6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antropometri Antropologi adalah suatu ilmu yang sangat sedikit diminati calon-calon ilmuwan, bahkan di Indonesia sedikit yang mengetahui dan ahli di dalam bidang antropologi. Seorang ahli menafsirkan antropologi dengan Study of Man yaitu studi kajian tentang manusia dan karya-karyanya. Kajian ini sangatlah luas menyangkut berbagai bidang ilmu, oleh karenanya antropologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya antropologi budaya, antropologi fisik/ragawi (yang sebagian menyebutnya antropolgi biologi), antropologi kesehatan dan berbagai cabang ilmu lainnya.1,15 Pada abad ke-19, studi tentang variasi dikembangkan dari rata-rata pengukuran antropometri.3 Antropometri adalah sebuah cabang ilmu tentang pengukuran fisik dari variasi dimensi tubuh manusia dan status kesehatan dari populasi tersebut dapat diketahui. Teknik antropometri ini dapat membantu dalam studi tentang asupan nutrisi, konsumsi energi, malnutrisi dan komposisi tubuh. Teknik antropometri juga membantu dalam identifikasi forensik, bedah plastik, arkeologi dan dalam membedakan antar ras dan jenis kelamin.9,16 Antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia.17 Johan Sigismud Elsholtz, seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman adalah orang
pertama
yang
menggunakan
istilah
antropometri
dalam
pengertian
sesungguhnya. Ia menciptakan alat ukur yang dinamakan anthropometron yang merupakan cikal bakal alat ukur yang dikenal sebagai antropometer.12 Penelitian dibidang antropometri mulai berkembang dari perhitungan sederhana menjadi lebih
7
rumit, yaitu dengan mengitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeksripsikan bentuk melalu keterkaitan antar titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang pesat yang berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi.18 Pada awalnya tiap-tiap ahli antropologi dapat melakukan pengukuran dengan berbagai macam cara sehingga akan mengakibatkan perbedaan hasil pengukuran antara seorang ahli antropologi dengan yang lainnya. Perbedaan hasil pengukuran tersebut merupakan akibat adanya perbedaan metode pengukuran dan tidak adanya patokan atau kriteria yang baku, sehingga akan mengakibatkan kesulitan dalam membandingkan hasil pengukuran antara seorang ahli antropologi dengan ahli lainnya. Berdasarkan kenyataan ini, maka seorang ahli antropologi dari Jerman bernama Rudolf Martin, menyusun suatu metode pengukuran antropometri yang dipublikasikan melalui satu buku yang berjudul “Lehr Buch der Antroplogie” yang diterbitkan pada tahun 1928. Adanya metode antropometri yang dipelopori oleh Rudolf Martin, maka antropometri berkembang terus sehingga sangat membantu dalam kegiatan penelitian-penelitian antropologi, penelitian anatomi serta penelitian bidang kedokteran forensik.1
2.2 Peran Antropologi dalam Kedokteran Gigi Antropometri digunakan antara lain untuk melakukan penelitian dan membandingkan secara fisik antara satu manusia dengan manusia yang lain. Hal itu dimungkinkan karena walaupun satu spesies, manusia mempunyai variasi perbedaan yang memungkinkan adanya pengelompokan rasial, suku bangsa, disamping adanya perbedaan umur dan jenis kelamin. Untuk membedakan dan membandingkan ciri-ciri fisik manusia, diperlukan metode-metode yang tepat dan teliti serta obyektif, antara lain menggunakan metode pengukuran antropometri.1 Peran antropologi dalam kedokteran gigi sesungguhnya tak banyak beda dengan perannya dalam disiplin kedokteran umum yang telah diuraikan diatas. Antropometri telah banyak dilakukan dalam kedokteran gigi, seperti pengukuran bagian-bagian kepala, pengukuran gigi dalam berbagai dimensi. Antropologi
8
pertumbuhan dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-natal, mendeteksi kelainan, meramal pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa.1 Antropometri kepala terdiri atas sefalometri dan kraniometri. Sefalometri adalah studi tentang morfologi kepala dan pengukuran pada kepala manusia yang masih hidup atau kepala korban yang masih mempunyai jaringan lunak.19 Pengukuran kepala dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu untuk mengetahui ukuran seperti panjang lingkaran kepala, lebar kepala, panjang kepala, jarak dari kedua mata, dimensi hidung, bibir, telinga dan sebagainya untuk perbandingan populasi.6 Sedangkan kraniometri merupakan pengukuran pada tulang kranium.19,20 Pertumbuhan memperlihatkan kisaran variasi normal yang luas, yang dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan, sehingga kita dapat melihat perbedaanperbedaan interrasial, bahkan subrasial. Diformasi seksual dapat pula dipelajari, sehingga kita dapat membedakan pertumbuhannya dan bila ada kelainan dalam pertumbuhan, kita dapat mengetahui sebelum kelainan itu terjadi. Peran antropologi dalam ortodontik, prostodontik, periodontik, rekonstruksi muka memerlukan penilaian dari sudut antropologi.1, 17 Pada
kedokteran
mengidentifikasi
gigi
individual
forensik, dengan
antropologi
rekonstruksi
dapat
dipakai
fisiognomis.
dalam
Fisiognomis
merupakan singkatan dari fisioligi dan anatomi yang digunakan untuk mengamati bentuk mata, hidung, gigi, dan telinga. Kajian antropologi pada waktu ini memang belum popular dan merupakan mata ajar baru di fakultas kedokteran gigi. Dental Anthropology baru dipopularkan oleh Brothwel pada tahun 1963 dicoba dalam bentuk kolagium. Meskipun secara umum para dokter gigi juga mempelajari seluruh tubuh manusia, akan tetapi kajiannya lebih terfokus pada leher dan kepala, terutama gigi (kranio-dento-fasial).1
2.3 Keragaman Bentuk Fisik Penduduk Indonesia Daratan Indonesia mempunyai luas kurang lebih 1.904.000 kilometer persegi antara benua Asia dan Australia, dari Samudera Pasifik sampai Samudera Hindia dan didalamnya terdapat banyak ragam lingkungan alam dan aneka ragam kelompok
9
manusia Indonesia menjadi empat satuan geografis, yaitu kepulauan Sunda Besar (Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi), kepulauan Sunda Kecil (dari Lombok, sampai Timor), kepulauan Maluku (Halmahera, Ternate, Tidore, Seram, Ambon), dan satuan kelompok keempat adalah Irian Jaya bagian barat (sekarang Papua) bersama kepulauan Aru dan pulau-pulau kecil disekelilingnya.1 Selain terdapat keragaman ekologi dan budaya penampilan fisik manusia dan bahasanya pun beragam. Keragaman budaya dan fisik, penduduk asli dengan pendatang yang berasal dari sebelah Barat dan Timur. Melihat bentuk fisiknya manusia Indonesia berasal dari 2 dari 3 ras utama umat manusia, yaitu negroid dan mongoloid (tiga ras utama adalah kaukasoid, negroid, mongoloid). Menurut Bellwood, bangsa Indonesia berasal dari bangsa austronesia yang mengalami penyebaran bangsa dari utara, barat dan timur. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk diadakan penelitian intra rasial di Indonesia, baik mengenai sosial budaya maupun fisiknya. Diluar Indonesia, kajian intra rasial yang berkaitan dengan ilmu kedokteran gigi, sudah sering dilakukan diantaranya di Amerika Serikat mengenai (Kaukasoid Amerika dan Negro Amerika), Eropa Barat, Eropa Timur maupun Medetrian di Jepang dan Cina.1
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dimensi Tubuh Manusia Secara umum terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang, yaitu : A. Faktor genetik. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan pertumbuhan di negara maju
10
lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini. Sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian bayi sebelum mencapai usia balita. Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti Syndrom Down, Syndrom Turner, dll.21 B. Faktor lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi : - Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal) - Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal).21
2.5 Indeks Sefalik Agar dapat melihat perbedaan manusia secara lebih teliti, antropologi ragawi telah menciptakan indeks, diantaranya adalah indeks sefalik. Indeks ialah bilangan yang digunakan sebagai indikator untuk menerangkan suatu keadaan tertentu atau sebuah rasio proporsional yang dapat disimpulkan dari sederetan observasi yang terus menerus dilakukan. Sedangkan indeks sefalik merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan kraniofasial dengan variasi manusia, yang telah lama digunakan untuk berbagai kelompok ras antropologi fisik.22,23 Indeks sefalik merupakan parameter penting dalam mengevaluasi perbedaan ras dan jenis kelamin. Oleh karena itu, informasi terperinci dari suatu data populasi merupakan hal penting dalam studi dan perbandingan untuk menilai pertumbuhan dan pengembangan individu serta berguna dalam diagnosis kelainan bentuk dan ukuran tengkorak kepala. Indeks sefalik juga memberikan gambaran tentang bagaimana
11
karakter genetik yang diturunkan antara orang tua, keturunan dan saudara. Dengan adanya indeks ini lebih mudah untuk mengelompokkan manusia ke dalam golongan yang mempunyai ciri-ciri yang sama.22,23 Pengukuran indeks sefalik dibagi menjadi 3 yaitu pengukuran secara vertikal, transversal dan horizontal -
Indeks
Sefalik
Vertikal:
Chamaecephalic,
Orthocephalic,
Low
Hypsicephalic, Moderate Hypsicephalic, High Hypsicephalic -
Indeks Sefalik Transversal: Tapeiocephalix, Metriocephalic, Acrocephalix.
-
Indeks Sefalik Horizontal: Dolicocephalic, Mesocephalic, Brachycephalix,
Hyperbrachycephalic.9,24
2.5.1 Indeks Sefalik Vertikal Nilai indeks sefalik vertikal didapatkan dengan rumus tinggi kepala : panjang kepala x 100. Dapat pula digambarkan secara sistematis sebagai berikut : Indeks sefalik vertikal
= Tinggi kepala x 100 Panjang kepala
Tabel 1. Klasifikasi Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Vertikal24 Bentuk kepala Indeks sefalik vertikal Chamaecephalic
<57,9
Orthocephalic
58,0-62,9
Low hypsicephalic
63,0-67,9
Moderate hypsicephalic
68-72,9
High hypsicephalic
73>
2.5.2 Indeks Sefalik Transversal Nilai indeks transversal didapatkan dengan rumus tinggi kepala: lebar kepala x 100. Dapat pula digambarkan secara sistematis sebagai berikut:24 Indeks sefalik transversal = Tinggi kepala x 100 Lebar kepala
12
Tabel 2. Klasifikasi Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Transversal24 Bentuk kepala
Indeks sefalik transversal
Tapeiocephalic
<78,9
Metriocephalic
79,0-84,9
Acrocephalic
85>
2.5.3Indeks Sefalik horizontal Nilai indeks sefalik horizontal didapatkan dengan rumus lebar kepala : panjang kepala x 100. Dapat pula digambarkan secara sistematis sebagai berikut : Indeks sefalik horizontal
= Lebar kepala
x 100
Panjang Kepala Tabel 3. Klasifikasi Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Horizontal9,23 Bentuk kepala Indeks sefalik horizontal Dolicocephalic
<74,9
Mesocephalic
75-79,9
Brachycephalic
80,0-84,9
Hyperbrachycephalic
>85
Indeks sefalik ditentukan berdasarkan deskriptif anatomi internasional. Nilai indeks didapatkan dari pengukuran panjang, tinggi, dan lebar kepala.9,24 a. Lebar kepala (diukur jarak antara parietal eminence atau dari eurioneurion) b. Tinggi kepala (diukur dari nation ke gnation) c. Panjang kepala (diukur dari glabella ke inion)
13
Gambar 1. Titik pengukuran lebar kepala dari eurion ke eurion (eu)-(eu)9,24
Gambar 2. Titik pengukuran tinggi kepala dari nation ke gnation (na)-(gn)9,24
14
Gambar 3. Titik pengukuran panjang kepala dari glabella ke inion (g)-(i)9,24 Pengukuran kepala dilakukan setelah palpasi terhadap subjek dalam kondisi istirahat dengan kepala dalam posisi anatomi menggunakan standard acuan anatomi. Sefalik indeks adalah ukuran rasio (dalam persen), dari panjang maksimum kepala dengan lebar maksimum kepala serta tinggi kepala.9
2.6 Pertumbuhan kepala Sewaktu lahir, kepala membentuk sekitar seperempat dari tinggi total tubuh. Pada orang dewasa, kepala membentuk seperdelapan dari tinggi total tubuh. Oleh karena itu, dari lahir sampai maturitas, tubuh tentunya bertumbuh lebih pesat, baik pada proporsi maupun ukuran, dibandingkan kepala. Pada kebanyakan individu, kecepatan umum dari pertumbuhan tubuh mengikuti suatu pola, walaupun ada variasi pada saat tahapan pola yang berbeda. Pada bayi, pertumbuhan berlangsung dengan kecepatan yang relatif tinggi, melambat secara progresif selama masa kanak-kanak untuk mencapai kecepatan minimal pada periode prapubertas. Laju pertumbuhan
15
kemudian meningkat kembali selama pubertas dan akhirnya lambat sampai ke maturitas. Usia kapan tahap-tahap pertumbuhan ini terjadi dan berakhir adalah bervariasi antar individu dan antar jenis kelamin.1 Pertumbuhan kranium dapat ditentukan melalui berbagai pengukuran pada tubuh manusia hidup dengan menggunakan kaliper atau melalui pengukuran antara landmark tertentu pda gambar sinar-X lateral dan frontal standar dari kranium. Ada berbagai titik yang terpilih, yang digunakan untuk membuat garis dan bidang, yang pada beberapa kasus saling berkontak pada sudut yang terletak di dalam atau di luar rangka kraniofasial.25
2.6.1 Tahapan Pertumbuhan Kepala Pertumbuhan cranium manusia terbagi menjadi tiga periode: - Selama masa kehidupan fetus dan sampai tahun ketiga setelah bayi lahir. - Sejak usia 3 tahun sampai akhir dekade pertama kehidupan. - Setelah usia 10 tahun (dekade kesepuluh). Selama periode pertama kehidupan (masa kehidupan fetus sampai usia 3 tahun) pertumbuhan pada sebagian besar sistem sutura berlangsung aktif dan berhubungan dengan pertumbuhan yang cepat dari kondrokranium, otak, bola mata, struktur-struktur telinga dan lingua. Berbagai bagian tulang Oksipital, tulang Temporal dan tulang Spenoid akan bergabung membentuk sebuah tulang pada masa kehidupan dewasa. Penggabungan antara elemen cranialis dan elemen facialis menunjukkan melambatnya pertumbuhan aktif dari sistem sutura craniofacialis.25 Muka bayi relatif lebih lebar akan tetapi dengan adanya pertumbuhan pasca lahir terjadi perubahan proporsi muka, pertumbuhan vertikal lebih banyak, kemudian pertumbuhan tranversal lebih sedikit dan pertumbuhan sagital paling sedikit.26 Selama periode kedua kehidupan (usia 3-10 tahun) pertumbuhan pada sutura berkurang. Selama periode ini, lamina perpendicularis ossis ethmoidalis akan bergabung dengan vomer dan regio pertumbuhan cartilago yang aktif ini terbatas pada synchondrosis spheno-occipitalis dan processus condylaris mandibulae. Pertumbuhan di daerah ini terus berlangsung sampai usia 16 tahun dan mengkontrol
16
pertumbuhan pada sistem sutura lambdoidea dan sutura coronalis sehingga rangka wajah bagian atas yang ditopang oleh segmen anterior, akan terus bertumbuh ke depan dalam hubungannya dengan columna vertebralis. Sedangkan mandibula umumnya akan bertumbuh ke depan dan ke bawah, mempertahankan hubungan rahang yang normal satu terhadap lainnya.25 Selama periode pertumbuhan ketiga (usia 10 tahun sampai dewasa) pertumbuhan pada sistem sutura fasialis menjadi kurang jelas terlihat walaupun biasanya ada sedikit penambahan kecepatan selama periode remaja. Pertumbuhan cartilago condylaris masih tetap aktif tetapi kurang intensif. Sejalan dengan proses deposisi permukaan dari tulang tersebut yang berlangsung tidak lama setelah bayi lahir dan menjadi dominan setelah usia 7 tahun, juga terjadi proses absorpsi internal yang terkoordinasi pada rangka wajah sehingga cavum nasi bertambah tinggi melalui resorpsi tulang permukaan atas palatum durum karena tulang akan terdeposit pada permukaan bawahnya (oral) dan sinus udara akan bertumbuh membesar dan meluas ke tulang-tulang di sekitarnya.25 Pertumbuhan panjang anteroposterior dari bagian depan fossa kranial tergantung pada pertumbuhan di suture spenofrontal, fronto-emoidal dan spenoetmoidal. Kedua suture yang terakhir ini berperan pada pertumbuhan bidang sagital setelah umur 7 tahun. Permukaan dalam tulang frontal dan bidang kribriform berhenti teremodeling pada umur 4 tahun, sehingga menjadi stabil pada 6-7 tahun. Pertumbuhan selanjutnya dari bagian depan dasar kranial (di depan foramen caecum) berhubungan dengan perluasan sinus frontal yang sedang berkembang.15,26 Pertumbuhan post natal pada sinkondrosis speno-osipital merupakan faktor utama yang berperan pada pertumbuhan dasar kranial, yang tetap ada sampai awal kedewasaan. Sinkondrosis speno-osipital merupakan sinkondrosis terakhir yang saling bergabung, dimulai pada permukaan serebral pada remaja putri 12-13 tahun dan putra 14-15 tahun serta berosifikasi sempurna pada permukaan luarnya di usia 20 tahun.26 Variasi merupakan hukum dasar dalam biologi. Wajah manusia sangat bervariasi dibandingkan dengan wajah spesies yang lain. Keadaan ini disebabkan
17
wajah dan tengkorak mengadakan adaptasi yang luar biasa sehubungan dengan bertambah besarnya otak manusia. Terdapat rentang yang besar dalam perbedaan wajah manusia. Pada saat lahir volume ruang otak lebih besar daripada muka tetapi pada umur 6 tahun hampir tidak ada lagi pertumbuhn kranium karena otak telah mencapai ukuran otak orang dewasa.27,28 Pertumbuhan kepala sangat kompleks. Sebelum bayi dilahirkan, pusat-pusat pertumbuhan di kepala sudah bekerja aktif sehingga besar kepala pada saat dilahirkan relatif besar, mendekati besar kepala orang dewasa. Baughan dan Dermijan dalam penelitiannya menemukan bahwa pada usia 6 tahun panjang kepala anak laki-laki sudah mencapai sekitar 92%, sedangkan anak perempuan kira-kira 88% panjang kepala orang dewasa. Tetapi, tinggi badan anak laki-laki pada usia yang sama baru mencapai lebih kurang 65% dan anak perempuan sekitar 63% tinggi badan dewasa.1,29
2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kepala Pertumbuhan kepala sangat dipengaruhi oleh faktor genetik disamping faktorfaktor yang lain yaitu lingkungan, nutrisi, derajat aktivitas fisik serta kesehatan dan penyakit.2 Penelitian terbaru menyatakan bahwa keragaman dalam morfologi kraniofasial dihasilkan oleh interaksi yang kompleks dari variabel lingkungan.30 Kepala adalah struktur yang di desain untuk membawa fungsi, integrasi neural, respirasi, pencernaan, pendengaran, penglihatan, dan bicara. Setiap fungsi ini dilakukan oleh jaringan tertentu di kepala. Peningkatan sistem otot juga berpengaruh dalam
pembentukan
morfologi
kraniofasial
contohnya,
hipermasticatory
(peningkatan pengunyahan) menyebabkan peninggian atap kranium.30 Faktor genetik yang berhubungan dengan pertumbuhan kepala. Analisis data dari suatu populasi berkaitan morfologi kraniofasial menunjukkan basis kranium, tulang temporal, wajah atas, dan seluruh kranium adalah indikator terbaik yang dapat diturunkan dari generasi sebelumnya. Hormon memiliki peran utama dalam mengatur pertumbuhan semua jaringan. Faktor hormon pada sistem endokrin juga mempengaruhi pertumbuhan kepala. Hormon yang mempengaruhi perkembangan kraniofasial
18
termasuk hormon paratyroid, hormon tyroid, dan androgen.30 Ada beberapa hal yang menyebabkan tulang kepala sangat bervariasi, dimana variasi tersebut diturunkan secara genetik, termasuk hubungannya dengan jenis kelamin dan ras. Nutrisi atau diet juga mempengaruhi variasi bentuk kepala. Peralihan dari bentuk dolicocephalic pada populasi pemburu di zaman pre-neolitik kepada bentuk brachycephalic disebabkan oleh pola makan tinggi karbohidrat yang lunak. Temperatur dan ketinggian juga mempengaruhi bentuk kepala. Penelitian menunjukkan populasi manusia di daerah beriklim dingin dan iklim panas mempunyai ukuran kepala yang lebih besar.20,30
2.7 Landasan Teori Antropologi adalah suatu ilmu yang sangat sedikit diminati calon-calon ilmuwan, bahkan di Indonesia sedikit yang mengetahui dan ahli di dalam bidang antropologi. Kajian ini sangatlah luas menyangkut berbagai bidang ilmu, oleh karenanya antropologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya antropologi budaya, antropologi fisik/ragawi (yang sebagian menyebutnya antropolgi biologi), antropologi kesehatan dan berbagai cabang ilmu lainnya. Antropometri adalah sebuah cabang ilmu tentang pengukuran fisik dari variasi dimensi tubuh manusia dan status kesehatan dari populasi tersebut dapat diketahui. Teknik antropometri ini dapat membantu dalam studi tentang asupan nutrisi, konsumsi energi, malnutrisi dan komposisi tubuh. Teknik antropometri juga membantu dalam identifikasi forensik, bedah plastik, arkeologi dan dalam membedakan antar ras dan jenis kelamin. Antropometri digunakan antara lain untuk melakukan penelitian dan membandingkan secara fisik antara satu manusia dengan manusia yang lain. Hal itu dimungkinkan karena walaupun satu spesies, manusia mempunyai variasi perbedaan yang memungkinkan adanya pengelompokan rasial, suku bangsa, disamping adanya perbedaan umur dan jenis kelamin. Antropometri telah banyak dilakukan dalam kedokteran gigi, seperti pengukuran bagian-bagian kepala, pengukuran gigi dalam berbagai dimensi. Antropologi pertumbuhan dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan
19
post-natal, mendeteksi kelainan, meramal pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa. Antropometri kepala terdiri atas sefalometri dan kraniometri. Kraniometri merupakan pengukuran pada tulang kranium. Sedangkan sefalometri adalah studi tentang morfologi kepala dan pengukuran pada kepala manusia yang masih hidup atau kepala korban yang masih mempunyai jaringan lunak. Pengukuran kepala dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu untuk mengetahui ukuran seperti panjang lingkaran kepala, lebar kepala, panjang kepala, jarak dari kedua mata, dimensi hidung, bibir, telinga dan sebagainya untuk perbandingan populasi. Agar dapat melihat perbedaan manusia secara lebih teliti, antropologi ragawi telah menciptakan indeks, diantaranya adalah indeks sefalik. Indeks sefalik merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan kraniofasial dengan variasi manusia, yang telah lama digunakan untuk berbagai kelompok ras antropologi fisik. Indeks sefalik merupakan parameter penting dalam mengevaluasi perbedaan ras dan jenis kelamin. Oleh karena itu, informasi terperinci dari suatu data populasi merupakan hal penting dalam studi dan perbandingan untuk menilai pertumbuhan dan pengembangan individu serta berguna dalam diagnosis kelainan bentuk dan ukuran tengkorak kepala. Indeks sefalik juga memberikan gambaran tentang bagaimana karakter genetik yang diturunkan antara orang tua, keturunan dan saudara. Dengan adanya indeks ini lebih mudah untuk mengelompokkan manusia ke dalam golongan yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Pengukuran indeks sefalik dibagi menjadi 3 yaitu pengukuran secara vertikal, transversal dan horizontal -
Indeks
Sefalik
Vertikal:
Chamaecephalic,
Orthocephalic,
Low
Hypsicephalic, Moderate Hypsicephalic, High Hypsicephalic -
Indeks Sefalik Transversal: Tapeiocephalix, Metriocephalic, Acrocephalix.
-
Indeks Sefalik Horizontal: Dolicocephalic, Mesocephalic, Brachycephalix, Hyperbrachycephalic. Indeks sefalik ditentukan berdasarkan deskriptif anatomi internasional. Nilai
indeks didapatkan dari pengukuran panjang, tinggi, dan lebar kepala. - Lebar kepala (diukur jarak antara parietal eminence atau dari eurion-eurion)
20
- Tinggi kepala (diukur dari nation ke gnation) - Panjang kepala (diukur dari glabela ke inion) Perubahan morfologi dan pertumbuhan yang sebenarnya pada setiap individu terjadi diusia 8-17 tahun dan setelah usia tersebut perubahan morfologi dan pertumbuhan tidak terjadi lagi. Pola pertumbuhan kepala sangat bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin, dan rata-rata berhenti pada usia maturitas yaitu 18-20 tahun. Pertumbuhan kepala sangat dipengaruhi oleh faktor genetik disamping faktor-faktor yang lain yaitu lingkungan, nutrisi, derajat aktivitas fisik serta kesehatan dan penyakit. Penelitian terbaru menyatakan bahwa keragaman dalam morfologi kraniofasial dihasilkan oleh interaksi yang kompleks dari variabel lingkungan. Ada beberapa hal yang menyebabkan tulang kepala sangat bervariasi, dimana variasi tersebut diturunkan secara genetik, termasuk hubungannya dengan jenis kelamin dan ras.
21
2.8 Kerangka Konsep Antropometri (studi pengukuran tubuh manusia)
Antropometri Kraniofasial : Variasi Bentuk Kepala
Deutro Melayu
7-9 Tahun 10-12 Tahun
7-18 Tahun
13-15 Tahun 16-18 Tahun
Indeks Sefalik Horizontal
Indeks Sefalik vertikal
Indeks Sefalik transversal
Lebar kepala (parietal eminence)
Tinggi kepala (nasiongnation)
Tinggi kepala (nasiongnation)
Panjang kepala (glabellainion)
Panjang kepala (glabellainion)
Lebar kepala (parietal eminence)
Perbedaan nilai indeks sefalik?