BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Narkoba 2.1.1. Sejarah Umum tentang Narkoba Kurang lebih tahun 2000 SM di Samaria ditemukan sari bunga opion atau kemudian lebih dikenal dengan nama opium (candu = papavor somniferitum). Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran tinggi di atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Penyebaran selanjutnya adalah ke daerah India, Cina dan wilayah-wilayah Asia lainnya. Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich Wilheim menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang dikenal dengan nama morfin (diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang bernama Morphius).
Tahun 1806 waktu pecah perang saudara di Amerika Serikat, morfin ini
dipergunakan untuk penghilang rasa sakit akibat luka-luka perang. Tahun 1874, seorang ahli kimia bernama Alder Wright dari London merebus cairan morfin dengan asam anhidrat (cairan asam yang ada pada sejenis jamur). Campuran ini membawa efek ketika diuji coba kepada anjing. Anjing tersebut memberikan reaksi yaitu tiarap, ketakutan, mengantuk, dan muntahmuntah.
Tahun 1898, pabrik obat Bayer memproduksi obat tersebut dengan nama heroin,
sebagai obat resmi penghilang rasa sakit. Saat ini, heroin tidak lagi dipakai sebagai obat, hanya morfin saja. Kokain berasal dari tumbuhan coca yang tumbuh di Peru dan Bolivia (Gusti, 2009).
2.1.2. Pengertian Umum tentang Narkoba Istilah narkoba adalah kependekan dari narkotik dan obat-obatan berbahaya. Namun sekarang narkoba umumnya diartikan untuk meliputi narkotik, psikotropik dan alkohol. Pihak pemerintah cenderung lebih senang menggunakan istilah NAPZA (Narkotik, Psikotropik dan Zat Adiktif). Yang termasuk zat ilegal (drugs) adalah heroin (mis. putaw), metamfetamin (sabu), mariyuana (ganja) dan halusinogen, serta obat resep yang dapat disalahgunakan, misalnya benzodiazepin (Yayasan Spritia, 2010). Narkoba, menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) No. SE/03/IV/2002/BNN, akronim/singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan-bahan adiktif lainnya.
Narkoba
Universitas Sumatera Utara
dikenal juga sebagai NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif). NAPZA sering disebut sebagai bahan/zat/obat psikoaktif, yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh, terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, perubahan perilaku, perasaan dan pikiran. Narkoba, berdasarkan UU No.22 tahun 1997 tentang narkotika dan UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika, bahwa narkoba tidak diperbolehkan untuk disalahgunakan dan diedarkan secara gelap. Hal ini berarti narkoba boleh digunakan dan diedarkan dalam dunia pengobatan dan ilmu pengetahuan. Sebagian jenis narkoba berguna dalam pengobatan, tetapi karena menimbulkan ketergantungan, penggunaannya harus berhati-hati dan harus mengikuti petunjuk dokter atau aturan pakai, contohnya morfin dan petidin, yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada penyakit kanker; obat untuk membius pasien pada waktu operasi; amfetamin untuk mengurangi nafsu makan, dan berbagai jenis pil tidur dan obat penenang. Ada juga yang secara luas digunakan sebagai obat, contohnya kodein (obat batuk) (Harumindari, 2005).
2.1.3. Penggolongan Narkoba Menurut Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang narkotika, dan Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang psikotropika. Penggolongan jenis-jenis narkoba berikut didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang di atas: 1. Narkotika (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika) adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika
dibedakan ke dalam golongan-golongan: − Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan (contoh: heroin/putauw, kokain, ganja). − Narkotika Golongan II :
Universitas Sumatera Utara
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh: morfin). − Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh: kodein). Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I: • Opiat, morfin, heroin (putauw), candu dan lain-lain. • Ganja atau kanabis, mariyuana dan hashis. • Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain dan daun koka.
2. Psikotropika (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika) adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut. − Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan (contoh: ekstasi dan sabu). − Psikotropika golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi untuk tujuan ilmu
pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
kuat
mengakibatkan
sindroma
ketergantungan (contoh: amfetamin dan metilfenidat atau ritalin). − Psikotropika golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (contoh: pentobarbital dan flunitrazepam). − Psikotropika golongan IV :
Universitas Sumatera Utara
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil koplo, rohip, dum dan MG). Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain : • Psikostimulansia: amfetamin, ekstasi dan sabu. • Sedatif dan hipnotika (obat penenang, obat tidur), seperti: MG, BK, DUM, Pil koplo dan lain-lain. • Halusinogenika, seperti: Iysergic Acid Dyethylamide (LSD), mushroom.
3. Zat adiktif lain adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif di luar yang disebut narkotika dan psikotropika, meliputi : − Minuman berakohol Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu : •
Golongan A: kadar etanol 1-5%, contohnya bir.
•
Golongan B: kadar etanol 5-20%, contohnya berbagai jenis minuman anggur.
•
Golongan C: kadar etanol 20-45 %, contohnya whiskey, vodca, manson house, johny walker, kamput.
− Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) Inhalansia dan solven mudah menguap berupa senyawa organik yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan antara lain lem, thinner, penghapus cat kuku, dan bensin. − Tembakau Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada
Universitas Sumatera Utara
remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya. Bahan/obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut: •
Sama sekali dilarang, seperti narkotika golongan I dan psikotropika golongan I.
•
Penggunaan dengan resep dokter, seperti amfetamin dan sedatif hipnotika.
•
Diperjual belikan secara bebas, seperti lem, thinner dan lain-lain.
•
Ada batas umur dalam penggunannya, seperti alkohol dan rokok (Yosep, 2008).
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan menjadi tiga golongan: 1. Golongan Depresan Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.
Jenis ini
membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri.
Golongan ini termasuk opioid (morfin, heroin/putauw, kodein), sedatif
(penenang), hipnotik (obot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
2. Golongan Stimulan Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar, dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah: amfetamin (sabu dan esktasi), kafein, dan kokain.
3. Golongan Halusinogen Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran, yang seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Yang termasuk golongan ini adalah kanabis (ganja) (Anggrek, 2008). Macam-macam bahan Narkotika dan Psikotropika yang terdapat di masyarakat serta akibat pemakaiannya: 1. Opioida Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu opioida alamiah (contohnya morfin, opium dan kodein), opioida semi sintetik (contohnya heroin/putauw dan hidromorfin)
dan
opioida sintetik (contohnya meperidin, propoksipen dan metadon). Opiat atau opioid biasanya
Universitas Sumatera Utara
digunakan dokter untuk menghilangkan rasa sakit yang sangat kuat (analgetika kuat). Contoh opioid adalah pethidin, methadon, talwin, kodein dan lain-lain. Sedangkan heroin dihasilkan dari cairan getah opium poppy yang diolah menjadi morfin kemudian dengan proses tertentu menghasilkan putauw, dimana putauw mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Jenis ini memiliki nama jalanan putauw, black heroin, dan brown sugar ini berbentuk bubuk putih untuk yang murni, sedangkan heroin yang tidak murni berwarna putih keabuan. Reaksi dari pemakaian zat ini sangat cepat, yang kemudian timbul rasa ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan rasa percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Mereka mulai membentuk dunia mereka sendiri. Mereka merasa bahwa lingkungannya adalah musuh. Mulai sering melakukan manipulasi dan akhirnya menderita kesulitan keuangan yang mengakibatkan mereka melakukan pencurian atau tindak kriminal lainnya.
2. Kokain Kokain mempunyai dua bentuk yaitu cocain hidroklorid dan free base. Kokain berupa kristal putih dengan rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dari free base. Free base tidak berwarna/putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan dari kokain adalah koka, coke, happy dust, charlie, snow white. Biasanya dalam bentuk bubuk putih. Cara pemakaiannya adalah dengan membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca atau benda-benda yang mempunyai permukaan datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan. Atau dengan cara dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Ada juga yang melalui suatu proses menjadi bentuk padat untuk dihirup asapnya yang populer disebut freebasing. Penggunaan dengan cara dihirup akan berisiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek rasa dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.
Universitas Sumatera Utara
3. Kanabis Ganja berasal dari tanaman canabis sativa dan canabis indica. Pada tanaman ganja terkandung tiga zat utama yaitu tetrahidro kanabinol, kanabinol dan kanabidiol. Nama jalanan yang sering digunakan ialah grass, cimeng, ganja, gelek, hasish, dan marijuana. Cara penggunaannya adalah dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
Efek rasa dari kanabis juga tergolong cepat.
Pemakai
cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebih (euforia), sering berfantasi, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitif, kering pada mulut dan tenggorokan.
4. Amfetamin Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin yang berhasil disintesa tahun 1887, dan dipasarkan tahun 1932 sebagai obat.
Nama jalanannya amfetamin adalah seed, meth,
crystal, uppers, whizz dan sulphate. Amfetamin berbentuk bubuk warna putih dan keabuan, yang biasanya digunakan dengan cara dihirup, sedangkan yang berbentuk tablet biasanya diminum dengan air. Ada dua jenis amfetamin : − MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar tahun 1980 dengan nama ekstasi atau ecstacy. Nama lainnya adalah xtc, fantacy pils, inex, cece, dan cein. Terdiri dari berbagai macam jenis antara lain white doft, pink heart, snow white, yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul. − Methamfetamin ice, dikenal sebagai sabu. Nama lainnya sabu-sabu, SS, ice, crystal, dan crank. Cara penggunaan dengan dibakar dengan menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap, atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (bong).
5. Solvent/inhalasia Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, thiner, dan uap bensin. Biasanya digunakan secara coba-coba oleh anak dibawah umur, golongan kurang mampu atau anak jalanan. Efek yang ditimbulkannya adalah pusing; kepala terasa berputar; halusinasi ringan; mual; muntah; gangguan fungsi paru, liver dan jantung.
Universitas Sumatera Utara
6. Alkohol Merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering digunakan manusia. Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah (anggur) dan umbi-umbian. Dari proses fermentasi diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, dengan proses penyulingan di pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Alkohol sering disebut dengan booze atau drink. Konsentrasi maksimum alkohol dicapai 30-90 menit setelah tegukan terakhir. Sekali diabsorbsi, etanol didistribusikan keseluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh. Seiring dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah maka orang akan menjadi euforia, namun sering dengan penurunannya pula orang menjadi depresi (Harumindari, 2005).
2.2. Penyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba bukan untuk tujuan pengobatan, dalam jumlah berlebih, secara kurang lebih teratur dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik serta gangguan pada perilaku dan sosialnya. Pemakaian narkoba secara berlebihan tidak menunjukan jumlah atau dosisnya, tetapi yang penting adalah bahwa pemakaiannya berakibat gangguan pada salah satu fungsi: fisik, psikologik, dan sosial. Anak muda pada umunya sangat rentan terhadap pengaruh perubahan.
Lingkungan
pergaulan sering mempunyai pengaruh kuat dalam perilaku mereka. Emosi yang masih meluapluap, keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru, kecenderungan hanya berpikir linier sehingga muda terprovokasi merupakan beberapa ciri umum yang sering mereka alami. Belum lagi masalah sosial lingkungan dan keluarga, yang sering bermuara pada rasa keterasingan mereka, sehingga mereka cenderung mencari alternatif pemecahannya secara pintas, sepihak, tanpa mempertimbangkan matang-matang kemungkinan akibat yang dapat timbul. Kondisi semacam ini sudah barang tentu, sering menjadi sasaran empuk bagi bandar narkoba untuk masuk keperangkap mereka sampai pada akhirnya tercipta sebuah ketergantungan yang sangat sulit untuk dilepaskan. Berdasarkan pengalaman, dukungan dari keluarga tetap diperlukan agar para pecandu narkoba, tidak semakin terjerumus lebih parah sehingga proses penyembuhan menjadi lebih mudah.
Universitas Sumatera Utara
Kecanduan (adiksi) atau ketergantungan narkoba adalah penyalahgunaan narkoba yang berat sehingga jika mengurangi atau berhenti menggunakannya akan timbul gejala putus narkoba (sakau).
Untuk mempertahankan pengaruh narkoba seperti semula, pengguna narkoba
mengonsumsinya dalam jumlah yang makin lama makin banyak. Keadaan ini disebut toleransi. Sedangkan efek jangka panjang dari narkoba itu sendiri adalah euphoria, delirium, halusinasi, weakness dan drowsiness. Penggunaan dosis yang tinggi dapat mencapai efek yang paling parah yakni drownsiness, dalam kondisi ini pemakai mengalami penurunan kesadaran seperti sedang setengah tidur dengan ingatan yang kacau.
Apabila pemakai mengalami
kelemahan fisik maupun psikis, atau salah satu saja dari keduanya, kondisi ini sebagai akibat dari tingkat efek weakness (Sondakh, 2006).
2.3. Efek Penggunaan Narkoba a. Opiat Efek dari penggunaan opiat adalah mengalami pelambatan dan kekacauan saat berbicara, kerusakan penglihatan pada malam hari, kerusakan liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis serta penyakit infeksi lain, dan efek yang paling berbahaya adalah kematian yang disebabkan karena over dose.
b. Kokain Biasanya efek yang diharapkan pemakai saat menggunakan kokain adalah rasa terus bersemangat. Tetapi tanpa disadari pemakai, kokain dapat menimbulkan efek lain yang tidak diinginkan yaitu, perasaan gelisah, tidak bisa makan, paranoid dan juga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan liver.
c. Ganja Pemakaian ganja dapat mengakibatkan pemakai kehilangan konsentrasi, denyut nadi yang meningkat, keseimbangan dan koordinasi tubuh memburuk, ketakutan dan rasa panik, depresi, kebingungan, dan halusinasi. d. Ekstasi Efek yang diinginkan pemakai pada saat menggunakan ekstasi biasanya adalah tubuh terusmenerus memiliki energi berlebih, perasaan juga manjadi lebih segar segar, mampu terus
Universitas Sumatera Utara
terjaga (tidak mengantuk), dan tidak merasa capek. Namun ekstasi memiliki bahaya jika digunakan dalam waktu yang lama, beberapa bahaya dari ekstasi adalah kecanduan, syaraf otak terganggu, gangguan liver, tulang dan gigi keropos, serta paranoid dan halusinasi. e. Sabu-sabu Sabu-sabu dapat membuat pemakai untuk terus terjaga dan terus merasa bersemangat. Tetapi penggunaan sabu dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan pemakai menderita penyakit gangguan jiwa, paranoid, dan gangguan liver. f. Alkohol Alkohol dapat membuat pemakai merasa rileks dan lebih mudah untuk mengekspresikan emosi. Biasanya, orang yang menggunakan alkohol akan mengalami gangguan penglihatan, gangguan berbicara, dan pupil mata pemakai menjadi membesar. Penggunaan alkohol dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan radang usus, liver dan kerusakan otak (Harumindari, 2005).
2.4. Remaja Pakar psikologi perkembangan Elizabeth B. Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hukum. Masa remaja terbagi menjadi tiga yaitu masa remaja awal, masa remaja tengah dan masa remaja akhir. Masa remaja awal dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara seksual yaitu pada usia 13 sampai dengan 14 tahun, sedangkan masa remaja tengah berada pada usia 15 sampai 17 tahun dan masa remaja akhir meliputi periode setelahnya sampai dengan 18 tahun, yaitu usia dimana seseorang dinyatakan dewasa secara hukum (Iskandarsyah, 2006). Pada usia masa remaja, terjadi peningkatan ketegangan emosional yang dihasilkan dari perubahan fisik dan hormonal. Pada masa ini emosi seringkali tidak terkontrol dan nampak irrasional (Widianti, 2009). Kondisi siswa SMA pada tingkat usia yang berkisar antara 15 – 18 tahun sangat sensitif dan bersikap penuh gejolak, temperamental, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ingin mencoba-coba sesuatu yang terlarang; kesemuanya itu dilakukan untuk menonjolkan identitas dirinya, sehingga sifat-sifat atau indikasi perilaku siswa tersebut sangat rentan terhadap
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan mengkonsumsi atau menyalahgunakan narkotika (Fathurrachman dan Bulkani, 2006).
2.5. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan dalam suatu rangsang tertentu.
Pengetahuan kognitif merupakan
dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan 6 tingkatan, yakni: a. Tahu (know) Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengalaman yang paling rendah. b. Memahami (comprehension) Merupakan suatu kemampuan nutuk menjelaskan secara benar obyek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. d. Analisis (analysis) Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut. e. Sintesis (synthesis) Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2007).
Universitas Sumatera Utara