ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Promosi Kesehatan WHO mengartikan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Oleh karena itu, sehat bukan hanya kondisi fisik yang bebas penyakit, tetapi juga kondisi jiwa dan mentalnya. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Perwujudan derajat kesehatan diselenggarakan dengan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh, dalam level kesehatan individu dan kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, yang dilaksanakan menyeluruh dan berkesinambungan. Upaya promotif atau promosi kesehatan adalah hal yang penting dilakukan sejak awal, sebab promosi kesehatan merupakan proses untuk memberdayakan publik agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. “Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health. To reach a state of complete physical, mental and social well-being, an individual or group must be able to identify and to realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment.” (Ottawa Charter, 1986). Promosi kesehatan bertujuan untuk mencapai delapan syarat kondisi dasar kesehatan bagi individu, yaitu kedamaian, tempat tinggal, pendidikan, makanan,
19 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pendapatan, kondisi perekonomian yang stabil, sumber daya yang berkelanjutan, keadilan sosial dan persamaan hak. Oleh karena itu, promosi kesehatan bukan hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi semua pihak yang memiliki target mencapai kesejahteraan masyarakat. Strategi utama promosi kesehatan adalah advokasi, dukungan sosial (social support atau mediate), dan pemberdayaan (enable atau empowerment). Dalam Piagam Ottawa, disebutkan lima strategi promosi kesehatan yang terus dikembangkan hingga kini (Milestone in Health Promotion-PAHO, 2009), yaitu: a. Membangun kebijakan yang berwawasan kesehatan Menempatkan kesehatan sebagai agenda pembuat kebijakan, pada semua sektor dan level, mengarahkan pemangku kepentingan untuk peduli terhadap dampak kesehatan dalam keputusannya dan meminta pertanggung-jawabannya di bidang kesehatan. b. Menciptakan lingkungan yang mendukung Kesehatan tidak bisa dipisahkan dari tujuan-tujuan lain, dan saling terkait. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan gaya hidup, kerja, dan kesenangan yang berdampak pada kesehatan, serta melakukan penilaian cepat pada perubahan lingkungan (urbanisasi, teknologi, dan energi) yang berdampak pada kesehatan masyarakat. c. Memperkuat gerakan masyarakat Promosi kesehatan bekerja melalui masyarakat, sehingga masyarakat harus diberdayakan dan berdaya dalam perencanaan dan
20 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pelaksanaan program kesehatan agar masyarakat merasa memiliki dan ikut terlibat. d. Mengembangkan keterampilan individu Promosi kesehatan mendukung pengembangan pengetahuan dan keterampilan individu maupun masyarakat melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan peningkatan keterampilan hidup. Tujuannya, masyarakat mampu mengendalikan dan menyiapkan dirinya pada perubahan lingkungan. e. Penataan ulang pelayanan kesehatan Mengubah paradigma bahwa masyarakat bukan lagi hanya sebagai pengguna layanan kesehatan, tetapi juga berperan sebagai penyelenggara. Oleh karena itu, antara pengguna dan penyelenggara harus saling bekerja sama.
2.2 Bencana Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mendeffinisikan bencana sebagai satu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam, non-alam maupun manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana diartikan sesuatu yang menyebabkan kesusahan, kerugian, atau penderitaan.
21 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
United Nations International Strategy for Disaster Risk Reduction (UNISDR) mendefinisikan bencana adalah gangguan serius terhadap masyarakat atau komunitas yang menyebabkan terjadinya kerugian dan dampak kehilangan jiwa, ekonomi, dan lingkungan secara luas. Gangguan itu melebihi kemampuan masyarakat yang terkena dampak untuk menghadapinya dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki, khususnya dari sisi ekonomi (UNISDR, 2012). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 145 tahun 2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan, menyebutkan bahwa bencana adalah peristiwa yang terjadi secara mendadak, tidak terencana, atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem. Oleh sebab itu, diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban, manusia dan lingkungan yang terdampak. Bencana alam muncul karena ada risiko dan kerentanan lingkungan fisik dan sosial. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang tidak memiliki atau kurang mampu menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Sedangkan risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu. Risiko bencana dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, kehilangan rasa aman dan tempat tinggal, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (PAHO, 2000)
22 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 2.1 Risiko Dampak Keparahan Bencana terhadap Masyarakat Dampak Kematian Luka parah perawatan serius Risiko penyakit menular Rusaknya fasilitas kesehatan Rusaknya sistem air bersih
Gempa bumi
Tornado
Banjir bandang/ air pasang
Banjir
Tanah longsor
Gunung berapi
Banyak
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
Banyak
Banyak
Sedang
Sedikit
Sedikit
Sedikit
Sedikit
Sangat berpotensi muncul pada semua bencana alam (kemungkinan muncul sejalan dengan kepadatan jumlah pengungsi dan memburuknya sanitasi) Parah (bangunan dan alat medis) Parah
Parah
Parah, tapi terpusat
Parah, tapi hanya peralatan
Parah, tapi terpusat
Ringan
Parah
Ringan
Parah, tapi terpusat
Parah (bangunan dan alat medis) Parah
Jarang (mungkin terjadi karena faktor logistik Selalu Selalu Jarang dan ekonomi) Jarang (mungkin terjadi di daerah yang rusak Selalu (biasanya terbatas) Pengungsian parah) Sumber: PAN American Health Organization (PAHO), 2000 Kekurangan pangan
Jarang
Daerah rawan dan berisiko bencana ialah daerah yang punya karakteristik geologis, biologis, klimatologis, hidrologis, geografis, dan sosioekonomi yang tidak/belum mampu merespon potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada kurun waktu tertentu. Dalam hal ini, risiko bencana individu atau kelompok masyarakat yang mereka hadapai bergantung pada geografis dimana tempat tinggal, tempat kerja, atau lokasinya bepergian. Suatu daerah dinyatakan rawan bencana apabila daerah tersebut memiliki kerentanan dan bahaya yang mengancam. Kerentanan yang dimaksud dapat berupa kelemahan sistem atau populasi, sedangkan bahaya adalah kejadian yang dapat mengakibatkan dampak kerusakan. Setiap bencana memiliki risiko bahaya dan tingkat keparahan yang berbeda-beda, seperti yang dipaparkan di tabel 2.1.
23 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.2.1 Penanggulangan Bencana Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko menimbulkan bencana, pencegahan bencana, hingga kegiatan rehabilitasi. Bencana memiliki siklus kebencanaan yang terbagi tiga tahap, yaitu prabencana, bencana, dan pascabencana. Upaya penanggulangan bencana dilakukan dengan empat fase berbeda yang saling terkait. yakni mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan. Fase mitigasi adalah tindakan utama berupa langkah-langkah pengurangan dampak bahaya, sedangkan kesiapsiagaan adalah upaya menyiapkan terjadinya potensi bahaya. Fase tanggap darurat adalah tindakan yang dilakukan untuk merespon keadaan darurat atau bencana, sementara itu fase pemulihan adalah langkah-langkah yang diambil untuk mengembalikan wilayah yang tertimpa bencana pada kondisi semula (Clements, 2009) Sudah mulai terjadi perubahan paradigma dalam penanggulangan bencana. Penanggung jawab pengelolaan bencana tidak lagi memandang penanggulangan bencana sebagai aksi terhadap situasi tanggap darurat, melainkan memprioritaskan pengurangan risiko bencana. Oleh karena itu, titik berat penanggulangan bencana adalah pada ruang lingkup prabencana, yaitu mitigasi dan kesiapsiagaan. Korelasi bencana dengan kesehatan masyarakat cenderung kompleks pada tiap fasenya. Penanggulangan bencana pada tahap prabencana adalah perwujudan promosi kesehatan masyarakat yang bertujuan melakukan tindakan promotif dan preventif.
24 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.2.2 Kesiapsiagaan Menurut UU Nomor 24 tahun 2007, fase kesiapsiagaan ialah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi bencana melalui pengorganisasian serta langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi bencana, dengan tujuan meminimalkan dampak kesehatan dari bencana yang terjadi. Secara umum, kegiatan kesiapsiagaan adalah kemampuan untuk menilai risiko; perencanaan siaga; mobilisasi sumber daya; pendidikan dan pelatihan; koordinasi; mekanisme respon; manajemen informasi; dan simulasi. Kesiapsiagaan bencana (PAHO, 2000), adalah kegiatan terus menerus yang dilakukan oleh berbagai sektor. Tujuan kesiapsiagaan menjamin tersedianya sistem yang tepat, prosedur, dan sumber daya yang tersedia sesuai kebutuhan, memberi bantuan efektif untuk korban bencana, dan memfasilitasi langkahlangkah bantuan dan pelayanan rehabilitasi. Menurut Clements (2009), beberapa faktor penghambat seseorang tidak bersedia melakukan tindakan kesiapsiagaan bencana, yaitu jenis bencana yang dialami, pengalaman terhadap bencana serupa, jenis kelamin, persepsi risiko yang akan dialami, pengaruh sosial, dan akses terhadap sumber daya. Risiko dampak kesehatan dan kecelakaan akibat bencana dapat dikurangi apabila seseorang dan keluarganya telah melakukan tindakan kesiapsiagaan yang terpadu dengan rencana mitigasi dan kesiapsiagaan pemerintah. Di Amerika Serikat, dikembangkan kartu saku rencana bencana. Kartu saku berisikan data identitas anggota keluarga, tempat sekolah atau kerja anggota
25 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
keluarga, data asuransi kesehatan dan jaminan sosial, nama dan nomor telepon kerabat yang dapat menjadi lokasi mengungsi saat bencana, titik kumpul di lingkungan tempat tinggal atau kantornya dan lokasi pengungsian yang telah ditentukan pemeritah daerah. Kartu saku juga berisikan daftar kebutuhan dan tindakan darurat saat terjadi bencana. Hal ini merupakan bagian dari tindakan kesiapsiagaan bencana pada level individu dan rumah tangga/keluarga. Departemen Kesehatan dan Layanan Lansia di negara bagian Missouri, AS, mengembangkan program kesiapsiagaan yang diberi nama “Ready in 3” atau tiga kesiapsiagaan. Ketiga hal itu adalah membuat rencana, menyiapkan kotak persediaan, dan mendengarkan informasi tentang bencana. Pemerintah Missouri juga menyarankan beberapa benda yang harus tersedia dalam kotak persediaan supaya warga mampu bertahan setidaknya minimal 72 jam (tiga hari) atau sampai regu penolong datang (Clements, 2009).
2.3 Banjir Banjir adalah kondisi terjadinya genangan air pada tempat yang tidak semestinya disebabkan oleh meluapnya sungai atau curah hujan yang tinggi. Definisi lain menyebutkan, banjir adalah keluarnya aliran air sungai ke daratan yang kering atau tergenangnya daratan kering yang disebabkan oleh peningkatan volume air dari saluran aliran. Sementara itu, banjir bandang adalah banjir yang disebabkan hujan deras dalam waktu yang singkat, mengakibatkan luncuran air dalam jumlah besar, terjadi sangat cepat dan tiba-tiba (Clements, 2009).
26 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Umumnya, banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal. Sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai, anak sungai alamiah, drainase dan kanal penampung banjir buatan tidak mampu menampung volume air hujan, sehingga air meluap. Banjir dapat terjadi karena jebolnya tanggul atau bendungan; banjir di tepian atau sepanjang DAS; banjir karena fluktuasi volume air danau; banjir karena tanah longsor; dan banjir karena air pasang di daerah pesisir/rob (Clements, 2009). Setiap jenis banjir butuh penanganan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi bencana yang berbeda. Menurut Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) tahun 2007, sumber banjir dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu: a. Banjir yang disebabkan hujan lebat melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air, yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia. b. Banjir yang disebabkan peningkatan muka air di sungai sebagai akibat pasang laut atau meningginya gelombang laut akibat badai. c. Banjir yang disebabkan oleh gagalnya bangunan air buatan manusia, seperti bendungan, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir. d. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat longsornya tebing sungai, dan ketika bendungan tidak dapat menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, sehingga air sungai yang terbendung mengalir deras sebagai banjir bandang.
27 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penyebab lain banjir adalah dampak pembangunan dan perubahan tata guna lahan oleh manusia, terutama di sekitar DAS. Pembangunan pemukiman dan kegiatan di sekitar DAS terkait dengan fungsi sungai sebagai sumber kehidupan, yaitu sumber air minum, sanitasi, transportasi, dan kebutuhan penting lainnya. Kecenderungan penyebab banjir di kota besar adalah akumulasi run off berkecepatan tinggi yang tidak mampu ditampung sistem drainase. Claments (2007) menyebutkan faktor-faktor risiko penyebab banjir, yang dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu kelompok faktor cuaca, manusia, dan kondisi topografi. Pada tiap kelompok terdiri dari sub-sub faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir di suatu wilayah (lihat tabel 2.2). Tabel 2.2 Faktor-faktor Penyebab Banjir a.
b. c. d. e. f. g. h.
Faktor Cuaca Hujan, seperti durasi (lama waktu), jumlah (volume/debit), dan intensitas (kekerapan) Salju yang mencair Temperatur Angin Kelembapan udara Badai Angin puting beliung Musim
a. b. c.
d. e.
Faktor Manusia Pemukiman di dataran banjir (daerah limpasan banjir) Kurangnya infrastruktur drainase Penggunaan lahan, untuk lahan pemukimanan (urbanisasi) dan penggundulan hutan Perubahan iklim yang dipicu kegiatan manusia Jebolnya bendungan
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Sumber: Claments (2009)
Faktor Topografi Lereng/ permukaan tanah Lapisan yang tidak/sulit menyerap air (daerah kota) Tipe dan kelembapan tanah Vegetasi (tumbuhan) Perembesan di permukaan tanah Kedalaman air tanah Pola luncuran air Danau, kolam, atau bendungan yang menampung luncuran air Karakteristik tanggul dan salurannya Ketinggian saluran drainase
Banjir dapat menimbulkan dampak langsung dan lanjutan pada saat dan setelah banjir. Kematian karena tenggelam, tersengat aliran listrik, dan luka benda tumpul dan luka lainnya, adalah dampak awal banjir. Dampak berikutnya adalah pengungsi dan korban luka yang selamat dan sakit. Masalah banjir selanjutnya
28 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
adalah pemenuhan kebutuhan dasar korban yang selamat, di tengah kondisi lingkungan yang tidak sehat, keterbatasan sanitasi dan air bersih yang tercemar. Hal ini memicu cepatnya penularan penyakit akibat banjir. Dampak jangka panjang yang mungkin terjadi adalah kekurangan bahan pangan karena lahan sawah terendam banjir, gangguan ekonomi, pelayanan kesehatan, dan terhentinya pelayanan publik.
2.3.1 Kesiapsiagaan Banjir Kesiapsiaggaan adalah segala untuk dapat mencegah, meminimalkan dampak kesehatan, dan bertindak cepat dalam menghadapi bencana banjir. Kesiapsiagaan banjir dapat dilakukan secara individu ataupun komunitas. Kesiapsiagaan individu dilakukan dengan menyiapkan segala kebutuhan diri sendiri dan keluarganya jika terjadi banjir hingga menjaga kebersihan diri maupun tempat tinggalnya. Sedangkan di level komunitas dengan pembentukan kelompok pengawas deteksi dini banjir, penyebaran informasi bencana, dan pengelolaan rencana evakuasi (Torti, 2012). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan UNESCO (2006) menyusun panduan kesiapsiagaan rumah tangga untuk mengantisipasi bencana alam, khususnya banjir, yang meliputi: a. Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana. Pengetahuan merupakan faktor utama kesiapsiagaan yang harus dimiliki seseorang dan rumah tangga, terutama pengetahuan tentang kejadian alam dan bencana banjir (tipe, sumber, besaran, dan lokasi),
29 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kerentanan fisik bangunan (bentuk dan pondasi). Pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap siaga mengantisipasi bencana terutama bagi warga yang tinggal di daerah rawan banjir. b. Kebijakan dan panduan. Kesepakatan keluarga mengenai tempat evakuasi dalam situasi darurat, kesepakatan untuk berpartisipasi untuk melakukan simulasi evakuasi. c. Rencana keadaan darurat bencana. Rencanan yang disusun keluarga untuk merespon keadaan darurat seperti rencana penyelamatan keluarga; penyediaan peta, tempat mengungsi, jalur evakuasi keluarga, dan titik kumpul keluarga saat bencana, Selain itu, menyediakan tempat pengungusian sementara. penyediaan kebutuhan dasar, peralatan dan perlengkapan darurat, serta fasiltas-fasilitas penting lainnya. d. Sistem peringatan bencana. Tersedianya sumber-sumber informasi untuk peringatan bencana, baik dari sumber tradisional maupun lokal, serta kemudahan akses mendapatkan informasi peringatan bencana. Peringatan dini meliputi penyampaian informasi yang tepat waktu dan efektif melalui kelembagaan yang jelas, sehingga memungkinkan individu dan rumah tangga yang terancam bahaya dapat menghindari, mengurangi risiko, dan menyiapkan diri melakukan tanggap darurat yang efektif.
30 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
e. Kemampuan memobilasasi sumber daya. Keberadaan anggota keluarga yang terlibat dalam pertemuan atau pelatihan kesiapsiagaan bencana, memiliki keterampilan khusus kesiapsiagaan bencana, tabungan/dana darurat khusus bencana, serta memiliki dan terus memantau tas siaga bencana secara reguler. Tabel 2.3 Tindakan Kesiapsiagaan Rumah Tangga saat Bencana Banjir 1.
2.
3. 4. 5. 6. 7.
8. 9.
Bakornas Penanggulangan Bencana Menyiapkan tas siaga berisi berbagai keperluan dan domuken penting (ijazah, sertifikat tanah, BPKB, buku nikah), obatobatan, dan senter. Tas siaga disimpan di tempat yang mudah dijangkau agar bisa dibawa dengan mudah dan cepat. Menaikkan alat-alat listrik, barang berharga, buku dan barang yang mudah rusak bila terkena air ke tempat yang tinggi (melebihi batas maksimum banjir). Mempelajari peta daerah rawan bencana. Mempelajari lokasi dan jalur aman melakukan evakuasi jika terjadi bencana. Mempelajari P3K untuk menolong diri sendiri atau korban, seandainya ada yang cidera. Menempatkan kunci rumah di tempat yang aman, mudah diambil, dan diketahui oleh semua anggota keluarga. Menulis nomor-nomor telepon penting, (kantor polisi, PDAM, PLN, PMI, LSM, pemadam kebakaran) dan menyimpannya dalam memori telepon seluler atau buku catatan penting. Menempatkan telepon seluler dan alat tanda bahaya di tempat yang mudah dijangkau ketika menyelamatkan diri. Memasang tanda bahaya, yakni jalur-jalur yang tidak dapat digunakan pada saat bencana.
Bruce W Clements 1. Identifikasi tipe risiko banjir yang mengancam tempat tinggal, tempat kerja, sekolah, atau tujuan liburan. 2. Hindari membangun di dataran rawan banjir, jika terpaksa, letakkan lebih tinggi pemanas, ventilasi, AC , dan perlengkapan penting lainnya. 3. Simpan pasokan penting dalam kotak bencana di rumah. 4. Membuat rencana komunikasi antaranggota keluarga. 5. Mengidentifikasi lokasi evakuasi yang aman di luar zona rawan bencana. 6. Mengidentifikasi teman atau tetangga yang mungkin membutuhkan bantuan saat bencana. 7. Simpan kotak P3K di dalam mobil. 8. Rencanakan jalur atau rute transportasi alternatif jika jembatan dan jalan tidak bisa dilalui 9. Belajar menggunakan alat pemadam kebakaran dan memastikan ada satu alat pemadam kebakaran di dalam rumah 10. Berlatih pertolongan pertama pada kecelakaan, dan bersiap menolong orang lain dalam situasi krisis.
Sumber: Diolah dari Bakornas PB (2006) dan Clements (2009)
Beberapa lembaga dan penelitian yang terkait dengan kebencanaan telah merumuskan dan membuat panduan tindakan-tindakan kesiapsiagaan dalam level individu dan rumah tangga (tabel 2.3). Tujuan utama pembuatan panduan ini
31 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
adalah mengurangi dampak banjir terhadap gangguan kesehatan dan keselamatan. Seperti yang disusun oleh Bakornas Penanggulangan Bencana (2006) maupun Clements (2009), bertujuan agar individu atau rumah tangga dapat selamat dan terhindar dari risiko kesehatan jika terjadi bencana. Tindakan kesiapsiagaan tidak hanya dilakukan sebelum banjir, tetapi juga pada saat dan setelah banjir untuk memperkecil dampak kesehatan, khususnya mencegah tingginya morbiditas penyakit menular akibat banjir. Tindakan yang perlu dilakukan oleh rumah tangga, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) adalah sebagai berikut. a. Membersihkan lingkungan tempat tinggal, mengumpulkan dan membuang sampah yang terbawa arus banjir ke dalam lubang di halaman rumah/tempat sampah. b. Membersihkan lantai dan dinding di dalam rumah dengan disinfektan. c. Mengubur lubang dan kubangan bekas genangan air hujan/banjir. d. Tidak menggunakan air sumur atau air keran yang berpotensi terkontaminasi, meski akan dimasak atau direbus lebih dulu sebelum dikonsumsi. Memastikan air yang akan digunakan secara spesifik (warna, rasa, bau, dan lain-lain), layak diminum. e. Menggunakan pelindung kaki beralas keras (sandal/sepatu) apabila berjalan di dalam genangan air. f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi suplemen vitamin, teratur makanan yang berigizi, serta istirahat yang cukup. g. Membuang makanan yang terkontaminasi.
32 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
h. Mencuci sayuran terlebih dulu sebelum dimasak, menghindari mengonsumsi sayuran yang telah terkontaminasi, dan menutup makanan yang disajikan. i. Mengobati luka yang terbuka dengan plester tahan air. j. Mencuci tangan pakai sabun sebelum atau sesudah makan. k. Melarang anak-anak bermain di daerah banjir, jika melakukanya maka segera mandi dan cuci tangan yang bersih. l. Menutup lubang-lubang tempat persembunyian tikus.
2.4 Penyakit Menular Akibat Banjir Penyakit menular (communicable disease) adalah penyakit yang disebabkan oleh unsur atau agent penyebab penyakit menular atau hasil racunnya, yang terjadi karena perpindahan agent atau hasilnya dari orang yang terinfeksi, hewan, atau reservoir lainnya/benda lain kepada pejamu yang rentan (potencial host). Penularan terjadi secara langsung maupun tidak langsung melalui media tertentu, pejamu perantara (vektor) dan lingkungan yang tidak hidup/benda mati (Noor, 2000). Lima bentuk perantara penularan penyakit itu terdiri air borne disease, water borne disease, food borne disease, milk borne disease, dan vector borne disease. Banjir merupakan medium penularan penyakit dalam bentuk water borne disease. Penularan melalui air umumnya masuk ke dalam tubuh mulut tetapi juga bisa melalui kulit.
33 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penyakit menular akibat banjir adalah penyakit yang muncul dan menular karena terjadinya banjir. Dalam kondisi normal (tidak banjir), penyakit ini sudah ada, namun angka kesakitannya cenderung rendah. Pada saat banjir dengan kondisi lingkungan tidak seimbang, penularan terjadi dengan cepat. Kemenkes RI menyebutkan tujuh penyakit menular yang sering terjadi saat banjir, (Kemenkes, 2013), yaitu diare, demam berdarah, leptospirosis, penyakit kulit, penyakit saluran cerna, dan perburukan penyakit kronik akibat daya tahan tubuh yang menurun karena musim hujan berkepanjangan.
2.4.1 Diare Diare berasal dari kata diarrola (bahasa Yunani) yang artinya mengalir terus, sehingga diare diartikan sebagai suatu keadaan abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Menurut WHO, penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari. Ada kemungkinan, gejalanya disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit diare paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada tiga tahun usia pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2004). Penyakit diare ditularkan secara fecal-oral yaitu melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di negara berkembang, tingginya insiden penyakit diare karena kombinasi sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. Penyebab diare, langsung dan tidak
34 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
langsung. Penyebab langsung adalah infeksi bakteri, virus, parasit, alergi, zat kimia, dan keracunan yang diproduksi oleh jasad renik pada makanan. Sedangkan penyebab tidak langsung seperti keadaan gizi, kebersihan diri, dan sanitasi, sosial budaya, kepadatan penduduk, dan faktor ekonomi (Suharyono, 2003). Secara global, diare adalah penyebab nomor dua kematian balita di dunia, dengan angka kasus sekitar 1,7 miliar per tahun dan angka mortalitas pada balita mencapai 760.000 per tahun (WHO, 2013). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, diare merupakan penyakit penyebab kematian nomor 13, dan nomor 3 untuk penyakit menular. Pada balita dan bayi, diare adalah penyebab kematian nomor satu, dengan prevalensi mencapai 25,2% dan 31,4%. WHO memperkirakan, di Indonesia terdapat 31.000 anak balita meninggal karena diare. Tren morbiditas diare selama tahun 1996-2010 cenderung meningkat, yakni dari 280 per 1.000 orang (1996) menjadi 301 per 1.000 orang (2000) dan naik menjadi 411 per 1.000 orang (2010). Pada balita, morbiditas diare masih tinggi, yaitu 1.278 per 1.000 (2000) naik menjadi 1.310 per 1.000 (2010). KLB diare juga masih sering terjadi, bahkan di Jawa Timur sampai 123 kejadian. Angka case fatality rate/CFR diare selama 2010-2012 antara 1,7% hingga 1,4%. Umumnya, diare terjadi pada keluarga dengan orang tua berpengetahuan rendah, dan anak yang tinggal di rumah tanpa akses air bersih atau memakai kakus di sungai, danau, atau selokan. Dalam Buletin Diare Kemenkes 2011, disebutkan bahwa masyarakat cenderung tidak mendatangi pusat pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakit diarenya, melainkan membeli obat di apotik
35 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
atau warung. Di Jatim, cakupan pelayanan penderita diare yang ditemukan belum 100%. Tahun 2011 hanya 69%, dan tahun 2012 hanya 72%, dengan angka CFR mencapai 4,58% (Profil Kesehatan Jatim, 2012).
2.4.2 Penyakit Kulit Penyakit kulit adalah penyakit infeksi yang paling umum terjadi pada orang-orang dari segala usia. Jenis penyakit kulit yang umum terjangkit pada masyarakat adalah dermatitis, yaitu peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen maupun endogen yang menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik, yaitu perubahan bentuk kulit yang beragam dan terlihat langsung oleh mata dengan keluhan gatal (Djuanda, 2005). Penyebab penyakit kulit yang berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia seperti detergen, asam, basa, oli, dan semen; bahan fisik, seperti sinar dan suhu; bahan mikroorganisme, seperti bakteri, parasit, dan jamur. Sedangkan faktor endogen (dari dalam), seperti dermatitis atopik atau kelainan genetika kulit (Djuanda, 2005). Sejumlah kondisi kesehatan, seperti alergi, faktor genetik, fisik, stres, iritasi, dan lingkungan yang buruk dapat memicu penyebab penyakit kulit atau dermatitis. Beberapa jenis penyakit kulit yang sering muncul saat banjir adalah campak, kudis dan kurap. Sebagian besar pengobatan infeksi kulit membutuhkan waktu lama untuk menunjukkan efek.
36 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.4.3 Pencegahan Penyakit Menular Strategi pencegahan penyakit menular bergantung pada jenis penyakit, sasaran, dan tingkat pencegahannya. Sasaran pencegahan diutamakan pada peningkatan derajat kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan, serta upaya rehabilitasi lingkungan (Noor, 2000). Beberapa upaya pencegahan itu seperti: a. Pada sasaran yang bersifat umum, seperti individu dan organisasi masyarakat dilakukan dengan pendekatan usaha mandiri sesuai dengan bentuk dan tatanan hidup masyarakat setempat, atau melalui berbagai program pelayanan kesehatan yang tersedia. b. Usaha pencegahan melalui pelaksanaan yang berencana dan terprogram (bersifat wajib maupun sukarela), seperti pemberian imunisasi dasar, perbaikan sanitasi lingkungan, pengadaan air bersih, hingga pemberian makanan tambahan untuk meningkatkan status gizi. c. Upaya yang terarah untuk meningkatkan standar hidup dan lingkungan pemukiman, seperti perbaikan pemukiman, sistem pendidikan, maupun ekonomi, yang pada dasarnya di luar bidang kesehatan. d. Usaha pencegahan dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) akibat terjadinya bencana alam atau perang, dan upaya penanggulangan melalui kegiatan rawat darurat.
37 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Untuk mencegah atau memperkecil risiko penularan penyakit diare dan kulit adalah dengan meningkatkan perilaku sehat dan menjaga kebersihan atau kesehatan lingkungan. WHO menyarankan agar masyarakat memiliki akses air bersih dan menggunakan sanitasi (jamban) yang layak, mencuci tangan dengan sabun, memberikan ASI eksklusif kepada bayi kurang dari enam bulan, memelihara kesehatan tubuh dan pengolahan makanan, mendapatkan vaksinasi, dan memiliki pengetahuan yang baik tentang risiko penularan penyakit diare (Lala, 2006).
2.5 Perilaku Hidup Bersih Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Dengan demikian PHBS mencakup banyak perilaku yang harus dipraktikkan dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Kemenkes, 2011). Pelaksanaan PHBS akan memberikan manfaat bagi masyarakat karena dengan melakukan PHBS masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat, serta mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan. Masyarakat aktif memanfaatkan pusat pelayanan kesehatan yang ada dan berperan aktif dalam upaya kesehatan bersumber masyarakat (Promkes Depkes RI, 2006).
38 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sejak pertama kali dicanangkan tahun 1996, indikator PHBS tiga kali mengalami perombakan. Sepuluh indikator perilaku yang terasuk PHBS sesuai dengan hasil Rapat Koordinasi Promkes Tingkat Nasional tahun 2007 adalah: a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, b. Memberi bayi ASI eksklusif, c. Menimbang balita setiap bulan, d. Menggunakan air bersih, e. Mencuci tangan pakai sabun, f. Menggunakan jamban sehat, g. Memberantas jentik nyamuk, h. Mengonsumsi buah dan sayur setiap hari i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari j. Tidak merokok di dalam rumah. Tiga kelompok sasaran pembinan PHBS, yaitu sasaran primer, sekunder, dan tersier. Sasaran primer adalah sasaran langsung, yakni individu anggota masyarakat atau kelompok-kelompok dalam masyarakat. Sasaran sekunder adalah orang-orang yang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer dalam pengambilan keputusan mempraktikkan PHBS, seperti pemuka agama dan tokoh masyarakat. Sementara itu, sasaran tersier adalah mereka yang punya posisi sebagai pengambil keputusan formal, sehingga mampu memberi dukungan dalam proses pembinaan PHBS (Bensley dan Fisher, 2003). Pola hidup sehat adalan perwujudan paradigma sehat yang berorientasi peningkatan derajat kesehatan. Oleh karena itu, strategi pokok PHBS adalah
39 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
memampukan individu dan memperkuat gerakan masyarakat mengembangkan kebijakan berwawasan kesehatan serta menciptakan dukungan lingkungan (nonfisik) yang dilaksanakan melalui upaya kemitraan terkoordinasi. Pada kondisi kedaruratan atau bencana, Kemenkes RI merekomendasikan 10 perilaku hidup sehat yang perlu dilakukan oleh korban bencana, relawan, petugas kesehatan, dan terutama kelompok masyarakat yang rentan seperti ibu hamil, menyusui, dan anak-anak. Perilaku yang disarankan tersebut adalah (Pusat Promkes, Kemenkes, 2013): a. Terus memberikan ASI kepada bayi b. Mencuci tangan pakai sabun c. Menggunakan air bersih d. Buang air kecil atau besar di jamban dan membuang sampah di tempat sampah e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan f. Melindungi anak g. Makan makanan bergizi h. Tidak boleh merokok di pengungsian i. Mengelola stress j. Bermain sambil belajar
2.5.1 Cuci Tangan Pakai Sabun Cuci tangan pakai sabun (CTPS) adalah bentuk perilaku sehat individu dalam rumah tangga berupa kebiasaan mencuci tangan dengan air bersih yang
40 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mengalir dan memakai sabun. Kebiasaan (perilaku) itu dilakukan sebelum makan atau menyuapi anak atau sebelum menjamah atau memegang makanan; sesudah buang air besar atau menceboki anak; setelah membuang kotoran dan sampah; setelah membuang ingus; setiap kali tangan kotor dan lainnya. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup, karena air tidak maksimal menghilangkan kuman yang tidak tampak, kotoran, dan minyak atau lemak di permukaan kulit. Perpaduan kebersihan, bau yang wangi, dan perasaan segar merupakan hal positif yang diperoleh setelah CTPS. Pengetahuan CTPS di Indonesia sudah tinggi, namun perilakunya masih rendah. Hasil survei perilaku CTPS di Indonesia pada lima waktu penting, rata-rata masih 10% (Kemenkes, 2013). Tujuan mencuci tangan pakai sabun adalah menjadikan tangan bersih dan bebas kuman, serta mencegah terjadinya penularan penyakit, seperti diare, disentri, kecacingan, flu, dan kulit. Penelitian sebelumnya menunjukkan, CTPS sebelum makan atau menyiapkan masakan mampu mengurangi risiko sakit diare sampai 40%, dan mengurangi risiko tertular ISPA hingga 23%. Kajian ilmiah Curtis and Carncross (2003) mengatakan bahwa perilaku CTPS, khususnya setelah BAB atau membantu anak BAB, dapat menurunkan insiden diare hingga 42,47%. WHO bahkan meyakini CTPS mampu mengurangi insiden diare hingga 45% (Rilis Berita Kemenkes, 2012). Mencuci tangan menggunakan sabun perlu dilakukan karena tanpa sadar seseorang sering menyentuh atau memegang mata, hidung, dan mulutnya, yang merupakan pintu masuk kuman ke dalam tubuh. Kuman dari tangan yang tidak
41 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dicuci dapat berpindah ke makanan dan bahan makanan, atau benda-benda yang sering disentuh. Oleh karena itu, edukasi perilaku CTPS akan membuat individu dan komunitasnya tetap sehat, karena CTPS dapat mengurangi risiko seseorang terjangkit diare hingga 31%, bahkan 58% pada orang yang memiliki imunitas rendah, dan mengurangi terserang ISPA hingga 21% (Centers for Desiases Control and Prevention/CDC, 2013). Praktik CTPS diyakini mampu mengurangi angka kematian satu juta bayi dan anak balita hingga per tahun. WHO menyarankan tujuh langkah CTPS yang benar untuk mencegah penularan penyakit. Bagian dari tangan yang dibasuh pakai sabun adalah telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari, buku-buku jari, dan pergelangan tangan. Setelah dibilas air, tangan dikeringkan dengan handuk bersih atau diangin-anginkan. Saat mencuci tangan, dianjurkan menggunakan air yang mengalir.
2.5.2 Penggunaan Air Bersih Penggunaan air bersih (PAB) dalam tatanan rumah tangga adalah perilaku menggunakan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi, masak, minum, dan membersihkan bahan makanan. Air bersih yang digunakan berasal dari air PDAM, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung dan penampungan air hujan. Hingga saat ini, sungai merupakan salah satu sumber air bagi sebagian masyarakat di desa maupun kota untuk kebutuhan air bersih. Padahal, tingkat pencemaran di sungai relatif tinggi.
42 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Menurut WHO, kebutuhan air masyarakat di negara maju sekitar 60-120 liter per orang per hari, sedangkan di negara berkembang 30-60 liter per orang per hari. Salah satu kebutuhan terpenting air bagi manusia adalah untuk dikonsumsi (air minum) sebab 55-60% tubuh manusia dewasa dan 65% tubuh anak terdiri dari air. Oleh sebab itu, sumber air minum harus memenuhi syarat (Notoatmodjo, 2010), yaitu: a. Syarat fisik, air harus bening (jernih), tidak berwarna, tidak berasa, tidak bau, dan suhunya di bawah suhu udara luar. b. Syarat bakteriologis, air harus bebas dari segala bakteri patogen, seperti bakteri Escherichia coli yang umumnya terdapat pada sumber air yang tercemar limbah atau kotoran manusia. c. Syarat kimia, air tidak boleh kelebihan atau kekurangan zat-zat kimia dalam air, seperti fluor, chlor, besi, dan arsenik, karena dapat menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Pada saat bencana, khususnya banjir, kebutuhan air bersih sangat penting. Menurut Dirjen P2PL Kemenkes kebutuhan air bersih untuk masak, makan, dan minum di lokasi pengungsian pada hari pertama pascabanjir sekitar 7,5 liter per orang per hari. Sedangkan hari kedua bertambah menjadi 20 liter per orang per hari. Air bersih saat bencana itu digunakan untuk tiga jenis kebutuhan terpenting, yaitu untuk (Reed & Reed, dalam WHO, 2011): a. Kelangsungan hidup (survival) sebanyak 2,5-3 liter/hari; b. Sanitasi dasar (mandi, BAB, cuci tangan) sebanyak 2-6 liter/hari; c. Memasak (bergantung jenis masakan) sebanyak 3-6 liter/hari.
43 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan penjernihan air dan desinfeksi. Penjernihan air dapat memakai tawas (alumunium sulfat), poly alumunium chlorine (PAC), dan K-166 (masingmasing dengan takaran yang berbeda) dan dengan disinfeksi pemanasan matahari. Kuman patogen dalam air dapat dinetralisir dengan memakai kaporit (CaOCl2) 14,4 mg, aquatab 8,5 mg, dan toincture 7% (Rilis Berita Kemenkes, 2014).
2.6 Komunikasi Komunikasi adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan, dalam bentuk penyampaian pesan yang melibatkan minimal dua pihak, yaitu komunikator dan komunikan, untuk mencapai kesamaan pengertian dan pandangan atas pesan yang disampaikan melalui saluran tertentu. Menurut George A Miller (1951) komunikasi adalah suatu proses informasi yang disampaikan dari satu poin ke poin yang lain. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi yang dinamis, dengan kesepakatan aturan yang ditetapkan bersama. Menurut tujuannya, komunikasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu (Soehoet, 2003): a. Komunikasi informatif, adalah bentuk komunikasi yang bertujuan memberikan penjelasan atau informasi. b. Komunikasi instruksional, adalah komunikasi yang berlangsung dalam proses belajar mengajar. Efektifitas komunikasi jenis ini lebih tinggi dibandingkan komunikasi informatif karena ada kontrak antara komunikan dengan komunikatornya.
44 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
c. Komunikasi persuasif, adalah bentuk komunikasi yang bertujuan lebih luas karena mengajak komunikan bertindak sesuai dengan isi pesan yang disampaikan. Komunikan diajak menilai perilaku yang lama dan membandingkan dengan perilaku yang baru, sehingga pada akhirnya terpengaruh untuk mengubah perilakunya. d. Komunikasi hiburan, adalah bentuk komunikasi dengan proses sama tetapi tujuannya lebih ringan, yaitu menghibur, dan tidak perlu mengubah pandangan atau tindakan komunikan.
2.6.1 Komunikasi Massa Menurut John R Bittner, komunikasi massa adalah pesan yang disampaikan melalui media massa pada khalayak (sejumlah besar orang). George Gerbner (1967), mendefinisikan komunikasi massa sebagai proses produksi dan distribusi, yang berlandaskan teknologi dan lembaga, dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Sementara Rakhmat (2005), menyatakan komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. “Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people” (Bittner, 1986). Efek komunikasi massa ada tiga, yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, pembelajaran, dan pengetahuan. Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari
45 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
proses berfikir tentang sesuatu. Pengetahuan dan kepercayaan seseorang tentang sesuatu diyakini dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya. Mengubah pengetahuan seseorang diyakini dapat mengubah perilakunya. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan sikap, mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, emosi dan nilai-nilai. Beberapa pakar pengetahuan mengatakan sikap individu dapat diramalkan perubahanya apabila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Ranah konatif berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
2.6.2 Komunikasi Kesehatan Menurut National Cancer Institute (NCI) dalam bukunya Marketing Health Communication Programs Work: A Planner’s Guide, komunikasi kesehatan adalah seni dan teknik menyampaikan informasi, mempengaruhi, dan memotivasi individu, institusi, dan audiens publik tentang pentingnya persoalan kesehatan. CDC mendefinisikan komunikasi kesehatan sebagai ilmu dan strategi komunikasi untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi keputusan individu dan publik untuk meningkatkan kesehatan (Bensley dan Fisher, 2003). Komunikasi kesehatan adalah upaya sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku sasaran dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi. Tujuan utamanya mengubah perspektif dan perilaku kesehatan masyarakat, sehingga tercapai derajat kesehatan yang lebih baik. Komunikasi
46 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kesehatan dapat dilihat sebagai proses komunikasi yang berurutan dan saling berhubungan dalam menyampaikan pesan kesehatan. Tabel 2.4 Strategi Intervensi Komunikasi Kesehatan Strategi Pendidikan Kesehatan
Definisi umum
Metode intervensi
Kelebihan
Strategi Mobilisasi Komunitas
Strategi Layanan Kesehatan
Bantuan pada komunitas untuk dapat mengenali dan mengambil tindakan pada masalah kesehatan a. Koalisi b. Pemberdayaan c. Penjangkauan d. Pekan raya kesehatan e. Mobilisasi massa
Memberikan pelayanan, uji, atau perlakuan untuk meningkatkan hasil akhir kesehatan
a. Memperkuat rasa kesatuan dan saling menghargai dalam suatu masyarakat b. Meningkatkan kesiapan untuk melakukan suatu tindakan tertentu
a. Menawarkan kenyamanan, kemudahan dijangkau, dan manfaat layanan yang lebih besar b. Memberikan kemungkinan individu mulai mengubah perilakunya c. Mendeteksi masalah/ isu kesehat-an jika bisa diperbaiki d. Membantu mencegah isu kesehatan
Strategi Kebijakan
Memberi informasi dan mempengaruhi keputusan individu dan komunitas
Ada kebijakan dalam bentuk peraturan atau lembaga yang mendukung perbaikan kesehatan
a. Melatih pelatih b. Pameran kesehatan c. Lokakarya atau seminar d. Peer group e. Pendidikan sebaya f. Pemberitaan di surat kabar g. Komunikasi kesehatan interaktif a. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan b. Mempengaruhi sikap dan persepsi c. Memotivasi untuk bertindak d. Menguatkan perilaku e. Membangun norma sosial
a. Dukungan media b. Dukungan legeslatif c. Penegakan Undangundang d. Referan-dum
a. Mengura-ngi risiko b. Mengubah tujuan organisasi c. Menyediakan panduan formal atau informal bagi program d. Memberikan dukungan bagi individu mengubah perilaku-nya
a. Skrining dan tindak lanjut b. Layanan pencega-han c. Layanan pengoba-tan
Strategi Teknologi Memodifikasi atau membuat alat, struktur, atau sistem untuk meningkatkan layanan dan lingkungan a. Pembuatan alat-alat kesehatan b. Merevisi atau modivikasi alat dan fasilitas kesehatan c. Mendesain standarisasi alat a. Menyediakan alternatif yang lebih aman bagi perilaku yang menjadi sebab masalah kesehatan b. Minimalkan kendala dalam penerapan perilaku kesehatan yang positif c. Menyediakan lingkungan yang lebih aman dan dapat dicapai
Sumber: Promosi Kesehatan; Teori dan Perilaku, Bensley & Fisher (2003).
47 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tujuan intervensi komunikasi kesehatan adalah terjadinya perubahan perilaku kesehatan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat (tabel 2.4). Salah satu bentuknya ialah peningkatan permintaan produk pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, seperti alat kontrasepsi KB dan imunisasi. Efek positif yang diharapkan adalah tumbuhnya motivasi masyarakat mengadopsi perilaku baru dan berupaya promotif dan preventif untuk mendapatkan kualitas hidup yang sehat. Proses komunikasi kesehatan diawali dengan analisis/penilaian perilaku. Analisis perilaku adalah bagian dari ilmu perilaku yang menganalisis prosedur praktik secara eksperimental supaya menghasilkan perubahan perilaku yang bermakna secara sosial. Penilaian perilaku mempelajari kaitan antara perilaku dengan lingkungan dan memodifikasi kaitan-kaitannya sehingga dapat membantu individu mengadopsi perilaku baru yang lebih fungsional (Elder et al, 1993). Fungsi dari analisis perilaku adalah untuk mengamati dan mengidentifikasi perilaku masyarakat, mengidentifikasi perilaku yang sulit atau mudah diubah dan mencari hambatan perilaku, menguatkan perilaku yang positif, dan menentukan strategi supaya promosi kesehatan sesuai kebiasaan dan adat setempat.
2.7 Perilaku Perilaku menurut Henrik L Blum adalah faktor kedua terbesar yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat. Menurut Kurt Lewin (1982), perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan penahan. Lawrence W
48 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Green mengatakan bahwa perilaku dapat dikuatkan, bahkan diubah dengan peranan pendidikan, dalam hal ini pendidikan kesehatan. Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di dalam diri seseorang. Secara biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup), baik yang dapat diamati ataupun tidak oleh pihak lain. Secara psikologis, perilaku menurut Skiner merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) yang telah diolah lebih dulu. Perilaku adalah tanggapan dari stimulus atau tindakan yang memiliki frekuensi tertentu, durasi, dan alasan, baik yang disadari maupun tidak disadari. Perilaku juga mengacu pada bagaimana orang-orang bereaksi terhadap orang lain atau lingkungan, dan dapat dipertimbangkan sebagai hasil warisan, budaya, dan lingkungan (Notoatmodjo, 2007). 2.7.1 Determinan Perilaku Banyak faktor yang mempengaruhi keragaman respon terhadap stimulus yang berbeda-beda, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal bisa terdiri dari sifat bawaan (ras, sifat fisik, sifat kepribadian), bakat, tingkat kecerdasan, tingkat emosi, dan gender. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan fisik, sosial, budaya, dan ekonomi. Stimulus memunculkan respon internal atau tertutup (covert behavior) seperti berfikir dan merasakan, maupun respon eksternal atau terbuka (overt behavior), seperti sikap dan tindakan. Perilaku ada yang bersifat positif dan negatif. Menurut Green dan rekan (1980), perilaku manusia dipengaruhi oleh dua
49 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Perilaku individu terbentuk dari tiga faktor yaitu: a. Faktor predisposisi (predisposing), segala hal yang mencakup pengetahuan, sikap, nilai, keyakinan, dan tradisi yang mempermudah atau mengawali terjadinya perilaku individu b. Faktor pemungkin (enabling), segala hal yang mencakup lingkungan fisik, kerja, atau ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan, yang memungkinkan terjadinya tindakan atau perilaku. c. Faktor penguat (reinforcement), segala hal yang meliputi peraturan, undang-undang, pengawasan, dan sebagainya, yang menguatkan individu bertindak. Sebab, terkadang seseorang tidak mengambil tindakan meski sudah tahu dan tersedia fasilitas penunjang tindakan. Perilaku kesehatan pada intinya adalah suatu respon individu terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, serta lingkungan. Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2010), terdapat tiga klasifikasi perilaku yang terkait dengan kesehatan, yakni: a. Perilaku sehat (healthy behavior) Tindakan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, salah satunya melakukan PHBS setiap hari. b. Perilaku sakit (illness behavior) Hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit, atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan atau mengatasi masalah kesehatannya.
50 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
c. Perilaku orang sakit (the sick role behavior) Peran yang dibebankan kepada individu yang sakit, mencakup hakhak dan kewajibannya sebagai orang yang sakit. 2.7.2 Perubahan Perilaku Perubahan perilaku terkadang menjadi tujuan individu dalam sebuah grup, komunitas, lembaga, atau masyarakat. Perubahan perilaku juga menjadi target dari pendidikan dan promosi kesehatan. Kunci dari perubahan perilaku kesehatan adalah bagaimana meramalkan dan memodifikasi pengadopsian dan keberlanjutan perilaku sehat. Perubahan perilaku kesehatan mengacu pada proses motivasi, niat, serta tindakan meninggalkan perilaku tidak sehat dan kemudian beralih atau mengadopsi perilaku yang meningkatkan kesehatan. Program perubahan perilaku terfokus pada kegiatan yang membantu seseorang atau komunitas memahami perilaku berisiko mereka, dan mengubah perilaku itu dengan mengurangi risiko dan kerentanan melalui sejumlah intervensi atau perlakuan. Bentuk perubahan perilaku sangat beragam. Menurut WHO, ada tiga kelompok perubahan perilaku, yaitu (Notoatmodjo, 2007): a. Perubahan alamiah (natural change) Perubahan perilaku yang berlangsung alamiah. Apabila terjadi perubahan lingkungan fisik, sosial, budaya, dan ekonomi di dalam masyarakat, maka perilaku anggota masyarakat juga akan berubah. b. Perubahan terencana (planned change) Perubahan perilaku terjadi karena direncanakan sendiri oleh individu, untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
51 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
c. Kesediaan untuk berubah (readiness to change) Perubahan perilaku terjadi karena individu bersedia menerima dan melakukan sebuah inovasi atau program baru yang dibuat oleh pelaksana program. Setiap orang memiliki tingkat kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda. 2.7.3 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris, khususnya mata dan telinga, terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan objek yang sangat penting untuk membentuk perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan biasanya bersifat langgeng (Soenaryo, 2002). Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan proses ini terbentuk setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang. Enam tingkatan pengetahuan dalam lingkup kognitif, yaitu: a. Tahu (know) Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau stimulus yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu adalah tingkat pengetahuan yang terendah. Mengukur seseorang tahu yang dikerjakan/dipelajari adalah dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
52 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b. Memahami (comprehension) Diartikan suatu kemampuan yang menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah memahami materi atau objek dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, atau meramalkan objek tersebut. c. Aplikasi (application): Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya dalam bentuk konteks atau situasi lain. d. Analisis (analysis) Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu dengan lainnya. Kemampuan ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan. e. Sintesis (synthesis) Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk yang utuh dan baru, atau diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.
53 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
f. Evaluasi (evaluation) Kemampuan menilai suatu objek atau materi. Penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam masyarakat, (Nasution, 1999) adalah lingkungan sosial, budaya, pendidikan, dan pengalaman. Jika status ekonomi
seseorang
baik
maka
tingkat
pendidikannya
tinggi
sehingga
pengetahuannya tinggi. Makin tinggi pendidikan seseorang maka kemampuannya memecahkan masalah makin besar. 2.7.4 Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intens maupun ekstrem, sehingga perwujudannya tidak langsung terlihat, hanya dapat ditafsirkan. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu. Dictionary of Public Health Promotion and Education (2004) mendefinisikan sikap sebagai reaksi evaluatif tentang hal yang menguntungkan dan tidak, ataupun kecenderungan terhadap situasi pada seseorang atau kelompok seperti yang ditunjukkan lewat perasaan, keyakinan, dan perilaku seseorang. Sikap dapat bersifat positif maupun negatif. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan pada sikap negatif kecenderungan adalah menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu (Notoatmodjo, 2005). Tiga komponen pokok yang bersamaan membentuk sikap yang utuh adalah kepercayaan atau keyakinan
54 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(belief), ide, dan konsep suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; dan kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Sikap merupakan reaksi seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap ditentukan oleh pengetahuan, cara berpikir, keyakinan, dan emosi seseorang. Menurut Yusuf (2005), empat faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, adalah pengalaman khusus; komunikasi dengan orang lain; modal atau kemampuan mengimitasi; dan lembaga sosial sebagai sumber yang mempengaruhi. Menurut Cambell (1950), Allpor (1954), Cardo (1955), dan Krech (1982), manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap adalah reaksi tertutup atau reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Empat tingkatan sikap yaitu: a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek)
bersedia dan
memperhatikan stimulus yang diberikan. Misal, sikap seseorang teradap berita bencana akan memperlihatkan kesedihan dan perhatian seseorang terhadap bencana yang terjadi.
55 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b. Merespon (responding) Memberikan jawaban jika diberi pertanyaan, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap. Karena dengan suatu usaha menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang tersebut menerima ide atau yang disampaikan. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain mengerjakan sesuatu/berdiskusi mengenai suatu masalah adalah indikator sikap tingkat ketiga. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan langsung dan tidak langsung. Penilaian langsung dengan bertanya bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek. Perubahan sikap dipengaruhi oleh pendekatan teori belajar; pendekatan teori persepsi; pendekatan teori konsistensi; dan pendekatan teori fungsi. Sikap pada tahap kesiapsiagaan bentuknya adalah perilaku menanggapi keterbatasan kemampuan dan informasi mengenai cara pencegahan, serta upaya memodifikasi kemungkinan terjadinya bencana dan dampak yang ditimbulkannya. 2.7.5 Tindakan Tindakan merupakan kelanjutan sikap yang berbentuk perilaku terbuka (overt behavior). Setelah seseorang mendapatkan stimulus kesehatan, kemudian
56 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menilai dan menganalisis dengan pengetahuannya, proses berikut yang diharapkan adalah bertindak atau melakukan apa yang telah diketahui dan disikapi. Empat level dalam tindakan (practice) adalah: a. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. b. Respon terpimpin (guided respons) Mampu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan contoh yang ditentukan. c. Mekanisme (mecanism) Mampu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau hal itu sudah menjadi kebiasaan. d. Adaptasi (adaptation) Tindakan yang sudah berkembang dengan baik karena telah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi nilai kebenarannya. Untuk
mewujudukan
tindakan,
sebuah
sikap
perlu
faktor-faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Dukungan itu dapat berupa fasilitas, perlengkapan, peraturan, juga dukungan dari orang lain yang memiliki pengaruh. Tindakan yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2005), mencakup beberapa hal, yakni: a. Tindakan terkait dengan penyakit Tindakan mencakup pencegahan dan penyembuhan penyakit. Tindakan pencegahan penyakit seperti pemberian imunisasi dan
57 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penggunaan masker atau alat pelindung diri. Sedangkan tindakan pengobatan adalah mengonsumsi obat sesuai petunjuk dokter dan berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. b. Tindakan memelihara dan meningkatkan kesehatan Tindakan yang mencakup upaya perawatan kesehatan, seperti makan makanan bergizi seimbang, olahraga teratur, mencuci tangan pakai sabun, dan tidak merokok. c. Tindakan kesehatan lingkungan Tindakan yang terkait dengan kondisi lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan, buang hajat di jamban sehat, dan menggunakan air bersih.
2.8 Pemasaran Sosial Pemasaran sosial banyak dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah kesehatan, dan berperan penting dalam kesehatan masyarakat. Contohnya untuk kegiatan pengurangan perilaku berisiko AIDS, pencegahan remaja merokok, peningkatan penggunaan fasilitas kesehatan, promosi keluarga berencana dan pencegahan penyakit kronis. Pemasaran sosial yang menggunakan dasar strategi pemasaran komersil menawarkan pendekatan efektif untuk pengembangan program yang mempromosikan perilaku sehat, sekaligus menawarkan solusi yang dibutuhkan dan diinginkan publik (Aras, 2011). Secara umum, konsep pemasaran sosial menjual perubahan perilaku, bertujuan mengubah perilaku individu atau komunitas, dan yang dipromosikan
58 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
adalah perilaku atau alasan perilaku tersebut dilakukan. Sedangkan pemasaran komersil bertujuan mencari keuntungan, dengan menjual barang dan jasa, dan berkompetisi untuk menawarkan produk yang sama atau memenuhi kepuasan terhadap kebutuhan yang sama. Kotler dan Zaltman (1971) menyatakan bahwa pemasaran sosial adalah bentuk perancangan, pelaksanaan, dan pengendalian program yang bertujuan meningkatkan penerimaan gagasan sosial atau penyebab pada kelompok sasaran (Frederiksen et al, 1984). “...social marketing is the design, implementation, and control of programs calculated to influence the acceptability of a social idea and involving conciderations of product planning, pricing, communication, distribution, and marketing research. (Kotler dan Zaltman, 1971). Sementara menurut Andreasen (Glanz, 2005), definisi pemasaran sosial adalah aplikasi teknik pemasaran untuk menganalisis, merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi program-program yang dirancang untuk mempengaruhi perilaku sukarela dari khalayak yang ditarget guna meningkatkan kesejahteraan individu dan masyarakatnya. Perbedaan utama pemasaran sosial dengan pemasaran komersial adalah pada tujuan pemasaran sosial yang fokusnya memberi dampak peningkatan kesejahteraan personal dan sosial. Kotler, Lee, dan Michael Rothschild (2006) mendefinisikan pemasaran sosial sebagai proses yang menerapkan prinsip dan teknik pemasaran dalam menciptakan, mengomunikasikan dan menyampaikan nilai dengan maksud mempengaruhi perilaku khalayak sasaran yang memberikan keuntungan kepada masyarakat maupun target sasaran. Penekanan pemasaran sosial adalah pada upaya mempengaruhi perilaku.
59 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pengaruh terhadap perilaku dilakukan dengan cara empat perubahan, yaitu menerima
perilaku
baru;
menolak
perilaku
yang
tidak
diinginkan;
mengembangkan perilaku yang ada; dan meninggalkan perilaku lama yang tidak dikehendaki. Prinsip dan teknik pemasaran sosial selama ini digunakan oleh negara dan lembaga pelayanan kesehatan untuk kegiatan promosi peningkatan kesehatan; pencegahan kecelakaan; perlindungan lingkungan; dan mobilisasi masyarakat. Keempat hal itu khususnya yang berkaitan dengan masalah perilaku (Cheng et al, 2008). Pemasaran sosial semakin populer digunakan sebagai salah satu strategi promosi kesehatan karena mampu memadukan upaya dari hulu sampai hilir dengan membangun kemitraan dan mengembangkan bauran pemasaran (marketing mix). Pemasaran sosial memadukan berbagai macam format dan media komunikasi, memperhatikan kondisi sosial, budaya, dan lingkungan, serta melalui tahapan riset pasar. Fokus model promosi kesehatan ini adalah perubahan perilaku. 2.8.1 Tujuan Pemasaran Sosial Pemasaran sosial bertujuan membuat rencana matang yang mampu mencapai perubahan sosial yang diharapkan. Akan tetapi, perencanaan yang baik belum menjamin perubahan pada kelompok sasaran karena bergantung seberapa mudah atau sulit perilaku target tersebut diubah. Ada empat jenis perubahan yang bisa terjadi dari pemasaran sosial, yaitu perubahan kognitif, tindakan, perilaku, dan perubahan nilai.
60 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
a. Perubahan kognitif, bertujuan untuk menciptakan kepedulian atau pengetahuan, sehingga lebih mudah karena tidak mengarah pada perubahan sikap dan perilaku. Walaupun terlihat mudah, sering kali pemasaran sosial gagal karena kelompok sasaran tidak tertarik, menghindari informasi yang tidak disukai, dan keyakinan atau nilai yang dimiliki. b. Perubahan
tindakan,
adalah
berupaya
mendorong
terjadinya
perubahan sikap tertentu selama periode waktu tertentu. Kelompok sasaran harus memahami tindakan yang dimaksud, sebab tindakan itu akan melibatkan biaya yang harus dikorbankan dan faktor-faktor penghambat seperti jarak, waktu, dan biaya yang mahal. c. Perubahan perilaku, bertujuan mendorong individu mengubah beberapa aspek perilakunya untuk memperoleh status kesehatan yang diinginkan. Perubahan perilaku lebih sulit dicapai, karena seseorang harus menghentikan perilaku lama, belajar perilaku yang baru, dan membekukan pola perilaku yang telah dipelajari. Agen perubahan bergantung pada komunikasi massa untuk mempengaruhi perubahan perilaku. Namun, komunikasi massa yang tidak tepat dapat memberi dampak yang buruk dan tidak sesuai perencanaan. d. Perubahan nilai, bertujuan mengubah nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi landasan tiap individu atau komunitas. Kecenderungan keberhasilan pemasaran sosial perubahan nilai sangat rendah, tetapi jika berhasil maka target perubahan akan tercapai. Sebab, nilai-nilai
61 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dasar individu merupakan orientasi kehidupan sosial, moralitas, persepsi intelek, dan pilihan hidupnya. Terdapat empat pendekatan dasar dalam perubahan sosial yang diterapkan pada pemasaran sosial, yaitu pendekatan legal (hukum), ekonomi, teknologi, dan informasi. Pendekatan hukum mengarah pada sebuah aturan yang melarang suatu perilaku tertentu. Pendekatan teknologi mengarah pada pengembangan inovasi (produk atau jasa) yang membantu individu berperilaku sehat. Pendekatan ekonomi menunjukkan biaya yang harus dibayar dari dampak perilaku tidak sehat. Sedangkan pendekatan informasi mengarah pada upaya penyebarluasan informasi secara langsung ke kelompok sasaran (Frederiksen et al, 1984). Dalam konsep pemasaran sosial terjadi pertukaran secara sukarela. Dari sudut pandang khalayak (konsumen), bahwa kegiatan harus memenuhi kebutuhan yang dirasakan atau diinginkan, dan biaya yang dirasakan (ekonomi, sosial, dan psikologi) lebih kecil dengan hasil yang dinikmati. Sedangkan dari sudut pandang penyedia program, harus mampu menyediakan produk dan pelayanan yang terbaik. Dengan demikian, biaya penyediaan dan promosi produk dan jasa dapat diimbangi dengan yang dibayarkan khalayak dalam pertukaran tersebut. Fokus pada hilir pemasaran sosial adalah mempengaruhi perilaku individu, sedangkan fokus hulu pemasaran sosial adalah mempengaruhi pembuatan kebijakan, media, lembaga dan kelompok sosial lainnya (Aras, 2011). Lima prinsip pemasaran sosial menurut Andreasen (2006) adalah terfokus pada perilaku, mengutamakan keuntungan pastisipan, menerapkan keuntungan
62 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
partisipan, mengembangkan strategi bauran pemasaran dan menggunakan segmentasi pasar. a. Fokusnya adalah perilaku Tujuan yang paling utama pelaksanaan pemasaran sosial adalah mempengaruhi
perilaku.
Pemasaran
sosial
tidak
hanya
mempromosikan produk dan layanan kesehatan, tetapi publik harus memanfaatkannya. b. Mengutamakan keuntungan partisipan Keuntungan yang dirasakan partisipan erat kaitannya dengan perilaku yang akan muncul. Produk atau pelayanan yang diberikan mementingkan keuntungan pastisipan atau masyarakat dalam hal peningkatan status kesehatan dan lingkungan yang lebih sehat. Sebab dengan perilaku dan lingkungan yang sehat diharapkan meningkatkan populasi sehat, serta beban penyakit dan kebutuhan sumber daya kesehatan publik makin sedikit. c. Menerapkan perspektif pasar Pendekatan pemasaran sosial dalam hal strategi komunikasinya di tiap level akan berbeda, karena strategi komunikasi di tingkat atas untuk perubahan infrastruktur tidak akan sama dengan di level bawah, yakni perubahan pada diri individu. d. Mengembangkan strategi bauran pemasaran Menggunakan pendekatan 4P, yaitu product, price, place, dan promotion (produk, harga, distribusi, dan promosi) untuk mencapai
63 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tujuannya. Dalam perkembangannya, beberapa peneliti terdahulu menambahkan 2P, yaitu partnership atau kemitraan dan policy atau kebijakan. e. Menggunakan segmentasi untuk mengidentifikasi pasar Identifikasi relativitas kesamaan anggota masyarakat penting dilakukan sebagai dasar pembuatan strategi pemasaran yang khusus sesuai karakteristik tiap sub-kelompok masyarakat. Pertimbangan segmentasi diharapkan mendukung perubahan perilaku partisipan. Idealnya, pemasaran sosial tidak hanya mengimbau orang-orang untuk berubah, tetapi juga membantu membuat keputusan kesehatan yang tepat. Salah satu kekuatan pemasaran sosial adalah komunikasi. Dalam hal ini, komunikasi memotivasi dan memfasilitasi beragam perubahan di masyarakat dan lembagalembaga yang ada sepanjang waktu (Cheng et al, 2008). Perubahan melalui pemasaran sosial adalah dengan cara memfasilitasi dampak perilaku yang membuat lingkungan sosial menjadi lebih mendukung tindakan kesehatan, peningkatan kinerja pelayanan kesehatan, dan peningkatan perilaku pencegahan. Oleh karena itu, tujuan pemasaran sosial akan tercapai jika mampu mensinergikan strategi pemasaran dan strategi perubahan perilaku (Frederiksen, 1984) 2.8.2 Tahapan Pemasaran Sosial Sejumlah pakar pemasaran dan komunikasi menyatakan beberapa konsep tahapan pemasaran sosial. Meskipun jumlah tahapannya berbeda, garis besarnya tetap sama, seperti tabel di bawah ini.
64 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 2.5 Konsep dan Tahapan Pemasaran Sosial Frederiksen (1984) Definisi masalah Penetapan tujuan (goal) Segmentasi target pasar Analisis pelanggan (kelompok sasaran) Analisis saluran yang berpengaruh Strategi dan taktik pemasaran Implementasi dan evaluasi
Solomon (1989) 1. Filosofi pemasaran 2. Bauran pemasaran 3. Hirarki dampak komunikasi 4. Segmentasi audiens 5. Pemahaman pasar yang sesuai 6. Sistem informasi dan umpan balik yang cepat 7. Interaksi interpersonal dan media massa 8. Penggunaan sumber daya komersial 9. Pemahaman kompetensi 10. Ekspektasi keberhasilan
Kotler dan Lee (2008) 1. 1. Menentukan masalah, 2. tujuan, dan fokus 3. 2. Melakukan analisis situasi 4. 3. Memilih target audiens 4. Menetapkan sasaran dan 5. tujuan 5. Mengidentifikasi faktor6. faktor yang berpengaruh terhadap perilaku adopsi 7. 6. Membuat pernyataan positioning 7. Mengembangkan strategi bauran pemasaran (4P) 8. Membuat rencana monitoring dan evaluasi 9. Membuat anggaran dan menemukan sumber pendanaan 10. Rencana implementasi dan manajemen program Sumber: Diolah dari Fredericksen (1984), Solomon (1989), dan Cheng, Kotler & Lee (2008)
2.8.2.1 Menentukan masalah, tujuan, dan fokus perencanaan Menentukan permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat, termasuk pernyataan masalah yang akan diselesaikan. Merangkum faktor-faktor yang
mengarah
pada
pengembangan
rencana
pemasaran
sosial.
Selanjutnya, menentukan tujuan yang berisi keuntungan dan dampak dari program jika berhasil dilaksanakan. Fokus perencanaan berupa ruang lingkup yang detail dari pemilihan tindakan yang dilakukan.
2.8.2.2 Melakukan analisis situasi Menggambarkan faktor-faktor dan kekuatan internal dan eksternal dari lingkungan yang memiliki pengaruh dalam perencanaan. Faktor internal bisa berupa sumber daya, kinerja, mitra yang ada, pelayanan, dan
65 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dukungan manajemen. Sedangkan faktor eksternal bisa berupa kekuatan ekonomi, politik dan hukum, budaya, dan teknologi, serta kondisi demografis. Pada tahap ini dilakukan ulasan literatur dan pengamatan lingkungan terhadap kampanye kesehatan serupa. 2.8.2.3 Memilih target pasar Menggambarkan dan memilih kelompok sasaran yang akan mendapat intervensi pemasaran sosial. Pada tahap ini dilakukan segmentasi pasar, yaitu memisahkan populasi menjadi kelompok-kelompok sejenis berdasar pada kesamaan karakteristik psikografis, geografis, demografis, perilaku, jejaring sosial, aset komunitas, dan tahap perubahan. 2.8.2.4 Menentukan sasaran dan tujuan pemasaran Perencanaan pemasaran sosial selalu menyertakan perubahan perilaku yang diharapkan dilaksanakan kelompok sasaran, mulai dari perubahan pengetahuan, sikap, dan keyakinannya. Pada tahap ini, sasaran pengetahuan dan keyakinan menjadi fokus, dengan cara memberikan informasi, fakta dan keyakinan yang dibutuhkan agar kelompok sasaran bersedia mengubah pola pikirnya. Tujuan pemasaran sosial yang terkait dengan peningkatan status kesehatan juga ditetapkan di tahap ini. 2.8.2.5 Mengidentifikasi hambatan, keuntungan, dan kompetisi pasar Mengetahui hambatan atau berbagai alasan kelompok sasaran tidak dapat dengan mudah menerima dan mengadopsi perilaku yang diinginkan atau meninggalkan perilaku-perilaku lain yang menghalangi. Mengetahui manfaat yang menarik minat kelompok sasaran dan memberi motivasi
66 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
berperilaku sehat. Memetakan perilaku lain, produk lain, lembaga lain, dan orang lain yang dapat menghambat perilaku sehat yang diharapkan. 2.8.2.6 Membuat pernyataan positioning Positioning adalah sebuah strategi komunikasi atau tindakan untuk masuk ke dalam pikiran konsumen sehingga terbentuk sebuah citra pada produk yang ditawarkan dan terbangun posisi yang khusus dalam pikiran konsumen karena mengandung arti tertentu dan penting baginya (Kasali, 1998; Kotler, 2001). Oleh karena itu, positioning dalam pemasaran sosial menggambarkan apa yang seharusnya dirasakan dan dipikirkan oleh kelompok sasaran terhadap perilaku yang disarankan. Pernyataan harus mudah dipahami oleh publik dan dapat memberikan gambaran dampak manfaat yang besar dari perilaku yang disarankan. 2.8.2.7 Mengembangkan strategi bauran pemasaran Bauran pemasaran sosial diadopsi dari pemasaran komersial, yang terdiri dari empat faktor kunci, yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi). Dalam pemasaran sosial, ditambah dua faktor yaitu policy (kebijakan) dan partnership (kemitraan). Sementara menurut Bernard H. Booms dan Mary J. Bitner (1981), bauran pemasaran adalah 7Ps, yaitu product, price, place, promotion, peopel (sumber daya manusia), process (proses), dan physical evidence (pendukung fisik). a. Product adalah apa pun (barang/ide) yang ditawarkan kepada pasar untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan. Pada pemasaran sosial,
67 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang menjadi produk adalah perilaku yang diinginkan dan memberi keuntungan bagi kelompok sasaran. b. Price adalah segala biaya yang dibayarkan kelompok sasaran saat mengadopsi perilaku sehat. Biaya dapat berupa uang, waktu, usaha, energi, biaya psikologi dan kenyamanan fisik. Strategi biaya bertujuan untuk meminimalkan biaya dan meningkatkan insentif. c. Place adalah dimana dan kapan kelompok sasaran melakukan perilaku yang diinginkan. Memperhatikan ketersediaan fasilitas pendukung dan pelayanan tertentu. Tempat yang umumnya menjadi lokasi pemasaran adalah di rumah, tempat kebugaran, pusat hiburan dan perbelanjaan. d. Promotion adalah rancangan komunikasi persuasif dan distribusinya untuk menginspirasi kelompok sasaran berperilaku sesuai saran atau yang dikehendaki. Pada tahap ini, ditentukan pula isi pesan, pemberi pesan, dan saluran komunikasi yang digunakan. Bentuk promosi yang biasa dipakai adalah iklan, kehumasan, media sosial, educationentertainment, dan acara khusus. e. Policy adalah kemampuan program pemasaran sosial memotivasi perubahan perilaku individu dengan mengondisikan suatu lingkungan yang mendukung agar perubahan berlangsung lebih lama. Oleh karena itu, diperlukan perubahan kebijakan (politik) dan advokasi sebagai pelengkap program. f. Partnership adalah kerja sama untuk menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan yang kompleks. Supaya program berjalan efektif
68 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
butuh kerja sama dengan beberapa organisasi, lembaga dan komunitas lain di dalam masyarakat. Penyelenggara program harus mengetahui organisasi yang memiliki tujuan sejalan dan bagaimana kerja sama yang efektif sekaligus efesien (Weinreich Communication, 2006). g. People, semua orang yang mengambil bagian dalam penyajian produk pemasaran dan mempengaruhi kegiatan pemasaran juga klien dalam pemasaran sosial. Melihat kinerja, loyalitas, sikap dan motivasi dari sumber daya manusia yang terlibat secara langsung atau tidak dalam menjalankan produknya. h. Process, prosedur, arahan, atau sederet aturan terkait pemasaran yang diterapkan oleh penyedia jasa atau penyelenggara dalam menyajikan kebutuhan konsumen/klien/masyarakat. i. Physical evidence, lingkungan tertentu yang disiapkan penyedia jasa kepada klien di tempat pelayanan produk, serta segala fasilitas untuk memenuhi kebutuhan klien. Pendukung fisik adalah metafora visual dari produk yang ditawarkan, dan memfasilitasi keperluan konsumen maupun penyedia jasa. Bentuknya dapat berupa brosur, desain fisik, logo, desain kantor yang menarik. 2.8.2.8 Menentukan rencana monitoring dan evaluasi Monitoring dan evaluasi dibuat sebelum menentukan anggaran dan pelaksanaan program. Monitoring adalah pengukuran proses dan keberhasilan yang mengacu pada tujuan (goal) program, dan dilakukan setelah program dimulai dan sebelum berakhir. Evaluasi adalah laporan
69 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
akhir pelaksanaan program, untuk melihat pencapaian target, program berjalan sesuai jadwal, kegagalan yang muncul, dan inovasi yang perlu dilakukan selanjutnya. Monitoring dan evaluasi pemasaran sosial dapat dilakukan dengan menjawab empat pertanyaan inti (Cheng et al, 2008), yaitu: a. Mengapa dan untuk siapa pengukuran harus dilakukan b. Input, proses, dan dampak seperti apa yang diukur c. Metode apa yang digunakan d. Kapan dan berapa kali pengukuran dilakukan 2.8.2.9 Membuat anggaran dan sumber pendanaan Mengidentifikasi biaya yang diperlukan dan dikeluarkan untuk seluruh kegiatan pemasaran sosial, mulai dari bauran pemasaran hingga monitoring dan evaluasi. Disebutkan pula sumber dana (donatur) dan besarnya dana yang diperoleh. 2.8.2.10 Menuliskan rencana pelaksanaan dan manajemen program Pelaksanaan rencana pemasaran sosial dibuat dalam bentuk dokumen yang berisi tugas dan kewajiban yang dilakukan setiap pihak yang terlibat dalam pemasaran sosial. Rencana pelaksanaan tersebut mentransformasikan strategi pemasaran dalam tindakan spesifik yang dilakukan oleh siapa saja yang terlibat dalam kegiatan kampanye. Siapa melakukan apa, dengan cara bagaimana, berapa banyak, dan kapan dilakukan. (Cheng et al, 2008).
70 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.9 Teori Integrated Behavioral Model (IBM) Integrated behavioral model atau IBM adalah pengembangan dua teori awal, yaitu theory reason action (TRA) dan theory planned behavior (TPB) yang menekankan pada intention to perform the behavior atau niatan melakukan perilaku yang disarankan. Niatan berperilaku adalah faktor terpenting
bagi
seseorang perilaku kesehatan karena memperlihatkan kecenderungan individu siap melakukan sesuatu atau memutuskan untuk melakukan sesuatu (Glanz, 2008). Niatan individu ditentukan oleh beberapa variabel atau faktor yang umumnya saling mempengaruhi, yaitu attitude, perceived norm, dan personal agency. Attitude atau sikap adalah segala hal yang mengacu pada keseluruhan persepsi yang disukai atau tidak disukai terhadap suatu perilaku, melibatkan dimensi afektif dan kognitif. Sikap dipengaruhi oleh dua sub-faktor yaitu experiental attitude atau respon emosional seseorang terhadap ide/gagasan melakukan suatu perilaku; dan instrumental attitude atau pemikiran seseorang yang ditentukan oleh keyakinan terhadap hasil perilaku tersebut. Perceived norm atau keyakinan norma adalah tekanan atau pengaruh sosial yang membuat seseorang merasa perlu atau tidak melakukan perilaku yang diharapkan. Variabel ini dibentuk oleh dua sub-faktor yaitu injuctive norm dan descriptive norm. Injuctive norm atau keyakinan normatif adalah sejauh mana harapan yang dipikirkan orang lain (jejaring sosial yang penting bagi orang tersebut) terhadap perilaku yang disarankan. Descriptive norm adalah norma yang mengacu pada persepsi dalam sebuah kelompok masyarakat atau jejaring
71 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pribadinya melakukan perilaku yang dimaksud. Perceived norm adalah persepsi kedua norma secara utuh/menyeluruh. Variabel personal agency yang diartikan sebagai kemampuan individu untuk memulai dan memberikan alasan melakukan sebuah perilaku. Personal agency terdiri dari sub-faktor self efficacy, yaitu keyakinan seseorang mampu mengerjakan tugas atau sebuah perilaku; serta perceived control, yaitu keyakinan sesorang bahwa perilaku yang dimaksud itu mudah atau sulit untuk dikerjakan. Self efficacy tidak sama dengan kompetensi. Self efficacy mengacu pada keyakinan kemampuan, sedangkan kompetensi adalah keterampilan yang benarbenar dimiliki seseorang. Pada perceived control, ada sebuah kontrol dalam diri seseorang untuk mengendalikan perilakunya. Selain ketiga variabel itu yang membentuk intention to perform the behavioral, dalam IBM ditambahkan variabel knowledge and skill (pengetahuan dan keterampilan), habit (kebiasaan), environmental constraint (keterbatasan lingkungan) dan salience of behavior (perilaku yang menonojol), yang secara langsung atau tidak mempengaruhi perilaku seseorang. Variabel-variabel ini muncul karena terkadang individu sudah memiliki niatan untuk berperilaku namun karena ada keterbatasan atau hambatan yang disebabkan kondisi lingkungan dan keterampilan yang dimiliki, sehingga perilaku yang diharapkan tidak terjadi. IBM merupakan teori perilaku yang berada pada level individu yang dapat dimanfaatkan untuk meramalkan, memahami, dan mengubah perilaku tertentu. IBM adalah alat yang efektif untuk memprediksi perubahan perilaku seseorang
72 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
karena secara jelas memahami hubungan antara konstruksi (Glanz, 2008). Oleh karena itu, dalam menggunakan teori IBM, peneliti atau kreator program harus mempertimbangkan semua konstruksi yang membangun teori ini. Apabila ada salah satu konstruksi yang tidak bisa ditentukan atau diubah, maka teori IBM tidak akan berfungsi. Menurut Yzer (2012) niat berperilaku didasari oleh suatu alasan, meskipun kadang tidak rasional. Alasan ini yang akan menjadi dasar bagi seseorang untuk meyakini bahwa perilaku tertentu adalah hal yang baik atau sebaliknya. Teori melihat bahwa keyakinan berperilaku tersebut dapat bersifat rasional maupun tidak rasional. IBM juga dapat meramalkan bahwa niat akan dipraktikan jika seseorang memiliki keterampilan (pengetahuan) yang mendukung dan tidak ada kondisi lingkungan sekitarnya yang menghambat perilaku tersebut.
73 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana