BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Molekul Air Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk bijaksana, dengan
memperhitungkan
kepentingan
generasi
sekarang
maupun
generasi
mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber-sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara saksama (Effendi,H.2003). Air memiliki rumus kimia H2O, ini berarti bahwa pada setiap molekul air memiliki ikatan kimia antara atom oksigen dengan hidrogen adalah kovalen, yang berarti mereka melibatkan pembagian elektron secara bersama. Tetapi, pembagiannya tidak seimbang, karena oksigen lebih rakus menarik pada elektron daripada atom hidrogen. Sebagai akibatnya elektron molekul air mengikat atom oksigen lebih erat.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk molekul air juga suatu hal yang menarik. Ketiga atomnya tidak berjejer lurus. Namun ikatannya mengatur sendiri dalam bentuk segitiga. Bentuk lengkungan ini berasal dari dua pasang elektron hidrogen yang terpisah yang mengelilingi atom oksigen. Pasangan elektron ini menolak elektron-elektron dalam ikatannya dengan hidrogen, yang menyebabkan mereka membentuk sudut 105 derajat. Sebuah molekul dengan ujung-ujung yang muatannya berlawanan disebut polar. Oleh karena itu air disebut molekul kovalen polar,karena ciri bersama dari ikatan yang tidak seimbang. Sebagaimana akan kita lihat, jenis khas dari polaritas ini disebabkan oleh banyaknya sifat air yang menakjubkan. 2.1.1. Sifat Kimia Pada umumnya kita berpikir bahwa air itu zat yang paling stabil, atau tidak berubah, paling tidak pada sekitar suhu ruangan. Pada kenyataannya, banyak variasi cara reaksi kimia air dengan zat-zat yang berbeda. Logam seperti natrium (Na, bukan ion natrium Na+) dan kalium (K, bukan ion kalium K+) menghasilkan reaksi yang kuat, bahkan ledakan, pada air dingin. Untungnya, mereka tidak ditemukan pada bentuk dasar, atau murni di alam. Logam-logam lainnya seperti seng, aluminium, dan besi tidak bereaksi dengan air dingin tapi akan membentuk senyawa dengan uap pada suhu yang tinggi. 2.1.2. Zat-Zat Yang Ditemukan di Air Karena air adalah zat pelarut yang hebat, jarang sekali ditemukan dalam bentuk murni di alam. Seperti telah disebutkan di awal, air laut mengandung sekitar 70 unsur yang berbeda dalam bentuk mineral. Kebanyakan dari mineral yang larut ini adalah garam, jumlah yang terbesar adalah natrium klorida, atau garam meja. Garam lainnya yang ditemukan di airlaut termasuk magnesiu klorida, magnesium sulfat, dan kalsium
Universitas Sumatera Utara
sulfat. Garam yang sama ini dapat juga ditemukan di danau air tawar dan sungai, tapi dengan jumlah yang jauh lebih sedikit (Grolier International,2005).
2.2. Limbah Pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam dan atau belum mempunyai nilai ekonomi bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Menurut sumber-nya limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu: (a) limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari perumahan, perdagangan, dan rekreasi: (b) limbah industri: dan (c) limbah rembesan dan limpasan air hujan. Sesuai dengan sumbernya maka limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi bergantung kepada bahan dan proses yang dialaminya. Limbah industri sangat beragam, sesuai dengan jenis industri. Berbagai jenis industri berpotensi mencemari lingkungan diantaranya adalah industri tekstil, cat, penyamakan kulit, farmasi, dan industri pangan. Limbah industri pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan di dalam proses produksi. Contoh beberapa industri pangan yang menghasilkan limbah seperti ini adalah produk susu, pengalengan dan pengawetan buah-buahan dan sayur-sayuran, pengalengan dan pengawetan hasil laut, pemurnian gula, permen, produk daging, pengawetan dan pengalengan daging, serta penggilingan biji-bijian. Pada umumnya limbah industri pangan tidak membahayakan kesehatan masyarakat, akan tetapi kandungan bahan organiknya yang tinggi dapat bertindak sebagai sumber bahan makanan untuk pertumbuhan mikroba. Limbah yang langsung
Universitas Sumatera Utara
dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat menyebabklan penurunan kualitas air sungai dengan mekanisme pertumbuhan mikroorganisme yang berlimpah. Meningkatnya jumlah mikroorganisme dapat menyebabkan berkurangnya nilai oksigen terlarut “disulfed oxygen” (DO), karena sebagian besar oksigen dipakai untuk respirasi
mikroorganisme
tersebut.
Dengan
menurunnya
DO
maka
akan
mempengaruhi kehidupan ikan dan biota air lainnya. Selain itu, buangan limbah ke perairan juga dapat menimbulkan bau yang tidak enak dan terjadinya “eutrofikasi”(http://tumoutou.net/702_07134/sulistijirini.htm). Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatannya, maka jumlah air limbah juga mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan. Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi kehidupan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasardasar teknologi pengolahan limbah cair. Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat
Universitas Sumatera Utara
setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan (http://www.likomedia.or.id/mod.php).
2.2.1. Sifat Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat da terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat organik dan bukan organik. Tinja, kencing, sisa-sisa sabun, sampah sisa-sisa kain buruk dan pasir terdapat di dalam campuran larutan cairan encer ini, yang kelihatannya kelam dan hanya sedikit berbau selama masih segar (baru). Air cucian dari jalan dan atap rumah dan air tanah yang merembes ke dalam selokanselokan yang jarang sekali mempunyai sambungan-sambungan yang kedap air memberi sumbangan yang berarti pada apa yang tersebut di atas ini dan kadarnya pun dapat dirubah selanjutnya dengan adanya sampah-sampah yang dihasilkan oleh perdagangan. Pelimbahan itu banyak berbeda dalam kekuatan dan komposisinya dari suatu kota ke kota yang lain disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang nyata dalam kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang berbeda-beda, sifat makanan mereka dan pemakaian air per kapita. Tidak ada dua jenis sampah yang benar-benar sama. Pelimbahan pada kota-kota non industri kebanyakan terdiri dari sampah domestik yang murni. Limbah domestik terdiri dari pembuangan air kotor dari kamar-kamar mandi, kakus, dan dapur. Kotoran-kotoran itu merupakan campuran yang rumit dari zat-zat bahan mineral dan organik dalam banyak bentuk, partikel-partikel besar dan kecil, benda padat, sisa-sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan terapung dan dalam bentuk kolloid dan setengah kolloid.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Komposisi Limbah Kadar air sampah adalah sangat tinggi, yaitu 99,9% atau lebih. Benda-benda padat dalam sampah dapat berbentuk organik maupun anorganik. Zat organik dalam sampah terdiri dari bahan-bahan nitrogen, karbohidrat, lemak dan sabun. Mereka bersifat tidak tetap dan menjadi busuk, mengeluarkan bau-bauan yang membuat perlunya pembenahan sampah dan menyebabkan kesulitan-kesulitan yang maha besar dalam pembuangannya. Benda-benda padat anorganik biasanya tidak merugikan.
2.2.3. Sampah-sampah Industri Sampah yang masih baru hanya sedikit berwarna keruh tetapi kemudian menjadi semakin kelam dan tajam. Sampah yang baru berisi sedikit oksigen larut dan kadangkadang sejumlah kecil nitrit dan nitrat, khususnya setelah hujan. Sampah yang baru hanya mengandung sedikit alkali tetapi selama oksidasi terjadilah pengurangan kandungan alkali. Sampah yang basi menyebabkan bau-bau yang memuakkan yang bersumber pada hidrogen sulfida dan gas-gas lainnya. Biasanya ia tidak mengandung oksigen yang telah terurai. Apabila sampah membusuk, gelembung-gelembung gas dapat terlihat memancar keluar dari permukaan. Jadi penting sekali untuk segera membuang secara tuntas sampah domestik dari daerah-daerah pemukiman untuk melindungi kesehatan lingkungan. Dengan cara yang sama, pembuangan sampah indutsri pun penting. Adalah lebih mudah dan hampir selalu lebih murah untuk membenahi limbah industri itu sendiri secara terpisah. Hal ini disebabkan oleh karena secara umum mudah untuk merubah bentuk campuran sampah dengan limbah perdagangan menjadi satu aliran yang memenuhi standar-standar yang telah disyaratkan sedangkan apabila limbah perdagangan dibenahi secara terpisah, prosesnya menjadi sukar dan mahal (Mahida,U.N,1984).
Universitas Sumatera Utara
Industri-industri pertanian, pertambangan, kimia, logam, dan pabrik kertas bertanggung jawab atas onggokan sampah yang menggunung di Amerika Serikat. Limbah industri pertambangan dan pertanian berjumlah lebih dari 380 juta metrik ion yang berupa limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan di Amerika Serikat setiap tahun. Industri-industri sekarang bertanggung jawab atas pembuangan limbah mereka sendiri. Peraturan ini seringkali memang sangat mahal melaksanakannya. Sebagai tanggapan atas biaya yang meningkat untuk pembuangan limbah, banyak perusahaan yang berusaha mengurangi limbah yang dihasilkan dengan cara daur ulang atau menggunakan kembali benda-benda limbah. Banyak industri yang telah berhasil mengurangi limbah mereka baik yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya (Grolier International,2005).
2.2.4. Perencanaan Pemantauan Dalam menyusun rencana pemantauan pembuangan air limbah diperlukan data/informasi antara lain : 1. Kualitas air pada sumber air di segmen-segmen sungai yang diperlukan 2. Kualitas peruntukan sungai/segmen sungai yang bersangkutan. 3. Inventarisasi sumber pencemar baik yang berupa point sources maupun non point sources yang meliputi lokasi, karakteristik pembuangan air limbah dan beban limbah yang bersangkutan. Data/informasi tersebut dapat diperoleh dari data primer atau sekunder antara lain surat ijin pembuangan air limbah yang telah diterbitkan, kuesioner, data pendukung lainnya dan pengamatan langsung di lapangan. Data dan informasi tersebut disajikan dalam bentuk :
Universitas Sumatera Utara
a. Penggambaran batasan hidrologis dan sistem sungai berikut informasi tentang golongan peruntukan sungai dan kualitas aktual masing-masing segmen sungai. b. Penggambaran lokasi sumber-sumber pencemar baik point sources maupun non point sources termasuk informasi beban pencemaran. Hasil analisa atas data/informasi di atas dapat dipergunakan untuk menyusun : a. Jenis kadar air limbah yang perlu dikendalikan pada masing-masing segmen sungai b. Tingkat kontribusi beban pencemaran dari setiap sumber pencemaran terhadap jenis kadar air limbah yang akan menjadi prioritas pengendalian. Hasil analisa di atas dipergunakan untuk menetapkan program pemantauan yang meliputi antara lain : 1. Sumber pencemar yang menjadi prioritas pemantauan 2. Frekuensi pemantauan 3. Parameter limbah yang dipantau 4. Debit air limbah Program
pemantauan
pembuangan
air
limbah
ditetapkan
dengan
memperhatikan kemampuan Pengelola Sumberdaya Air wilayah sungai untuk melaksanakan program tersebut (http://air.bappenas.go.id/). 2.2.5. Mengelola Limbah Semua kegiatan industri dan teknologi selalu akan menghasilkan limbah yang menimbulkan masalah bagi lingkungan. Pengolahan limbah dari bahan buangan industri dan teknologi dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Cara pengelolaan limbah ini sering disebut Waste Treatment atau Waste Management. Cara
Universitas Sumatera Utara
mengelola limbah industri dan teknologi tergantung pada sifat dan kandungan limbah serta tergantung pula pada rencana pembuangan olahan limbah secara permanen. Secara umum dikenal tingkatan proses pengelolaan limbah sebagai berikut : 1. Pengelolaan Awal (Primary Waste Treatment) Semua bahan buangan industri ditampung pada suatu tempat. Pada proses penampungan ini sekaligus dipisahkan antara bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik. Pada tahap ini juga dilakukan pemisahan bahan buangan yang sudah tidak bias didaur ulang lagi. Kalau bahan buangan berupa limbah cair, limbah tersebut ditampung dulu pada suatu bak besar dan dibiarkan untuk beberapa waktu lama sehingga sebagian kotoran akan mengendap atau mengapung sehingga dapat dipisahkan. Bila pada tahap ini sudah diperoleh cairan yang “bersih” maka cairan dapat dibuang ke lingkungan asal cairan tersebut telah sesuai dengan persyaratan baku mutu limbah cair yang telah ditentukan. Bila bahan buangan belum “bersih” maka proses pengolahannya perlu dilanjutkan ke tingkat berikutnya. 2. Pengelolaan Lanjutan (Secondary Waste Treatment) Limbah buangan dari proses yang belum bersih dan belum bisa dibuang ke lingkungan dimasukkan ke proses pengolahan lanjutan dimana dilakukan penambahan mikroorganisme untuk mendegradasi bahan buangan (terutama bahan buangan organik). Oksigen yang cukup akan membantu kecepatan degradasi oleh mikroorganisme. Apabila pada proses kedua ini diperlukan pemisahan antara cairan dan padatan yang larut atau melayang (sebagai koloidal) di dalamnya, maka perlu juga dilakukan proses pengendapan. Penambahan zat kimia sering kali dilakukan untuk membantu proses pengendapan. Namun perlu diingat bahwa penambahan zat kimia tidak boleh
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan masalah pada akhir pembuangan nanti. Sebagai contoh, penambahan tawas sebagai pengendap koloidal boleh dilakukan karena tidak menimbulkan masalah pada lingkungan. 3. Pengelolaan Akhir (Advanced Waste Treatment) Pada proses ketiga ini diharapkan bahwa setelah melalui tahapan terakhir, limbah sudah menjadi “bersih” sehingga dapat dibuang ke lingkungan. Akan tetapi pada proses akhir ini seringkali masih dijumpai adanya bahan-bahan (kimia) yang terlarut dan kalau dibuang ke lingkungan dapat membahayakan. Walaupun dalam jumlah kecil tetapi kalau membahayakan lingkungan maka bahan-bahan terlarut tersebut harus dikurangi. Pengurangan bahan-bahan terlarut seperti tersebut di atas dapat dilakukan dengan menambahkan karbon aktif untuk mengadsorbsi bahan-bahan berbahaya sehingga aman bila dibuang ke lingkungan. Cara lain dapat dilakukan dengan memakai resin penukar ion yang dimasukkan ke dalam air limbah yang belum “bersih” untuk menangkap bahan-bahan terlarut. Pengelolaan limbah sebagai usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan seperti disebutkan di atas tidak akan ada artinya kalau tidak disertai dengan pengaturan dan pengawasan yang ketat. Oleh karena itu peraturan perundangan yang mengatur masalah pengelolaan lingkungan hidup perlu diketahui setiap petugas yang bergerak dalam bidang industri dan teknologi (Wardhana,W.A,1995).
2.3. Karakteristik Limbah Cair Karakteristik limbah cair diketahui dari berbagai parameter kualitas limbah cair tersebut. Dalam membahas karakteristik limbah cair, limbah cair sering dibedakan dalam kelompok limbah cair domestik, limbah cair industri, rembesan dan luapan,
Universitas Sumatera Utara
serta limbah cair kota praja. Pengelompokkan karakteristik, sifat, serta kualitas limbah cair tiap-tiap kelompok tersebut cenderung sama.
2.3.1. Parameter Kualitas Limbah Cair Menurut Okun & Ponghis, berbagai parameter kualitas limbah cair yang penting untuk diketahui adalah bahan padat tersuspensi (suspended solids), bahan padat terlarut (dissolved solids), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand=BOD), kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand=COD), organisme coliform, pH, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen=DO), kebutuhan klor (Chlorine demand), nutrient, logam berat (Heavy metals), dan parameter lain (Soeparman,H.M,2001).
2.4. Teknik Pengolahan Limbah Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan: 1. Pengolahan Secara Fisika 2. Pengolahan Secara Kimia 3. Pengolahan Secara Biologi Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tesebut dapat di aplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi. 1. Pengolahan Limbah Secara Fisika Pada umunya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening)
Universitas Sumatera Utara
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. 2. Pengolahan Limbah Secara Kimia Pengolahan
air
buangan
secara
kimia
biasanya
dilakukan
untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membutuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. 3. Pengolahan Limbah Secara Biologi Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor); 2. Reaktor petumbuhan lekat (attached growth rreaktor). Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspesi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
Universitas Sumatera Utara
berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan. Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja. Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain: 1. Trickling filter 2. Cakram biologi 3. Filter terendam 4. Reaktor fludisasi Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%90%.
Universitas Sumatera Utara
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis: 1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen; 2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen. Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis (http://www.likomedia.or.id/mod.php).
2.5. Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK/COD) Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 L sampel air melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh Kalium bichromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah Ion Chrom. Kalium bichromat atau K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (Wardhana,W.A,1995). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologi, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. COD dengan angka BOD dapat ditetapkan. Dalam tabel tercantum perbandingan angka tersebut untuk beberapa jenis air.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. Perbandingan rata-rata angka BOD5/COD untuk beberapa jenis air Jenis air
BOD5/COD
Air buangan domestik (penduduk)
0,40-0,60
Air buangan domestik setelah pengendapan 0,60 primer Air buangan domestik setelah pengolahan 0,20 secara biologis Air sungai
0,10
Angka perbandingan yang lebih rendah dari yang sebenarnya, misalnya untuk air buangan penduduk domestik < 0,20, menunjukkan adanya zat-zat yang bersifat racun bagi mikroorganisme.
2.5.1. Prinsip Analisa Sebagian besar zat organik melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih (reaksi 1) : CnHbOc + CrO72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+ Zat organik (warna kuning)
(warna hijau)
Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalisator perak sulfat (Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik diperkirakan ada unsur Clorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan Merkuri Sulfat untuk menghilangkan gangguan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
6Cl- + Cr2O72- + 14H+ 3Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O Apabila dalam larutan air lingkungan terdapat Clorida, maka oksigen yang diperlukan pada reaksi tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya. Seberapa jauh tingkat pencemaran oleh bahan buangan organik tidak dapat diketahui secara benar. Penambahan merkuri sulfat adalah untuk mengikat ion Clor menjadi merkuri clorida mengikuti reaksi berikut ini : Hg2+ + 2Cl- HgCl2 Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada reaksi tersebut di atas. Makin banyak kalium bichromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan demikian maka seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan dapat ditentukan.
2.5.2. Gangguan tes COD Kadar klorida (Cl-) sampai 2000 mg/L di dalam sampel dapat mengganggu bekerjanya katalisator Ag2SO4, dan pada keadaan tertentu turut teroksidasi oleh dikromat.
2.5.3. Keuntungan tes COD dibandingkan dengan tes BOD Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan analisa BOD5 memerlukan 5 hari.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran sampel sedang pada umumnya analisa BOD selalu membutuhkan pengenceran. Ketelitian dan ketepatan (reproducibility) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes BOD. Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes BOD, tidak pada tes COD.
2.5.4. Kekurangan tes COD Tes COD hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis (yang sebenarnya terjadi di alam), sehingga merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas maka tes COD tidak dapat membedakan untuk zat-zat yang sebenarnya tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. 2.5.5. Ketelitian Penyimpangan baku antar laboratorium adalah 13 mg O2/l. Penyimpangan maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih di perkenankan.
2.5.6. Pengambilan dan Pengawetan Sampel Gunakan botol kaca bila memungkinkan. Penggunaan botol plastik harus bersih dari zat-zat organik yang mungkin masih tersisa di dalamnya. Sampel yang mengandung lumpur harus di kocok sampai merata sebelum dianalisa, karena lumpur juga terdiri dari zat-zat organik yang harus dioksidasikan dalam tes COD untuk mendapatkan angka COD yang benar. Sampel yang tidak stabil yaitu yang mempunyai kadar bakteri Fe2+ tinggi, harus dianalisa segera.
Universitas Sumatera Utara
Sampel dapat diawetkan dengan penambahan larutan H2SO4 pekat sampai pH 2 (kira-kira 0,8 ml H2SO4/l sampel) (Alaerts,G.1984).
Universitas Sumatera Utara