BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Teori umum 2.1.1 Jaringan komputer Jaringan komputer adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan komputer dan mekanisme prosedur untuk saling terhubung dan berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan oleh komputer berupa transfer sebagai data, instruksi, dan informasi dari satu komputer ke komputer lainnya (Ramadhan, 2006: 2). Sehingga dengan adanya jaringan komputer, berbagai kegiatan dapat dilakukan secara bersamaan. Tujuan dari jaringan komputer adalah: •
Berbagi sumber data, contohnya berbagi penggunaan printer, Central Processing Unit (CPU), memory, dan harddisk.
•
Komunikasi, contohnya surat elektronik, instant messaging, chatting.
•
Akses informasi, contohnya melalui web browsing.
2.1.2 Klasifikasi jaringan komputer Menurut Forouzan (2007: 13-15) klasifikasi jaringan berdasarkan ukurannya / ruang lingkup dibagi menjadi 3 yaitu Local Area Network (LAN), Wide Area Network (WAN), dan Metropolitan Area Network (MAN). 1. Local Area Network ( LAN ) LAN biasanya digunakan ketika jaringan berskala kecil seperti milik pribadi, link perangkat dalam satu kantor, gedung, atau kampus dengan menghubungkan device yang ada. Saat ini, jangkauan ukuran LAN terbatas pada beberapa kilometer. LAN dirancang agar memungkinkan sumber daya untuk dibagi antara komputer pribadi atau workstation. Sumber daya yang dibagi mencakup perangkat keras 5
6 (contoh: printer dan scanner), perangkat lunak (contoh : program aplikasi), atau data. Contoh umum LAN yang banyak ditemukan di lingkungan bisnis yaitu antar divisi suatu organisasi yang berhubungan dan memungkinkan adanya berbagi data melalui LAN. Secara umum, LAN hanya menggunakan satu jenis media transmisi. Topologi LAN yang paling umum adalah topologi bus, ring, dan star. Pada awalnya LAN memiliki kecepatan data dalam 4 sampai 16 Megabit per detik (Mbps).
2. Wide Area Network (WAN) WAN mendukung transmisi jarak jauh berupa informasi data, gambar, audio, dan video melalui area geografis yang luas seperti negara, benua, maupun penjuru dunia. Menurut Forouzan (2007: 14) ada dua jenis WAN yaitu switched WAN dan point to point WAN. Switched WAN menghubungkan sistem akhir (the end systems) yang biasanya terdiri dari router yang terhubung ke LAN maupun WAN. Point to point WAN biasanya disewa melalui telepon atau TV kabel atau LAN jangkauan kecil yang terhubung melalui Internet Service Provider (ISP). Tipe WAN seperti ini sering digunakan untuk terhubung ke internet. Berikut gambar switched WAN dan point to point WAN.
Gambar 2.1 Switched WAN dan Point-to-Point WAN
7 (Sumber: Behrouz A. Forouzan. Data Communication and Networking, 2007:15) diakses tanggal 9 Februari 2014
3. Metropolitan Area Network (MAN) MAN adalah jaringan komputer dengan ukuran yang berada antara LAN dan WAN. Biasanya MAN mencakup area seukuran kota. MAN dirancang untuk pengguna yang membutuhkan koneksi berkecepatan tinggi dan dapat berkomunikasi dengan berbagai tempat di kota tersebut.
2.1.3 Topologi jaringan komputer Topologi menggambarkan struktur suatu jaringan atau bagaimana sebuah jaringan tersebut dirancang. Terdapat dua definisi topologi: 1. Physical topology mendefinisikan rancangan yang sebenarnya dari kabel-kabel (media) jaringan. Berikut beberapa tipe physical topology: •
Topologi Bus Pada topologi ini, terdapat satu buah kabel tunggal yang menghubungkan seluruh node dalam jaringan. Kabel tunggal tersebut biasa disebut backbone. Setiap komputer terhubung dan berbagi pakai kabel tunggal tersebut. Topologi ini mudah dibangun dengan biaya yang relatif murah (Ramadhan, Arif, 2006 : 4). Kecepatan transfer rata-rata data antar perangkat sangat lambat karena harus bergatian menggunakan jalur. Topologi bus dapat dilihat gambar di bawah ini :
8
Gambar 2.2 Topologi Bus (Sumber: Wahana Komputer. Mudah Belajar Mikrotik Menggunakan Metode Virtualisasi, 2014:98) diakses tanggal 9 Februari 2015
Keuntungan : -
Jarak LAN tidak terbatas.
-
Kecepatan pengiriman tinggi.
-
Jumlah terminal dapat ditambah atau dikurangi tanpa mengganggu operasi yang telah berjalan.
-
Tidak diperlukan pengendali pusat.
Kerugian : -
Jika tingkat lalu lintas terlalu tinggi dapat terjadi kemacetan.
-
Diperlukan repeater untuk menguatkan sinyal pada pemasangan jarak jauh.
-
Operasional jaringan LAN tergantung pada setap
terminal. • Topologi Ring Pada topologi ini, nodes akan disusun dalam suatu jaringan sehingga membentuk cincin yang tertutup. Sebuah kabel menghubungkan komputer pertama dan komputer kedua, kemudian sebuah kabel lain menghubungkan komputer kedua dengan komputer ketiga, begitu seterusnya hingga komputer terakhir dihubungkan kembali dengan komputer
9 pertama (Ramadhan, 2006: 5). Topologi ring dapat dilihat gambar di bawah ini:
Gambar 2.3 Topologi Ring (Sumber: Wahana Komputer. Mudah Belajar Mikrotik Menggunakan Metode Virtualisasi, 2014:99) diakses tanggal 9 Februari 2015 Keuntungan: -
Laju data tinggi.
-
Dapat melayani lalu lintas data yang padat.
-
Tidak diperlukan host, realtif lebih murah.
-
Dapat melayani berbagai jenis mesin pengirim.
-
Komunikasi antar terminal mudah.
-
Waktu yang diperlukan untuk mengakses data optimal.
Kerugian: -
Penambahan atau pengurangan terminal sangat sulit.
-
Kerusakan pada media pengirim dapat mengehentikan kerja seluruh jaringan.
-
Harus ada kemampuan untuk mendeteksi kesalahan dan metode pengisolasian kesalahan.
-
Kerusakan pada salah satu terminal mengakibatkan kelumpuhan jaringan.
•
Tidak kondusif untuk pengiriman suara, video, dan data.
Topologi Star
10 Dalam topologi star, sebuah terminal pusat bertindak sebagai pengatur dan pengendali semua komunikasi data yang terjadi. Terminal-terminal lain terhubung padanya dan pengiriman data dari satu terminal ke terminal lainnya melalui terminal pusat. Terminal pusat akan menyediakan jalur komunikasi
khusus
pada
dua
terminal
yang
akan
berkomunikasi (Lukas, 2006: 145). Topologi star dapat dilihat gambar di bawah ini:
Gambar 2.4 Topologi Star (Sumber: Wahana Komputer. Mudah Belajar Mikrotik Menggunakan Metode Virtualisasi, 2014:101) diakses tanggal 9 Februari 2015 Keuntungan: -
Keterandalan terbesar di antara topologi yang lain.
-
Mudah dikembangkan.
-
Keamanan data tinggi.
-
Kemudahan akses ke jaringan LAN lain.
Kerugian : -
Lalu lintas yang padat dapat menyebabkan jaringan lambat.
•
Jaringan sangat bergantung pada perangkat pengendali.
Topologi Extended Star Topologi extended star ada karena perluasan dari topologi star. Topologi ini memiliki inti dari topologi star yang berperan sebagai pusat dari topologi star tersebut.
11 Keuntungan menggunakan topologi ini adalah kabel yang akan dihubungkan ke komputer / media lainnya menjadi lebih pendek dan membatasi jumlah perangkat yang perlu untuk interkoneksi ke salah satu topologi pusat (Kayne 2004: 622). Berikut contoh topologi extended star:
Gambar 2.5 Topologi Extended Star •
Topologi Mesh Topologi ini merupakan campuran dari berbagai jenis topologi-topologi yang ada (disesuaikan dengan kebutuhan). Jaringan ini menghasilkan respon waktu yang sangat cepat. Station-station tidak membutuhkan protokol tambahan, karena tidak ada fungsi switching-nya. Biaya pemasangan cukup mahal, karena setiap penambahan suatu station,
line
komunikasinya harus mejangkau setiap station yang ada dalam jaringan tersebut. Sehingga, topologi jaringan mesh jarang digunakan (Lukas, 2006: 148). Topologi mesh dapat dilihat gambar di bawah ini :
12
Gambar 2.6 Topologi Mesh (Sumber: Wahana Komputer. Mudah Belajar Mikrotik Menggunakan Metode Virtualisasi, 2014:102) diakses tanggal 9 Februari 2015
2. Logical topology mendefinisikan bagaimana media diakses oleh hosts yang ada. Bagaimana hosts saling berkomunikasi melalui sebuah media. Berikut dua tipe umum logical topology : •
Topologi Broadcast Setiap host akan mengirim data ke semua host lain dalam media jaringan, dan yang pertama datang akan menjadi yang pertaama dilayani host tersebut. Konsep ini berlaku juga pada cara kerja Ethernet (Rafiudin, 2003: 22).
•
Topologi Token Passing Token passing megontrol akses jaringan dengan melepas pesan ke setiap host secara berurutan sesuai antrian. Saat sebuah host menerimanya, maka host tersebut dapat mengirim data dalam jaringan. Jika host tidak memiliki data untuk dikirim, maka host akan melanjutkan pesan ke host berikutnya dan begitu seterusnya (Rafiudin, 2003: 22).
2.1.4 Model Open System Interconnection (OSI) Model Open Systems Interconnection (OSI) atau OSI Reference Model for open networking diciptakan oleh International Organization for Standardization (ISO) di Eropa pada tahun 1977. OSI sendiri merupakan singkatan dari Open System Interconnection, yang menyediakan kerangka
13 logika tersrtuktur pada proses komunikasi data berinteraksi melalui jaringan. Manfaat OSI layer, sebagai berikut. 1. Membuat perataan vendor yang berbeda untuk saling bekerja sama. 2. Membuat standardisasi yang dapat dipakai untuk mengurangi vendor dan untuk mengurangi kerumitan dalam perancangan. 3. Standardisasi interface. 4. Memudahkan pelatihan jaringan. 5. Kerja sama dan komunikasi teknologi yang berbeda. •
Physical Layer Physical layer merupakan layer pertama atau layer paling dasar pada gambar model OSI layer. Pada layer ini, data diterima dari data link frame yang diubah menjadi Bitstream. Selanjutnya, Bitstream yang akan dikirim ke tujuan berupa sinyal melalui media komunikasi. Penerima dari layer physical akan mengubah sinyal dari pengirim menjadi bite, sebelum dikirim ke data link, layer bit diubah menjadi byte.
•
Data Link Layer Data link Layer merupakan layer kedua dari model OSI layer. Pada layer ini data diterima dari network layer yang berupa paket, kemudian dienkapsulasi menjadi frame dengan menambahkan header sebagai penanda.
•
Network Layer Network Layer merupakan layer ketiga dari OSI layer. Layer ini berfungsi sebagai penghantar paket ke tujuan, yang biasa dikenal dengan routing. Layer ini mengendalikan paket yang akan dikirim ke data link dengan mencari rute yang paling mudah dan dekat.
•
Transport Layer Transport Layer merupakan layer keempat pada OSI layer yang mampour
memberikan
layanan
berupa
Multiduplexing
dan
Demultiduplexing sehingga layer ini memungkinkan sebuah host dapat
14 melayani
lebih
dari
satu
proses.
Connectionless/Connection-Oriented.
Layer
Layer
ini
transport akan
bersifat membuat
komunikasi Connection-oriented dengan membuat season pada peralatan remote lain dan proses 3 way-handshake. •
Session Layer Session Layer merupakan layer kelima dari OSI layer. Layer ini membuka,
merawat,
mengendalikan,
dan melakukan hubungan
antarsimpul untuk menjaga supaya data dari masing-masing aplikasi tetap terpisah. Session Layer data ditransfer dengan jernih dan terkait satu dengan yang lain,tetapi kualitas data tersebut akan mengalami delay (tyrough-put). •
Presentation Layer Presentation Layer merupakan layer keenam dari OSI yang bekerja untuk menyajikan data, layanan penerjemah, dan menangani pemrosesan seperti enkripsi, tipe data, format data, dan struktur data.
•
Application Layer Layer terakhir dari OSI layer ini merupakan layer tercerdas, dimana gateway terdapat pada layer ini. Application Layer merupakan penghubung utama aplikasi komputer yang berjalan pada suatu perangkat komputer dan membutuhkan akses kode jaringan.
2.2 Teori khusus 2.2.1 Bandwidth Wilkinson dan Allen, (2010: 17) lebih spesifik mengatakan bahwa “bandwidth adalah jumlah bit yang dapat ditransmisikan dalam setiap satuan waktu bit per second (bps)”. Bandwidth juga bisa berarti kapasitas atau daya tampung kabel ethernet agar dapat dilewati paket data dalam jumlah tertentu. Bandwidth internet disediakan oleh provider internet dengan jumlah tertentu tergantung sewa pelanggan. Istilah bandwidth muncul dari bidang teknik elektro, dimana bandwidth mempresentasikan jarak keseluruhan atau jangkauan di antara sinyal tertinggi dan terendah pada
kanal
(band)
komunikasi.
Pada
dasarnya
bandwidth
mempresentasikan kapasitas dari koneksi, semakin tinggi kapasitas, maka umumnya akan diikuti oleh kinerja yang lebih baik, meskipun kinerja
15 keseluruhan juga tergantung pada faktor-faktor lain, misalnya latency yaitu waktu tunda antara masa sebuah perangkat meminta akses ke jaringan dan masa
perangkat
itu
memberi
izin
untuk
melakukan
transmisi
(Trimantaraningsih, Retna dan Muarifah, 2008 : 4). Menurut
Mahanta,
Ahmed
dan
Bora
(2013
:2),
untuk
memaksimalkan kualitas layanan yang ditawarkan penyedia jaringan, tantangan bandwidth yang harus dipertimbangkan sebagai berikut. •
Desain topologi.
•
Kontrol aliran dan menghindari kemacetan.
•
Alokasi bandwidth, tantangan yang paling penting, berkaitan dengan keberhasilan integrasi kapasitas link melalui berbagai jenis layanan.
2.2.2 Manajemen bandwidth Manajemen bandwidth adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk manajemen dan mengoptimalkan berbagai jenis jaringan dengan menerapkan layanan Quality Of Service (QoS) untuk menetapkan tipe-tipe lalu
lintas
jaringan.
Sedangkan
QoS
adalah
kemampuan
untuk
menggambarkan suatu tingkatan pencapaian didalam suatu sistem komunikasi data (Wijaya, dan Handoko, 2013: 2). Manajemen bandwidth merupakan pengalokasian bandwidth untuk mendukung kebutuhan aplikasi layanan jaringan. Manajemen bandwidth diperlukan bagi jaringan multi layanan dengan menerapkan layanan Quality of Service (QoS) yang menggambarkan tingkat pencapaian pada suatu sistem komunikasi data (Saniya, 2013: 2). Proses aliran sistem manajemen bandwidth ada empat yaitu filtering, classifier, buffer, dan scheduler berikut gambar dan penjelasan.
Gambar 2.7 Proses Aliran Sistem Manajemen Bandwidth
16 (Sumber: Jurnal Penerlitian Universitas Brawijaya. Sistem Manajemen Bandwidth dengan Prioritas Alamat IP Client (Online)), diakses pada 16 November 2014 •
Filtering Filtering berfungsi untuk memfilter paket data berdasarkan alamat IP atau alamat port dan mengarahkan paket data ke tujuan yang benar.
•
Classifier Classifier bertugas untuk mengarahkan paket-paket yang datang ke kelas-kelas yang bersesuaian untuk mempermudah penanganan paket data menuju antrian atau buffer. Pada classifier terdapat estimator yang bertugas mengestimasi bandwidth yang digunakan oleh klasifikasi kelas.
•
Buffer Buffer merupakan tempat penyimpanan paket data sementara. Buffer menyesuaikan waktu dengan menerapkan teknik antrian.
•
Scheduler Scheduler bertugas untuk menentukan penjadwalan paket data yang akan dikirim ke tujuan dari tempat antrian atau buffer.
Menurut Mahanta, Ahmed dan Bora (2013 : 2), kegiatan bisnis manajemen bandwidth mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut. •
Mendapatkan informasi yang lebih baik. Dapat melihat berapa banyak bandwidth yang digunakan.
•
Kecepatan aplikasi lebih cepat. Manajemen bandwidth dapat mengalokasi bandwidth untuk menampilkan kinerja yang lebih baik ketika menggunakan sebuah aplikasi.
•
Mengurangi lalu lintas yang tidak diinginkan. Seperti terjadinya kemacetan dalam lalu lintas jaringan yang menyebabkan koneksi internet menjadi lambat. Jadi, dengan adanya manajemen bandwidth kita dapat mengontrol kualitas
17 performa yang ada di saluran lalu lintas jaringan sehingga mengurangi lalu lintas yang tidak diinginkan. 2.2.3 Quality of Service (QoS) Quality of Service (QoS) adalah fasilitas untuk mengatur kualitas terhadap layanan tertentu dalam lalu-lintas data. Dengan adanya fasilitas QoS, admininistrator dapat mengatur atau membatasi kuota layanan seperti kuota bandwidth pada layanan tertentu (Alam, 2008: 110). Quality of Service (QoS) biasanya digunakan untuk mengukur sekumpulan atribut yang telah dispesifikasikan dan diasosiasikan dengan suatu layanan. Pada jaringan berbasis Internet Protocol(IP), IP QoS mengacu pada performa dari paket-paket IP yang lewat melalui satu atau lebih jaringan. Quality of Service (QoS) mempunyai kemampuan jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada lalu-lintas jaringan tertentu melalui teknologi yang berbeda-beda. Tujuan dari QoS adalah untuk memenuhi kebutuhan layanan yang berbeda, menggunakan infrastruktur yang sama. Terdapat beberapa faktor yang dapat menurunkan nilai QoS, seperti : redaman, distorsi, dan noise. 2.2.4 Classful Queueing discipline (Classful qdisc) Classful Queueing discipline merupakan suatu disiplin antrian yang akan membagi traffic berdasarkan kelas-kelas. Classful qdisc sangat berguna apabila memiliki lalu-lintas yang berbeda-beda yang harus memiliki pembedaan penanganan. Ketika lalu-lintas jaringan memasuki suatu classful Queueing discipline, maka paket tersebut akan dikirimkan ke kelas-kelas di dalam qdisc, dengan kata lain paket tersebut perlu diklasifikasikan terlebih dahulu. Untuk menentukan apa yang harus dilakukan dengan sebuah paket yang datang, maka filter-filter akan digunakan.
Filter-filter
yang
terdapat
pada
qdisc
tersebut
akan
menghasilkan suatu keputusan, dan qdisc akan menggunakan hasil ini untuk mengantrikan paket ke salah satu kelas yang telah tersedia.
18 Di samping memiliki suatu qdisc, kebanyakan dari classful qdisc menerapkan fungsi shaping. Ini sangat berguna untuk melakukan penjadwalan paket seperti Stochastic Fairness Queueing (SFQ) dan pengontrolan rate secara bersamaan. Beberapa classful Queueing discipline sebagai berikut. 2.2.4.1 Class Based Queue (CBQ) Dalam manajemen bandwidth dikenal istilah queuing yaitu penjadwalan bagaimana suatu data dikirimkan melewati jaringan. Semua data yang melewati jaringan akan dijadwalkan dan mengalami proses shaping sesuai dengan aturan yang berlaku pada jaringan tersebut. Class-Based Queuing (CBQ) adalah suatu mekanisme penjadwalan, bertujuan menyediakan link sharing antar agensi menggunakan jalur fisik yang sama, dan sebagai acuan untuk membedakan lalu-lintas yang memiliki prioritas yang berlainan. Dengan Class-Based Queuing (CBQ), setiap agensi dapat mengalokasikan bandwidth miliknya untuk berbagai jenis lalu-lintas yang berbeda, sesuai dengan pembagiannya. Class-Based Queuing (CBQ) berinteraksi dengan link sharing yang memberikan keunggulan yaitu pemberian bandwidth yang tak terpakai bagi leaf classnya sebelum diberikan kepada agensi-agensi lain. Kelemahan utama dari Class-Based Queuing (CBQ) adalah alokasi bandwidth dibagi secara adil hanya jika paket semua antrian memiliki sama (atau sebanding) ukuran. Jika satu class layanan mengandung paket lebih lama dari yang lain, maka class layanan dengan ukuran paket yang lebih besar akan mengambil lebih banyak bandwidth dari nilai dikonfigurasi. Class-Based Queuing (CBQ) merupakan teknik klasifikasi paket
data
yang
paling
terkenal,
mudah
dikonfigurasi,
memungkinkan sharing bandwidth antar class dan memiliki fasilitas user interface. CBQ mengatur pemakaian bandwidth jaringan yang dialokasikan untuk setiap user, pemakaian bandwidth yang melebihi
19 nilai set akan dipotong (shaping), CBQ juga dapat diatur untuk sharing dan meminjam bandwidth antar class jika diperlukan. Parameter CBQ adalah: •
Avpkt, adalah jumlah paket rata-rata saat pengiriman.
•
Bandwidth,
adalah
lebar
bandwidth
kartu
ethernet
biasanya sepuluh sampai seratus Mbit •
Rate yaitu, adalah kecepatan rata-rata paket data saat meninggalkan qdisc, rate merupakan parameter untuk mengeset bandwidth.
•
Cell, adalah peningkatan paket data yang dikeluarkan ke kartu ethernet berdasarkan jumlah byte, misalnya 800 ke 808 dengan nilai cell 8.
•
Isolated/Sharing.
Isolated
adalah
parameter
untuk
mengatur agar bandwidth tidak bisa dipinjam oleh class lain yang memiliki tingkat yang sama/sibling. Parameter Sharing menunjukkan bandwidth class yang bisa dipinjam oleh class lain. •
Bounded/Borrow. Parameter Bounded berarti class tidak dapat meminjam bandwidth dari class lain, sedangkan borrow adalah sebaliknya.
2.2.4.2 Hierarchical Token Bucket (HTB) Teknik antrian Hierarchical Token Bucket (HTB) mirip dengan Class-Based Queuing (CBQ), perbedaannya terletak pada jenis pilihan yang disediakan. HTB memiliki lebih sedikit pilihan saat konfigurasi dan lebih presisi. Teknik antrian Hierarchical Token Bucket (HTB) memberikan fasilitas pembatasan traffic pada setiap level maupun klasifikasi, bandwidth yang tidak terpakai bisa digunakan oleh klasifikasi yang lebih rendah. Susunan Hierarchical Token Bucket (HTB) dapat dilihat seperti suatu struktur organisasi dimana pada setiap bagian memiliki wewenang dan mampu membantu bagian lain yang membutuhkan.
20 Hierarchical Token Bucket (HTB) menganggap hirarki kelas dan lalu-lintas dipisah-pisah menjadi beberapa aliran, algoritma untuk penjadwalan paket adalah sebagai berikut : pertama memilih kelas pada cabang terendah (leaf class) yang linknya belum mencapai batas kemudian mulai mengirimkan paket dari kelas yang memiliki prioritas tertinggi kemudian berlanjut ke yang rendah, apabila link semua kelas melampaui batas link maka dilakukan suatu test melalui suatu putaran lengkap untuk menemukan leaf class yang dapat meminjam bandwidth dari kelas di atasnya (Parent class) jika tidak ada maka putaran diulangi dengan mencoba meminjam bandwidth dari kelas di atas Parent class (grandfather class/ root) (Arifin, Yunus, 2012: 2). Teknik antrian HTB cocok diterapkan pada perusahaan dengan banyak struktur organisasi. Parameter HTB adalah: •
Rate, yaitu parameter untuk menentukan bandwidth maksimum yang bisa dipakai oleh setiap class, jika bandwidth melebihi nilai “rate” maka paket data akan dipotong (drop). HTB mempunyai dua batasan rate yaitu:
•
Committed Information Rate (CIR) – (limit-at) adalah kecepatan yang akan didapatkan saat keadaan terburuk. Jadi saat jaringan penuh, pengguna masih mendapatkan jaminan speed atau kecepatan sebesar yang ditetapkan dalam CIR.
•
Maximal Information Rate (MIR) – (max-limit) adalah skenario terbaik yaitu kecepatan maksimum didapatkan saat jaringan tidak sibuk.
•
Ceil, yaitu parameter untuk menentukan peminjaman bandwidth antar class, peminjaman bandwidth dilakukan oleh class lebih rendah ke kelas di atasnya, teknik ini disebut link sharing.
Priority bertanggung jawab untuk distribusi traffic Parent yang tersisa kepada child agar yang mencapai max limit. Queue
21 dengan priority lebih tinggi akan mencapai max limit sebelum Queue dengan priority lebih rendah. Delapan adalah prioritas terendah, satu adalah yang tertinggi. Hierarchical Token Bucket (HTB) menggunakan Token Bucket Filter (TBF) sebagai estimator untuk menentukan apakah suatu class atau prioritas berada dalam keadaan underlimit atau overlimit. Dasar algoritma TBF seperti ember token, setiap paket yang akan dikirimkan harus memiliki token yang berada dalam ember token, jika token tidak tersedia didalam ember maka paket-paket yang akan dikirimkan harus menunggu sampai tersedia token yang cukup untuk mengirimkan paket yang sedang menunggu. Implementasi TBF terdiri dari sebuah buffer (bucket), yang secara konstan diisi oleh beberapa informasi virtual yang dinamakan token, pada link yang spesifik (token link). Parameter paling penting dari bucket adalah ukurannya, yaitu banyaknya token yang dapat disimpan. Setiap token yang masuk mengumpulkan satu paket yang datang dari antrian data dan kemudian dihapus dari bucket. Ada 2 jenis Queue yang umum digunakan yaitu :
Queue tree Queue Tree merupakan teknik antrian sistem manajemen bandwidth pada router mikrotikOS. Proses algoritma teknik antrian Queue tree adalah sebagai berikut. o Firewall bertugas untuk menyeleksi paket sesuai dengan klasifikasi kelasnya. o Mangle bertugas melakukan pendefinisian untuk menandai paket – paket yang masuk ke komputer klien. o Mark Packet bertugas untuk menandai paket data yang akan diproses ke antrian.
Implementasi HTB dapat diterapkan Queue tree dengan langkah-langkah sebagai berikut.
22 •
Menandai paket-paket untuk tiap koneksi client melalui konfigurasi Mangle sehingga paket-paket dan koneksi-koneksi tersebut nantinya dapat diteruskan dan dijabarkan sebagai koneksi paket bisnis, office ataupun paket pribadi.. Dari konfigurasi tiap-tiap paket untuk customer baik upload maupun download memiliki filter untuk menandai koneksi, pertama dengan menandai tiap connection yang lewat dan kemudian menandai packet yang melewati mangle tersebut.
•
Menginput CIR, MIR, Parent dan prioritas dari tiap paket melalui konfigurasi Queue. Queue dapat diterapkan
setelah
mangle
menandai
seluruh packet pada tiap koneksi (baik download maupun upload) pada tiap paket pengguna. Hierarchiecal Tokken Bucket (HTB) mengatur bandwidth dengan parameter Parent (interface utama untuk menentukan bandwidth download ataupun upload), packet-mark (mark-packet yang ditentukan pada konfigurasi mangle) dan maxlimit
(yang
merupakan
batas
kecepatan
maksimum) atau dikenal juga dengan MIR (Maximum Information Rate). •
Simple Queue Simple Queue merupakan teknik antrian pada sistem manajemen bandwidth pada Router Mikrotik. Simple Queue merupakan teknik antrian sederhana dan mudah menggunakan metode FIFO (First Input First Output). Teknik antrian FIFO adalah paket data yang pertama datang akan diproses terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam antrian, kemudian dikeluarkan sesuai dengan urutan kedatangannya.
23 2.3 Hasil Penelitian atau Produk Sebelumnya 2.3.1 State of Art Menurut Yoga, Priyono dan Ambarwati dalam jurnal yang berjudul Sistem Manajemen Bandwidth dengan Prioritas Alamat IP Client (2013), menjelaskan bahwa pada penelitian ini akan dilakukan analisis perfoma sistem manajemen bandwidth menggunakan metode Hierarchical Tocken Bucket
(HTB) dengan teknik antrian simple Queue dan Queue tree
terhadap beberapa parameter diantaranya: packet loss, delay end-to-end, dan throughput sistem. Pengambilan dan pengujian data menggunakan software Queue statistics dan software network analyzer wireshark. Hasil analisis penerapan sistem ini membuktikan bahwa penggunaan teknik antrian dan kapasitas bandwidth menyebabkan perbedaan nilai packet loss, delay end-to-end, dan throughput sistem. Nilai packet loss yang paling kecil menggunakan teknik antrian Queue tree dengan alokasi bandwidth 2Mbps adalah 0.2048% dan packet loss paling besar menggunakan teknik antrian simple Queue dengan alokasi bandwidth 256 Kbps adalah 2.3705%. Nilai delay end-to-end paling kecil menggunakan teknik antrian Queue tree dengan alokasi bandwidth 2Mbps adalah 0.4093 ms dan delay end-to-end paling besar menggunakan teknik antrian Queue tree dengan alokasi bandwidth 256 Kbps adalah 3.1326 ms. Pengaturan sistem manajemen bandwidth ini menghasilkan throughput yang terkontrol sesuai dengan alokasi upload dan download yang diberikan oleh administrator. Menurut Arifin, Yunus (2012) dalam jurnal yang berjudul Implementasi Quality Of Service Dengan Metode HTB (Hierarchical Token Bucket) Pada PT. Komunika Lima Duabelas, menjelaskan dalam implemetasi kali ini mengambil studi kasus di sebuah perusahaan yaitu PT. Komunika Lima Duabelas. Quality of Service (QoS) bukan membatasi tetapi lebih kepada menjaga kualitas bandwidth. Tanpa adanya Quality of Service
(QoS)dalam
sebuah
Jaringan
Intranet
mengakibatkan
ketidaksinambungan bandwidth yang diterima client. Hierarchical Token Bucket (HTB) merupakan teknik QoS yang mampu memaksimalkan bandwidth yang tidak terpakai, sehingga kualitas pelayanan menjadi lebih
24 meningkat, yaitu setiap paket memperoleh bandwidth minimal pada CIR (Committed Information Rates), setiap paket dapat memperoleh bandwidth lebih dari CIR tetapi tidak melibihi MIR (Maximum Information Rates), Selama traffic pada Parent-nya tidak penuh dan terjadi pemerataan bandwidth sesuai prioritasnya saat kondisi traffic seluruh paket penuh. Hierarchical Token Bucket (HTB) mampu memaksimalkan bandwidth yang tidak terpakai, sehingga kualitas pelayanan menjadi lebih meningkat.
Menurut Wijaya, Indra, dan Handoko (2013) dalam jurnal yang berjudul Manajemen Bandwidth Dengan Metode HTB (Hierarchical Token Bucket) Pada
Sekolah
Menengah
Pertama Negeri
5 Semarang,
menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan kontrol penggunaan internet, menerapkan manajemen bandwidth dan menstabilkan koneksi internet. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah HTB (Hierarchical Token Bucket) yaitu metode manajemen bandwidth yang mempunyai kelebihan dalam pembatasan trafik pada tiap level maupun klasifikasi, sehingga bandwidth yang tidak dipakai oleh level yang tinggi dapat digunakan atau dipinjam oleh level yang lebih rendah. Hasil dari penelitian ini adalah scripts konfigurasi yang nantinya di implementasikan pada PC Router untuk mengatur penggunaan bandwidth pada masing – masing komputer klien.
Menurut BALAN, Gabriel, dan POTORAC (2010) dalam jurnal yang berjudul Extended Linux HTB Queuing Discipline Implementations, menjelaskan bahwa dalam jaringan komputer menjelaskan dalam jaringan komputer kontrol lalu lintas adalah masalah manajemen yang penting untuk mengatur bandwidth. Makalah ini menggunakan teknologi Quality of Service (QoS) yang digunakan dalam manajemen jaringan itu. Makalah ini terutama berfokus pada mengatur antrian dan menggunakan Hierarchy Token Bucket (HTB) yang di implementasikan di Linux. Menjelaskan bagaimana mekanisme prioritas, dan mengusulkan tiga solusi praktis yang berbeda untuk melaksanakan HTB.