ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1.
Teori Produksi Pertanian adalah kegiatan pengelolahan sumber daya alam yang
berkaitan dengan tanah, tanaman, dan hewan, untuk memperoleh hasil yang dapat dimanfaatkan sebagai sandang, pangan, papan (Sabiham dan Mulyanto, 2004 :170). Pertanian di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu pertanian rakyat dan perusahaan pertanian. Perusahaan pertanian yaitu perusahaan untuk memproduksi hasil tertentu untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan sistem pertanian seragam di bawah manajemen terpusat dengan menggunakan berbagai metode ilmiah dan tehnik pengolahan yang efisien. Sedangkan pertanian rakyat yaitu usaha tani yang dilakukan dengan tujuan utamanya hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan kehidupan petani dan keluarganya dengan memproduksi berbagai macam hasil. Pertanian rakyat sering di artikan sebagai pertanian dalam arti sempit. Proses pengambilan produksi pertanian dari alam dibedakan menjadi dua (Mubyarto, 1989:28) : 1. Proses yang sifatnya ekstraktif yaitu pengambilan hasil dari alam dan tanah tanpa usaha untuk menghasilkan sebagian hasil tersebut untuk keperluan
10 SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
pengembalian di kemudian hari. Contohnya adalah perikanan sungai, perikanan laut dan juga pengambilan hasil hutan. 2. Proses yang sifatnya generative yaitu pertanian yang memerlukan usaha pembibitan atau pembenihan, pengolahan, pemeliharaan, pemupukan dan lainlain baik untuk tanaman maupun untuk hewan. Produksi pada pertanian merupakan hasil akhir dari berbagai proses dengan memanfaatkan beberapa faktor produksi atau input. Agar menghasilkan padi, faktor produksi tersebut diproses secara bersama-sama dalam proses produksi. Maka dapat dipahami bahwa kegiatan proses produksi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai faktor produksi atau input untuk menghasilkan output. Dalam suatu proses produksi, perlu untuk mengetahui bagaimana interaksi antara Capital Resources (modal) dan Human Resources (petani) pada Natural Resources (tanah) sehingga menghasilkan padi siap panen nantinya. Ini berarti agar produksi dapat dijalankan untuk menciptakan hasil/produk, maka diperlukan beberapa input atau faktor produksi. Secara garis besar faktor produksi dikelompokkan menjadi : faktor produksi alam, faktor produksi tenaga kerja, dan faktor produksi modal. Ketiga faktor tersebut penting artinya dalam suatu proses produksi. 1.) Faktor Produksi Alam Faktor produksi ini menggunakan secara langsung apa yang terdapat pada alam yang bisa digunakan dalam proses produksi. Faktor produksi alam sering diidentikkan dengan tanah karena tanah merupakan bagian terpenting
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
dalam faktor produksi alam. Tanah juga dianggap faktor produksi terpenting di dalam sektor pertanian disamping tenaga kerja. Kesuburan tanah dan luas arealnya sangat mempengaruhi jumlah maupun mutu dari hasil produksi pertanian itu sendiri. 2.) Faktor Produksi Tenaga Kerja Sumber daya ini merupakan hasil dari produktivitas para pekerja, tidak hanya kemampuan fisik tetapi juga mental, keahlian dan keterampilan. Oleh karena itu, faktor produksi ini dapat memberikan hasil dengan kualitas yang berbeda dari produksi satu dengan produksi lainnya pada penggunaan tenaga kerja yang berbeda. 3.) Faktor Produksi Modal Faktor produksi ini merupakan peralatan yang sebagian besar dari buatan manusia sendiri. Barang modal tidak diproduksi untuk langsung dinikmati biasanya berbentuk bahan yang tahan lama yang digunakan sebagai alat untuk memproduksi bahan lain seperti alat bajak, cangkul, traktor, mesin potong padi, pupuk, bibit unggul. Faktor produksi ini membantu dalam memperlancar berjalannya proses produksi sehingga diperoleh hasil yang baik dan efisien. Ketiga faktor produksi yang telah disebutkan d iatas adalah faktor produksi yang “tangible” (nyata). Faktor produksi tersebut dapat dihitung maupun diukut, berbeda dengan faktor produksi skill yang tidak dapat diraba, dihitung ataupun diukur. Tetapi sekalipun demikian peranannya justru amat menentukan dalam kegiatan produktivitas (Rosyidi, 2003:56-58).
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
2.1.1.1. Fungsi Produksi Pada bagian sub judul sebelumnya disebutkan bahwa dalam produksi, tiap-tiap faktor produksi akan saling berinteraksi untuk menciptakan suatu hasil produksi, maka faktor produksi tersebut memiliki hubungan dengan hasil produksi yang dicapai atau yang sering dikenal dengan fungsi produksi. Dalam buku Mubyarto ditulis fungsi produksi yaitu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi (output) dengan faktor-faktor produksi (input) (Mubyarto, 1989:68). Bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dapat ditulis : Y = f (X1,X2……………………..Xn)
(2.1)
Dimana : Y = hasil produksi (output) X1,……Xn = faktor-faktor produksi Selain dalam bentuk matematika, fungsi produksi dapat digambarkan dalam bentuk grafik. Guna menggambar fungsi produksi ini secara jelas, maka dari sejumlah faktor produksi salah satu faktor produksi kita anggap variabel (berubah-ubah) sedangkan faktor produksi lainnya dianggap konstan. Misalnya untuk menganalisa hubungan antara produksi pada dengan tanah maka modal dan tenaga kerja kita anggap sebagai faktor produksi konstan. Bentuk grafik fungsi produksi merupakan kurva melengkung dan kiri bawah ke kanan atas yang setelah sama pada titik tertentu berubah arah sampai titik maksimum dan kemudian berbalik turun seperti pada gambar 2.1 berikut ini :
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
Y Produksi padi TTP
X Faktor Produksi Tanah
Sumber : Mubyarto, 1989:69
Gambar 2.1 Fungsi Produksi
2.1.1.2. The Law of Diminishing Return dan Elastisitas Produksi Di Indonesia khususnya sektor pertanian, faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling murah dikarenakan jumlahnya yang paling banyak. Sehingga faktor produksi yang dianggap paling mahal adalah tanah dikarenakan luasnya yang terus menyusut. Keadaan seperti itu menyebabkan penggunaan faktor produksi tenaga kerja akan bertambah secara terus-menerus karena jumlahnya yang banyak dengan membiarkan faktor produksi tanah dalam keadaan tetap karena jumlahnya yang terbatas, sehingga perbandingan jumlah faktor-faktor produksi menjadi berubah. Hal ini mengakibatkan berlakunya hukum alam dengan kenaikan hasil produksi yang semakin berkurang seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.2.
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
C Y
Ep=0
Hasil Produksi
B
TPP
Ep=1 A Ep>1
1>Ep>0
Ep<0
0
Y
Kenaikan Hasil Bertambah
Kenaikan Hasil Berkurang
Hasil Produksi
I A
Kenaikan Hasil Negatif
II
III
B C
APP X Faktor Produksi
MPP
Sumber : Mubyarto, 1989:79
Gambar 2.2 The Law of Diminishing Return
Gambar 2.2 memberikan gambaran mengenai tahap-tahap produksi yang berhubungan dengan peristiwa hukum kenaikan hasil yang makin berkurang. Gambar pertama (atas) menunjukkan kurva hasil produksi total (TTP) yang bergerak dari 0 menuju A, B dan C yang diakibatkan pertambahan tenaga kerja. Sumbu X mengukur faktor produksi variabel dan sumbu Y mengukur hasil
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
produksi total. Gambar kedua (bawah) melukiskan sifat-sifat dan kurva hasil produksi rata-rata (APP) dan hasil produksi marginal (MPP). Kedua gambar ini berhubungan erat. Pada saat kurva TTP mulai berubah arah pada titik A maka kurva MPP menccapai titik maksimum. Inilah batas dimana hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang itu berlaku. Di sebelah titik A (batas tahap produksi I) kenaikan hasil masih bertambah, tetapi di sebelah kanan titik A kenaikan hasil itu menurun. Titik B (batas tahap produksi II) adalah titik yang menunjukkan hasil produksi rata-rata (APP) mencapai maksimum dimana kurva MPP memotong kurva APP. Pada titik teratas yaitu titik C (batas tahap produksi III) merupakan titik dimana kurva TPP mencapai maksimum. Titik ini bersamaan pada saat, dimana kurva MPP memotong sumbu X yaitu pada saat MPP menjadi negatif. Jadi dapat dikatakan bahwa : Tahap I
: TPP mengalami pertambahan yang semakin cepat, MPP>0, APP naik, MPP>APP.
Tahap II : TPP mengalami pertambahan yang semakin melambat, MPP>0, APP turun, MPP<APP. Tahap III : TPP semakin lama semakin berkurang, MPP<0.
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
Elastisitas produksi adalah persentase perubahan hasil produksi total dibagi dengan persentase perubahan faktor produksi atau dapat ditulis (Mubyarto, 1989:80) : Y Ep Y X X
(2.2)
Dimana : Y adalah hasil produksi (output) X adalah hasil produksi (input) Titik B dan titik C merupakan batas lain dari peristiwa penting dalam perkembangan produksi fisik (TPP). Di sebelah kiri titik B produksi masuk tahap dimana elatisitas produksinya Ep > 1. Selama Ep masih lebih besar dari pada ! masih ada kesempatan bagi para petani untuk mengatur kembali kombinasi dan penggunaan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga dengan faktor jumlah produksi yang sama dapat menghasilkan produksi total yang lebih besar atau dapat juga dikatakan menghasilkan produksi yang sama dalam jumlah faktor produksi yang lebih sedikit. Pada titik B, dimana Ep = 1 katika MPP memotong kurva APP pada titik maksimum (MPP = APP). Disebelah kiri titik MPP > APP sehingga Ep > 1 dan desebelah kanan Ep < 1 karena MPP < APP. Tahap produksi yang termasuk rasional dan efisien adalah antara titik B dan C dimana 0 < Ep < 1. Tetapi peristiwa demikian hanya menggambarkan efisiensi fisik dan belum tentu adanya efisiensi ekonomi karena hanya mencakup
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
efisiensi pada saat produksi berlangsung. Untuk sampai tahap efisiensi ekonomi masih perlu diketahui faktor lain seperti harga-harga produk setelah produksi beelangsung maupun harga faktor produksi. Pada titik C, dimana tahap Ep = 0 ketika TPP pada posisi maksimum dan MPP = 0 sedangkan desebelah kanan titik C, Ep < 0 terjadi ketika MPP juga dalam posisi negatif dan TPP mengalami penurunan.
2.1.1.3. Produksi Total, Produksi Marginal, Produksi Rata-Rata Produksi total (TTP) adalah jumlah output yang diproduksi selama satu periode waktu tertentu dengan menggunakan semua faktor produksi yang dibutuhkan dalam proses produksi (Mubyarto, 1989:80). Bentuk persamaannya adalah : TTP = f (X) atau Y = f (X)
(2.3)
Produksi marginal (MPP) adalah tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja (input) yang digunakan. (Sukirno, 2002:195). Bentuk persamaannya adalah : MPPx
TTP X
atau
MPPx
Y X
(2.4)
Atau dengan cara berbeda MPP juga diperoleh melalui turunan pertama TTP. Produksi rata-rata (APP) adalah produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja (Sukirno, 2002:195). Bentuk persamaanya adalah : APP
SKRIPSI
TPP X
atau APP
Y X
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
(2.5)
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
2.1.1.4. Fungsi Produksi Cobb Douglas Fungsi produksi Cobb Douglas menjadi terkenal setelah diperkenalkan pertama kali oleh Cobb, C.W. dan Douglas, P.H. pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul “ A Theory of Production ”. Artikel ini pertama kalinya dimuat di majalah ilmiah American Economic Review 18 (Suplemen), hal 139 139-165 (Soekartawi, 1993:85 85). Secara matematis, fungsi Cobb-Douglas Cobb Douglas dapt ditulis (Soekar (Soekartawi, 1990:160) : bn
Y ax1 x2 xi xn e b1 b2
bi
(2.6)
Dimana : Y = variabel terikat X = variabel bebas a,bi = besaran yang diduga = kesalahan e
= logaritma natural = 2,178
Selanjutnya untuk memudahkan pembahasan, akan digunakan dua contoh variabel bebas misalkan K (modal) dan L (tenaga kerja) sehingga fungsi Cobb Douglas di atas menjadi sebagai berikut : b2
Y aK b1 L e
(2.7)
Berdasarkan persamaan persamaa (2.7) dapat diketahui besarnya MPP, APP, dan elatisitas produksi :
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
a) MPP faktor produksi K (marginal physical product of capital) dapat diketahui nilainya dengan cara : b1
Jadi,
b2
dY Y b11 b 2 1 MPPk ab1 K L ab1 K L b1 dK K K
(2.8)
MPPk b1 APPk
(2.9)
MPP faktor produksi L (marginal physical product of labor) dapat diketahui nilainya dengan cara : b1
Jadi,
b2
dY Y b11 b 2 1 MPPL ab2 K L ab2 K L b2 dK L L
(2.10)
MPPL = b2 APPL
(2.11)
b) APP faktor produksi K (average physical product of capital) dapat diketahui nilainya dengan cara : APPK
Y K
(2.12)
APP faktor produksi K (average physical product of labour) dapat diketahui nilainya dengan cara : APPL =
Y L
(2.13)
c) Besarnya elastisitas produksi dapat diperoleh dengan cara : Elasitisitas input K tehadap Y
EYK b1
dY Y dY K dK K dK Y
(2.14)
Y K b1 K Y
(2.15)
Dengan cara yang sama, akan diperoleh elastisitas input L terhadap Y,EYL = b2
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
2.1.1.5. Model Cobweb Teori Cobweb menjelaskan mengenai harga produk pertanian yang menunjukkan fluktuasi tertentu dari musim ke musim. Penyebab fluktuasi tersebut adalah reaksi yang terlambat (time lag) dari produsen (petani) terhadap harga. Misalkan pada musim pertama (musim 1), jumlah produk pertanian yang dihasilkan sebanyak Q1. Kita telah mengetahui bahwa barang-barang hasil pertanian merupakan non durable (tidak tahan lama). Itulah sebabnya jumlah Q1 tadi harus terjual habis pada musim itu juga dengan harga P1 (berdasarkan kurva permintaan D). Untuk selanjutnya, para petani mungkin sekali mendasarkan keputusannya untuk berproduksi pada harga yang berlaku di pasar (P1), sehingga jumlah yang ditawarkan pada musim berikutnya (musim 2) adalah sebanyak Q2 (sesuai dengan hukum penawaran), dengan anggapan bahwa harga tetap pada P1. Namun, dengan jumlah sebanyak Q2 di pasar, maka harga yang terjadi pada musim 2 adalah P2. Kemudian petani merencanakan berproduksi selanjutnya sebanyak Q3 pada musim 3, berdasarkan harga yang berlaku (P2). Hasil panen sebanyak Q3 ini akan menyebabkan harga naik menjadi P3. Dengan harga P3 ini , petani membuat rencana produksi sebanyak Q4 pada musim 4, dan begitu seterusnya. Apabila proses ini terus berlangsung, fluktuasinya akan semakin mengecil dan akhirnya terjadi keseimbangan (equilibrium), di mana harga keseimbangannya Pe dan jumlah yang diproduksi (dan dikonsumsi) sebanyak Qe. Pada tingkat ini terjadi kestabilan, akan tetapi dalam proses tersebut tingkat harga menunjukkan fluktuasi (naik turun) dari satu musim ke musim berikutnya. Proses
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
ini dinamakan Cobweb atau sarang laba-laba, laba laba, karena gambarnya memang menyerupai sarang laba-laba. laba
Gambar 2.3 Model Cobwebb
2.1.1.6. Konsep Elastisitas Angka
elastisitas
(koefisien
elastisitas)
adalah
bilangan
yang
menunjukkan berapa persen satu variabel tak bebas akan berubah, sebagai reaksi karena satu variabel lain (variabel bebas) berubah satu persen. A. Elastisitas Harga (Price ( Elasticity of Demand) Elastisitas harga (Ep) mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen. Ep =
௦௧௦ ௦ ௨௨ ௬ௗ ௧ ௦௧௦௨
Angka elastisitas harga bernilai negatif. Ep = 2 mempunyai arti bila harga barang naik 1% permintaan terhadap barang itu turun 2%, cateris paribus. Begitu juga sebaliknya, semakin besar nilai negatifnya, semakin elastis
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
permintaannya, sebab perubahan permintaan permintaan jauh lebih besar dibanding perubahan harga. Angka Ep dapat disebut dalam nilai absolut. Ep = 2, artinya sama dengan Ep = -2. (1) Angka Elastisitas Harga (Ep), (Ep) yaitu : a)
Inelastis (Ep < 1) Perubahan permintaan (dalam persentase) lebih kecil daripada perubahan erubahan harga.
b) Elastis (Ep > 1) Perubahan harga suatu barang menyebabkan perubahan permintaan yang besar. c) Elastis Unitari (Ep = 1) Jika harga naik 10%, permintaan barang turun 10% juga. d) Inelastis Sempurna (Ep = 0) Berapapun harga suatu barang, orang akan tetap membeli jumlah yang dibutuhkan. e) Elastis Tak Terhingga (Ep =
)
Perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan permintaan tak terbilang besarnya. (2) Elastisitas Titik dan Elastisitas Busur Elastisitas titik (point ( elasticity) mengukur ukur tingkat elastisitas pada titik tertentu. Konsep elastisitas ini digunakan bila perubahan harga yang terjadi sedemikian kecilnya sehingga mendekati nol.
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
Rumus elastisitas busur :
P2 Q P1 2 QP1 P 2 Ep = Q2 PQ1 Q 2 P Q1 2
(2.16)
Rumus elastisitas titik : Ep =
Q Q P.Q P P Q.P
(2.17)
(3) Faktor-Faktor yang Menentukan Elastisitas Harga Ada beberapa faktor yang menentukan tingkat elastisitas harga yaitu : -
Tingkat substitusi
-
Jumlah pemakai
-
Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen
-
Jangka waktu
B. Elastisitas Silang Elastisitas silang (Ec) mengukur persentase perubahan permintaan suatu barang sebagai akibat perubahan harga barang lain sebesar satu persen.
Ec =
௦௧௦ ௨ ௨ ௬ ௗ ௧ ௦௧௦ ௨
(2.18)
atau :
Qx %Qx Qx Py Qx Ec = %Py Py Qx Py Py
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
(2.19)
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
C. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity) Elastisitas pendapatan (Ei) mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila pendapatan berubah sebesar satu persen. Ei =
௦௧௦ ௨ ௨ ௬ ௗ ௧
(2.20)
௦௧௦ ௨ ௗ௧
atau :
Q %Q Q I Q Ei %I I Q I I
(2.21)
D. Elastisitas Penawaran Elastisitas penawaran (Es) didefinisikan dengan analogi logika yang sama dengan elastisitas permintaan. Elastisitas penawaran dapat dikaitkan dengan faktor-faktor atau variabel-variabel lain yang mempengaruhinya, seperti tingkat bunga, tingkat upah, dan lain-lain. Es =
௦௧௦ ௨ ௨ ௬ ௗ௧௪ ௦௧௦ ௨
(2.22)
atau
Es =
% డொ
% డ
=
ങೂ ቁ ೂ ങು ቀ ቁ ು
ቀ
=
ொ
∙
డொ
డ
(2.23)
Secara grafis, tingkat elastisitas penawaran terlihat dari slope kurva penawaran, yaitu makin datar maka makin elastis penawaran suatu barang.
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Faktor-faktor yang menetukan elastisitas penawaran antara lain : - Jenis produk - Sifat perubahan biaya produksi a. Tingkat penggunaan kapasitas b. Kemudahan memperoleh faktor-faktor produksi - Jangka waktu a. Tingkat penggunaan kapasitas b. Kemudahan memperoleh faktor-faktor produksi
2.1.2.
Efisiensi Penggunaan Sumberdaya (Konsep Efisiensi) Menurut Miller dan Meiners (2000), pengertian dari
efisiensi dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu efisiensi teknik, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknik mencakup tentang hubungan antara input dan output. Suatu perusahaan dikatakan efisien secara teknis jika produksi dengan output terbesar yang menggunakan kombinasi beberapa input saja. Efisiensi harga menerangkan tentang hubungan biaya dan output. Efisiensi harga tercapai jika suatu perusahaan mampu memaksimalkan keuntungan dengan menyamakan nilai produksi marjinal setiap faktor produksi dengan harganya. Efisiensi ini terjadi jika perusahaan memproduksi output yang paling disukai konsumen (McEachern, 2001). Pertumbuhan produksi pertanian merupakan satu kebutuhan, bukan hanya untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan meningkatkan ketercukupan nutrisi bagi masyarakat, melainkan karena pertumbuhan dalam produksi pertanian
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
juga penting dalam proses pembangunan. Menurut Sadoulet and De Janvry (1995: 241), efisiensi dan produktivitas merupakan dua sumber utama pertumbuhan produksi pertanian. Kedua-dua kata tersebut, efisiensi dan produktivitas, seringkali digunakan secara silih berganti. Bagaimanapun juga, sebenarnya keduaduanya tidak sama persis. Karena itu, sebelum mendiskusikan kedua-dua kata tersebut, maka perlu dilakukan klarifikasi terlebih dahulu tentang pengertian efisiensi dan produktivitas. Perbedaan diantara kedua-dua kata tersebut dapat dilustrasikan melalui sempadan produksi (production frontier) sebuah industri. Firma-firma dalam industri yang beroperasi pada sempadan tersebut adalah firma-firma yang efisien. Peningkatan produktivitas dapat dicapai melalui dua cara. Yang pertama adalah perubahan teknologi (technological change), dan ini dapat ditunjukkan oleh pergeseran ke atas daripada sempadan produksi. Kedua adalah peningkatan efisiensi yang ditunjukkan oleh beroperasinya firma-firma tersebut semakin mendekati sempadan. Indikator kinerja produsen dalam merespon dorongan ekonomi seringkali berguna untuk tujuan kebijakan, dan konsep efisiensi ekonomi memberikan pondasi teoritis sebagai suatu ukuran. Banyak rujukan yang membahas tentang efisiensi didasarkan secara langsung ataukah tidak langsung pada hasil karya Farell (1957), yang menyatakan bahwa efisiensi dapat diukur secara relatif sebagai suatu deviasi dari usaha terbaik produsen dibandingkan dengan kelompok produsen. Farell juga memperkenalkan perbedaan antara efisiensi teknik (technical efficiency) dan efisiensi alokatif (alocative efficiency).
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
Efisiensi teknik merefleksikan kemampuan suatu firma untuk mencapai output maksimum dari kombinasi input dan teknologi yang tertentu (Bravo-Ureta and Pinheiro, 1993; Sadoulet and De Janvry, 1995; Coelli, 1995; Kumbakar and Lovell, 2000). Efisiensi alokatif (alocative efficiency) merefleksikan penggunaan input yang menghasilkan profit maksimum bagi produsen pada harga input tertentu. Dengan demikian, efisiensi alokatif pada dasarnya menggambarkan kemampuan firma untuk menggunakan input dalam proporsi yang optimal seperti didefinisikan dalam Coelli (1995). Keberhasilan firma dalam pemilihan proporsi input yang optimal ini akan berlaku apabila rasio produk marginal daripada setiap pasangan input sama dengan rasio harga pasar daripada input-input tersebut sebagaimana dinyatakan oleh Bravo-Ureta and Pinheiro (1993). Gambar 2.4. menunjukkan ’isoquant’ dari sekelompok firma yang menggunakan input X1 dan X2. Jika A, B, C dan D masing-masing adalah firma yang menghasilkan satu unit produk, maka firma A, B, dan C yang berada pada ’isoquant’ mencapai efisiensi teknik, sementara firma D tidak efisien secara teknik. Efisiensi teknik firma D dapat diukur dari rasio OC terhadap OD. Dengan demikian, untuk mencapai efisiensi teknik, firma D dapat mengurangi kedua-dua input, X1 dan X2.
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
D
Q
X2
C P
R A B Q’
0
X1
P’
Gambar 2.4 Efisiensi Teknik, Efisiensi Alokatif, dan Efisiensi Ekonomi
Jika harga relatif daripada input yang ditunjukkan oleh garis PP’ dalam Gambar 2.4 diketahui, maka efisiensi alokatif akan dapat dihitung. Efisiensi alokatif firma D didefinisikan sebagai rasio OR/OC. Jarak RC menunjukkan pengurangan biaya produksi yang akan berlaku jika produksi dilakukan pada titik yang menunjukkan efisiensi alokatif dan efisiensi teknik (yaitu titik A). Perlu dicatat bahwa biaya produksi pada titik R sama dengan biaya produksi pada titik A. Berdasarkan kondisi ini, Farell mengemukakan bahwa efisiensi ekonomi firma D dapat diukur sebagai rasio OR/OD, dimana jarak RD juga dapat diintepretasikan sebagai bentuk pengurangan biaya. Ukuran efisiensi ekonomi dapat didekomposisikan sebagai berikut: OR/OD = OC/OD x OR/OC atau Efisiensi ekonomi = efisiensi teknik x efisiensi alokatif
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
Berdasarkan kondisi tersebut, maka hanya firma A yang dapat mencapai efisiensi ekonomi. Pada firma B dan C berlaku efisien teknik, tetapi efisiensi alokatif tidak berlaku. Sementara pada firma D, baik efisiensi teknik maupun alokatif tidak tercapai. Uraian tersebut membuktikan bahwa efisiensi teknis hanya menunjukkan karakteristik fisik dari proses produksi serta merupakan suatu tujuan firma yang bersifat universal yang dapat diterapkan pada berbagai sistem ekonomi. Sedangkan efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi terkait dengan tujuan firma untuk memaksimumkan profit. Schultz (1964) menyatakan bahwa dengan akses terhadap sumberdaya yang terbatas, petani kecil (peasant farmer) mengkombinasikan input yang seolah-olah menghasilkan profit maksimum. Kondisi petani ini oleh Schultz digambarkan sebagai poor but efficient. Gambaran ini pada kenyataannya mempengaruhi rencana strategi pembangunan, sehingga pada tahun 1970-an dilakukan sejumlah studi empiris tentang efisiensi petani di negara-negara sedang berkembang. Sebagai contoh, Lau dan Yotopoulos (1971) membandingkan efisiensi usaha tani kecil yang memiliki luas lahan kurang dari 0,5 hektar dan usaha tani besar di India selama periode 1955 -1957. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa usaha tani kecil mencapai efisiensi ekonomi yang lebih besar daripada usaha tani besar, tetapi keduanya mempunyai efisiensi alokatif yang sama. Kelebihan usaha tani kecil ditunjukkan dengan efisiensi teknik yang lebih besar daripada usaha tani besar.
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
Studi yang sama dilakukan Sidhu (1974) di Punjab 1967/68 – 1970/71 menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa usaha tani kecil dan besar tidak berbeda secara signifikan dalam efisiensi ekonomi, alokatif, dan teknik. Terkait hal tersebut Sidhu menjelaskan bahwa sampel diambil pada saat pertanian di daerah tersebut sedang mengalami modernisasi (varietas bibit baru, pupuk, irigasi, dan lain-lain), dan karena usaha tani besar lebih cepat dapat mengakses input yang lebih modern, maka mereka dapat mengejar usaha tani kecil dalam hal efisiensi. Bukti empiris ini, jika diterima, di satu sisi dapat memberikan suatu gambaran tentang pertanian skala kecil yang lebih optimistik. Di sisi lain meningkatkan perhatian tentang adanya biaya ekonomi substansial yang dapat mendistorsi insentif (misalnya harga produk dan subsidi input) yang pada saat sekarang diberikan kepada para petani di negara-negara sedang berkembang. Bagaimanapun juga perlu ditegaskan bahwa definisi efisiensi ekonomi tidak jelas dan bahwa pengukuran efisiensi bukanlah persoalan yang mudah. Kontroversi tentang interpretasi pengukuran efisiensi terkait dengan validitas dari standar efisiensi yang digunakan dan akurasi dari hasil empiris yang diperoleh. Pasour (1981) menyatakan bahwa tingkat kinerja yang dicapai dalam kondisi ideal tidak dapat dijadikan standar untuk mengukur kinerja riil. Standar kinerja yang diturunkan dari asumsi maksimisasi profit seharusnya tidak digunakan untuk mengukur kinerja ’entrepreneur’ yang fungsi objektifnya mencakup elemen selain profit. Ketidakmampuan dalam mengukur input secara akurat dapat menyebabkan observasi yang dilakukan tidak menunjukkan
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
terjadinya efisiensi. Sebagai contoh kualitas yang berbeda dari lahan dan tenaga kerja biasanya sulit diukur, sedangkan input modal dan keahlian manajemen jauh lebih sulit lagi. Argumen yang terkait lainnya menyatakan bahwa gagasan tentang efisiensi hanya relevan dalam batasan yang sempit dari ekuilibrium persaingan sempurna, dan oleh karena itu tidak relevan dalam dunia nyata. Secara spesifik untuk efisiensi alokatif diasumsikan bahwa harga pasar adalah ukuran yang benar dari kelangkaan, tetapi jika harga terdistorsi karena kebijakan pemerintah atau monopoli, maka peran harga dalam pengalokasian sumberdaya menjadi terganggu. Kontroversi lainnya adalah kesulitan dalam menginterpretasi ukuran efisiensi yang statis dalam pengambilan keputusan di bidang pertanian yang bersifat dinamis. Karena keputusan firma untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki didasarkan pada ekspektasi sepanjang periode produksi, beberapa standar kinerja selama satu periode produksi mungkin akan menyesatkan. Sebagai contoh pada usaha tani yang telah dipasang peralatan irigasi mungkin akan nampak menggunakan modal terlalu banyak jika disurvei dalam suatu tahun dimana curah hujan tinggi. Dihadapkan pada berbagai kritik di atas, sejumlah penulis misalnya Rizzo (1979) menyimpulkan bahwa konsep tersebut seharusnya ditinggalkan. Beranjak dari hal-hal di atas, maka pengukuran kinerja produsen sebaiknya menggunakan ukuran efisiensi teknis, terutama karena efisiensi teknis tidak
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
bersandar pada asumsi tentang
pasar persaingan sempurna dan tujuan
memaksimumkan profit.
2.1.3.
Produktivitas Dalam ilmu ekonomi kita mengenal istilah produksi dan produktivitas
yang memliliki arti berbeda. Produksi berkaitan dengan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan produktivitas berkaitan dengan cara pencapaian tingkat produksi yang didasarkan pada perbandingan antara output (hasil) dan input (masukan). (Sanungan, 1992:102). Jadi bisa saja terjadi, produksi meningkat tetapi produktivitasnya tidak mengalami peningkatan. Definisi umum produktivitas semesta, terdapat dalam doktrin Konferensi, Oslo, 1984, tercantum yaitu : (Sinungan, 1992:17) “Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyiapkan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit”. Jadi dapat diartikan juga produktivitas yaitu penggunaan sumber-sumber secara efisien agar dapat meminimalkan biaya produksi. Sementara itu Mubyarto (1989:68) menjelaskan pengertian produktivitas dalam usaha tani, sebagai berikut : “Pengertian produktivitas usaha tani sebenarnya penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyak hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi (usaha) dan kapasitas (tanah)”. .
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
Peningkatan produktivitas dapat terwujud dalam empat bentuk, yaitu : a) Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit. b) Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang. c) Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunkan sumber daya yang sama. d) Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil. (Simanjuntak, 1998:38-39).
2.1.4.
Perubahan Teknologi
2.1.4.1. Perubahan Teknologi dan Fungsi Produksi Ekonom biasanya mendefinisikan teknologi sebagai suatu teknik atau pengetahuan dalam hubungan antara input dan output tertentu. Perubahan teknologi berlaku sejalan dengan tersedianya pengetahuan baru dan metode produksi yang lebih efisien. Perubahan teknologi tidak hanya menyebabkan perubahan dalam kuantitas produk, tetapi juga jenis dan kualitasnya. Secara konseptual, perubahan teknologi menggeser fungsi produksi sedemikian rupa sehingga (1) lebih banyak output dapat dihasilkan dengan kuantitas input yang sama, atau (2) output yang sama dapat dihasilkan dengan kuantitas input yang lebih sedikit.
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
Dampak perubahan teknologi dapat diilustrasikan dengan merujuk pada hubungan faktor–produk, faktor–faktor, dan produk–produk. Kemajuan teknologi menggeser kurva produksi total ke atas (lihat Gambar 2.4), sehingga dengan pemakaian tenaga kerja tertentu sebesar f0, output dapat ditingkatkan dari OA ke OB. Atau alternatifnya output tertentu katakanlah sebesar OA sekarang dapat dicapai dengan mengurangi pemakaian tenaga kerja dari f0 menjadi f1. Dalam kasus faktor – produk ini, seluruh input selain tenaga kerja dianggap konstan. Diagram faktor – faktor dalam Gambar 2.5 mengilustrasikan kasus dua input variabel, katakanlah modal (K) dan tenaga kerja (L). Isoquant, Q0 dalam Gambar 2.3 menggambarkan berbagai kombinasi input yang menghasilkan tingkat output tersebut. Kemajuan teknologi memungkinkan output yang sama dapat dicapai dengan penggunaan input yang lebih sedikit, sehingga isoquant bergeser mendekati titik origin menjadi Q1. Q Q2 Q1
B A
0
f1
f0
Tenaga Kerja
Gambar 2.5 Perubahan Teknologi dan Kurva Total Produk
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
K
K2 Q0
K1 Q1 L1
0
L2
L
Gambar 2.6 Perubahan Teknologi dan Isoquant
Pada kasus produk-produk, anggaplah sebuah firma menghasilkan dua produk yaitu y2 dan y1. Batas kemungkinan produksi, PPF0 dalam Gambar 2.5 menunjukkan kombinasi output yang tersedia dengan penggunaan kombinasi input yang tertentu. Kemajuan teknologi menyebabkan peningkatan dalam produksi y2 dengan kuantitas input yang sama. Kondisi ini ditunjukkan oleh pergeseran batas kemungkinan produksi dari PPF0 menjadi PPF1. Jika harga input untuk menghasilkan y1 dianggap tidak berubah, maka produksi maksimum bagi y1 tetap sebesar y10.
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
y2 y2
1
y2
0
PPF2 PPF1
y1
0
y1
Gambar 2.7 Perubahan Teknologi dan Production Possibility Frontier
Hicks dalam Koutsoyiannis (1979: 85-86) membedakan tiga tipe daripada kemajuan teknologi bergantung pada pengaruhnya terhadap tingkat substitusi daripada faktor-faktor produksi, yaitu: (1) capital-deepening technical progress, (2) labour-deepening technical progress, dan (3) neutral-technical progress. Kemajuan teknologi yang padat modal (capital deepening) seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.7. berlaku jika rasio modal terhadap tenaga kerja (K/L) tetap, tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution) daripada modal terhadap tenaga kerja (MRSL,K) menurun dalam nilai absolutnya. Kondisi ini berimplikasi bahwa kemajuan teknologi meningkatkan produk marginal daripada modal melebihi produk marginal tenaga kerja. Dengan demikian, dampak teknologi seperti ini adalah output yang sama dapat dicapai melalui penghematan penggunaan tenaga kerja. Perubahan teknologi seperti ini dikatakan bersifat hemat tenaga kerja (labor saving technological change).
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
K
(K/L) B
A
(K/L) Q2
Q1
0
L
Gambar 2.8 Labor Saving Technological Change
Sebaliknya, kemajuan teknologi yang padat tenaga kerja berlaku jika di sepanjang rasio modal terhadap tenaga kerja, tingkat substitusi marginal daripada modal terhadap tenaga kerja (MRSL,K) meningkat dalam nilai absolutnya. Kondisi ini berimplikasi bahwa kemajuan teknologi meningkatkan produk marginal daripada tenaga kerja melebihi produk marginal modal. Dengan demikian, dampak teknologi ini adalah output yang sama dapat dicapai melalui penghematan penggunaan modal seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.8. Perubahan teknologi seperti ini dikatakan bersifat menghemat modal (capital saving technological change).
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
K
(K/L) A (K/L) B
Q1 Q2
’
0
L
Gambar 2.9 Capital Saving Technological Change Selanjutnya, kemajuan teknologi dikatakan ‘neutral’ atau ‘unbiased’ jika kemajuan teknologi meningkatkan produk marginal daripada modal dan produk marginal daripada tenaga kerja dengan persentase yang sama, sehingga MRSL,K tidak berubah disepanjang garis rasio K/L yang konstan. Pengaruh teknologi seperti ini ditunjukkan pada Gambar 2.10. K (K/L) A Q1
B Q2 0
L
Gambar 2.10 Neutral Technological Change
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
Berdasarkan Barro and Sala-I-Martin Sala Martin (1995: 33), ’Hicks neutral production function’’ dapat ditulis sebagai Y = F(K, L, t) = T(t) F(K, L) di mana T(t) adalah indeks teknologi, dan
. Harrod mendefinisikan
kemajuan teknologi sebagai ’neutral’ jika kontribusi relatif daripada input,
tidak berubah untuk rasio modal terhadap output tertentu. Definisi ini membawa implikasi bahwa fungsi produksi berbentuk
di mana A(t) adalah indeks teknologi, dan
. Bentuk ini dinamakan labor
augmenting technological progress, progress karena ini meningkatkan output dalam cara yang sama seperti peningkatan dalam stok tenaga kerja. Selanjutnya, Solow mendefinisikan kemajuan teknologi sebagai ’neutral’’ jika kontribusi relatif
daripada input,
, tidak berubah untuk rasio tenaga kerja terhadap output
tertentu. Definisi ini membawa implikasi bahwa fungsi produksi berbentuk
di mana B(t) adalah indeks teknologi, dan
. Fungsi produksi ini
dinamakan capital augmenting technological progress, progress, karena kemajuan teknologi meningkatkan output dalam cara yang sama seperti peningkatan dalam stok modal.
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
2.1.4.2. Karakteristik Perubahan Teknologi dalam Sektor Pertanian Perubahan teknologi terjadi dalam setiap bidang pada sektor pertanian. Sebagian besar mewujud dalam kapital, seperti pada mesin, drainase, irigasi dan bangunan, sementara sebagian lainnya dalam bentuk varietas tanaman unggul, benih atau bibit yang lebih baik, pupuk, pestisida, dan insektisida. Lebih jelasnya, kemajuan teknologi terjadi dalam metode pertanian dan peternakan serta dalam kemampuan manajerial para petani. Perubahan teknologi yang terjadi di sektor pertanian seringkali bersifat labor-saving atau land-saving. Namun hal ini tidak berarti penggunaan faktor tersebut sedikit. Sebagai contoh, dengan perubahan teknologi yang hemat pemakaian tenaga kerja, teori menyarankan bahwa produsen akan mempekerjakan tenaga kerja lebih sedikit untuk mencapai output tertentu. Betapapun, sejalan dengan turunnya biaya produksi marginal, produsen akan meningkatkan output untuk mencapai profit maksimum, sehingga akan meningkatkan penggunaan seluruh faktor produksi. Dalam hal ini terjadi tade-off antara penurunan penggunaan tenaga kerja yang terjadi karena perubahan teknologi dan peningkatan kesempatan kerja yang terjadi karena meningkatnya produksi. Dalam beberapa kasus biasanya pengaruh netto yang muncul adalah meningkatnya penggunaan labor. Namun demikian perlu dicatat bahwa prediksi ini didasarkan pada asumsi rasio harga faktor tidak berubah. Sementara di beberapa negara sedang berkembang, pemerintah memsubsidi penggunaan mesin pertanian, sehingga harga relatif dari kapital menurun. Pada kasus ini penggunaan mesin hampir dapat dipastikan akan mengurangi penggunaan tenaga kerja.
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
2.1.5. Total Factor Productivity (TFP) Total Factor Productivity (TFP) menggambarkan peningkatan atau pertumbuhan produktivitas dari faktor yang digunakan. Michael P. Todaro (2000) menjelaskan konsep TFP sebagai berikut : “The second aggregate economic characteristic of modern growth is the relatively high rate of rise is total factor productivity (TFP), the output per unit of all input. Several recent World bank studies have confirmed kuznet’s finding that total factor productivity growth is what determines the rate of groeth in development countries. Because of TFP shows the efficiency wiht all input are used in a production function, economist often measures its growth of factor inputs”. Penjelasan di atas mengatakan bahwa pertumbuhan pada negara-negara sedang berkembang karena TFP menggambarkan efisiensi pada semua input yang digunakan dalam fungsi produksi. Jadi, penggunaan TFP sangat penting dalam pengukuran tingkat pertumbuhan dari faktor produksi (input).
2.2. 1.
Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Sahara, dkk mengenai Pengaruh Faktor Produksi Pada Usahatani Lada di Sulawesi Tenggara (2002). Pada penelitian tersebut Sahara, dkk mengamati pengaruh dari luas lahan, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCL, pupuk kandang, jumlah fungisida, jumlah tenaga kerja, terhadap produksi lada Sulawesi Tenggara periode Juni-Juli 2002. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian Sahara, dkk adalah faktor produksi luas lahan, pupuk kandang, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi lada sedangkan pupuk Urea, pupuk SP-36, KCL
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
fungisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi lada Sulawesi Tenggara periode Juni-Juli 2002. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2002) denga judul “ Analisis Peranan Bibit Unggul dan Pupuk (KCL, UREA, SP-36) Terhadap Produksi Padi di Kecamatan Gambiran Kabupaten Banyuwangi tahun 2000 ”. Penelitian tersebut menggunakan bibit, pupuk KCL, Urea, SP-36 sebagai variabel bebas dan variabel tergantungnya adalah produksi padi. Kesimpulannya menunjukkan bahwa keempat variabel tersebut secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri berpengaruh terhadap produksi padi di Kecamatan Gambiran Kabupaten Banyuwangi. Dan pupuk KCL merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling dominan diantara variabel yang lain.
3.
Penelitian yang dilakukan oleh Tulus Tambunan (2004) dengan judul “ Kontribusi Peningkatan Total Faktor Produktivitas terhadap Pertumbuhan Output Agregat : Suatu Studi Empiris ”. mode analisis yang digunakan adalah model agresi linear berganda dan perhitungan TFP. Kesimpulan yang diperoleh adalah nilai TFP atau laju perubahan tidak terlalu tinggi, sebesar 11 %, dengan kontribusi progress teknologi terhadap total pertumbuhan output sebesar 2 %.
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
2.3.
Hipotesis dan Model Analisis
2.3.1.
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan berbagai hasil kajian empiris
terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut : 1.
Secara simultan jumlah pupuk, jumlah mesin pertanian, luas lahan, jumlah benih padi dan jumlah tenaga tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi tanaman padi di Indonesia selama periode tahun 1980 – 2010.
2.
Secara parsial jumlah pupuk, jumlah mesin pertanian, luas lahan, jumlah benih padi dan jumlah tenaga tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi tanaman padi di Indonesia selama periode tahun 1980 – 2010.
2.3.2.
Model Analisis Studi ini menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Spesifikasi
model secara umum adalah sebagai berikut: ఉ
ఉ
ఉ
ఉ
ఉ
ఉ
ܻ௧ = ߚܺଵ௧భ ܺଶ௧మ ܺଷ௧య ܺସ௧ర ܺହ௧ఱ ܺ௧ల ݁௨
(2.24)
dimana: Y adalah output, β0 adalah parameter total factor productivity, X1, X2, …, X6 adalah input, u adalah stochastic disturbance error term, e adalah base of natural logarithm, dan t adalah waktu (time). Fungsi produksi (1) mempunyai ciri-ciri: Pertama, koefisien β1, β2, …, β6 mengukur elastisitas output (Y) terhadap setiap
input
(X).
Kedua,
penjumlahan
seluruh
koefisien
tersebut
(β1+β2+β3+β4+β5+β6) memberikan informasi tentang returns to scale. Jika penjumlahan tersebut sama dengan 1, maka berlaku constant returns to scale (CRS) yang bermakna bahwa pelipatgandaan penggunaan seluruh input akan
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
meningkatkan output secara proporsional. Jika penjumlahan tersebut kurang dari 1, maka akan berlaku decreasing returns to scale (DRS) yang bermakna bahwa pelipatgandaan penggunaan seluruh input akan meningkatkan output kurang dari proporsional. Selanjutnya, jika penjumlahan tersebut lebih dari 1, maka akan berlaku increasing returns to scale (IRS) yang bermakna bahwa pelipatgandaan penggunaan seluruh input akan meningkatkan output lebih dari proporsional. Bentuk persamaan (2.24) menunjukkan bahwa hubungan antara output dan berbagai input adalah tidak linear. Jika dilakukan transformasi bentuk persamaan (1) kedalam bentuk logaritma, Untuk mengestimnasi model tersebut, dalam penelitian ini menggunakan pendekatan teknik ordinary least square (OLS). Persamaan model diturunkan dari persamaan matematis pada model 1 diatas
Berdasarkan
persamaan
tersebut,
maka pembangunan
persamaan
ekonometrik untuk tingkat pertumbuhan TFP adalah: log ܻ௧ = ݈ߚ݃ + ߚଵ log ܺଵ௧ + ߚଶ log ܺଶ௧ + ߚଷ log ܺଷ௧ + ߚସ log ܺସ௧ + ߚହ log ܺହ௧ + ߤ௧
(2.25)
Dimana : Yt = Output Produksi Padi X1 = Pupuk, X2 = Mesin, X3 = Lahan, X4 = Benih X5 = Labor
SKRIPSI
ANALISIS PRODUKSI DAN ...
SURYA PERDANA T