ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Definisi Demografi Data dan analisis yang berkaitan dengan bidang kependudukan memegang
peranan yang penting dalam perencanaan pembangunan baik daerah maupun pusat.
Semakin
akurat
dan
lengkap
analisis
tentang masalah
seputar
kependudukan akan semakin mempermudah pemerintah sebagai pembuat kebijakan dalam mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya kajian demografi yang mendalam untuk dapat menyelesaikan permasalahan di bidang kependudukan, salah satunya adalah menekan Angka Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan Multilingual Demographic Dictionary (IUSPP, 1982), definisi dari demografi adalah ilmu atau kajian yang mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah, struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya (perubahannya). Sedangkan pengertian menurut Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959) adalah ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran, territorial dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak territorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status). Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa demografi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Strukstur penduduk
18 SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
meliputi : jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah, ubah, dan perubahan perubahan tersebut disebabkan karena pro proses demografi, yaitu : kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk. (Mantra, 2009:2)
Geografi Sosial
Antropologi Sosial
Demografi
Sosiologi
Sumber. Demografi Umum (Mantra, 2009:4) Gambar 2.1 Demografi dalam kajian ilmu-ilmu ilmu lain (terutama ilmu-ilmu sosial) Kajian demografi bersifat ber analisis kualitatif, dan karena arena sifatnya tersebut maka demografi sering disebut dengan statistik penduduk. Dalam penjabaran analisis secara mendalam, kajian demografi biasanya diampu oleh ahli ahli-ahli ilmu lain terutama ilmu-ilmu ilmu sosial yaitu ilmu yang orientasi pembahasannya adalah manusia (men men oriented), oriented), seperti sosiologi, ekonomi, dan biologi (Yaukey, 1990). Kajian demografi erat kaitannya dengan cabang-cabang cabang cabang ilmu lainnya terutama yang berkaitan dengan permasalahan masyarakat. masya Berdasarkan uraian tersebut,
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
maka cabang kajian demografi dapat menjadi kompleks tergantung permasalahan atau kajian ilmu lain yang ikut dikaitkan. 2.1.2
Definisi Mortalitas Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen proses
demograsi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Dengan memperhatikan trend dari tingkat mortalitas dan fertilitas di masa lampau dan estimasi perkembangan di masa mendatang dapatlah dibuat sebuah proyeksi penduduk wilayah bersangkutan (Mantra, 2009:91).Definisi lain tentang tingkat kematian (death rates) yaitu jumlah orang yang meninggal setiap 1.000 penduduk per tahun.Di negara-negara Dunia Ketiga tingkat kematiannya relatif tinggi jikadibandingkan dengan di negara-negara maju. (Todaro, 2006:77) Yang dimaksud dengan mati adalah peristiwa hilangnya semua tandatanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (Budi Utomo, 1985). Keadaan “mati” hanya bisa terjadi kalau sudah terjadi kelahiran hidup. Dengan demikian keadaan mati selalu didahului oleh keadaan hidup. Dengan kata lain, mati tidak pernah ada kalau tidak ada kehidupan. Sedangkan hidup selalu dimulai dengan lahir hidup (live birth). Berdasarkan Peter McDonald (1982) peristiwa kematian dibedakan menjadi 2, yaitu kematian yang terjadi di dalam rahim (intra uterin) dan kematian di luar rahim (extra uterin). Definisi yang tepat dalam analisis Angka Kematian
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
Bayi (AKB) lebih menjurus pada pengertian kematian yang terjadi di luar rahim (extra uterin). Selanjutnya jenis kematian bayi yang terjadi di luar Rahim (extra uterin) dibedakan atas : 1. Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari Rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan. 2. Kematian baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum berumur satu bulan tetapi kurang dari satu tahun. 3. Kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi setelah berumur satu bulan tetapi kurang dari satu tahun. 4. Kematian bayi (infant mortality) adalah kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang dari satu tahun. (Mantra, 2009:93) 2.1.3
Teori Transisi Demografi Teori transisi demografi atau teori transisi vital telah dikembangkan oleh
Warren Thompson dan Frank Notenstein (Chester Bland and D.E. Lee, 1976). Pada dasarnya teori ini menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi dimana pertumbuhan penduduk sama dengan nol atau sangat rendah. Proses penurunan tingkat fertilitas sampai terciptanya tingkat penggantian penduduk / replacement (dengan program Keluarga Berencana) disebut dengan konsep Transisi demografi (demographic transition).Hal initerjadi karena tingkat fertilitas dan mortalitas yang sama-sama tinggi berubahmenjadi tingkat fertilitas dan mortalitas yang sama-sama rendah. Teori TransisiDemografi merupakan teori yang menjelaskan perubahanperubahan pada tingkatkelahiran dan kematian yang dimulai dari tingkat kelahiran
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
dan kematian yangtinggi, berangsur-angsur menjadi tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah(Mantra, 2003: 41). Pada dasarnya teori transisi demografi ini menerangkanmengapa hampir semua negara berkembang dan negara maju, khususnya Negara maju di negara-negara Eropa Barat melewati sejarah populasi modern yang terdiridari tiga tahapan besar (Todaro dan Smith, 2006: 325)
Sumber : Mantra, 2004: 42 Gambar 2.2 Kurva Transisi Demografi Pada Gambar 2.2 diatas, menunjukkan kurva transisi demografi, unsur waktu untuk berbagai tahapan ditunjukkan pada garis horizontal, dan angkakelahiran serta angka kematian pada garis vertikal. Bogue (1969) dalam Mantra(2008:41) menjelaskan tahap-tahap dalam kurva transisi demografi seperti yang digambarkan pada Gambar 2.1 yaitu:
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
1. Tahap Pra-transisi (Pre-transitional) dari A hingga B, yang mempunyai ciriciri tingkat kelahiran dan tingkat kematian sama-sama tinggi. Angka pertumbuhan penduduk alami sangat rendah (mendekati nol). Tahapan ini terjadi sebelum modernisasi dalam pertumbuhan ekonomi. Penyebabnya adalah angka kelahiran yang tinggi, tetapi angka kematiannya juga tinggi. 2. Tahap Transisi (Transitional) dari B ke E, yang mempunyai ciri-ciri terjadi penurunan pada tingkat kelahiran dan kematian dimana tingkat kematian lebih rendah daripada tingkat kelahiran. Hal inimengakibatkan tingkat pertumbuhan alami menjadi sedang atau tinggi. Pada transisi ke dua ini dibagi lagi menjadi tiga tahap yaitu : a. Permulaan transisi (early transitional) dari B ke C, dengan ciri-ciri tingkat kematian menurun, tetapi tingkat kelahiran tinggi, bahkan memiliki tren yang meningkat. b. Pertengahan transisi (mid-transitional) dari C ke D, dengan ciri-ciri tingkat kelahiran dan kematian sama-sama menurun, tetapi tingkat kematian mengalami penurunan lebih cepat daripada tingkat kelahiran. c. Akhir transisi (late transitional) dari D ke E, dengan ciri-ciri tingkat kematian rendah dan tidak berubah atau menurun tetapi hanya sedikit, sedangkan angka kelahiran cenderung menurun. 3. Tahap Pasca Transisi (Post-transitional)dari E ke F, yang mempunyai ciri-ciri tingkat kematian dan tingkat kelahiran sama-sama rendah sehingga tingkat kelahiran dan kematian mendekati keseimbangan. Pertumbuhan penduduk alami amat rendah dalam jangka waktu yang panjang.
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Teori pembangunan
transisi
demografi
ekonomi
pada
menjelaskan penurunan
dampak fertilitas
24
kemajuan (kelahiran)
dalam dan
mortalitas(kematian). Teori ini menerangkan mengapa suatu masyarakat mengalamiperubahan dari angka kelahiran dan angka kematian yang tinggi ke angkakelahiran dan angka kematian yang rendah. Teori ini berupaya memperlihatkanbahwa kemajuan dalam pembangunan ekonomi mempunyai sumbangan pentingdalam transisi kelahiran dan kematian, terutama dalam menurunkan AngkaKematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) (Todaro dan Smith, 2003:303-306). 2.1.4
DefinisiAngka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi (AKB) dapatdidefinisikan sebagai kematian yang
terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun per 1000 kelahiran hidup (BPS, 2003 dalam Yulifah dan Yuswanto, 2009), sedangkan menurut McKenzie (2007) angka kematian bayi adalah jumlah kematian penduduk berumur kurang dari satu tahun yang dicatat selama satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Definisi lain menyebutkan bahwa angka kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu (BPS, 2005). Angka kematian bayi (AKB) atau InfantMortality Rate (IMR) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, sehingga program-program kesehatan banyak yang menitikberatkan pada upaya penurunan AKB, dimana AKB merujuk pada jumlah bayi yang meninggal antara fase kelahiran hingga bayi bayi berumur kurang dari 1 tahun per 1000 kelahiran
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
hidup (Dinkes Jatim, 2009). Mantra (2009:100) juga menjelaskan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang sangat berguna tidak saja terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap ststus penduduk keseluruhan dan kondisi ekonomi dimana penduduk tersebut bertempat tinggal. Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan (Sitorus, 2009). Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang meninggal disbanding 1000 kelahiran hidup dalam periode tertentu. Namun, sebenarnya arti dari AKB adalah : (Wiryo. H., 2001) 1. Menggambarkan derajat kesehatan dan kesejahteraan. 2. Merupakan tolok ukur tingginya derajat kesehatan dan kesejahteraan. 3. Berhubungan langsung dengan fertilitas. 4. Menggambarkan pemerataan pendapatan. Angka kematian merupakan indikator yang diakui sangat sensitif untuk menilai keberhasilan pembangunan terutama pada sektor kesehatan. Angka kematian yang biasa digunakan sebagai indikator status kesehatan adalah angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian anak usia balita (AKA). Angka kematian bayi sering kali dianggap sebagai indikator umum dari pembangunan sosial dan secara khusus sebagai indikator status kesehatan (Irianto, dkk, 2003). Berikut adalah rumus dalam menghitung Angka Kematian Bayi berdasarkan tahun tertentu. (Mantra. 2009:98)
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Rumusnya:
AKB =
ୟ୬୷ୟ୩୬୷ୟ୩ୣ୫ ୟ୲୧ୟ୬ୠୟ୷୧(ୢ୧ୠୟ୵ ୟ୦୳ୱ୧ୟଵ୲ୟ୦୳୬)ୱୣ୪ୟ୫ ୟ ୲ୟ୦୳୬୲ୣ୰୲ୣ୬୲୳ x ୠୟ୬୷ୟ୩୬୷ୟ୩ୣ୪ୟ୦୧୰ୟ୬୦୧ୢ୳୮୮ୟୢୟ୲ୟ୦୳୬୲ୣ୰୲ୣ୬୲୳
1000
Perhitungan angka kematian bayi mempunyai cara yang berbeda dengan cara perhitungan angka kematian golongan usia yang lain. Hal ini dikarenakan pada bagian penyebut tidak digunakan angka kematian golongan usia dan jumlah penduduk pertengahan tahun, akan tetapi digunakan jumlah lahir hidup. Hal ini disebabkan perhitungan jumlah tahun hidup pada bayi sulit dilakukan karena umumnya kematian bayi tidak merata sepanjang tahun (McKenzie, dkk, 2007). Data mengenai jumlah anak yang lahir jarang tersedia dari pencatatan atau registrasi kependudukan, sehingga sering dibuat perhitungan atau estimasi tidak langsung dengan program “Mortpak 4”. Program ini menghitung angka kematian bayi berdasarkan data mengenai jumlah anak yang dilahirkan hidup (ALH) atau Children Ever Born (CEB) dan jumlah anak yang masih hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL). Hasil dari perhitungan dengan metode tersebut hanya menggambarkan besarnya tingkat kematian bayi pada tahun tertentu dan tidak bisa menggambarkan besaran angka kematian bayi di masa mendatang (BPS, 2006). Di Indonesia, angka kematian bayi dapat diperoleh melalui dua cara,, yaitu laporan masyarakat dan penemuan oleh petugas kesehatan sendiri yang selanjutnya dicatat dalam registrasi kesehatan yang ada serta secara statistik dari data sensus atau survey yang kemudian diolah oleh Badan Pusat Statistik. Cara yang kedua inilah yang selanjutnya dijadikan sebagai angka resmi nasional,
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
mengingat tidak semua lapisan masyarakat terjangkau oleh laporan kesehatan serta masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan kejadian yang ada berkaitan dengn angka kematian bayi. 2.1.5
Manfaat Analisis Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Angka ini sangat sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan (LDFEUI, 2004).Angka kematian bayi merupakan indikator yang sangat berguna, tidak saja terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk keseluruhan dan kondisi ekonomi dimana penduduk tersebut tinggal (Mantra, 2006). Penurunan angka kematian bayi secara tidak langsung menjadi salah satu indikator terhadap penurunan angka kemiskinan di suatu daerah. Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan disuatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orangtua si bayi. Kemampuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya angka kematian bayi.Angka kematian bayi digunakan sebagai indikator untuk mengukur keberhasilanpembangunan kesehatan serta kondisi sosial masyarakat. Berdasarkan kesimpulan tersebut angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua intervensi yang dilakukan pemerintah khususnya di bidang kesehatan (Sitorus, 2009).
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
Angka kematian bayi tidak hanya merefleksikan besarnya masalah kesehatan yang bertanggungjawab langsung terhadap kematian bayi, seperti diare, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), gizi buruk, penyakit-penyakit infeksi spesifik dan kondisi prenatal, tetapi juga merefleksikan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan secara umum tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat (Mantra, 2009:100). Angka kematian bayi merupakan ukuran penting dari kesejahteraan bayi, anak-anak dan wanita hamil karena terkait dengan berbagai faktor, seperti kesehatan ibu, kualitas dan akses keperawatan medis, kondisi sosial ekonomi dan praktek kesehatan masyarakat (Medterms, 2004). Kegunaan lain dari angka kematian bayi adalah sebagai alat monitoring situasi kesehatan, sebagai input perhitungan
proyeksi
penduduk,
serta
dapat
juga
dipakai
untuk
mengidentifikasikan kelompok penduduk yang mempunyai resiko kematian tinggi (SDKI, 2004). Kematian bayi sangat berkaitan dengan kondisi kehamilan ibu, pertolongan persalinan yang aman dan perawatan bayi baru lahir. Penyebab langsung kematian bayi baru lahir adalah infeksi atau bayi lahir dengan berat badan rendah. Beberapa penyebab tidak langsung antara lain disebabkan faktorfaktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar, misalnya tingkat pendidikan ibu yang masih rendah, tingkat sosial ekonomi yang rendah, serta keadaan sosial budaya yang tidak mendukung gizi ibu hamil. Faktor lain tidak langsung juga mencakup jumlah sarana dan pelayanan kesehatan pada saat persalinan dan setelah bayi lahir.
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan penduduk dalam hal kualitas fisik, salah satu indikator utamanya adalah angka kematian bayi (AKB). AKB didefinisikan sebagai banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. (Mantra, 2009:98). 2.1.6
PenyebabEndogen dan Eksogen dari Kematian Bayi Berdasarkan inti sari dari tulisan Budi Utomo (1985) dalam makalah
dengan judul “Mortalitas: Pengertian dan Contoh di Indonesia”, dijelaskan bahwa kematian pada bayi memerlukan perhatian sendiri. Yang Hal ini dikaitkan dengan faktor sosio-ekonomi yang seringkali dikaitkan sebagai indikator status kesehatan dan status sosio-ekonomi penduduk (United Nation, 1973) Seorang bayi mulai terpapar terhadap lingkungannya sejak saat dilahirkan. Sebelumnya, selama kehamilan, kelangsungan hidup calon bayi berada di bawah kontrol faktor-faktor biologi yang terdapat pada orang tuanya dan faktor-faktor biologi lingkungan luar yang bekerja melalui ibunya. Secara garis besar, dari segi penyebabnya, kematian bayi dibedakan menjadi dua jenis yaitu faktor endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen adalahkematian bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor anak yang dibawa sejak lahir, diwarisi oleh orangtuanya pada saat konsepsi atau didapat dari ibunya selama kehamilan. Sedangkan kematian bayi eksogen adalah kematin bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Pembedaan antara kedua jenis penyebab kematian tersebut idealnya dapat dilakukan melalui data statistik penyebab
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
kematian, tetapi dalam praktek tidak mudah karena masalah kualitas data (United Nations, 1973). Faktor lingkungan luar berkontribusi besar sebagai penyebab kematian bayi. Kualitas lingkungan pada bentuk kondisi higiene, sanitasi dan sosial ekonomi akan sangat menentukan terhadap tinggi rendahnya angka kematian bayi. Turunnya tingkat konsumsi pangan dan nutrisi baik dalam kuantitas (jumlah kalori per orang per hari) maupun kualitas menjadi faktor pendorong meningkatnya angka kematian bayi di Indonesia. Jadi, walaupun terjadi kenaikan produksi pangan, tetapi karena tingkat pertambahan penduduk tinggi maka tingkat konsumsi di Indonesia (ditinjau dari segi nutrisi) tidaklah pernah memadai. Misalnya, susu yang merupakan faktor penting bagi penurunan penyakit dan tingkat kematian anak. Sesudah tahun 1966, produksi susu menurun dengan cepatnya. Penurunan produksi ini terjadi bersama dengan berakhirnya sumbangan susu dari UNICEF. (Mantra, 2009:107). Merosotnya kesehatan masyarakat terjadi baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Rumah-rumah sakit dan fasilitas-fasilitas kesehatan masyarakat lainnya kekurangan obat dan peralatan. Klinik-klinik kesehatan di daerah pedesaan kekurangan dokter maupun obat-obatan. Sebagai akibat merosotnya pelayanan kesehatan, penyakit-penyakit endemi yang dianggap telah musnah, mulai muncul kembali. Hai inimenunjukkan banyak dari hasil yang telah tercapai dalam pemberantasan penyakit menular telah bermunculan lagi.
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
Kematian bayi secara umum merupakan konsekuensi akhir dari perjalanan kumulatif dengan berbagai pengalaman morbiditas dan jarang karena serangan penyakit tunggal. Ini berarti bahwa reduksi kematian melalui program-program kesehatan tidak cukup hanya dengan memberantas penyakit-penyakit penyebab kematian tetapi harus memasukkan pula tindakan-tindakan yang mengarah pada permasalahan yang lebih mendasar yang menyangkut proses morbiditas dan mortalitas secara keseluruhan.
Sumber. Mantra (2009:111) Gambar 2.3 Pengaruh Sosio-ekonomi Terhadap Mortalitas Bayi dan Anak Lewat Variabel Antara (Sumber: Mosley, W.H. dan L.C. Chen (1984)
Faktor sosio-ekonomi merupakan faktor penentu mortalitas pada bayi. Namun, faktor sosio-ekonomi bersifat tidak langsung, yaitu harus melalui mekanisme biologi tertentu (variabel antara) yang kemudian baru menimbulkan
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
resiko morbiditas, dan selanjutnya bayi sakit dan apabila tidak sembuh akhirnya cacat atau meninggal. Penanganan terhadap masalah kematian bayi menuntut adanya kerangka konseptual tentang faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas bayi (lihat Gambar 2.3). Komponen dari kerangka ini terdiri atas morbiditas dan mortalitas sebagai masalah pokok, dan faktor sosial-ekonomi serta variabel antara sebagai faktor-faktor yang mempengaruhinya. Termasuk dalam faktor sosial ekonomi ialah faktor-faktor yang ada dalam individu, keluarga, dan masyarakat. Pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai dan sumber ekonomi merupakan faktor individu dan keluarga, sedang suasana politik, ekonomi, dan keamanan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat. Faktor-faktor maternal, lingkungan, gizi, cedera dan pelayanan kesehatan merupakan beberapa datri variabel antara. Morbiditas dalam masyarakat ditentukan atas dasar pravalensi dan insidensi penyakit-penyakit yang merupakan penyebab kematian utama (Budi Utomo, 1985 dalam Mantra, 2009: 106-111). 2.1.7
Konsep Pendapatan Rata-RataRumah Tangga dan AKB Dalam hubungan pembangunan sektor kesehatan, faktor ekonomi
merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan. Dalam hal ini, pengurangan atau penurunan angka kematian bayi menjadi prioritas utama. Pendapatan ratarata rumah tangga menjadi salah satu dasar dilihat dari sudut pandang ekonomi keluarga. Semakin meningkatnya pendapatan rata-rata rumah tangga masyarakat maka terdapat kecenderungan peningkatan kemampuan atau daya beli masyarakat baik dalam konsumsi makanan bergizi maupun kualitas pelayanan kesehatan.
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
Pendapatan rata-rata rumah tangga merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yangdigunakan secara langsung sebagai ukuran tingkat kesejahteraan tiap keluarga di lingkungan masyarakat.Adanya peningkatan perekonomian dengan melambatnya perkembanganpertumbuhan penduduk, akan mengakibatkan terjadinya peningkatan PDRBdi tiap daerah. Pendapatan rata-ratarumah tanggaditerima oleh setiap keluarga selama satu tahundisuatu wilayah atau daerah. Statistik ini dapat digunakan sebagai salah satuindikator kemakmuran. Ukuran ini dapat diperoleh dari hasil bagi antara PDRB tiap wilayah Kabupaten/Kota dengan jumlah rumah tanggapada tahun bersangkutan. Semakin meningkatnya Pendapatan rata-ratarumah tangga maka dapat dipahami bahwa masyarakat akan dapat mengalokasikan pendapatannya lebih besar dengan mengkonsumsi makanan yang lebih bergizi serta memilih pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Meningkatnya kualitas dan kuantitas makanan dalam suatu keluarga dapat diperkirakan semakin baik kualitas gizi dalam keluarga tersebut sehingga terdapat kecenderungan penurunan angka kematian bayi dan peningkatan angka harapan hidup dalam keluarga tersebut (Erythtryna, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Erythryna (2005) menunjukkan bahwa setiap peningkatan Rp 1.000,00 pengeluaran rumah tangga perkapita diperkirakan dapat menurunkan angka kematian bayi sebesar 0.172 perseribu kelahiran hidup dan memperpanjang angka harapan hidup 0.041 tahun. Melalui variabel pendapatan rata-rata rumah tangga maka dapat lebih diketahui hubungan
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
antara pendapatan dari tiap keluarga dan alokasinya sehingga pengaruh terhadap penurunan AKB semakin terlihat jelas. Pendapatan rata-rata rumah tangga dapat memberikan pengaruh pada AKB. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan pada penelitian di berbagai Negara yang
menyebutkan
bahwa
terdapat
hubungan
positif
yang
kuat
antarapembangunan ekonomi dengan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya dapat menurunkan AKB. Fenomena ini dapat dilihat pada kondisi penduduk miskin.Pendapatan yang diterima oleh masyarakat miskin hanya dapat memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari berupa konsumsi makanan, sehingga tidak memiliki anggaran lebih untuk biaya kesehatan, termasuk memeriksakan kondisi janin selama kehamilan dan pemenuhan gizi bayi saat lahir. 2.1.8
Konsep Usia Perkawinan Pertama Wanita dan AKB Perkawinan adalah suatu peristiwa penting dalam kehidupan seorang
wanita dan pria. Dalam pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974tentang
Undang-undang
Perkawinan,
yang
menyebutkan
bahwa
:
“Perkawinanhanya diijinkan jika pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak waita sudahmencapai umur 16 tahun”. Masalah batas usia perkawinan berkaitan denganberbagai aspek, antara dengan masalah kematangan jiwa pihak pria ataupun pihakwanita, masalah kesehatan dan resiko melahirkan bagi pasangan muda. Dalam era globalisasi seperti saat ini, peran serta wanita dalam bidang pendidikan maupun ketenagakerjaan telah semakin meningkat. Hal ini secara
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
tidak langsung akan berpengaruh terhadap pemilihan keputusan usia perkawinan. Keputusan yang diambil tentang usia perkawinan pertama pada wanita akan sangat mempengaruhi resiko kematian bayi. Usia perkawinan pertama apabila dihubungkan dengan kematian bayi, akan dihubungkan dengan faktor antara, yaitu kesehatan rahim ibu saat kehamilan pertama. Semakin muda seorang wanita memutuskan menikah untuk yang pertama kalinya, maka kondisi kesehatan rahimnya sebenarnya belum siap untuk mengalami masa kehamilan. Saat kondisi rahim seorang calon ibu tidak siap menerima keberadaan janin didalam kandungannya, maka hal ini akan memperbesar kemungkinan resiko terjadinya kematian pada janin atau calon bayi. Quamrul, et al. (2010:132) menjelaskan sebagai berikut. Sejumlah studi yang dilakukan di berbagai belahan dunia antara lain seperti yang dilakukan oleh Stockel dan Chaudhury (1972), Adlakha (1973), Feeney (1980) dan Hobcraft dkk. (1985) telah mengungkapkan pengaruh usia ibu saat melahirkan pada kesehatan dan kesehatan anakanak. Hal ini dikarenakan seorang ibu yang sangat muda (pada umumnya berusia kurang dari 20 tahun), secara biologis usia ibu tidak sepenuhnya matang dan kemungkinan kehamilan dapat terkena komplikasi yang tinggi dan dia tidak mungkin bisa memberikan perawatan yang baik untuk bayi tersebut. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa saat semakin muda usia wanita dalam pernikahan pertamanya, maka akan semakin menaikkan resiko kematian bayi. Maka hal ini, menunjukkan bahwa usia perkawinan pertama bersifat negatif terhadap angka kematian bayi. Apabila usia perkawinan pertama pada wanita mendekati usia matang antara rentang 19 hingga 24 tahun, dapat memungkinkan menurunnya angka kematian pada bayi. Semakin mendekati usia matang maka secara psikologis dan emosional, wanita lebih siap untuk menjadi
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
ibu dan menghindari proses melahirkan yang memiliki resiko kematian yang tinggi. 2.1.9
Konsep Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Wanita
dan
AKB TPAK wanita adalah angka yang menunjukkan presentase angkatan kerja wanita terhadap penduduk usia kerja. Angka TPAK dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui penduduk yang aktif bekerja ataupun mencari pekerjaan. Semakin kecil angka TPAK maka mengindikasikan bahwa jumlah penduduk wanita yang memasuki usia kerja banyak yang tergolong bukan angkatan kerja, baik yang sedang menempuh sekolah maupun sebagai ibu rumah tangga. Sebaliknya, jika angka TPAK wanita semakin meningkat maka menunjukkan bahwa kesadaran wanita lebih tinggi dalam memilih antara bekerja dibandingkan dengan menjadi ibu rumah tangga (Mantra, 2009:230-232). Semakin tinggi minat wanita untuk bekerja atau meraih karier maka akan menurunkan angka kelahiran yang erat hubungannya dengan penurunan angka kematian bayi. Pada tingkat tertentu, angka kemiskinan menjadi dorongan utama wanita untuk memilih bekerja dibandingkan dengan hanya menjadi ibu rumah tangga. Semakin berkembangnya kemajuan zaman, fenomena diskriminasi gender mulai berkurang. Dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait melindungi hak-hak dari pekerja wanita. Wanita dapat lebih percaya diri untuk berkarier dan menjadi ibu rumah tangga yang berhasil secara bersamaan. Jadi, meskipun wanita memilih bekerja namun dengan adanya perlindungan dan dukungan dalam pemenuhan hak-hak hidup dari perusahaan atau tempat dia bekerja, wanita tersebut dapat tetap
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
memiliki anak dan hidup berkeluarga secara normal. Dengan adanya kondisi tersebut, maka angka TPAK dan angka AKB berbanding terbalik dengan hubungan negatif. Yaitu, semakin tinggi persentase TPAK wanita maka AKB semakin menurun dari tahun ke tahun (World Bank, 2002). 2.1.10 Konsep Pemberian Imunisasi Hepatitis B dan AKB Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millenium Development Goals. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 482/MENKES/SK/IV/2010 menyatakan bahwa imunisasi merupakan upaya efektif untuk menurunkan angka kematian bayi yang merupakan salah satu tujuan penting dari MDGs (Millenium Development Goals). Pengertian imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Salah satu jenis imunisasi yang diberikan pada bayi adalah jenis imunisasi Hepatitis B. Hepatitis B Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melaluihubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalahlemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat.Warna kuning bisa terlihat pula mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis danmenimbulkan Cirrhosis hepatis atau kanker hati. Apabila bayi yang baru lahir luput dari pemberian imunisasi Hepatitis B, maka besar
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
kemungkinan resiko yang ditanggung bayi tersebut terjangkit virus Hepatitis B yang dapat menyebabkan kematian. Selain pemberian imunisasi, dalam upaya menurunkan AKB diberikan pula vaksinasi kepada bayi yang baru lahir. Pengertian Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman (bakteri, virus atau riketsia), atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan danakan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Adapun jenis-jenis vaksin adalah sebagai berikut : 1) Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine), untuk pemberian kekebalan aktif terhadaptuberkulosa. 2) Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus), untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadapdifteri, pertusis dan tetanus. 3) Vaksin TT (Tetanus Toksoid), untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus. 4) Vaksin DT (Difteri dan Tetanus), untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dantetanus. 5) Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine), untuk pemberian kekebalan aktif terhadappoliomyelitis. 6) Vaksin Campak, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. 7) Vaksin Hepatitis B, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkanoleh virus hepatitis B.
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
8) Vaksin DPT/HB, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus,pertusis dan hepatitis B.
Tabel 2.4
Sumber. Buku Informasi PP&PL, 2008 2.2
Penelitian Terdahulu Penelitian tentang permasalahan demografi seperti masalah angka
kematian bayi sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Pada umumnya penelitian banyak dilakukan di Negara-negara berkembang yang masih banyak memiliki permasalahan dalam bidang kependudukan. Penelitian sebelumnya yang membahas tentang angka kematian bayi diantaranya adalah Boehmer pada tahun 1995 yang melakukan penelitian mengenai angka kematian bayi dengan judul “ The Impact of Womens Status on Infant Mortality Rate : A Cross National Analysis”. Boehmer meneliti apakah status perempuan di beberapa Negara berkembang mempunyai pengaruh terhadap Angka Kematian Bayi (AKB). Status perempuan disini digolongkan menjadi beberapa bagian yaitu, status pendidikan, status otonomi dan status ekonomi. Status pendidikan diukur dengan angka melek
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
huruf dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Status otonomi diukur dengan umur menikah pertama, fertilitas, dan alat kontrasepsi. Status ekonomi diukur dengan angka pendapatan yaitu nilai dari Gross Domestic Product Negara tersebut.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang paling penting dalam mereduksi angka kematian bayi menurut Boehmer adalah pendapatan, meskipun variabel yang lain juga berpengaruh terhadap angka kematian bayi. C.E Shen dan John B. Williamson melakukan penelitian yang sama tentang Angka Kematian Bayi pada tahun 2000. Penelitian mereka yang berjudul “Accounting For Cross-National Differencess In Infant Mortality Decline (19651991) Among Less Developed Countries:Effects Of Women’s Status, Economics Dependency. And State Strength”. Penelitian ini menggunakan sampel 82 negara berkembang pada periode 1965-1991. Penelitian ini menyatakan bahwa penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan dampak dari status wanita, seperti usia kawin pertama, tingkat pendidikan serta kondisi reproduksi tubuh wanita tersebut. Menurunnya Angka Kematian Bayi tersebut merupakan hasil keterkaitan dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi dilihat dari berbagai segi perspektif dan teori. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammed Zakir dan Phanindra V. Wunnava dari Departement of Economics, Middleburry College, Middleburry, Vermont 05753, USA yang berjudul “Factors Affecting Infant Mortality Rates : Evidence From Cross-Sectional Data”. Pada penelitian ini, dilakukan uji empiris untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kematian bayi di 117 negara di dunia pada tahun 1993. Jenis data yang digunakan adalah data cross-section.
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat kesuburan wanita, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja wanita (TPAK), GNP Perkapita, angka melek huruf wanita, dan pendapatan pemerintah di bidang kesehatan. Hasil regresi data diperoleh bahwa semua faktor yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap kematian bayi, kecuali faktor pendapatan pemerintah di bidang kesehatan. Sedangkan yang digunakan sebagai presentase dari GDP tidak memberikan pengaruh yang besar dalam perkembangan kematian bayi. Faktor tingkat kesuburan wanita dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja wanita berpengaruuh positif terhadap kematian bayi. Variabel GDP Perkapita, angka melek huruf wanita dan pendapatan pemerintah di bidang kesehatan mempunyai koefisien yang negatif terhadap Angka Kematian Bayi (AKB). Selain penelitian-penelitian yang menjelaskan tentang hubungan antara Angka Kematian Bayi, ada beberapa penelitian yang menyatakan tentang pentingnya pemberian imunisasi dan vaksinasi sebagai upaya menurunkan Angka Kematian Bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Robert F. Breiman, et al yang berjudul “Effect of Infant Immunization On Chilhood Mortality In Rural Bangladesh:Analysis of Health And Demographic Surveillance Data” (2004), menjelaskan bahwa di Negara-negara berkembang program imunisasi merupakan salah satu bentuk strategi pemenuhan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Penelitian ini berdasarkan atas data penduduk selama 15 tahun di Matlab, Bangladesh. Bentuk analisis yang digunakan adalah Cox Models dengan TimeDependent Covariates. Pemberian imunisasi Hepatitis B atau DTP (DiphteriaPertussis) dapat menurunkan resiko kematian bayi dibawah umur 9 bulan.
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
Penelitian yang dilakukan oleh Isabelle Giraudon, et al (2009) dengan judul “Factors Associated With Incomplete Vaccination Of Babies At Risk Of Perinatal Hepatitis B Transmission: A London Study in 2006” menyatakan bahwa 33% dari 249 bayi yang baru lahir yang menjadi objek penelitian di London tahun 2004 yang mendapatkan vaksinasi Hepatitis B lengkap dapat mengurang resiko terjangkitnya penyakit. Penelitian ini menggunakan terms of error sebesar ρ<0.001. Kesimpulan dalam jurnal penelitian ini menyatakan penting adanya kesadaran dari pihak orang tua untuk mengetahui informasi mengenai kesehatan bayi mereka sejak usia dini. Berdasarkan beberapa uraian jurnal penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak faktor yang saling berhubungan dalam mempengaruhi naik turunnya Angka Kematian Bayi (AKB), baik dari segi kondisi ibu, kesehatan, maupun dari sisi ekonomi. Terdapat beberapa persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti mengenai Angka Kematian Bayi (AKB), selain itu variabel-variabel baik berupa sektor ekonomi seperti Pendapatan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita (TPAK), sektor sosial yang berupa usia perkawinan pertama wanita yang digunakan dalam penelitian ini juga berdasarkan pada penelitian terdahulu. Penelitian ini juga terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu waktu dantempat penelitian, sebagian besar penelitian terdahulu dilakukan dengan cakupan negara sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan cakupan kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Timur. 2.3
SKRIPSI
Hipotesis dan Model Analisis
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.3.1
43
Hipotesis Berdasarkan permasalahan yang ada maka dapat diajukan beberapa
hipotesis, yaitu sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh secara simultan antara variabel usia perkawinan pertama wanita, tingkat partisipasi angkatan kerja wanita, pendapatan rata-rata rumah tangga dan pemberian imunisasi pada bayiterhadap angka kematian bayi di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur periode 2003-2010. 2. Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel usia perkawinan pertama wanita, tingkat partisipasi angkatan kerja wanita, pendapatan rata-rata rumah tangga dan pemberian imunisasi pada bayiterhadap angka kematian bayi di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur periode 2003-2010. 2.3.2
Model Analisis Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
AKBit=β0+β1UKP1it+β2TPAK_wanita2it+β3Pend_RT +β4Imun_bayi4it+µit Keterangan : AKBit
= Angka Kematian Bayi
β0
= Konstanta
β1,β2, β3. β4
= Koefisien regresi
i
= Unit cross section kabupaten/kota ke i di Propinsi Jawa Timur
t
SKRIPSI
= Unit Time Series, tahun 2003-2010
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
µ
= Variabel pengganggu
UKPit
= Usia Perkawinan Pertama Wanita, tahun 2003-2010
TPAK_wanitait
= Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita, tahun 20032010
Pend_RTit
= Pendapatan Rata-rata Rumah Tangga, tahun 2003-2010
Imun_bayiit
= Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada bayi usia kurang dari 1 tahun
2.4
Kerangka Berfikir Angka Kematian Bayi dalam hal ini dipengaruhi Usia Perkawinan Pertama
Wanita, Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja wanita, dan Pemberian Imunisasi Hepatitis B terhadap bayi berusia kurang dari 1 tahun. Hipotesis pertama menyatakan bahwa Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel Usia Perkawinan Pertama Wanita, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita, Pendapatan Rata-RataRumah Tanggadan Pemberian Imunisasi Pada BayiTerhadap Angka Kematian Bayi. Sementara itu, hipotesis kedua menyatakan terdapat pengaruh secara simultan antara variabel Usia Perkawinan Pertama Wanita, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita, Pendapatan
Rata-Rata
Rumah
Tanggadan
Pemberian
Imunisasi
Pada
BayiTerhadap Angka Kematian Bayi. Faktor usia perkawinan pertama pada wanita dapat menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap naik turunnya angka kematian bayi di suatu wilayah. Saat jumlah wanita yang menikah dibawah umur (kurang dari 16 tahun) semakin banyak, maka resiko kematian bayi akan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
wanita yang menikah di bawah umur, apabila dilihat dari sisi kesehatan, keadaan rahimnya
masih
terbilang
rentan
terhadap
suatu
kehamilan,
sehingga
memperbesar resiko kematian bayi. Melalui faktor pemberian imunisasi jenis Hepatitis B dapat diketahui pentingnya pengaruh fasilitas kesehatan yang perlu diberikan kepada bayi. Semakin lengkap imunisasi yang diberikan maka dapat semakin menekan resiko kematian bayi. Apabila dilihat dari segi ekonomi, faktor pendapatan rata-rata rumah tangga yang dihasilkan dari data PDRB wilayah tiap Kabupaten/Kota dibagi dengan jumlah rumah tangga, berhubungan dalam menurunkan angka kematian bayi. Saat pendapatan suatu rumah tangga dalam masyarakat semakin tinggi, maka akan lebih banyak anggaran rumah tangga yang bisa digunakan untuk melengkapi fasilitas kesehatan yang diperlukan para anggota keluarga, khususnya kesehatan bayi sehingga angka kematian bayi diharapkan dapat ditekan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita dapat menunjukkan pengaruh yang dapat ditimbulkan dari aspek wanita yang bekerja. Dalam hal ini, lebih ditekankan pada kesehatan ibu dan kebijakan tentang ketenagakerjaan. Pekerja wanita memiliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh perusahaan sehingga kesehatan ibu hamil tetap terjaga dan diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi. Apabila dihubungkan berdasarkan teori serta hasil penelitian terdahulu yang telah diuraikan pada sub bab sebelumya, maka hipotesis yang dimunculkan adalah keempat variabel bebas yang mewakili kondisi kehidupan masyarakat yaitu usia perkawinan pertama wanita usia 19-24 tahun, tingkat partisipasi angkatan kerja wanita, pendapatan rata-rata rumah tangga, dan pemberian imunisasi
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
hepatitis B pada bayi memiliki pengaruh yang besar terhadap tingka tingkat kematian bayi di Jawa Timur. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dia atas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
•UKP
•TPAK
Angka
Kematian
Bayi
(AKB)
•Imunisasi Imunisasi Hepatitis B
•Pendapatan Pendapatan Rata-rata rata RT
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir
SKRIPSI
PENGARUH FAKTOR USIA ...
DYAH PUTERI ANGGRAENI