BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa, dan indera peraba. Pengetahuan seorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman, dan tinggi rendahnya
mobilitas
informasi
tentang
sesuatu
dilingkungannya
(Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan sebuah Konsep Perilaku “K-A-P” (”KnowledgeAttitude-Practice”),
yang
menjelaskan
bahwa
perilaku
seseorang
(misalnya perilaku ibu hamil terhadap kepatuhan dalam mememeriksakan kehamilannya) sangat dipengaruhi oleh sikapnya yang mendukung terhadap
anjuran
memeriksakan
kehamilannya.
Sikap
(attitude)
dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge) tentang sesuatu (misalnya pengetahuan
manfaat
pemeriksaan
kehamilan
bagi
ibu
hamil)
(Notoatmodjo, 2003).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan Dalam Dominan Kognitif Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif (cognitive domain) mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan dengan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formula-formula yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2003).
2.1.3 Proses Penyerapan Ilmu Pengetahuan Menurut Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), bahwa suatu pesan yang diterima oleh setiap individu akan melalui lima tahapantahapan berurutan sebelum individu tersebut mengadopsi perilaku baru, yaitu: a. Awareness (Kesadaran) Awareness adalah keadaan dimana seseorang sadar bahwa ada suatu pesan yang disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
b. Interest (Merasa Tertarik) Interest adalah seorang mulai tertarik akan isi pesan yang disampaikan. c. Evaluation (Menimbang-nimbang) Evaluation merupakan tahap dimana penerima pesan mulai mengadakan penilaian keuntungan dan kerugian dari isi pesan yang disampaikan. d. Trial (Mencoba) Trial merupakan tahap dimana penerima pesan mencoba mempraktekkan isi pesan yang didengarkan. e. Adaption (Adapsi) Adaption merupakan tahap dimana penerima pesan mempraktekkan dan melaksanakan isi pesan dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Evin (2009), Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut : a. Umur Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin cukupnya umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada yang belum cukup tinggi kedewasannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa. b. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menentukan dan menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Universitas Sumatera Utara
c. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan
cara mengulang
kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. d. Pekerjaan Ibu yang bekerja disektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informsi, termasuk kesehatan. e. Lingkungan f. Sosial budaya dan status ekonomi
2.1.5 Cara Mengukur Pengetahuan Pengukuran pengetahuan yang dikemukakan oleh Bloom dan Skinner dalam Evin (2009), yaitu dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan kata-kata yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan maupun tulisan. Bukti atau jawaban tersebut merupakan reaksi dari suatu rangsangan yang berupa pertanyaan baik lisan maupun tulisan. Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, antara lain: a. Pertanyaan subjektif berupa jenis pertanyaan essai Hal ini karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga nilainya akan beda dari seorang penilai dibandingkan dengan yang lain dari suatu waktu ke waktu yang lain. b. Pertanyaan objektif berupa pertanyaan pilihan berganda dan benar salah. Hal ini karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti penilaiannya tanpa melibatkan faktor subjektivitas dari penilai. Dari kedua pertanyaan tersebut, penilaian objektif khususnya dengan pilihan berganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai.
Universitas Sumatera Utara
2.2
Antenatal Care
2.2.1 Pengertian Antenatal Care Menurut World Health Organization (WHO) (2005), Antenatal Care yang disebut juga prenatal care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil untuk memperoleh suatu proses kehamilan serta persalinan yang aman dan memuaskan. Antenatal care dijalankan sejak kunjungan wanita hamil pertama sekali dan berlanjut hingga bayi lahir. Untuk negara di Eropa Timur, Amerika Utara, dan banyak negara maju lainnya, menyarankan agar antenatal care dilaksanakan sebanyak 12-16 kali kunjungan selama kehamilan. Sedangkan di negara berkembang pemeriksaan antenatal care cukup dilakukan sebanyak 4 kali sebagai kasus tercatat. Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2008), Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk menyiapkan diri sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas sehingga keadaan mereka masa postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik, tetapi juga mental (Prawirohardjo, 2006). Perawatan antenatal (PAN) adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti pada ibu hamil, pada perkembangan/pertumbuhan janin dalam kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan dalam kondisi yamg terbaik (Hanafiah, 2006).
2.2.2 Tujuan Antenatal Care Menurut Ari (2009), Tujuan asuhan kehamilan, adalah: 1.
Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu, dan tumbuh kembang janin.
2.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta sosial ibu dan bayi.
Universitas Sumatera Utara
3.
Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan.
4.
Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.
5.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan normal.
6.
Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Menurut Hanafiah (2006), dahulu tujuan Perawatan Antenatal (PAN) adalah untuk menjaring kasus kehamilan risiko tinggi dan risiko rendah. Faktor risiko tersebut sebenarnya bukan merupakan indikator yang baik bagi ibu hamil yang mengalami komplikasi. Jika kita telaah, mayoritas ibu hamil yang sebelumnya diidentifikasi “risiko rendah”, malah mengalami komplikasi, sebaliknya sebagian besar ibu hamil yang dianggap “risiko tinggi” melahirkan bayinya tanpa komplikasi. Oleh karena itu, menurut Hanafiah (2006), tujuan PAN, yaitu: 1. Mempromosikan serta menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan mengenai nutrisi, kebersihan diri, dan proses persalinan. 2. Mendeteksi secara dini kelainan yang terdapat pada ibu dan janin serta segera menatalaksanakan komplikasi medis, bedah, ataupun obstetri selama kehamilan dan menanggulanginya. 3. Mempersiapkan ibu hamil, baik fisik, psikologis, dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, masa nifas, masa menyusui, serta kesiapan menghadapi komplikasi.
2.2.3 Fungsi Antenatal Care Salah satu fungsi dari antenatal care (ANC) adalah untuk dapat mendeteksi/mengkoreksi/menatalaksanakan sedini mungkin segala kelainan yang terdapat pada ibu dan janinnya. Untuk itu, dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik
Universitas Sumatera Utara
mulai dari anamnesa yang teliti sampai dapat ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa sementara beserta prognosanya (Hanafiah, 2006). Perlunya mendeteksi penyakit dan bukan penilaian risiko dikarenakan pendekatan risiko bukan merupakan strategi yang efisien ataupun efektif untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Pendekatan PAN kini mengenalkan pendekatan
terbaru,
yaitu
Antenatal
Terfokus
(Focused
ANC),
yang
mengutamakan kualitas kunjungan daripada kuantitasnya. Pendekatan ini mengenalkan 2 kunci realitas, yaitu: 1. Pertama, kunjungan berkala tidak serta merta meningkatkan hasil akhir kehamilan, dan di negara berkembang secara logistik dan finansial adalah mustahil bagi fasilitas kesehatan dan komunitas yang mereka layani. 2. Kedua, banyak wanita yang diidentifikasi “berisiko tinggi” tidak pernah mengalami kompliksi, sementara wanita “berisiko rendah” sering kali mengalami komplikasi (Hanafiah, 2006). Antenatal Terfokus (Focused ANC) bergantung pada evidence-based, goal directed interventions yang layak untuk umur kehamilan dan ditujukan secara khusus pada isu-isu kesehatan yang paling utama bagi wanita hamil dan jabang bayi. Strategi kunci Antenatal Terfokus (Focused ANC) lainnya adalah bahwa setiap kunjungan ditangani oleh penyedia tenaga kesehatan yang ahli, yaitu bidan, dokter, perawat, atau tenaga kesehatan yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan PAN (Hanafiah, 2006). Selain itu, fungsi dari antenatal care (ANC) adalah untuk mempersiapkan fisik dalam menghadapi kehamilan, persalinan, dan nifas. Untuk itu, perlu komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) seperti: pemberian gizi yang baik, “empat sehat lima sempurna” terutama diet tinggi kalori tinggi protein (susu, tahu, air tahu), vitamin, dan mineral. Kemudian preparat Fe (zat besi) dan asam folat yang merupakan anti anemia (Safe Blood Safe Mother) (Hanafiah, 2006).
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Jadwal Antenatal Care Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2008), K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester pertama kehamilan, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga. Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, kunjungan antenatal care (ANC) minimal 4 kali selama kehamilan: a) Satu kali pada trimester I ( umur kehamilan 0-13 minggu ) b) Satu kali pada trimester II ( umur kehamilan 14-27 minggu ) c) Dua kali pada trimester III ( umur kehamilan 28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) (Ari, 2009).
2.2.5 Standar Asuhan Kehamilan Sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan, standar minimal pelayanan pada ibu hamil adalah tujuh bentuk yang disingkat 7T, antara lain: a. Timbang berat badan. b. Ukur tekanan darah. c. Ukur tinggi fundus uteri. d. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap. e. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis 1 tablet setiap harinya. f. Lakukan tes penyakit menular seksual (PMS). g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Ari,2009).
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun (2003) dalam Mufdlilah (2009), Standar Pelayanan Antenatal yang berkualitas meliputi: a. Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III untuk
Universitas Sumatera Utara
memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan tepat. b. Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada hubungan yang erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir bayi. Pertambahan berat badan hanya sedikit menghasilkan rata-rata berat badan lahir bayi yang lebih rendah dan risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya bayi BBLR dan kematian bayi. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan janin dalam rahim. Berdasarkan pengamatan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi berat badannya sebelum hamil. Pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20% dari berat badan ibu sebelum hamil, jika berat badan tidak bertambah, Lingkar Lengan Atas < 23,5 cm menunjukkan ibu mengalami kurang gizi. c. Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklampsi. Tekanan darah tinggi, protein urine positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas atas. Apabila pada kehamilan triwulan III terjadi kenaikan berat badan lebih dari 1 kg, dalam waktu 1 minggu kemungkinan disebabkan terjadinya oedema, apabila disertai dengan kenaikan tekanan darah dan tekanan diastolik yang mencapai > 140/90 mmHg atau mengalami kenaikan 15 mmHg dalam 2 kali pengukuran dengan jarak 1 jam. Ibu hamil dikatakan dalam keadaan preeklampsi jika mempunyai 2 dari 3 gejala preeklampsi. Apabila preeklampsi tidak dapat diatasi, maka akan berlanjut menjadi eklampsi. Eklampsi merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya kematian maternal. d. Pengukuran TFU (Tinggi Fundus Uteri) dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan berat janin intrauterine, tinggi fundus uteri dapat juga
Universitas Sumatera Utara
mendeteksi secara dini terhadap terjadinya mola hidatidosa, janin ganda atau hidramnion yang ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kematian maternal. e. Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk mengetahui usia kehamilan, letak, bagian terendah, letak punggung, menentukan janin tunggal atau kembar, dan mendengarkan denyut jantung janin untuk menentukan asuhan selanjutnya. f. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) kepada ibu hamil sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas. g. Pemeriksaan Hemoglobine (Hb) pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 30 minggu. Saat ini, anemia dalam kandungan ditetapakan kadar Hb <11gr% pada trimester I dan III atau Hb <10,5 gr% pada trimester II, Hb <8gr% harus dilakukan pengobatan, beri 2-3 kali zat besi per hari. h. Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan, diminum setiap hari, ingatkan ibu hamil tidak minum dengan teh atau kopi. i.
Pemeriksaan urine jika ada indikasi (tes protein dan glukosa), pemeriksaan penyakit-penyakit infeksi (HIV/AIDS dan PMS).
j.
Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, perawatan payudara, gizi ibu selama hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutnya.
k. Bicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami/keluarga pada trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman dan suasana yang menyenangkan, persiapan transportasi, dan biaya. l.
Tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat digunakan, obat-obatan yang diperlukan, waktu pencatatan kehamilan, dan mencatat semua temuan pada KMS ibu hamil untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Informasi yang Diberikan ketika Memberikan Asuhan Kehamilan Menurut Ari (2009), informasi-informasi yang harus diberikan kepada ibu hamil pada kunjungan kehamilannya adalah: 1) Trimester I a. Menjalin hubungan saling percaya Ini merupakan langkah paling awal namun akan sangat menentukan kualitas asuhan di waktu-waktu berikutnya. Hubungan saling percaya antara ibu hamil dan petugas kesehatan mutlak harus dapat dipenuhi sehingga informasi dan penatalaksanaan yang diberikan oleh petugas kesehatan dapat selalu sesuai dengan data yang disampaikan oleh pasien secara jujur. b. Deteksi Masalah Pada tahap awal pemberian asuhan, petugas kesehatan melakukan deteksi kemungkinan masalah atau komplikasi yang muncul dengan melakukan penapisan-penapisan. Beberapa diantaranya adalah penapisan kelainan bentuk panggul pada pasien dengan tinggi badan kurang dari 145 cm, preeklampsi, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, dan sebagainya. c. Mencegah masalah (TT dan anemia) Pencegahan masalah anemia merupakan prioritas pertama yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan karena anemia merupakan penyebab utama pendarahan postpartum. Selain anemia, petugas kesehatan juga harus melakukan pencegahan penyakit tetanus neonatorum karena penyakit ini memberikan peran yang cukup besar dalam menyebabkan kematian bayi. d. Persiapan persalinan dan komplikasi Meskipun proses persalinan masih cukup lama, namun petugas kesehatan tetap harus menyampaikan informasi ini sedini mungkin sehingga ibu hamil dan keluarga sudah mempunyai gambaran mengenai apa yang harus direncanakan. Selain itu untuk memberdayakan ibu hamil dan keluarga, beberapa komplikasi yang mungkin terjadi dalam kehamilan juga perlu disampaikan sejak dini sehingga ibu hamil dan keluarga dapat ikut aktif dalam pemantauan perjalanan kehamilannnya. e. Perilaku sehat (gizi, latihan/senam, kebersihan, istirahat)
Universitas Sumatera Utara
2) Trimester II Setelah petugas kesehatan menyimpulkan bahwa ibu hamil sudah cukup paham dengan informasi yang harus diketahui pada Trimester I, maka pada Trimester II ini, petugas kesehatan memberikan informasi yang berkaitan dengan preeklampsi ringan (pantau tekanan darah dan evaluasi edema). Petugas kesehatan mengajak ibu hamil dan keluarga untuk aktif dalam memantau
kemungkinan
gejala-gejala
preeklampsi
ringan
dalam
kehamilannya sehingga timbul tanggung jawab bagi ibu hamil dan keluarga untuk mempertahankan kesehatannya secara mandiri. 3) Trimester III a. Gemeli (28-36 minggu) Pada usia kehamilan ini, informasi yang perlu disampaikan adalah hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dalam kandungan, salah satunya adalah janin tunggal atau ganda. Informasi tersebut akan mengurangi beberapa kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu hamil dan keluarga berkaitan dengan janin. b. Letak janin (>36 minggu) Gambaran persalinan yang akan dilalui merupakan salah satu hal yang dikhawatirkan oleh ibu hamil dan keluarga pada akhir masa kehamilan. Informasi mengenai kepastian letak dan posisi janin akan mengurangi kecemasan pasien. Ibu hamil akan lebih siap jika diberikan gambaran mengenai proses persalinan secara lengkap.
Menurut Ari (2009), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijelaskan pada antenatal care, meliput i: 1. Makanan (diet) Ibu hamil harus mendapat perhatian terutama mengenai jumlah kalori dan protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus, dan pendarahan paska persalinan. Jika makan makanan berlebihan karena
Universitas Sumatera Utara
beranggapan untuk porsi dua orang dapat menyebabkan komplikasi seperti kegemukan, preeklampsi, janin terlalu besar (makrosomia), dan sebagainya. Hal penting yang harus diperhatikan sebenarnya adalah cara mengatur menu dan pengolahan menu tersebut dengan berpedoman pada Pedoman Umum Gizi Seimbang. Petugas Kesehatan sebagai pengawas kecukupan gizinya dapat melakukan pemantauan terhadap kenaikan berat badan selama kehamilan. Pengaruh suplementasi multigizi mikro (MGM) dan Fe-folat terhadap status gizi makro ibu hamil dengan menggunakan penambahan berat badan hamil (PBBH) sebagai indikator, masih sangat sedikit. Padahal, PBBH merupakan indikator utama yang menentukan hasil kehamilan, di samping berat badan prahamil (BBpH). Berat badan sebelum hamil, PBBH, dan indeks massa tubuh (IMT) masih merupakan indikator yang banyak dipakai untuk menentukan status gizi ibu. Untuk menghindari risiko tersebut, ibu hamil harus memperhatikan asupan gizi sebelum, ketika, dan setelah kehamilan, karena rerata PBBH yang dianjurkan di negara berkembang adalah 12,5 kilogram. 2. Merokok Bayi dari ibu-ibu yang merokok mempunyai berat badan lebih kecil, sehingga ibu hamil sangat tidak diperbolehkan untuk merokok. 3. Obat-obatan Untuk ibu hamil, pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama pada trimester I perlu dipertanyakan, mana yang lebih besar manfaatnya dibandingkan bahaya terhadap janin. Sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang benar-benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan, sebaiknya pemberian obat dihindari. 4. Senam Hamil Menurut Fraser dan Cooper (2003) dalam Ari (2009), Dianjurkan bagi ibu hamil agar banyak jalan, terutama pada pagi hari dalam udara segar dan melakukan senam kehamilan, sehingga sirkulasi darah lancar, nafsu makan bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur menjadi lebih nyenyak.
Universitas Sumatera Utara
5. Pakaian Wanita hamil harus menggunakan pakaian yang longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat. 6. Kebersihan Tubuh Kebersihan tubuh ibu hamil perlu diperhatikan karena dengan perubahan metabolisme mengakibatkan peningkatan pengeluaran keringat. Keringat yang menempel di kulit meningkatkan kelembapan kulit dan memungkinkan menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme. Jika tidak dibersihkan (dengan mandi), maka ibu hamil akan sangat mudah untuk terkena penyakit kulit. 7. Eliminasi Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progesteron yang mempunyai efek rileks tehadap otot polos, salah satunya otot usus. Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong dapat merangsang gerakan peristaltik usus. Jika ibu sudah mengalami dorongan, maka segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi konstipasi. Sering buang air kecil merupakan kelainan yang umum dirasakan oleh ibu hamil, terutama pada trimester I dan III. Hal tersebut adalah kondisi fisiologis. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan karena akan menyebabkan dehidrasi. 8. Memantau kesejahteraan janin Kesejahteraan janin dalam kandungan perlu dipantau secara terus menerus agar jika ada gangguan janin dalam kandungan akan dapat segera terdeteksi dan ditangani. Salah satu indikator kesejahteraan janin yang dapat dipantau sendiri oleh ibu adalah gerakannya dalam 24 jam. Gerakan janin dalam 24 jam minimal 10 kali.
Universitas Sumatera Utara
9. Kesehatan jiwa Karena ketenangan jiwa sangatlah penting dalam menghadapi persalinan sehingga bukan saja dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan fisik tetapi juga latihan kejiwaan.
2.2.7 Hak-Hak Ibu Hamil dalam Antenatal Care Menurut Saifuddin (2002) dalam Ari (2009), hak-hak wanita hamil, meliputi: a. Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus diberikan langsung kepada ibu hamil (dan keluarganya). b. Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, dan harapannya terhadap sistem pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya. c. Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadapnya. d. Mendapatkan pelayanan secara pribadi/dihormati privasinya dalam setiap pelaksanaan prosedur. e. Menerima layanan senyaman mungkin. f. Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang diterimanya.
Universitas Sumatera Utara