BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau akuntansi suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktifitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan pada mulanya bagi perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi kemudian laporan keuangan digunakan untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut dengan menganalisanya. Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, (2009:1) adalah: “laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Munawir (2007:5) mendefinisikan laporan keuangan adalah laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, di mana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan
6
serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Sedangkan menurut Baridwan (2008:17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksitransaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Pengertian lainnya dari laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berguna untuk pengambilan keputusan bagi investor dan kreditor (Sugiri, 2004:21). Dari pengertian di atas yang dimaksud dengan laporan keuangan dalam penelitian adalah laporan performance atau prestasi keuangan dari perusahaan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan yang terdiri dari neraca, laba-rugi atau hasil usaha, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan memiliki tujuan masing-masing sesuai dengan kebijakan perusahaan dan harus diterapkan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Pernyataan tersebut didukung pendapat oleh Harahap (2011:133), menggambarkan tujuan laporan keuangan dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Tujuan Umum Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima.
2.Tujuan Khusus Memberi informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahaan kekayaan dan kewajiban, serta informasi yang relevan. Menurut pernyataan PSAK No. 1 yang menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009:9). Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2007:31) tujuan umum pelaporan keuangan adalah member informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan datang (potensial) untuk membuat keputusan investasi, pemberian kredit, dan keputusan lainnya yang serupa yang rasional. Secara rinci menurut Harahap (2008:132) bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiyaan dan investasi. 5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijan akuntansi yang dianut perusahaan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa selain sebagai alat pengambil keputusan, Laporan keuangan sebagai alat pertanggung jawaban manajemen perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan.Laporan keuangan tidak hanya digunakan oleh pihak internal perusahaan saja, tetapi juga dapat digunakan oleh pihak eksternal dengan tujuan memperoleh informasi atas kondisi keuangan perusahaan tersebut.
2.1.3 Komponen Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:7) laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini: 1. Neraca Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca minimal mencakup pos-pos sebagai berikut : aktiva berwujud, aktiva tak berwujud, aktiva keuangan, investasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas, persediaan, piutang usaha dan hutang lainnya, kewajiban yang
diestimasi, kewajiban berbunga jangka panjang, hak minoritas, modal saham dan pos ekuitas lainnya. 2. Laporan laba rugi Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan, bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos pos berikut: pendapatan, laba rugi perusahaan, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afilitas dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, laba rugi bersih dan periode berjalan. 3. Laporan perubahan ekuitas Perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran yang dianut. 4. Laporan arus kas Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas selama periode tertentu. Arus kas diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. 5. Catatan laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan negatif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban komitmen.
Sedangkan menurut Baridwan (2008:109) isi laporan keuangan yang dihasilkan setiap periode, adalah: 1. Neraca Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut pasiva, atau dengan kata lain, aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. 2. Laporan laba rugi Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatanpendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. 3. Laporan perubahan modal Disamping penyusunan neraca dan laporan laba rugi, pada akhir periode akuntansi biasanya juga disusun laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan modal perusahaan. 4. Laporan arus kas Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu peruasahaan selama suatu periode. 5. Catatan atas laporan keuangan
2.1.4 Pengguna Laporan Keuangan Menurut Harahap (2008:120) pengguna laporan keuangan beserta kegunaannya dapat dilihat dari penjelasan sebagai berikut: 1.
Pemegang saham Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, biaya dan laba. Mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis dan perusahaan lainnya. Dari informasi ini pemegang saham dapat mengambil keputusan apakah ia akan mempertahankan sahamnya, atau menjual.
2.
Investor Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham. Bagi investor potensial ia akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan.
3.
Analis pasar modal Analis pasar modal selalu melakukan baik analisis tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk pasar modal.
4.
Manager Manager ingin mengetahui situasi ekonomi perusahaan yang dipimpinnya. Untuk mengambil keputusan yang tepat, dengan mengetahui selengkaplengkapnya kondisi keuangan perusahaan baik posisi semua pos neraca (aset, kewajiban, ekuitas), laba atau rugi, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor dan sebagainya.
5.
Karyawan dan serikat pekerjanya Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja disitu atau pindah. Ia juga perlu mengetahui hasil usaha perusahaan supaya ia bisa menilai apakah penghasilan yang diterimanya adil atau tidak.
6.
Instansi pajak Perusahaan selalu memiliki kewajiban pajak baik PPN, PBB, pajak pembangunan, pajak penjualan barang mewah, pajak penghasilan. Perusahaan juga dikenakan pemotongan, perhitungan dan pembayarannya, semua kewajiban pajak ini mestinya akan tergambarkan dalam laporan keuangan.
7.
Pemberi dana (kreditur) Sama dengan pemegang saham investor, lender seperti bank, investment fund, perusahaan leasing juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman. Bagi perusahaan calon debitur laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi untuk menilai kelayakan perusahaan untuk menerima kredit yang akan diluncurkan.
8.
Supplier Supplier hampir sama
dengan kreditur, laporan keuangan bisa menjadi
informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan dan sejauhmana potensi risiko yang dimiliki perusahaan.
9.
Pemerintah dan lembaga pengatur resmi Pemerintah atau lembaga pengatur sangat membutuhkan laporan keuangan karena ia ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ia tetapkan.
10. Langganan/lembaga konsumen Langganan dalam era modern seperti sekarang ini berhak mendapat layanan memuaskan (satisfaction quarantee) dengan harga equilibrium. Dalam kondisi ini konsumen terlindungi dari kemungkinan praktik yang merugikan baik dari segi kualitas, kuantitas, harga dan lain sebagainya. 11. Lembaga Swadaya Masyarakat Sekarang ini sudah banyak terdapat jenis lembaga swadaya masyarakat (LSM). Untuk LSM tertentu bisa saja memerlukan laporan keuangan misal: LSM yang bergerak melindungi konsumen, lingkungan, serikat pekerja. LSM seperti ini membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauhmana perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya. 12. Peneliti/akademis/lembaga peringkat Bagi peneliti maupun akademi, laporan keuangan sangat penting sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan tidak hanya digunakan oleh pihak internal perusahaan saja, tetapi juga dapat digunakan oleh pihak eksternal dengan tujuan memperoleh informasi atas kondisi keuangan perusahaan tersebut, para pengguna Laporan keuangan dijelaskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar
Akuntansi Keuangan (2009:2) yang menjelaskan: Pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembagalembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi: 1. Investor. Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan. Kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman. Ketertarikan untuk peminjam dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya. Informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 5. Pelanggan. Berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada, perusahaan. 6. Pemerintah. Yang berada di bawah kekuasaan pemerintah berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Masyarakat. Anggota masyarakat dalam berbagai cara mempengaruhi perusahaan. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.2 Analisis laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Analisis terhadap laporan keuangan merupakan usaha untuk membuat informasi pada laporan keuangan yang bersifat kompleks kedalam elemen-elemen yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Hal ini sangat bermanfaat bagi analis untuk dapat mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan yang bersangkutan, selain itu dapat diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan serta hasil–hasil yang dianggap cukup baik. Sebelum dilakukan analisa, penganalisa selain harus benarbenar memahami laporan keuangan tersebut, juga harus mampu mengaplikasikan berbagai tehnik atau alat analisis laporan keuangan dan dapat menggambarkan aktifitas–aktifitas perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang dikandung suatu laporan keuangan. Pengertian analisis laporan keuangan menurut Harahap (2011:190): Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Informasi yang ada pada laporan keuangan hanyalah informasi yang berupa angka-angka yang merupakan rekaman dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Alat analitis yang digunakan biasanya adalah analisis laporan keuangan yang berupa rasio-rasio laporan keuangan (Darsono dan Ashari, 2010:62). Hasil dari analisis laporan keuangan pada akhirnya akan bisa
menghilangkan situasi duga menduga, ketidakpastian, pertimbangan pribadi, dan lain sebagainya. Sehingga akan memperkuat keyakinan kita pada informasi yang ada sehingga keputusan yang diambil akan lebih tepat. Menurut Bernstein (dalam Prastowo, 2006:52) menjelaskan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Sedangkan menurut Bactiar dan Nurwahyu (2008:3) analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Harahap (2008:190) analisis laporan keuangan berarti, mengurangi pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kualitatif maupun data non kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses evaluasi terhadap pos–pos yang ada dalam laporan keuangan, sehingga dapat melakukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin dan dapat menghasilkan keputusan yang tepat. Kegiatan menganalisa laporan keuangan ini dapat menggali, mengungkapkan berbagai hal yang
tersembunyi dalam laporan keuangan biasa. Hasil analisis laporan keuangan menjadi sangat bermanfaat bagi pihak–pihak yang membutuhkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa analisis laporan keuangan merupakan kegiatan memaksimalkan informasi yang relatif sedikit menjadi informasi yang lebih luas dan akurat.
2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2008:68) tujuan adanya analisis laporan keuangan secara umum adalah: 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. Sedangkan menurut Prastowo (2006:52) analisis laporan keuangan bertujuan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan
secara lengkap analisis laporan keuangan. Secara lengkap tujuzn analisa laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari yang terdapat laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu laporan keuangan / yang berada dibalik laporan keuangan. 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi peningkatan. 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. 7. Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal di dunia bisnis. 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan hasil usaha struktur keuangan.
2.3 Rasio Keuangan 2.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan analisis perusahaan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara satu jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dijelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Mengadakan analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran tentang baik atau buruknya posisi keuangan perusahaan. Menurut Prastowo dan Julianty (2005:56) analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa datang. Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2007:91) analisis rasio adalah analisis yang disusun dengan menggabungkan gubungan angka angka dalam dan antara neraca dan laporan laba rugi. Harahap (2008:218) mendefinisikan analisis rasio
keuangan adalah perbandingan antara pos pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Sedangkan Munawir, (2007:37) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individual atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Kasmir (2008:104) rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan adalah suatu angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan sehingga dapat memberikan informasi tentang kondisi atau posisi keuangan suatu perusahaan.
2.3.2 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan Keunggulan-keunggulan analisis rasio keuangan menurut Harahap (2008:298) adalah sebagai berikut: 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score). 5. Menstandarisir size perusahaan. 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”. 7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang. Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, analisis ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari. Adapun keterbatasan analisis rasio menurut Harahap (2008:299) sebagai berikut: 1. Kesulitan dalam memiliki rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga dapat menjadi keterbatasan analisis seperti: a. Bahan pertimbangan rasio untuk laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subyektif. b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar. c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
2.3.3 Klasifikasi Rasio Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (2007:76) ada lima jenis rasio keuangan yang sering digunakan sebagai berikut:
a. Rasio likuiditas: rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang b. Rasio
utang/leverage/solvabilitas:
rasio
yang
mengukur
kemampuan
perusahaan memenuhi total kewajiban. c. Rasio aktiva: rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menggunakan asetnya dengan efisien d. Rasio
profitabilitas:
rasio
yang
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan profitabilitas. e. Rasio pasar: rasio yang mengukur prestasi pasar relatif terhadap nilai buku, pendapat, atau dividen. Sedangkan rasio keuangan yang digunakan meliputi: a. Rasio Likuiditas
Menurut Hanafi (2008:37) yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap utang lancarnya. Menurut Ikhsan (2009:96) rasio likuiditas adalah identifikan hubungan di antara aktiva lancar dan kewajiban lancar. Maka rasio likuiditas menyediakan dasar evaluasi atas kemampuan perusahaan untuk dijumpakan dengan kewajiban lancar. Ada beberapa rasio likuiditas yang dapat digunakan untuk menganalisis likuiditas perusahaan yaitu :
1) Rasio Lancar/Current Ratio Mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan mengunakan aktiva lancar (Hanafi dan Halim, 2007:77). Rasio lancar dapat dihitung dengan rumus
Current Ratio
Aktiva Lancar x 100% Hutang Lancar
Rasio ini merupakan ratio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan. Current ratio merupakan perbandingan antara jumlah aktiva dengan hutang lancar semakin tinggi current ratio suatu perusahaan, berarti semakin tinggi tingkat keamanan para kreditur jangka pendek atau dengan kata lain kemampuan perusahaan untuk membayar hutang hutangnya tinggi. Akan tetapi current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan kas.”Rasio atau pedoman yang baik adalah 2:1 atau 200%. 2) Rasio Cepat/Quick Ratio Menurut Widodo (2008:76) rasio cepat menunjukkan likuiditas perusahaan seperti yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar, kecuali persediaan terhadap kewajiban lancarnya. Rasio cepat dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Quick Ratio
Aktiva Lancar Persediaan x100% Hutang Lancar
Rasio ini dihitung dengan mengurangi persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak likuid dan unsur aktiva tersebut seringkali merupakan kerugian jika terjadi likuiditas. Oleh karena itu rasio cepat merupakan ukuran
penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan. “rasio atau pedoman yang baik adalah 1:1 atau 100%. 3) Rasio Kas Bactiar dan Nurwahyu (2009:196) mengatakan rasio kas mengukur ketersediaan kas untuk membayar kewajiban lancar. Pentingnya kas sebagai bentuk akhir likuiditas seharusnya tidak dipandang rendah. Catatan kegagalan usaha memberikan banyak contoh perusahaan yang tidak sanggup membayar utangnya meskipun memiliki aktiva non kas yang cukup besar (lancar maupun tak lancar) dan tidak mampu membayar utang atau menjalankan operasi. Di dalam rasio ini yang dibandingkan adalah kas. Kas dianggap sebagai aktiva yang paling likuid yaitu midah untuk dicairkan dalam jangka pendek. Semakin tinggi rasio kas berarti jumlah uang tunai tersedia semakin besar, sehingga pelunasan hutang akan terjamin. “Rasio atau pedoman yang baik adalah >30% (minimal 0,3 atau 30%). Rumus untuk mencari rasio kas atau cash ratio dapat digunakan sebagai berikut:
Cash Ratio
Kas Bank x 100% Hutang Lancar
Jika rata rata industri untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum digunkan secara optimal.
b. Rasio Laverge / Solvabilitas Menurut Hanafi dan Halim (2007:81) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk rasio Solvabilitas adalah sebagai berikut: 1) Rasio Hutang Menurut Kasmir (2008:156) debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut: Debt To Asset Ratio
Total Hutang x 100% Total Aktiva
Rasio yang tinggi perusahaan menggunakan utang yang tinggi. Penggunaan utang yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas, di lain pihak, utang yang tinggi juga meningkatkan resiko. Jika penjualan tinggi maka perusahaan bisa memperoleh keuntungan yang tinggi namun sebaliknya jika penjualan turun perusahaan terpaksa bisa mengalami kerugian karena adanya beban bunga yag harus dibayarkan (Hanafi:2008;41). Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. “ Rasio atau pedoman yang baik adalah < 100% (kurang dari 100%). 2) Rasio hutang terhadap modal Rasio total hutang terhadap total modal menggambarkan hubungan diantara kedua sumber pendanaan aktiva (Ikhsan:2009:101). Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
Debt To Equity Ratio
Total Hutang x 100% Jumlah Modal Sendiri
Jika hasil yang didapatkan dari rumus diatas menunjukkan semakin tinggi angka rasio berarti semakin tinggi resiko yang dihadapi oleh kreditor, karena angka rasio ini tinggi mengindikasikan makin tinggi utang yang dimiliki oleh perusahaan akibatnya perusahaan akan kesulitan untuk meminjam dana dari kreditor (Ikhsan, 2009:101). Ratio bagi perusahaan sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetap tidak terlalu tinggi. Kreditur tidak akan member pinjaman tambahan bila Debt To Equity itu sudah lebih besar dari 100% karena resikonya akan menjadi bertambah besar juga. Dengan kata lain ratio pedoman adalah <100%. c. Rasio Aktivitas Ikhsan (2009:103) Rasio aktivitas merupakan perhitungan untuk menentukan aktivitas dari kelas tertentu dari aktivitas seperti persediaan untuik dijual kembali, modal kerja, dan aktiva jangka panjang. Rasio mengungkapkan angka dari waktu dibandingkan aktivitas yang terjadi sepanjang periode tertentu dan dapat membantu dalam mengukur efektivitas manajemen dalam menggunakan dan mengendalikan aktiva. Rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan aktiva, menganggap bahwa sebaiknya terdapat suatu keseimbangan yang layak antara penjualan dengan berbagai unsur aktiva yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan sebagainya. Ada beberapa rasio aktivitas yang dapat digunakan sebagai berikut:
1) Perputaran total aktiva tetap Menurut Hanafi dan Halim (2007:80) rasio perputaran aktiva tetap menunjukan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang memiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi angka perputaran aktiva tetap, semakin efektif perusahaan mengelola asetnya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:
Fixed Asset Turn Over
Penjualan Aktiva Tetap
Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan ukuran seberapa efektif pemanfaatan aktiva tetap dalam mendapatkan penghasilan. Rasio atau pedoman yang baik adalah antara 150 -300% atau 1,5 - 3 kali 2) Perputaran total aktiva Hanafi dan Halim (2007:81) interpretasi perputaran total aktiva sama dengan interpretasi perputaran aktiva. Rasio ini dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini Total Asset Turn Over
Penjualan Total Aktiva
Rasio ini menunjukkan ukuran seberapa efektif penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi menunjukkan manajemen yang baik. Rasio atau pedoman yang baik adalah lebih dari 0,5 kali (>50%). d. Rasio Profitabilitas Menurut Hanafi dan Halim (2007:83) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu.
Rasio ini mengukur efektifitas menejemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Profitabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor. Jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar benar akan diterima dalam bentuk deviden. Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk menghitung rasio profitabilitas yaitu: 1) Return On Assets (ROA)
Menurut Hanafi dan Halim (2007:84) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA sering juga disebut ROI atau Return on Investment (Hanafi dan Halim). ROA berfungsi untuk mengevaluasi kepantasan mencari cari hak kekayaan sebagai lawan hutang keuangan (Ikhan, 2009:102). ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Return On Assets (ROA)
Laba Setelah Pajak x 100% Total Aktiva
Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan aset yang berarti semakin baik (Hanafi). Return on asset atau return on investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Analisa ROA bersifat menyeluruh dan digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Atau untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan
dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan, sehingga dapat menghasilkan keuntungan. Rasio atau pedoman yang baik adalah > 5%. 2) Return On Equity (ROE) Menurut Hanafi dan Halim (2007:84) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dilihat dari sudut pandang pemegang saham. Menurut Hanafi (2007) angka yang tinggi untuk ROE menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Rasio ROE tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena rasio ini bukan pengukur return yang diterima pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat penggunaan utang. ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini: Return On Equity (ROE)
Laba Bersih Setelah Pajak x100% Modal Sendiri
Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Rasio atau pedoman yang baik adalah antara 20% - 40%. 3) Margin laba kotor Analisis margin laba kotor mengarahkan perhatian khusus pada ppenyebab variasi penjualan dan harga pokok penjualan (Bachtiar dan Nurwahyu, 2009:120). Interpretasi hasil analisis perubahan laba kotor memerlukan identifikasi faktor utama yang menyebabkan perubahan tersebut. Dijelaskan lagi bahwa interpretasi tersebut juga memerlukan penilaian alasan yang
mendasari perubahan faktor faktor yang menyebabkan perubahan laba kotor (Bachtiar dan Nurwahyu, 2009:122). Bachtiar dan Nurwahyu (2009:122) berpendapat jenis perubahan sering kali terdiri atas salah satu atau kombinasi dari faktor faktor berikut: a) Kenaikkan (penurunan) volume penjualan. b) Kenaikkan (penurunan) harga jual per unit. c) Kenaikkan (penurunan) biaya per unit. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan. Data gross profit margin dari beberapa periode akan dapat memberikan informasi tentang kecenderungan gross margin yang diperoleh dan akan diketahui apakah margin yang diperoleh perusahaan sudah tinggi atau sebaliknya. Ada pun rumus yang dapat digunakan untuk menghitung margin laba kotor adalah:
Margin Laba Kotor
Laba Kotor x100% Penjualan
Semakin tinggi profitabilitasnya berarti semakin baik, tetapi perlu diperhatikan bahwa gross profit margin sangat diperlukan oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun begitu pula sebaliknya. “Rasio atau pedoman yang baik adalah 20% - 40% 1) Menurut Hanafi dan Halim (2007:83) rasio ini diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu.
Menurut Ikhsan (2009:102) rasio ini untuk mengukur seluruh efektivitas dalam menghasilkan penjualan dan biaya pengendalian. Profit margin dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Net Profit Margin
Laba Bersih Setelah Pajak x100% Penjualan
Profit Margin yang tingi menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu (Hanafi dan Halim, 2007;). Secara umum rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisian manajemen (Hanafi dan Halim, 2007;). Rasio ini untuk membandingkan antara keuntungan ssesudah pajak dengan penjualan, sehingga dari perhitungan ini dapat diketahui berapa keuntungan per rupiah penjualan. Apabila gross profit margin selam suatu periode tidak berubah sedangkan net profit margin mengalami penurunan maka berarti bahwa biaya meningkat relative lebih besar daripada peningkatan penjualan. “Rasio atau pedoman yang baik adalah > 5%”.
2.4 Kinerja Perusahaan 2.4.1 Pengertian Kinerja Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan tertentu yang ditetapkan untuk memenuhi harapan bagi pihak yang berkepentingan, baik itu untuk kelangsungan hidup perusahaan maupun untuk memenuhi harapan penyedia dana. Untuk menilai apakah tujuan yang telah ditetapkan telah dapat dicapai tidaklah mudah dilakukan, karena menyangkut beberapa aspek manajemen yang
harus dipertimbangkan. Penetapan tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen juga akan berpengaruh terhadap pengukuran kinerja keuangan. Menurut Mahsun (2009:25) Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau masa depan, pertumbuhan dan potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan. Untuk dapat mengukur tingkat kinerja perusahaan, pengukurannya dapat dilakukan dengan rasio keuangan dengan melihat trend setiap tahun dari masing-masing rasio keuangan. Menurut Mulyadi (2009:428) Kinerja keuangan merupakan kemampuan atau prestasi, prospek pertumbuhan serta potensi perusahaan dalam menjalankan usahanya yang secara finansial ditunjukkan dalam laporan keuangan. Penilaian kinerja keuangan perusahaan diukur melalui pengevaluasian laporan keuangan perusahaan, khususnya analisa laporan keuangan. Kinerja keuangan dapat dilihat dari segi kualitatif dan kuantitatif yaitu: 1. Segi kualitatif adalah suatu kinerja perusahaan yang tidak dapat di ukur seperti keunggulan produk di pasar, pemanfaatan sumber daya manusia, kekompakan tim, kepatuhan perusahaan terhadap peraturan masyarakat. 2. Segi kuantitatif adalah kinerja perusahaan yang dapat diukur dengan menggunakan suatu analisis tertentu (dalam hal ini analisis laporan keuangan) seperti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Tinggi rendahnya kinerja suatu perusahaan merupakan dasar pertimbangan guna pemilihan tujuan investasi oleh para investor pada umumnya. Apabila kinerja suatu perusahaan baik dapat dikatakan perusahaan tersebut telah menjalankan usahanya secara efektif dan efisien.
2.4.2 Tujuan penilaian kinerja perusahaan Menurut Mulyadi dan Setyawan (2005:353) tujuan utama dalam penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi.” Sedangkan tujuan penilaian kinerja menurut Supriyono (2006:385) adalah sebagai berikut: 1. Untuk menilai prestasi manajer divisi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya. 2. Untuk mengidentifikasi penyebab selisih pelaksanaan dan rencana sesuai dengan ukuran prestasi manajer divisi yang telah ditentukan. 3. Untuk menentukan besarnya kontribusi divisi dalam pencapaian tujun organisasi secara keseluruhan. 4. Untuk membuat saran dan keputusan tindakan perbaikan atas situasi yang diluar kendali. 5. Untuk memotivasi para manajer divisi dalam meningkatkan prestasi.
2.4.3 Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan Ada beberapa manfaat yang bisa diambil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan, menurut Mulyadi (2009:353) manfaat dari pengukuran kinerja keuangan adalah sebagai berikut: 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian personel secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personel, seperti: promosi, tranfer, dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan personel dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan personel. 4. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.
2.4.4 Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas kebijakan manajemen yang diambil dalam upaya mencapai tujuan organisasi, sehingga untuk mengukur kinerja keuangan perlu dilaksanakan analisa laporan keuangan, karena dalam laporan keuangan segala hasil kebijakan manajemen terangkai dan terdokumentasi secara memadai dalam bentuk informasi keuangan. Oleh karena itu, agar laporan keuangan mampu memberikan informasi sebagaimana yang diinginkan oleh perusahaan, perlu dilakukan analisa dan interpretasi atas data-data yang terangkum dalam laporan keuangan tersebut sebagai langkah awal untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari berbagai sisi tergantung pada tujuan dan sudut pandang penganalisa, karena hal ini akan menentukan jenis rasio dan ukuran lain yang akan digunakan dalam menilai kinerja keuangn perusahaan. Seperti diketahui analisis rasio merupakan analisis yang dipakai untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Penilaian dengan analisa rasio didasarkan pada perbandingan kinerja keuangan perusahaan dalam beberapa periode (time series analysis) untuk mengetahui prospek perusahaan dimasa
depan, dan dapat juga didasarkan perbaningan kinerja keuangan perusahaan lain yang sejenis (cross sectional analysis) untuk mengetahui posisi perusahaan tersebut jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi perusahaan yang meliputi posisi keuangan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan tersebut dilakukan analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio keuangan. Kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan. Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan, terutama kemampuan untuk menghasilkan laba. Kinerja dianalisis dengan mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengambilan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Selanjut menurut Sjahrir (2005:79) keuangan perusahaan yang baik harus didukung oleh pertumbuhan aktiva dan modal yang masuk akan serta kenaikan penjualan, laba usaha, dan laba bersih yang memadai.
2.5 Penelitian Terdahulu Topik mengenai analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan pernah diangkat sebagai judul skripsi oleh Arvianti (2005) dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Ukur Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Go Publik di Bursa Efek Surabaya tahun 2001-2003”.
Hasil perhitungan analisis rasio keuangan yang telah dilakukan terhadap empat perusahaan makanan dan minuman yang go publik di Bursa Efek Surabaya, sebagai berikut: 1. Leverage ratio yang diukur dengan debt ratio menunjukkan hasil rata-rata per tahun yang dimiliki PT Mayora Indah lebih baik bila dibandingkan dengan tiga perusahaan lainnya. 2. Liquidity ratio PT Mayora Indah lebih baik bila dibandingkan dengan tiga perusahaan lainnya. 3. Efficienty ratio menunjukkan PT Aqua Golden Missisippi memiliki rata-rata rasio per tahun yang paling tinggi bila dibandingkan dengan tiga perusahaan lainnya. 4. Profitability menunjukkan PT Aqua Golden Missisippi menunjukkan rata-rata rasio pertahun yang paling baik.
2.6 Rerangka Pemikiran Kinerja keuangan perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas kebijakan manajemen yang diambil dalam upaya mencapai tujuan organisasi, sehingga untuk mengukur kinerja keuangan perlu dilaksanakan analisis laporan keuangan, karena dalam laporan keuangan segala hasil kebijakan manajemen terangkai dan terdokumentasi secara memadai dalam bentuk informasi keuangan. Oleh karena itu, agar laporan keuangan mampu memberikan informasi sebagaimana yang diinginkan oleh perusahaan, perlu dilakukan analisa dan interpretasi atas data-data
yang terangkum dalam laporan keuangan tersebut sebagai langkah awal untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Disini peneliti menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan karena sesuai dengan judul yang digunakan oleh peneliti karena rasio keuangan diarahkan pada pengevaluasian terhadap aspek-aspek likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Dengan cara ini bisa membantu pihakpihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan dalam menganalisis perkembangan
perusahaan
serta
dapat
digunakan
oleh
manajer
untuk
mengevaluasi hasil kinerja perusahaannya selama ini. Dengan analisis rasio keuangan akan dapat mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan dari kinerja perusahaan. Dengan cara penerapan kebijakan keuangan sebelumnya, yang kemudian perlu melakukan perbaikan atau penyempurnaan (revisi) pada kebijakan tersebut, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Berdasarkan latar belakang masalah serta tinjauan teori yang diutarakan sebelumnya, maka rerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti pada gambar 1.
Laporan Keuangan
Laporan Laba Rugi
Laporan Neraca
Analisis Laporan Keuangan
Teknik Analisis: 1. Likuiditas 2. Solvabilitas 3. Aktivitas 4. Profitabilitas
Kinerja Perusahaan
Sumber: Cristianingrum (2010), disusun Gambar 1 RERANGKA PEMIKIRAN Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang cukup penting untuk pengambilan keputusan ekonomi. Dengan menganalisis laporan keuangan akan diketahui mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa mendatang, sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya, atau sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.
Analisis terhadap kinerja perusahaan pada umumnya dilakukan dengan menganalisis
laporan
keuangan,
yang
mencakup
pembandingan
kinerja
perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Ada beberapa teknik analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, namun yang paling umum dan sering digunakan adalah analisis rasio yang meliputi likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas.