BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Berat Bayi Lahir Kania
(2004)
mengatakan,
pertumbuhan
pada
masa
janin
merupakan
pertumbuhan yang paling pesat yang dialami seseorang dalam hidupnya. Janin tumbuh dari berat 0,0000175 gram menjadi 3700 gram, dan panjang badan 0,001 menjadi 50 cm. Suatu kelahiran matur biasanya akan berlangsung selama 280 hari atau 10 bulan Arab (lunar monash) atau 40 minggu yang dihitung dari hari pertama mendapat haid terakhir. Dan untuk Indonesia , kriteria janin cukup bulan boleh di kategorikan sebagai berikut : 1. Cukup bulan, dalam kandungan yang lamanya 40 minggu 2. Sehat dan sempurna, tumbuh dengan panjang 48–50 cm dan berat badan 2750– 3000 gram (Mochtar, 1998).
Pada tabel dibawah ini dapat kita lihat pertambahan berat dan panjang janin selama kehamilan sampai usia kehamilan ibu 10 bulan.
Tabel 2.1. Rumus HAASE untuk panjang fetus Umur Kehamilan Panjang Fetus Berat badan 1 bulan 1x1=2 cm 2 bulan 2x2=4 cm 5 gr 3 bulan 3x3=9 cm 15 gr 4 bulan 4x4=16 cm 120 gr 5 bulan 5x5=25 cm 280 gr 6 bulan 6x5=30 cm 600 gr 7 bulan 7x5=35 cm 1000 gr 8 bulan 8x5=40 cm 1800 gr 9 bulan 9x5=45 cm 2500 gr 10 bulan 10x5=50 cm 3000 gr (sumber: Sinopsis Obstetri, 1998)
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini di sebabkan masih tingginya angka kematian ferinatal dan neonatal karena masih banyak bayi
Universitas Sumatera Utara
yang di lahirkan dengan berat badan lahir yang rendah. Menurut Sondari (2006) berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi baru lahir dengan berat kurang dari 2500 gram.
WHO (1961) mengganti istilah bayi prematur dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), karena di sadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang 2500 gram pada waktu lahir bukan bayi prematur. 1. Prematuritas murni adalah bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai. 2. Small for date (SFD) atau Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK) adalah bayi yang berat badan nya kurang dari seharusnya umur kehamilan. 3. Retardasi petumbuhan janin intrauterin adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. 4. Light for date sama dengan small for date. 5. Dismaturitas adalah suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan. Atau bayi–bayi yang lahir dengan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Atau bayi dengan gejala intrautrine malnutrition or wasting. 6. Large for date adalah bayi yang di lahirkan lebih besar dari seharusnya tua kehamilan, misalnya diabetes melitus (Mochtar, 1998).
Kematian prenatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Sehingga, sangat perlu bagi kita untuk mencegah terjadinya BBLR dengan melakukan perawatan yang baik pada saat kehamilan (Mochtar, 1998) dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir.
2.2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir antara lain sebagai berikut : a. Usia Ibu hamil Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, dua sampai empat kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus, 1999 dalam Setianingrum, 2005). Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan (Setianingrum, 2005).
Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan (Sitorus, 1999 dalam Setianingrum, 2005).
Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30 tahun (Setianingrum, 2005).
b. Jarak Kehamilan/Kelahiran Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Menurut Sitorus (1999) dalam Setianingrum (2005) bahwa risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.
c. Paritas Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun melintang (Setianingrum, 2005).
d. Kadar Hemoglobin (Hb) Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut Sitorus (1999) dalam Setianingrum (2005) seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Data Depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2002). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin (Setianingrum, 2005).
e. Status Gizi Ibu Hamil Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan
janin
yang
sedang
dikandung
(Pudjiadi,
2003
dalam
Setianingrum, 2005 ).
Universitas Sumatera Utara
Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan (Setianingrum, 2005).
Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil (Setianingrum, 2005).
f. Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2000 dalam Setianingrum, 2005).
Menurut Sitorus (1999) dalam Setianingrum (2005) Pemeriksaan kehamilan harus dilakukan secara berkala, yaitu : 1) Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu 2) Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28–36 minggu 3) Setiap minggu atau satu kali seminggu selama kehamilan 36 minggu sampai masa melahirkan. Selain dari waktu yang telah ditentukan di atas ibu harus memeriksakan diri apabila terdapat keluhan lain yang merupakan kelainan yang ditemukan.
Universitas Sumatera Utara
g. Penyakit Saat Kehamilan Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH.
Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup produksi insulin/tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi (Sitorus, 1999 dalam Setianingrum, 2005). Sudoyo, dkk (2006) mengatakan, diabetes gestational adalah diabetes yang timbul selama masa kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.
Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Sitorus, 1999 dalam Setianingrum, 2005).
Selain yang tersebut diatas beberapa penyakit yang berpengaruh buruk pada janin diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung, ginjal, asma, kencing manis. Oleh karena itu dianjurkan sebelum dan selama hamil ibu memeriksakan kesehatannya secara teratur (Kusumawati, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung / eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut : a.Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal. b.Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil (Setianingrum, 2005).
2.3. Berat Badan Ibu Hamil Penambahan
berat
badan
ibu
semasa
kehamilan
menggambarkan
laju
pertumbuhan janin dalam kandungan. Pada usia kehamilan trimester I laju pertambahan berat badan ibu belum tampak nyata karena pertumbuhan janin belum pesat, tetapi memasuki usia kehamilan trimester II laju pertumbuhan janin mulai pesat dan pertambahan berat badan ibu juga mulai pesat (Moehji, 2003 dalam Setianingrum, 2005).
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, pertambahan berat badan selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya resiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, atau anak besar (Hidayati, 2009).
Kenaikan berat badan badan wanita hamil yang baik selama kehamilan adalah 1012,5 kg, supaya pada saat lahir berat badan bayi tidak rendah. Berat badan bayi rendah selain menyebabkan tingginya jumlah bayi yang sakit/meninggal, juga lebih beresiko buruk terhadap tumbuh kembang anak selanjutnya. Untuk mencapai hal tersebut dianjurkan pada ibu hamil untuk meningkatkan kalori makanan yang dimakan dengan tambahan sekitar satu porsi makanan lebih banyak daripada sebelum hamil dan juga yang mengandung gizi lengkap (Kusumawati, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mochtar (1998) sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat di ukur dengan bedasarkan kenaikan berat badannya. Kenaikan berat badan rata- rata antara 6,5 sampai 16 kg (10-12 kg). Kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan ibu turun setelah kehamilan triwulan kedua, haruslah menjadi perhatian.
Depkes RI (2000), menganjurkan kenaikan normal bagi ibu hamil sebesar 7-12 kg. Perlu diketahui bahwa bertambahnya berat karena hasil konsepsi yaitu janin, plasenta, dan cairan omnii. Selain itu alat-alat reproduksi ibu seperti rahim dan payudara membesar, volume darah bertambah juga mempengaruhi bertambahnya berat badan ibu pada saat hamil.
Di dalam tabel di bawah ini dapat dilihat dengan jelas kenaikan berat badan ibu selama kehamilan.
Tabel 2.2. Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan Komponen Minggu ke 10 Minggu ke 20 Minggu ke 30 Minggu ke 40 Feetus 5 gr 300 gr 1500 gr 3300 gr Plasenta 20 gr 170 gr 430 gr 650 gr Amnion 30 gr 250 gr 600 gr 800 gr Uterus 135 gr 585 gr 810 gr 900 gr Gland mamae 34 gr 180 gr 360 gr 405 gr Darah ibu 100 gr 600 gr 1300 gr 1250 gr Lain lain 326 gr 1915 gr 350 gr 5195 gr Total 650 gr 4000 gr 8500 gr 12500 gr (dikutip dari: WHO Nutritional and Pregnancy, Tehnical Report. Series No. 302 tahun 1995 dalam Setianingrum, 2005).
2.4. Adaptasi Fisik Selama Kehamilan 2.4.1. Perubahan Sistem Reproduksi a. Uterus Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1.000 gram saat akhir kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan pada isthmus uteri menjadi lebih panjang dan lunak., sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapar saling sentuh. Perlunakan isthmus disebut tanda hegar (Hidayati, 2009).
b. Serviks Terjadi perubahan warna dan konsistensi (Hidayati, 2009).
c. Vagina dan Vulva Organ vagina dan vulva mengalami peningkatan sirkulasi darah karena pengaruh estrogen, sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwiks) (Hidayati, 2009).
d. Ovarium Terjadi kehamilan indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu (Hidayati, 2009).
e. Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron dan somatomamtropin. Pembentukan payudara akan terasa lebih lembut, kenyal dan berisi, serta jalur-jalur pembuluh darah di sekitar wilayah dada akan lebih terlihat jelas dari biasanya, hal ini untuk persiapan saat menyusui (Hidayati, 2009).
f. Fungsi Hormon 1.Estrogen akan
menimbulkan
hipertrofi sistem saluran payudara dan
menimbulkan pertumbuhan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak makin besar. 2.Progesteron untuk mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi dan menambah jumlah asinus.
Universitas Sumatera Utara
3.Somatomammotropin akan mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Mengakibatkan penimbunan lemak sekitar alveolus payudara dan merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan (Hidayati, 2009).
2.4.2. Perubahan Sistem Sirkulasi Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini. a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. b. Terjadi hubungan langsung antada arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter. c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron (Hidayati, 2009).
Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, antara lain sebagai berikut: a. Volume Darah Volume darah semakin meningkat, di mana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu.
Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur kehamilan 16 minggu. Oleh karena itu, pengidap penyakit jantungharus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima (Hidayati, 2009).
b. Sel Darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam darah, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Protein darah dalam bentuk albumin dan gammaglobulin dapat menurun pada trimester pertama, sedangkan fibrinogen meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Pada
postpartum
dengan
terjadinya
hemokonsentrasi
dapat
terjadi
tromboplebitis. Anemia atau kurang darah terjadi karena kebutuhan darah pada saat kehamilan adalah lebih besar sekitar dua atau tiga kali lipat dari biasanya (Hidayati, 2009).
2.4.3. Perubahan Sistem Respirasi Selama priode kehamilan, sistem respirasi mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang semakin meningkat. Disamping itu juga terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim. Ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20-25% dari biasanya. Sesak nafas dan pernapasan yang cepat akan membuat ibu hamil merasa lelah, hal ini dikarenakan saat kehamilan kerja jantung dan paru-paru menjadi lebih berat (Hidayati, 2009).
2.4.4. Perubahan pada Sistem Pencernaan Selama priode kehamilan metabolisme tubuh ibu mengalami perubahan yang mendasar, di mana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI. Perubahan metabolisme pada saat hamil antara lain: a. Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula, terutama trimester ketiga. b. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter menjadi 145 mEq per liter karena hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin. c. Kebutuhan protein meningkat untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, serta persiapan laktasi. d. Kebutuhan kalori bisa didapatkan dari karbohdrat, lemak dan protein. e. Kebutuhan zat mineral seperti kalsium, fosfor, zat besi dan air. f. Berat badan ibu hamil bertambah (Hidayati, 2009).
Universitas Sumatera Utara
2.4.5. Perubahan Traktus Urinarius Pengaruh desakan hamil muda atau pembesaran rahim sering dengan bertambahya usia kehamilan yang menekan kandung kemih dan turunnya kepala bayi pada hamil tua akan menyebabkan gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih (Hidayati, 2009).
2.4.6. Perubahan Integumen Perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH), pengruh lobus hipofisis anterior, dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum lividae atau alba, aerola mamae, papila mamae, linea nigra, dan pipi. Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang (Hidayati, 2009).
Perubahan kondisi kulit yang berubah terbalik dari keadaan semula, yang biasanya kulit kering, maka kini akan menjadi berminyak, begitu pula sebaliknya. Hal ini terajdi karena adanya perubahan hormon didalam tubuh ibu hamil. Rambut menjadi lebih kering atau berminyak karena adanya perubahan hormon (Hidayati, 2009).
2.5. Gizi Dalam Kehamilan Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktivitas. Kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorbsi dan penyakit infeksi (Depkes RI, 2000).
Dalam masa kehamilan, kebutuhan zat gizi meningkat untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, pemeliharaan dan kesehatan ibu, serta persediaan untuk masa laktasi, baik untuk janin maupun ibu. Paling terpenting bukan jumlahnya tetapi mutu makanannya. Makanan harus seimbang dan mengandung semua zat gizi.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat hamil, makanan yang paling perlu adalah
makanan yang banyak
mengandung zat pembangun, vitamin, dan mineral (zat besi dan kalsium) (Saminem, 2008).
Kekurangan nutirsi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inertia uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis, dan lain-lain. Sedangkan makanan berlebihan, karena dianggap untuk dua orang yaitu ibu dan janin, dapat mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre-eklamsia, janin besar, dan sebagainya (Mochtar, 1998).
Tabel 2.3. Kebutuhan Zat Gizi Selama Kehamilan dan Masa Laktasi Kalori Protein Garam Garam Vit.A Vit.B Vit.c (g) dapur (g) besi (mg) (IU) (mg) (mg) Wanita dewasa 47 0,6 12 4.000 0,7 60 2000 kalori Wanita hamil 67 1,2 17 5.000 0,9 90 2300 kalori Wanita 87 1,2 17 6.000 1,1 90 menyusui 2800 kalori (Dikutip dari: Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal, 2008)
a) Kalori Sumber kalori utama adalah hidrat arang dan lemak. Bahan makanan yang bnyak mengandung hidrat arang adalah golongan padi–padian, umbi–umbian, dll. Selain sebagai sumber tenaga, bahan makanan yang tergolong padi–padian merupakan sumber protein, zat besi, fosfor dan vitamin (Saminem, 2008).
Pada kehamilan trimester III, nafsu makan meningkat sehingga ada kecendrungan wanita hamil lebih bnyak makan. Akibatnya, jumlah kalori yang dimakan menjadi terlalu banyak. Keadan ini menyebabkan badan menjadi terlalu gemuk dan kurang baik pengaruhnya terhadap kehamilan. Pada kehamilan trimester III, kenaikan berat badan setiap minggu hendak nya tidak melebihi 500 gram (Saminem, 2008).
Universitas Sumatera Utara
b) Protein Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan bagian tubuh. Kekurangan protein dalam makanan ibu hamil mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal. Sumber zat protein yang berkualitas tinggi adalah susu (Saminem, 2008).
c) Lemak Lemak merupakan sumber kalori. Lemak penting untuk memperoleh jenis vitamin yang larut dalam lemak, misalnya vitamin A (Saminem, 2008).
d) Mineral Selama proses pertumbuhan, sangat diperlukan berbagai mineral, misalnya kalsium dan fosfor untuk pertumbuhan tulang. Zat besi diperlukan untuk pembentukan darah (Saminem, 2008).
e) Kalsium garam dapur Garan dapur bersama dengan garam fosfor diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi janin. Dengan demikian, keadaan garam dapur ibu terkuras sehingga gigi ibu akan rusak dan tulangnya rapuh. Garam dapur banyak terdapat pada susu. Bahan makanan lainnya adalah teri kering, kacangkacangan, daun melinjo, dan bayam (Saminem, 2008).
f) Zat besi Zat besi diperlukan untuk pembentukan darah. Pada saat hamil, keperluan zat besi sangat meningkat untuk pembentukan darah janin dan persediaan bayi selama masa laktasi (Saminem, 2008).
g) Vitamin Dalam berbagai proses tubuh, berbagai macam vitamin berperan penting dan merupakan zat yang mutlak diperlukan. Dalam proses pertumbuhan janin, kebutuhan terhadap zat vitamin selama proses hamil meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya vitamin A (penting untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup), vitamin B kompleks (memegang peranan esensial dalam transformasi energi, konduksi membran dan saraf serta dalam sintesis pentosa dan bentuk koenzim tereduksi dari niasin) dan vitamin C (mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh,sebagai koenzim atau kofaktor) (Almatsier, 2004).
2.6. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu saat Hamil dengan Berat Bayi Lahir Masalah BBLR terkait dengan kondisi kesehatan ibu saat hamil, termasuk kondisi staus gizinya yang menggambarkan konsumsi energi dan protein yang tidak adekuat. Berat bayi lahir merupakan cerminan dari staus kesehatan dan gizi selama hamil serta pelayanan antenatal yang diterima ibu. Gizi ibu yang buruk sebelum kehmilan maupun pada wanita sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati dan menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu, BBLR dapat pula menyebabkan hambatan pertumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir, dan mudah terkena infeksi (Soetjiningsih, 1998 dalam Kusumawati, 2004).
Faktor–faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian bayi lahir khususnya bayi dengan BBLR, ada hubungannya dengan karakteristik sosial ekonomi (pendidikan ibu, pengetahuan gizi ibu, pekerjaan ibu, status ekonomi), biomedis ibu dan riwayat persalinan (umur ibu, urutan anak, keguguran/lahir mati) dan pelayanan antenatal (frekuensi pemeriksaan hamil, tenaga periksa hamil, umur kandungan saat pemeriksaan kehamilan) yang mana dengan terpenuhinya kebutuhan semua itu akan berkaitan erat dengan status gizi ibu hamil an akan berakibat pada anak yang akan dilahirkan (Yakubavich, 1998 dalam Kusumawati, 2004).
Menurut Moor (2000:15) dalam Setianingrum (2005) berat badan ibu sebelum kehamilan sangat mempengaruhi hasil dari kehamilan tersebut. Wanita yang berta badannya kurang sebelum kehamilan cenderung akan melahirkan lebih cepat (prematur) dan melahirkan BBLR, dan resiko melahirkan BBLR meningkat pada kenaikan berar badan yang kurang selama kehamilan. Kenaikan berat badan ibu
Universitas Sumatera Utara
selama kehamilan berhubungan langsung dengan berat badan bayinya, dan risiko melahirkan BBLR meningkat dengan kurangnya kenaikan berat badan selama kehamilan (Moor, 2002 dalam Setianingrum, 2005). Dari seluruh pembahasan diatas, untuk sementara dapat disimpulkan bahwa sebenarnya ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan ibu saat hamil dengan berat bayi yang akan dilahirkannya.
Universitas Sumatera Utara