BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.Benyamin bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam tiga ranah/kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya, untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga ranah tersebut diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice).14,17 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuanterjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuandiperoleh melalui mata dan telinga.Proses yang didasarioleh pengetahuan kesadaran dan sikappositif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknyaapabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran makatidak akan berlangsung lama Ada enam tingkatan pengetahuan, yaitu: a.
Tahu (know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.14,17 b.
Memahami (comprehension)
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya, dalam hal ini mencakup kemampuan
menangkap makna dan arti bahan yang diajarkan, yang ditujukan dalam bentuk kemampuan menguraikan inti pokok dari suatu bacaan misalnya menjelaskan, menyebut contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.14,17 c.
Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang dipelajari berupa hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya pada kondisi nyata.Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah metode bekerja pada suatu kasus dan masalah yang nyata misalnya mengerjakan, memanfaatkan, menggunakan, dan mendemonstrasikan.14,17 d.
Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.14,17 e.
Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.14,17 f.
Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.Evaluasi ini dilandaskan pada kriteria yang telah ada atau telah disusun misalnya mendukung, menentang, dan merumuskan.14,17 Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.14,17 Pengetahuan dalam diri seseorang dapat dipengarui oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan keperoranganan dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.14,17 b.
Informasi / Media Massa
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah. Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu yang mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data.14,17 Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.14,17 c.
Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga
akanmenentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.14,17 d.
Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.14,17 e.
Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar
dalam bekerja
yang
dikembangkan
memberikan
pengetahuan
dan
keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.14,17 f.
Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.14,17
Pengetahuan dapat diperoleh dengan beberapa cara yaitu: 1.
Cara tradisional
a.
Cara coba salah (Trial dan Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakankemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabilakemungkinan tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.14,17 b.
Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yangdikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpaterlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya,
baikberdasarkan
fakta
empiris
ataupun
berdasarkan
penalaransendiri.14,17 c.
Pengalaman perorangan
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalamanyang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yangdihadapi pada masa yang lalu.14,17 d.
Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telahmenggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupundeduksi.14,17 2.
Cara modern
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebihsistematis, logis, dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitianilmiah, atau metodelogi penelitian.14,17
2.2 Tindakan Tindakan merupakan suatu sikap yang diwujudkan menjadi suatu perbuatan nyata yang didukung oleh suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan, yaitu: a.
Persepsi (perception)
Persepsi adalah suatu proses mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Persepsi merupakan praktik tingkat pertama.14,17
b.
Respon terpimpin (guide response)
Respon terpimpin adalah suatu kebolehan dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.Respon terpimpin merupakan indikator praktik tingkat kedua.14,17 c.
Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu sudah merupakan kebiasaan maka ia telah mencapai praktik tingkat tiga.14,17 d.
Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.14,17 Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yangdiketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior).18 Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan diatas, yakni melalui proses perubahan : pengetahuan (knowladge), sikap (attitude), praktik (practice) atau “KAP”. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (KAP), bahkan didalam praktik sehari-hari terjadi sebaiknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikap masih negatif. 18 Untuk memperoleh data praktik atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi).Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu.18
2.3 Restorasi Direk Restorasi direk memiliki pengertian restorasi yang dilakukan langsung pada rongga mulut.Ciri khas bahan restorasi direk adalah bahan tersebut dimasukkan pada kavitas gigi yang telah dipreparasi oleh dokter gigi ketika menghilangkan karies.Bahan restorasi direk meliputi amalgam, resin komposit, glass ionomer cement.1,2,6 Restorasi direk diindikasikan pada gigi dengan kerusakan yang belum cukup luas, sehinggastruktur gigi yang masih ada dapat digunakan sebagai tempat meletakkan material restorasi tersebut. Kontraindikasi pemakaian restorasi direk adalah gigi dengan kavitas yang cukup luas sehingga memerlukan pembuatan crown, inlay, onlay, veneer atau bridge yaitu restorasi yang diperlukan untuk melindungi permukaan oklusal, restorasi yang dilakukan pada gigi yang telah banyak kehilangan jaringan, dan restorasi yang diperlukan untuk melindungi gigi dari kemungkinan fraktur mahkota akar pada gigi pasca perawatan endodonti yang menjadi lemah dan memerlukan perlindungan maksimal. 1,2
2.3.1 Amalgam Amalgam merupakan campuran dari beberapa bahan seperti merkuri, perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental amalgam sendiri adalah kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi, yaitu sebuah proses ketika powder alloy dan cairan merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna perak abu – abu.1,2
A. Klasifikasi Amalgam Berdasarkan kandungan tembaga, bentuk partikel dan elemen umum yang ada di partikel spherical dalam partikel amalgam campuran, amalgam dapat diklasifikasikan kedalam enam tipe yaitu :
1. Low copper, lathe cut 2. Low copper, spherical 3. High copper, lathe cut 4. High copper, spherical 5. High copper campuran Ag-Sn-Cu 6. High copper campuran Ag-Cu
B. Sifat Amalgam 1. Sifat fisik a. Stabilitas Dimensional Amalgam mempunyai stabilitas dimensional jangka panjang, memiliki nilai thermal diffusivity (penyebaran panas) yang tinggi dan dapat terjadi proses abrasi pada saat mastikasi makanan.Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara manipulasinya, kontraksinya yang hebat dapat menyebabkan terbentuknya kebocoran mikro dan karies sekunder. 2,8 2. Sifat kimia Pada bahan amalgam dapat terjadi korosi.Korosi adalah kerusakan pada metal akibat terjadi reaksi kimia/elektrokimia dengan lingkungannya. Bahan amalgam juga sangat mudah terjadi perubahan warna (diskolorasi) setelah jangka waktu pemakaian yang lama. Oleh karena sifat ini amalgam tidak digunakan untuk tambalan gigi anterior karena nilai estetisnya yang kurang baik.8 3. Sifat mekanik Amalgam memiliki compressive strength (kekuatan kompresi / tekan)sebesar 80 Mpa setelah 1 jam pengerasan, dengan besar tekanan sekitar 25 mm/menit. Nilai tinggi untuk kekuatan kompresi pada amalgam merupakan keuntungan karena dapat mengurangi kemungkinan terjadinya fraktur pada saat tekanan kunyah yang sangat kuat dari pasien sebelum terbentuk kekuatan maksimal (setelah 7 hari) tercapai.Amalgam juga memiliki tensile strength (kekuatan tarik)sebesar 500 kg/cm2 danmodulus elastik (kemampuan untuk meregang)sekitar 0,025-0,125 mm/menit.8
4. Sifat biologis Merkuri yang terkandung dalam amalgam tidak berbahaya bagi pasien, namun berbahaya bagi dokter gigi (operator), staff, dan lingkungan sekitar apabila sisa amalgam dibuang di sembarang tempat.Hingga kini isu tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.1,2,3Namun keamanan pemakaian amalgam juga disampaikan oleh British Dental Association yang menyatakan “hingga saat ini, riset yang telah dilakukan secara ekstensif telah gagal membuktikan adanya hubungan antara pemakaian amalgam dan penurunan kesehatan secara umum. Beberapa negara yang membatasi pemakaian amalgam lebih beralasan untuk membatasi level merkuri pada lingkungan”. Department of Health’s Committe on toxicity European Commision juga menyatakan dental amalgam aman dari resiko terjadinya keracunan sistemik dan hanya ditemui beberapa hipersensitivitas dari pemakaian dental amalgam.9 Badan kesehatan dunia World Health Organisation (WHO), Food And Drug Administration (FDA) juga menyatakan bahwa dental amalgam aman digunakan sebagai bahan restorasi. Persatuan dokter gigi Amerika Serikat (ADA) pada tahun 1983, telah mengeluarkan pernyataan mengenai amannya penggunaan amalgam.10
C. Keuntungan dan Kekurangan Amalgam Keuntungan bahan amalgam yaitu manipulasi mudah, ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut, memliki high compressive strength dan dapat beradaptasi di dalam rongga mulut.2,3 Kekurangan bahan amalgam yaitu secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi
dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi.Kurang konservatif dan preparasi lebih sulit.2,3
D. Indikasi dan Kontraindikasi Amalgam Amalgam diindikasikan pada restorasi klas I dan II yang moderat hingga luas (menerima beban kunyah yang besar dan perluasan ke akar).restorasi klas V, restorasi sementara dan foundation(untuk meningkatkan resistensi dan retensi crown atau onlay logam). Sedangkan kontraindikasi amalgam adalah pada restorasi klas I dan klas II yang kecil hingga sedang dan tidak diindikasikan pada penambalan yang memerlukan estetik.2,3
E. Teknik Manipulasi Tahapan teknik manipulasi terdiri dari pembuatan desain kavitas, triturasi, pengisian amalgam, Carving, Burnish dan Finishing.2,3
2.3.2 Resin komposit Penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. Dewasa ini, bahan restorasi resin komposit secara umum telah menjadi pilihan bagi para dokter gigi untuk merestorasi lesi karies pada daerah servikal sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut untuk berikatan dengan stuktur gigi.1,2,19 Resin komposit merupakan bahan restorasi yang terdiri atas tiga komponen utama, yaitu: komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler) inorganik, dan bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler yang disebut sebagai coupling agent. Selain itu, resin komposit juga mengandung pigmen agar warna resin komposit dapat menyerupai warna stuktur gigi dan inisiator serta akselerator untuk mengaktifkan mekanisme pengerasan/polimerisasi.Resin komposit mengeras melalui mekanisme polimerisasi yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu resin diaktivasi secara kimiawi dan resin diaktivasi oleh sinar.2,19
A. Klasifikasi Resin Komposit Sistem klasifikasi dalam beberapa tahun terakhir berdasarkarkan pada bentuk partikel, bentuk distribusi dan persentase bahan pengisi resin. Klasifikasi yang diperkenalkan oleh Lutz dan Philips,2 tahun 1983 terdiri atas: 1.
Resin komposit makrofil
Resin komposit makrofil mempunyai ukuran filler 1-10 µm. Resin komposit tipe ini mempunyai daya tahan yang baik terhadap fraktur. Kejelekan klinis yang utama dari resin komposit makrofil adalah terjadinya permukaan yang kasar setelah dipolish. 2.
Resin komposit mikrofil
Resin komposit mikrofil mempunyai ukuran filler 0,04µm. Resin komposit tipe ini mempunyai daya tahan yang rendah terhadap fraktur, dapat dipolish dengan baik dan warnanya stabil. 3. Resin komposit hybrid Resin komposit hybrid merupakan gabungan makrofil dan mikrofil sehingga mempunyai ukuran filler yang beraneka ragam. Resin komposit ini mempunyai karakteristik gabungan dari resin komposit makrofil dan mikrofil. Resin komposit tipe ini mempunyai kehalusan permukan dan kekuatan yang baik. Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan filler nya, yaitu : 1. Resin komposit flowable Resin komposit ini memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara 0,04-1 µm dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkurang hingga 44-54 %. 2. Resin komposit packable Resin komposit packable memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara 0,7-2 µm dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkisar antara 48-65 % volume. 2,19
Sistem Adhesif Resin Komposit Secara terminologi, adhesi adalah proses perlekatan dari suatu substansi ke substansi
lainnya.
Permukaan
atau
substansi
yang
berlekatan
disebut
adherend.Adhesif adalah bahan yang biasanya berupa zat cair yang kental yang menggabungkan dua substansi hingga mengeras, dan mampu memindahkan suatu kekuatan dari satu permukaan ke permukaan lainnya. Bahan perekat atau bonding agent adhesive system adalah bahan yang bila diaplikasikan pada permukaan suatu benda dapat melekat, dapat bertahan dari pemisahan, dan dapat menyebarluaskan beban melalui perlekatannya.19 Berdasarkan perkembangannya, sistem adhesif dibagi dalam beberapa generasi, yaitu:2,19 1. Generasi ke-1 dari sistem adhesif diperkenalkan oleh Buonocore et al. (1956) dengan menggunakan asam gliserofosforik dimetakrilat (mengandung resin) yang dilekatkan ke dentin yang telah di etsa dengan asam hidroklorik. 2,19 2. Generasi ke-2 menggunakan ester fosfat yang merupakan derivat metakrilat. Sistem ini menggunakan interaksi ion antara grup fosfat yang bermuatan negatif dengan kalsium yang bermuatan positif. Beberapa contoh sistem bonding generasi ke-2 yaitu Bondlite (Kerr Corporation) dan Prisma Universal Bond (Dentsply).2,19 3. Generasi ke-3 lebih difokuskan pada pembuangan atau modifikasi smear layer dengan pengetsaan pada permukaan dentin oleh asam fosforik yang memungkinkan penetrasi bahan adhesif tipe ester fosfat ke tubulus dentin. Misalnya XR Bond.2,19 4. Perlekatan pada dentin yang dapat diandalkan dimulai dari generasi ke-4. Yang mengandung 3 unsur utama, yaitu bahan etsa, primer, dan adhesif. Nakabayshi et al. (1982) mengemukakan bahwa kunci dari perlekatan bahan adhesif ke dentin adalah terbentuknya lapisan hibrid (hybrid layer atau
hybrid zone). Pengetsaan
dentin (menyingkirkan seluruh smear layer, membuka semua tubulus dentin dan kolagen terekspos), kemudian diikuti oleh aplikasi primer dan bahan adhesif yang akan berpenetrasi ke dalam tubulus dentin kemudian berpolimerasi membentuk resin
tag. Beberapa contoh sistem bonding generasi ke-4 yaitu All-Bond 2 (Bisco), OptiBond FL (Kerr Corporation), dan Scocthbond Multi Purpose (3M ESPE).2,19 5. Sistem adhesif generasi ke-5 terdiri dari dua sistem yang berbeda yaitu One-bottle system merupakan kombinasi dari primer dan resin adhesif dalam satu botol yang diaplikasikan setelah pengetsaan email dan dentin secara simultan dengan asam phospor 35-37 % selama 15-20 detik. Misalnya Gluma Coomfort Bond, OptiBond Solo, EasyBond, Prime & Bond NT (Dentsply), Single Bond (3M Dental Product). Sedangkan, self-etching primer merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti dengan resin adhesif. Beberapa contoh bahan adhesif Self-etching primer antara lain Clearfil Liner Bond 2V, Clearfil Liner Bond II, Unfil Bond (GC Product).2,19 6. Sistem adhesif generasi ke-6 adalah Sel-etching primer atau two-step selfetch adhesive merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti dengan resin adhesif. Kombinasi ini dapat mengurangi waktu kerja, mengurangi sensitifitas dan untuk mencegah kolapsnya kolagen.2,19 7. Sistem adhesif generasi ke-7 merupakan perkembangan dari sistem adhesif self-etch yang menggabungkan bahan etsa, primer, dan adhesif dalam satu botol, tanpa adanya tahap-tahap aplikasi ataupun pencampuran bahan primer dan bahan adhesif, sistem ini dikenal dengan one-step self-etch system atau single solution. Contohnya Prompt L-Pop (3M Dental Product), iBondTM.2,19 Sedangkan berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya sistem adhesif dapat dibagi atas empat kategori yaitu:19 1. Total-etch adhesive system Memerlukan pencucian pada permukaan yang dietsa,antara lain : a. Three-step total-etch adhesive Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching/conditioning, dilanjutkan dengan tahap priming, dan terakhir tahap bonding yaitu aplikasi dengan resin adhesif. b. Two-step total-etch adhesive Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan (single-bottle component atau one-bottle system), sehingga terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu
tahap etching dan rinsing yang menggunakan bahan gabungan primer dan resin adhesif.19 2. Self-etch adhesive system Tidak memerlukan tahap pencucian pada permukaan yang dietsa. Bahan etsa dan primer digabung menjadi satu (konsep self-etch primer), antara lain: a. Two-step self-etch adhesive Terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap aplikasi self-etch primer, kemudian dilanjutkan dengan tahap aplikasi resin adhesif. b. One-step self-etch adhesive Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu kemasan, sehingga hanya terdiri dari satu tahap aplikasi.One-step self-etch adhesive adalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah.19
B. Sifat Bahan Resin Komposit Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit juga memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain: 1. Sifat fisik Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini. 2. Sifat mekanis Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu.2,19
C. Keuntungan dan KekuranganResin Komposit Keuntungan resin komposit antara lain estetik sangat memuaskan, sistem perlekatan ke enamel yang sangat baik, resin komposit hanya membutuhkan preparasi gigi yang minimal, ketahanan pemakaian yang baik dan memiliki kondisi thermal yang rendah.2,3,4 Kekurangan dari resin komposit antara lainmaterial ini membutuhkan tahapan-tahapan yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang cukup mendalam dari dokter gigi.Pada saat penambalan diperlukan isolasi daerah kerja yang cukup kering karena kontaminasi saliva dapat mempengaruhi sifat-sifat jangka panjang dari resin komposit, seperti kekuatan dan daya tahannya.Sifat resin yang hidrofilik dan dapat menyerap air lebih banyak. Pengerjaan bahan ini lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lama, serta dapat menyebabkan karies sekunder.2,3,4
D. Indikasi dan Kontraindikasi Resin Komposit Restorasi resin komposit diindikasikan pada restorasi kelas I,II,III,IV,V dan VI serta diindikasikan sebagai tambalan sementara.Sedangkan kontraindikasi resin komposit antara lainpada restorasi dimana isolasi daerah kerja sulit dilakukan.Dokter gigi tidak memiliki kemampuan klinis yang memadai untuk melakukan restorasi komposit.Pada lesi yang meluas sampai permukaan akar dan pada pasien yang memiliki resiko karies tinggi.
E. Teknik Manipulasi Resin Komposit Tahapan prosedur klinis untuk restorasi resin komposit diawali dengan melakukan diagnosa lesi karies, pemilihan warna yang sesuai warna gigi, kemudian isolasi area yang akan dirawat dengan menggunakan rubber dam. Setelah itu preparasi kavitas gigi, etching, aplikasi primer, pengisian, dan penyinaran bahan adhesif.Kemudianlakukan pengisian dan penyinaran bahan komposit secara bertahap.Lalu bentuk kontur anatomis gigi, pemeriksaan kontak proksimal, polishing dan terakhir lakukan pemeriksaan oklusi.
2.3.3
Glass Ionomer Cement (GIC)
Bahan material yang pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent,22 pada tahun 1971 ini terdiri atas bubuk dan liquid, bubuknya berupa bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan liquidnya adalah asam poliakrilat. Material ini mampu berikatan secara fisiko kimia dengan jaringan gigi, memiliki koefisien termal yang sama dengan dentin, dan dapat melepas fluoride yang memungkinkan untuk mencegah terjadinya karies sekunder.2,3 Material glass ionomer cement sering digunakan untuk merestorasi gigi bukan akibat karies, seperti erosi atau abrasi pada gigi di dekat tepi gusi, untuk restorasi gigi sulung dengan masa penambalan yang singkat jangka waktunya dan digunakan untuk liner cavitas atau basis tambalan dengan maksud melindungi pulpa gigi terutama pada kavitas yang dalam.Glass ionomer cement juga digunakan untuk pit dan fissure sealent, yang diindikasikan pada pasien dengan fissure yang dalam dan pada pasien dengan perkembangan karies yang tinggi. Glass ionomer cement juga berfungsi baik untuk sementasi restorasi mahkota dan jembatan.2,3
A. Klasifikasi Glass Ionomer Cement Klasifikasi glass ionomer cement terdiri atas: 1. Tipe I - Luting Bahan ini digunakan pada sementasi mahkota, bridge, inlay, aplikasi ortodonti. Tingkat pengerasan bahan ini termasuk kedalam fast set. Perbandingan bubuk dan cairan 1,5 : 1. Gambaran umumnya radiopaque.Ketebalan film 20 mikro atau kurang.2,3 2. Tipe II - Restoratif a. Tipe II.1 Restoratif estetik Bahan ini digunakan pada restorasi estetik.Setting rate pada jenis autocure lambat, sedangkan pada jenis resin-modified cepat.Perbandingan bubuk dan cairan yaitu 3:1 atau lebih.2,3
b. Tipe II.2 Restoratif diperkuat Bahan ini digunakan saat dimana meningkatkan sifat fisik sangat dibutuhkan, sedangkan pertimbangan estetik tidak dibutuhkan.Setting rate bahan ini cepat, dan perbandingan bubuk dan cairan bahan ini adalah 3:1.2,3 3. Tipe III :lining atau basis. a. Lining Bahan ini digunakan dengan selapis tipis dibawah tambalan logam sebagai barier thermal. Perbandingan bubuk dan cairan bahan ini sebesar 1,5:1.2,3 b. Basis – pengganti dentin Bahan ini digunakan sebagai kombinasi dengan bahan resin komposit dalam teknik laminasi. Setting rate bahan ini cepat dan perbandinga bubuk dan cairan sebesar 3:1.2,3
B. Sifat BahanGlass Ionomer Cement Glass ionomer cement melepaskan fluoride ke email gigi yang dapat menghambat terjadinya karies lanjutan. Glass ionomer cement juga bersifat biokompatibel. Glass ionomer cement menghasilkan reaksi dengan pulpa lebih besar dari ZOE namun lebih sedikit dari zinc phosphate cement.2,3Kekuatan kompresif 24 jam glass ionomer cement berkisar antara 90 hingga 230 MPA. Glass ionomer cementyang berikatan dengan dentin memiliki nilai-nilai kekuatan untuk saling mengikatantara1 sampai 3 MPa. Kekuatan ikatan glass ionomer cement tidak terlalu kuat, mungkin karena sensitivitas glass ionomer cement pada kelembapan selama proses setting.2,3
C. Keuntungan dan Kekurangan Glass Ionomer Cement Keuntunganglass ionomer cement antara lain adalahmaterial ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatannya dengan carapertukaran ion antara tambalan dan struktur gigi.Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya
yang
dapat
melepas
fluor
yang
sangat
berperan
sebagai
antikaries.Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap tubuh) serta bahan ini tidak mudah larut.2,3 Kekurangan glass ionomer cement antara lain adalahkekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga tidak disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah besar seperti gigi molar.Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan dan permukaan gigi asli.Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding tambalan lain.2,3
D. Indikasi dan KontraindikasiGlass Ionomer Cement Pada gigi permanen glass ionomer cement diindikasikan untuk restorasi klas V dan restorasi pada gigi yang abrasi atau erosi. Pada gigi desidui diindikasikan untuk restorasi gigi klas I - klas V, karies rampan dan karies botol, sebagai bahan perekat atau luting (luting agent), serta untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Sedangkan kontraindikasi glass ionomer cement antara lain pada daerah dengan tekanan yang besar seperti preparasi klas I, klas II dan klas IV, pada kasus pengganti kusp dan pada daerah yang memerlukan estetik.2,3
E. Teknik manipulasi Glass Ionomer Cement Secara garis besar tahapan klinis restorasi glass ionomer cement yaituisolasi daerah kerja, instrumentasi dan preparasi gigi, pengadukan glass ionomer cement, restorasi, finishing dan pemolisan.2,3
KERANGKA KONSEP
PENGETAHUAN Dokter Gigi Umum Kota Medan 1. Berdasarkan
Umur
dan lama praktik 2. Berdasarkan
Jenis
Pemilihan bahan tumpatan direk untuk gigi posterior
Kelamin 3. Berdasarkan
Jenis
Praktek
TINDAKAN