan (over stressed) khususnya bagi pegawai yang sudah berumur tua. Bagi pekerjaan yang lebih ringan, agak sulit ditetapkan apakah lama istirahat perlu ditentukan sebelumnya atau tidak. Walaupun lama
55
istirahat pada prinsipnya merupakan kebutuhan fisiologis, namun tidak berarti harus diatur secara resmi, karena kondisi kerja dan jenis istirahat lainnya mungkin sudah mencukupi. 2.7.3. Waktu Makan. Dalam
mempertahankan
hidup,
setiap
orang
antara
lain
membutuhkan hal-hal berikut: 1. Bahan makanan (kabohidrat, lemak dan protein). 2. Bahan pelindung (vitamin, mineral, zat besi, yodium, asam lemak, dan sebagainya). 3. Cairan untuk pendingin. Kebutuhan energi akan semakin besar bila seorang pegawai melakukan pekerjaan fisik semakin banyak, dan kebutuhan energi dapat dipenuhi oleh tambahan makanan yang masuk. Kadar energi dari makanan diukut dalam kalori (Kkal) dan pengeluaran energi orang juga diukur dengan Kkal. Mengukur waktu istirahat yang pendek di tengah hari maksudnya agar makan bisa dilakukan di kantin atau rumah makanan yang dekat dengan tempat kerja. Pada umumnya makan di kantin atau di rumah makan terhitung relatif mahal, sehingga dapat mengakibatkan pegawai mengubah kebiasaan, yaitu makan sedikit di siang hari dan makan banyak di malam hari (di rumah). Dilihat dari segi kesehatan, memberikan waktu istirahat 45-60 menit untuk istirahat makan di tengah hari akan cukup untuk memulihkan
56
kelelahan. Dan diberi tambahan 10-15 menit untuk istirahat di waktu pagi dan sore hari akan dapat memulihkan kesegaran tubuh. Bekerja selama 8 jam per hari dapat diambil sebagai suatu kondisi yang optimal. Meskipun demikian waktu istirahat masih harus diadakan, disisipkan dalam kurun waktu 8 jam kerja. Istirahat diperlukan untuk memulihkan kesegaran baik fisik maupun mental. Jumlah waktu istirahat secara umum berkisar antara 15%, bahkan sering juga mencapai 20-30% dari jumlah wktu/jam kerja, disamping tergantung pada tipe pekerjaannya. Khusus bagi pekerjaan yang berkaitan dengan istirahat kondisi pekerjaan, bagi pekerjaan tipe berat, bekerja dengan sering istirahat lebih baik dari pada bekerja dengan jarang istirahat. Beberapa kali melakukan istirahat pendek juga lebih baik dari pada melakukan istirahat satukali dalam waktu yang panjang. Mengatur waktu makan dan mengatur jumlah atau jenis makanan penting untuk menjaga gizi dan kesehatan sehingga tidak menimbulkan
ransangan
kepada
sistem
penghambat
dalam
beroperasi, (berarti datangnya situasi lelah dan rasa ngantuk). Bagi pegawai yang banyak melakukan kerja fisik, tambahan air dalam
tubuh
sangat
diperlukan
agar
dapat
lebih
banyak
mengeluarkan keringat, dan tambahan makanan kecil diperlukan pula sebagai tambahan energi. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh tambahan mineral berkalori tinggi seperti teh manis, susu, cokelat, dan sebagainya. Apabila keringat banyak keluar (karena menghadapi situasi dan kondisi suhu atau temperatur yang terlalu tinggi), maka
57
penggunaan tablet garam akan sangat bermanfaat dalam rangka menambah keinginan untuk minum. Pegawai kasar memerlukan makanan yang banyak kalori, sedang pegawai yang pekerjaannya bersifat lebih halus memerlukan makanan yang mengandung vitamin (bukan makanan yang banyak kalori). 2.8.
Mengendalikan Stress
2.8.1. Mengenal Stress Stress sering diartikan sebagai kelebihan tuntutan atas kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan. Masalah yang terdapat dalam lingkungan keluarga, kegiatan sosial, pekerjaan di kantor, kegiatan di waktu senggang, maupun yang ada hubungannya dengan orang lain, dapat menimbulkan beban yang berlebihan. Untuk memberikan kejelasan, maka berikut ini adalah gambaran tentang penyokong beban yang berlebihan. Keluarga (Suami/istri, anak, orang tua) Kegianatn Waktu Senggang
Beban Berlebihan
Orang Lain
Kegiatan Sosial Pekerjaan Kantor
58
Gambar 2.5. Penyokong Beban Yang Berlebihan. Sumber: Dra. Sedarmayanti M.Pd., Tata Kerja dan Produktivitas Kerja, CV. Mandar Maju 1996.
Setiap orang pernah mengalami variasi dari beban yang berlebihan, dan berupaya mengatasi masalah atau situasi ketika sesuatu yang tidak terduga dan mendesak timbul, atau seseorang menderita sakit. Mempunyai terlalu banyak kegiatan yang harus dilakukan atau dikerjakan dan merasa tidak mempunyai cukup waktu untuk mengerjakannya adalah merupakan masalah yang umum atau biasa terjadi. Dalam posisi atau keadaan yang sederhana, jalan keluar atau penyelesaian masalahnya tampak jelas. Penyelesaian masalahnya antara lain berupa apakah seseorang: 1. Memerlukan lebih sedikit kegiatan untuk dikerjakan. 2. Memerlukan lebih banyak waktu untuk mengerjakan. 3. Perlu bantuan untuk mengerjakannya. Seseorang mengalami stress karena mungkin mendapat tekanan internal, dan eksternal. Sumber tekanan internal dapat berupa kondisi fisik, perilaku, kognitif, emosional, dan lain-lain. Sumber tekanan eksternal dapat berupa lingkungan fisik, karakteristik pekerjaan, lingkungan dan lain-lain. Untuk jelasnya, berikut ini adalah gambar tentang sumber tekanan.
59
Lingkungan Fisik (misalnya, kebisingan, kesesakan)
Karakteristik pekrjaan (misalnya batas waktu yang ketat, sedikit kendali)
Lingkungan Sosial Budaya (misalnya, kompetisi)
Tekanan eksternal
STRESS
Tekanan internal
Fisik (misalnya, keadaan sehat)
Perilaku (misalnya, Kognitif kebiasaan kerja (misalnya, Standar yang tidak efisien) yang terlalu tinggi)
Emosional (misalnya, tidak mau meminta bantuan)
Gambar 2.6. Sumber Tekanan. Sumber: Dra. Sedarmayanti M.Pd., Tata Kerja dan Produktivitas Kerja, CV. Mandar Maju 1996.
Sering dirasakan bahwa beban kerja yang berlebihan dapat melebihi apa yang terjadi di dalam pekerjaan, tetapi biasanya lebih mudah dan lebih menyenangkan untuk melihatnya sebagai suatu “masalah kerja”. Kadang-kadang suatu tuntutan mungkin menjadi tumpang tindih, sehingga menghambat penyelesaian masalah yang seharusnya sederhana. Apabila seorang pegawai melakukan pekerjaannya sampai larut malam maka kemungkinan pegawai tersebut akan dapat menyelesaikan pekerjaan yang baru dan mendesak.
60
Banyak gejala yang dapat menimbulkan stress, diantaranya adalah: 1. Otot mengencang. 2. Denyut jantung meningkat. 3. Pernapasan menjadi lebih cepat dan lain-lain. Hal tersebutkah yang dimaksud dengan stress? Sebagian pendapat mengatakannya. Akan tetapi bagaimana dengan perasaan panik ketika seseorang menyadari bahwa ia mempunyai terlalu banyak hal yang harus dikerjakan dan tidak mempunyai cukup waktu untuk mengerjakannya. Seseorang mungkin mengalami stress tanpa menyadarinya, atau setidaknya menolak mengakuinya. Seseorang bahkan mungkin melihat stress merupakan sesuatu yang positif, karena dapat memotivasi diri sendiri. Sebagian orang mengatakan bahwa pegawai akan bekerja dengan lebih baik jika batas waktu yang ditetapkan. Semakin singkat waktu yang tersedia untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan, maka kecenderungannya pegawai akan lebih termotivasi dan akan semakin baik bekerja (karena pekerjaannya dapat cepat selesai). Stress di alami oleh setiap orang dari segala lapisan, seseorang harus belajar menghadapi dan menghilangkan stress pada saat yang memungkinkan dan sesuai dengan kebutuhan. Dalam kasus tertentu, mengatasi
stress
dengan
cara
yang
sebaik
mungkin
dan
61
menggunakannya dengan cara yang positif, dapat mencapai sesuatu yang lebih bermanfaat. Sebelum seseorang dapat mengatasi stress, perlu diketahui terlebih dahulu dari mana stress berasal, dan apa yang menyebabkannya. Seeorang perlu mengetahui jika pada suatu saat terkenan stress, dampak apa yang ditimbulkannya pada diri seseorang. Mengenal stress secara dini dalam diri sendiri, merupakan langkah awal dari usaha mengatasinya, Kadang-kadang stress di suatu lingkungan, dapat menimbulkan reaksi di tempat atau lingkungan lain. 2.8.2. Penyebab Umum Stress. Untuk
memperoleh
gambaran
tentang
situasi
yang
dapat
menyebabkan stress, maka perlu diketahui tentang kekurangan dan kelebihan ransangan. Ada beberapa tingkatan ransangan yang dapat menyebabkan stress. Berikut ini adalah gambaran umum mengenai tingkatan ransangan penyebab stress dan konsekuensi psikologisnya. Tingkatan Tingkatan Ransangan Rendah
Konsekuensi Psikologis - Pekerjaan rutin - Prestasi kerja buruk. yang - Melakukan sabotase membosankan. dalam pekerjaan. - Kurang - Merasa frustasi, berhubungan cemas dan tegang dengan orang lain - Makan/minum - Hubungan yang berlebihan Penyebab Stress
62
tidak memuaskan - Kelelahan dan tidak - Bersikap menguntungkan bodoh - Kurang kesempatan yang bersifat rekreatif - Terlalu sibuk - Tuntutan konflik dengan waktu/keahlian - Terlalu banyak aktifitas yang harus Tingkat dikerjakan Ransangan Tinggi - Kurang kesempatan untuk santai - Kecemasan finansial/pribadi
masa
- Prestasi kerja buruk - Merasa frustasi, cemas, dan tegang - Makan/minum - Kelelahan - Merasa sudah tidak dapat mengatasi situasi - Berekreasi secara berlebihan
Tabel 2.10. Penyebab Stress dan Konsekuensinya Psikologisnya. Sumber: Dra. Sedarmayanti M.Pd., Tata Kerja dan Produktivitas Kerja, CV. Mandar Maju 1996.
Pada tabel tersebut dapat dilihat sejumlah sikap dan perasaan yang dialami oleh penderita stress. Sedangkan pada kolom konsekunsi psikologis, tampak gambaran yang paling sederhana tentang penyebab stress. Berdasarkan penelitian, dengan karakteristik kehidupan di Asia yang memungkinkan menyebabkan timbul dan berkembangnya stress, adalah hal-hal yang berhubungan dengan :
63
1. Cara hidup. 2. Cara mengadakan rekreasi. 3. Cara bekerja. 4. Sifat pekerjaan. 5. Harapan untuk berprestasi. 6. Kegagalan berprestasi. 7. Cuaca. 2.8.3. Mengatasi Dan Mengendalikan Stress Mengatasi dan mengendalikan stress hendaknya dilakukan secara adaptif dan efektif. Dalam hal ini perlu diketahui apa yang boleh dilakukan dan apa yang harus diupayakan. Respon pertama terhadap stress yang dilakukan oleh beberapa orang, adalah kadang-kadang menyalakan sebatang rokok atau meraih segelas minuman keras. Hal tersebut bukan merupakan cara penanggulangan yang efektif, tidak dapat menyelesaikan/memecahkan sebab dari stress, bahkan hanya menambah masalah. Banyak
cara
yang
dapat
dilakukan
untuk
mengatasi
dan
mengendalikan stress, yang paling penting perlu dikenali terlebih dahulu penyebab stress yang bersangkutan, sehingga jelas tindak lanjut apa yang perlu dilakukan kemudian. Dalam mengatasi dan mengendalikan stress, pada umumnya seseorang dihadapkan pada 3 bidang untuk melakukan tindakan/perubahan, yaitu: diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Pada dasarnya salah satu dari bidang tersebut akan dijadikan target yang jelas untuk dilaksanakan, namun
64
bila pada kenyataan mengalami kesulitan maka perlu segera dipikirkan untuk segera beralih melaksanakan kegiatan di bidang lainnya. Dalam upaya untuk mengatasi dan mengendalikan stress perlu mempelajari
keterampilan
tertentu,
diantaranya
melakukan
relaksasi/rileks. Melakukan relaksasi mungkin tidak memecahkan masalah
stress
dengan
sendirinya,
tetapi
mungkin
dapat
menempatkan diri dalam keadaan, di mana seseorang dapat berfikir tentang suatu masalah dan merenungkannya dengan lebih tenang. Cara seperti ini dapat mengurangi atau menyembuhkan beberapa penyakit dan nyeri yang disebabkan oleh ketegangan. Stress lebih mungkin dijumpai oleh seseorang yang tidak mempunyai banyak kendali. Manajemen stress berarti lebih dari sekedar menjauhkan apa yang tidak menyenangkan atau “penuh stress”, tetapi tindakan ini juga melibatkan penambahan hal-hal bersifat positif yang menyenangkan. Setiap hari, seseorang dihadapkan pada beberapa keadaan untuk memecahkan masalah. Memecahkan masalah tidak selalu menjamin bahwa telah didapat secara tepat apa yang diinginkan. Hal tersebut dapat membuat seseorang menjadi lebih stress atau frustasi. Oleh sebab itu belajar keterampilan untuk memecahkan masalah merupakan hal yang penting, karena berarti berlatih melaksanakan suatu rangkaian prosedur.
65
Dalam memecahkan masalah, perlu dilakukan identifikasi masalah, identifikasi
prioritas
dan
tujuan,
pertimbangan solusi yang dipilih.
identifikasi
solusi,
dan