BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kebugaran fisik
2.1.1
Definisi Kebugaran fisik secara umum adalah keadaan kemampuan untuk
melakukan pekerjaan fisik berkelanjutan ditandai dengan integrasi yang efektif dari daya tahan kardiorespirasi, kekuatan, fleksibilitas, koordinasi, dan komposisi tubuh (Miller et al, 2002) Kebugaran fisik adalah kumpulan atribut yang seseorang miliki atau dapatkan. Kebugaran fisik diartikan sebagai “ kemampuan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari dengan penuh semangat dan kesadaran, tanpa kelelahan dan dengan energi yang cukup” (Casperseen, 1985). Kebugaran fisik adalah kemampuan dari jantung, darah, pembuluh darah, paru-paru, dan otot untuk tampil optimal (Getchell, 2008) 2.1.2
Komponen Kebugaran Fisik Kebugaran fisik terbagi menjadi dua komponen yaitu kebugaran fisik
terkait kesehatan (health related component) dan
kebugaran fisik terkait
kemampuan atletis (performance or skill related component). Kebugaran fisik terkait kesehatan mencakup kebugaran kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas, kekuatan otot, dan ketahanan otot. Kebugaran fisik terkait kemampuan
atletis
mencakup
keseimbangan,
waktu
reaksi,
koordinasi,
ketangkasan, kecepatan, dan kekuatan (ACSM, 2008). Komponen-komponen kebugaran fisik antara lain : 1.
Kekuatan otot (muscular strength): Kemampuan otot untuk menghasilkan tenaga selama kontraksi. Kekuatan otot penting untuk mengingkatkan kekuatan fisik secara keseluruhan. Kekuatan otot dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan suhu otot.
Universitas Sumatera Utara
2. 3.
Daya tahan otot (muscular endurance): Kemampuan otot rangka untuk
bertahan terhadap kontraksi terus menerus.
Daya
tahan
jantung
paru
(cardiorespiratory
endurance):
Kemampuan paru untuk proses pertukaran gas serta kemampuan jantung dan pembuluh darah untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. 4.
Kelenturan
(flexibility):
Kemampuan
untuk
memaksimalkan
jangkauan gerakan sendi. Pada usia lanjut kelenturan berkurang sebagai akibat menurunnya elastisitas otot akibat kurang melakukan latihan fisik. 5.
Komposisi tubuh (body composition): Komposisi tubuh mengacu pada jumlah relatif atau presentase dari berbagai jenis jaringan tubuh (tulang, lamak dan otot) yang berhubungan dengan kesehatan.
6.
Ketangkasan (agility): kemampuan untuk mengubah arah dengan cepat saat bergerak. (Robergs, 2003)
Kebugaran kardiorespirasi mencerminkan kemampuan fungsional dari jantung, pembuluh darah, darah, paru-paru, dan otot yang terkait selama berbagai jenis tuntutan latihan. Secara khusus, kebugaran kardiorespirasi mempengaruhi berbagai respon fisiologis yaitu saat istirahat, dalam menanggapi latihan submaksimal, dalam menanggapi latihan maksimal, dan selama kerja yang berkepanjangan (Lee et al., 2010; Martinez-Viscaino dan Sanchez-Lopez, 2008). 2.1.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik 1. Genetik Kapasitas aerobik maksimal 93,4% dipengaruhi oleh genetik yang berperan antara lain pada kapasitas jantung, sel darah merah (eritrosit), dan hemoglobin (Hb). Hal ini diduga terkait dengan jumlah mitokondria yang dimilikinya. Orang berkulit hitam dari suku Afrika memiliki jumlah mitokondria lebih banyak dibandingkan orang berkulit putih sehingga meningkatkan kemampuan sel dalam meningkatkan energi.
Universitas Sumatera Utara
2. Jenis Kelamin Setelah usia pubertas laki-laki memiliki nilai kebugaran lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Pada pengukuran VO2 max lakilaki lebih tinggi dikarenakan konsentrasi Hemoglobin (Hb) yang lebih tinggi (Strijk, 2010). Laki-laki memilki 10 kali lipat hormon testosteron dibandingkan dengan perempuan. Hormon testosteron merupakan anabolic steroid yang dapat membuat otot menjadi lebih besar dan kuat. Rata-rata kekuatan otot perempuan hanya 2/3 dari kekuatan otot laki-laki. Perempuan biasanya memiliki flexibilitas yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan hormone relaxin, extrogen dan progesteron yang membuat ligament, sehingga menjadikan ruang rendi lebih luas (Afriwardi, 2002). 3. Usia Pada usia pertumbuhan, kebugaran fisik akan lebih baik dikarenakan fungsi organ tubuh tumbuh dengan optimal. Sedangkan pada orang tua akan terjadi penurunan dikarenakan banyak jaringan tubuh yang telah mengalami kerusakan (Muslichatun, 2005). Pada usia diatas 25 tahun VO2 max nilai Vo2 max akan menurun 1% setiap tahunnya. Pada seseorang yang rajin melakukan aktifitas fisik, penurunan terjadi 5% per dekade, sedangkan pada seseorang yang memiliki gaya hidup sedenter penurunan mencapai 10% per dekade (Srijk, 2010). Usia juga berpengaruh pada ketahanan kardiorespiratori dan kekuatan otot. Pada usia 20 tahun merupakan usia maksimal dan akan mulai menurun pada usia 60 tahun. 4. Status Gizi Daya tahan tubuh akan berada pada kondisi optimal bila mengonsumsi karhidrat sebanyak 60-70%. Dan diet tinggi protein terutama untuk membesarkan otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar (Karim, 2002). Seorang pegawai memerlukan gizi 3000 kalori per hari dengan perincian 1800 kalori dipenuhi oleh karyawan dirumah dengan makan 2 kali sehari dan kebutuhan kalori sebesar 1200 kalori akan dipenuhi oleh karyawan pada jam istirahat (Djojodibroto, 1999)
Universitas Sumatera Utara
2.2
Fisiologi Olahraga Olahraga pada awalnya mengganggu homeostasis. Perubahan-perubahan
yang terjadi sebagai respons terhadap olahraga adalah upaya tubuh untuk memenuhi keharusan mempertahankan homestasis ketika tuntutan terhadap tubuh meningkat. Olahraga memerlukan koordinasi berkepanjangan diantara sistem tubuh, termasuk sistem otot, tulang, saraf, sirkulasi, pernapasan, kemih, integument (kulit), dan endokrin (pembentuk hormon) (Sherwood, 2011). Respon tubuh terhadap latihan memiliki dua aspek analog dengan respon tubuh terhadap stres. Respon jangka pendek yaitu serangan tunggal setelah oalahraga yang disebut dengan latihan akut. Respon jangka panjang yaitu setelah olahraga teratur yang mempermudah latihan berikutnya serta meningkatkan kinerjanya yang disebut dengan latihan kronik atau training. Respon jangka pendek dan jangka panjang membutuhkan energi. Kenaikan pesat dalam kebutuhan energi memerlukan penyesuaian dalam aliran darah untuk memenuhi kebutuhan osigen, nutrisi dan mengeliminasi hasil akhir metabolisme seperti karbon dioksida, asam laktat, dan membebaskan panas berlebihan. Pergeseran metabolisme tubuh terjadi melalui kegiatan terkoordinasi dari semua sistem yaitu, neuromuskuler, respiratori, kardiovaskular, metabolik, dan hormonal (Shetty, 2005).
2.3
Kebugaran Kardiorespiratori Kebugaran kardiorespirasi adalah kemampuan sistem peredaran darah
dan pernapasan untuk memasok bahan bakar dan oksigen selama aktivitas fisik yang berkelanjutan. Penelitian menemukan bahwa dengan rendahnya kebugaran pada usia dewasa muda dikaitkan dengan perkembangan faktor risiko penyakit kardiovaskular pada usia pertengahan (Steele et al., 2008). Daya tahan jantung paru paru merupakan faktor utama dalam kebugaran. Kebugaran kardiorespiratori juga disebut sebagai kapasitas aerobik atau konsumsi oksigen maksimum yang dilambangkan dengan “VO2 max”. Hal ini merupakan komponen paling penting dari kebugaran fisik dan dasar dari
Universitas Sumatera Utara
kebugaran. Contoh dari aktifitas aerobik adalah berjalan, jogging, berenang, bemain lompat tali, bersepeda, ataupun aerobik. Istilah aerobik pada olahraga mengacu pada kegiatan di mana kebutuhan oksigen dapat dipenuhi terus menerus selama melakukan olahraga. kinerja aerobik tergantung pada pasokan oksigen terus menerus yang cukup untuk membakar karbohidrat dan lemak yang dibutuhkan untuk bahan bakar aktivitas tersebut. Dengan kata lain, seseorang melakukan aerobik memiliki kapasitas untuk mempertahankan intensitas atau kebutuhan energi selama lebih dari beberapa menit (Powers et al, 2007). Konsumsi oksigen maksimal (VO2 max) dinyatakan dalam bentuk satuan unit per waktu, biasanya dalam satuan liter / menit. Karena oksigen digunakan oleh seluruh jaringan tubuh, individu yang memiliki massa tubuh lebih besar mempunyai konsumsi oksigen lebih banyak dibanding individu yang memiliki massa tubuh lebih kecil, baik ketika istirahat maupun melakukan kerja. Karena itu konsumsi oksigen juga dinyatakan berdasarkan berat badan seseorang, yaitu dalam ml / kgBB / menit. 2.3.1
Fisiologi Kardiorespiratori Kebugaran kardiorespiratori adalah pengukuran bagaimana paru-paru,
kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), dan otot bekerja sama selama aktivitas aerobik. Dalam pernapasan, oksigen di udara diambil oleh alveoli di paru-paru. Saat darah melewati alveoli, oksigen ditangkap oleh hemoglobin dan dibawa darah menuju ke jantung. Jantung kemudian bertanggung jawab dalam memompa darah yang beroksigen melalu sistem sirkulasi menuju keseluruh organ dan jaringan tubuh. Pada tingkat sel, oksigen digunakan untuk mengubah substrat makanan terutama karbohidrat dan lemak, melalui metabolise aerobic menjadi adenosine triphosphate (ATP). Senyawa ini menghasilkan energy untuk melakukan aktifitas fisik, fungsi tubuh, dan memperbaiki keseimbangan internal. Dalam pelaksanaan aktifitas fisik, ATP dibutuhkan lebih banyak. Sebagai hasilnya, paru-paru jantung dan pembuluh darah menghantarkan lebih banyak oksigen ke sel otot sebagai persediaan energy yang dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
Selama aktifitas fisik yang lama, seseorang dengan level kebugaran kardiorespiratori yang tinggi dapat menghantarkan energi yang dibutuhkan dalam aktifitas fisik ke sel otot dengan mudah. Sedangkan pada orang yang tingkat kebugaran kardiorespiratorinya lebih rendah, harus bekerja lebih keras, jantung harus bekerja lebih keras, sedikit oksigen yang dihantarkan ke jaringan dan sebagai konsekuensinya, Ia akan lebih cepat lelah. (Hoeger, 2013) 2.4
Keuntungan aktifitas aerobik
Semua yang berpartisipasi dalam kegiatan kardiorespiratori atau latihan aerobik akan mendapatkan sejumlah keuntungan dalam adaptasi fisiologis, diantaranya adalah : 1.
Pengambilan oksigen yang lebih tinggi (VO2 max). Jumlah oksigen yang dapat digunakan tubuh selama latihan fisik meningkan secara signifikan. Ini memudahkan seseorang untuk dapat melakukan latihan fisik lebih lama dan lebih intensif sebelum merasa lelah.
2.
Peningkatan kapasitas oksigen yang dibawa oleh darah. Sebagai hasil dari latihan, hitung sel darah merah meningkat. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang membawa oksigen dalam darah.
3.
Penurunan Resting Heart Rate (RHR) dan peningkatan kekuatan otot jantung. Selama kondisi istirahat, jantung mengeluarkan sekitar 5 sampai 6 liter darah per menit. Jumlah darah ini disebut dengan cardiac output.
Seperti otot lainnya, jantung merespon olahraga
dengan meningkatkan kekuatan dan ukurannya. Saat jantung menjadi lebih kuat, otot akan berkontraksi dengan penuh yang akan membantu jantung mengeluarkan lebih banyak darah dengan irama, Stroke volume ini akan menurunkan detak jantung. 4.
Detak jantung lebih rendah pada beban kerja yang diberikan. Orang yang terlatih mempunyai respon denyut jantung lebih rendah terhadap tugas yang diberikan karena memiliki efisiensi yang besar pada sistem kardiorespiratorinya.
5.
Peningkatan jumlah, ukuran dan kapasitas mitokondria. Semua energi yang dibutuhkan oleh sel diproduksi di mitokondiria. Dengan meningkatnya
jumlah
dan
ukuran
dari
mitokondria,
akan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan potensi dalam menghasilkan eneri untuk kerja otot. 6.
Peningkatan jumlah pembuluh darah kapiler fungsional. Pembuluh darah kapiler memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen dan karbon dioksida diantara darah dan sel. Dengan bertambahnya pembuluh yang membuka, pertukaran gas lebih dapat berlangsung, yang akan menghambat serangan lelah selama latihan yang berkepanjangan.
7.
Kemampuan untuk cepat pulih setelah melakukan olahraga. Orang yang terlatih akan pulih lebih cepat setelah berolahraga. Sistem yang sehat mampu mengembalikan keseimbangan internal dengan cepat selama berolahraga.
8.
Tekanan darah dan lemak darah lebih rendah. Program latihan aerobik biasa menyebabkan penurunan tekanan darah (yang dapat menurunkan resiko stroke), dan penurunan jumlah lemak (kolesterol dan
trigliserida),
yang
mempunyai
hubungan
dengan
plak
arterosklerosis. Hal ini menurunkan resiko penyakit jantung koroner. 9.
Peningkatan enzim pembakar lemak. Enzim-enzim ini sangat penting karena lemak akan hilang dalam pembakaran di otot. Dengan meningkatnya konsentrasi enzim bersamaan dengan peningkatan jumlah dan ukuran dari mitokondria, hal yang sama juga terjadi dalam
pembakaran
lemak
(trigliserida)
sebagai
lawan
dari
karhohidrat (glukosa/glukagon) selama beban kerja submaksimal. (Hoeger, 2013) 2.5
Cara mengukur tingkat kebugaran Pengukuran tingkat kebugaran dapat dinilai dengan berbagai teknik, baik
secara langsung maupun tidak lansgung Kebugaran kardiorespiratori dapat diukur secara langsung pada laboraturium atau secara tidak langsung dengan beberapa metode.
Universitas Sumatera Utara
Ada tiga tes yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kebugaran, yaitu: 1. Tes lapangan (field test). Subjek melakukan suatu latihan dengan jarak tertetu atau melakukan latihan menurut waktu yang ditetapkan. Tes ini umumnya menuntut upaya maksimal untuk memperoleh hasil terbaik dalam menentukan kebugaran kardiorespiratori. Tes ini meliputi
berjalan, berjalan dan berlari, berlari, bersepeda dan
berenang. 2. Tes kekuatan (submaximal exertion). Pada tes beban kerja submaksimal, dapat berupa tes langkah (step test) atau tes dengan tahapan tunggal ataupun multi protokol. Tes ini meliputi tes langkah (step test), treadmill, bersepeda, dan lain lain.
Sebagian tes ini
dilakukan di laboraturium. Tes 3. Tes beban maksimal (maximal exertion). Tes ini menggunakan olahraga yang berjenjang dan progresif untuk mengukur kelelahan. Tes ini menggunakan tenaga semaksimal mungkin karena tes ini menentukan kebugaran kardiorespiratori. Tes ini dilakukan di laboratorium. (ACSM, 2008) 2.5.1
Tes Langkah (step test) Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan tes langkah (step test)
sebagai metode untuk menentukan kebugaran. Tes langkah sudah ada sejak 50 tahun dalam pengujian kebugaran. Diantaranya adalah, Harvard Step Test, Mc Ardle Step Test, atau Queen College Step Test. Tes-tes ini dilakukan untuk mengukur kebugaran kardiorespiratori yang diukur melalui VO2 max.
1.
Harvard step test Step test membutuhkan waktu dan peralatan yang singkat serta dapat dilakukan kepada hampir semua orang. Tes ini dilakukan tidak lebih dari 5 menit. Peralatan yang dibutuhkan diantaranya, bangku setinggi
Universitas Sumatera Utara
45 cm untuk laki-laki dan 43cm untuk perempuan, stopwatch, dan metronom. Cara pelaksanaan: 1.
Sampel diminta untuk naik turun bangku setingi 45 cm
2.
Setelah waktu dihentikan, stopwatch pertama mencatat lama naik turun bangku
3.
Stopwatch kedua merupakan tanda awal masa pemulihan sekaligus digunakan untuk menghitung nadi.
4.
Nadi sihitung pada arteri radialis pada 1-1,5 menit, 2,2,5 menit dan 3-3,5 menit
2.
McArdle Step Test Tes ini membutuhkan peralatan yang cukup sederhana dan waktu yang relatif singkat. Peralatan yang dibutkan diantaranya adalah stopwatch, metronom bangku dengan tinggi 41,30cm. Waktu yang dibutuhkan adalah 3 menit. Cara pelaksanaan: 1.
Sampel melangkah ke atas bangku selama 3 menit.
2.
Sampel laki-laki melangkah sebanyak 24 kali permenit dan perempuan sebanyak 22 kali permenit. Langkah disesuaikan dengan irama metronom.
3.
Setelah 3 menit, sampel diminta untuk tetap berdiri dan dilakukan penghitungan denyut nadi radialis pada detik ke-5 sampai detik ke-20 periode pemulihan. Denyut nadi selama 15 detik dikonversi menjadi denyut nadi permenit dengan dikalikan empat. Kemudian Besar VO2max ditentukan dari denyut nadi pada periode pemulihan melalui rumus : Untuk Laki-laki: VO2max (ml/kg/min) = 111.33 - (0.42 x DJ) Untuk Perempuan: VO2max (ml/kg/min) = 65.81 - (0.1847 x DJ) DJ= denyut jantung (kali/menit) di arteri radialis pada periode pemulihan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 klasifikasi nilai VO2 max Jenis kelamin
Sangat
baik
cukup
kurang
baik Laki_laki
> 60.5
Sangat kurang
49.2 – 60.5
45.8
– 43.3-45.4
< 43.3
– 34.4 - 35
< 34.4
48.8 Perempuan
> 42
36.6 - 42
35.2 36.4
2.6
Produktifitas kerja
2.6.1 Definisi dan pengukuran produktifitas kerja Produktivitas berarti kemampuan untuk menghasilkan sesuatu daya untuk berproduksi. Kata kerja atau bekerja secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu aktivitas kehidupan manusia ditandai oleh suatu aktivitas, yaitu bekerja untuk mempertahankan hidup. Pada dasarnya dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasi. Pengkajian masalah produktivitas dari dimensi individu tidak lain melihat produktivitas terutama dalam hubungannya dengan karakteristik- karakteristik kepribadian individu juga mengisyaratkan dua kelompok syarat bagi produktivitas perorangan yang tinggi: 1. Kelompok pertama a. Tingkat pendidikan dan keahlian b. Jenis teknologi dan hasil produksi c. Kondisi kerja d. Kesehatan, kemampuan fisik dan mental 2. Kelompok kedua a. Sikap mental (terhadap tugas), teman sejawat dan pengawas b. Keaneka ragam tugas c. Sistem insentif (sistem upah dan bonus) d. Kepuasan kerja
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui produktivitas kerja dari setiap pegawai maka perlu dilakukan sebuah pengukuran produktivitas kerja. Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik per orang atau per jam kerja orang ialah diterima secara luas, dengan menggunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun) (Fitriyanto, 2012) Kehidupan bisnis modern menuntut stamina yang prima dari para pelakunya, karena mereka harus bekerja dengan ritme kerja yang cepat, jadwal ketat dan tidak teratur, perubahan rencana yang tidak terduga, dan jam kerja yang panjang. Situasi dan kondisi kerja semacam ini menimbulkan stres kerja yang mengakibatkan berbagai penyakit psikosomatis seperti tukak lambung, serta penyakit kardiovaskuler. Penyakit tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu penderita juga terpaksa tidak masuk kerja, sehingga kerugian ganda akan diderita oleh pegawai maupun perusahaan yaitu pemasukan berkurang dan pengeluaran bertambah. 2.7
Manfaat Kebugaran terhadap produktifitas kerja Kebugaran jasmani mempunyai fungsi pengembang kesanggupan kerja
bagi siapapun, sehingga dapat menyelesaikan kerjanya dengan baik tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Program kebugaran jasmani selain akan meningkatkan status kebugaran, juga akan menambah semangat kerja, mencegah berbagai penyakit, menghilangkan ketegangan, menambah rasa percaya diri, membentuk jiwa sportif, mengajarkan sikap sabar, gembira dan melatih konsentrasi. Rajin berolahraga memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut: 1.
Pada otak, myelin akan semakin tebal sehingga penghantaran impuls saraf menjadi lebih cepat. Disamping itu keluar neurotropin yang merangsang neurotransmiter di sinaps sehingga reaksi akan cepat dan tepat dalam menanggapi masalah.
2. Pada pembuluh darah, peningkatan elastisitas pembuluh darah karena berkurangnya timbunan lemak. Hal ini memperlancar aliran darah dan menurukan resiko hipertensi dan penyakit jantung koronoer. Kelancaran aliran darah juga mempercepat pembuangan zat-zat lelah sebagai sisa pembakaran, sehingga bisa diharapkan pemulihan cepat.
Universitas Sumatera Utara
3. Pada paru-paru, elastisitas paru dan alveouli yang terbuka akan bertambah sehingga kapasitas oksigen akan bertambah yang dapat menunda kelelehan. 4. Pada jantung, efisiensi kerja jantung akan bertambah. Jantung akan semakin kuat dan besar sehingga akan menambah kapasitas jantung. Dengan efesiensi kerja yang tinggi, jantung tidak perlu berdenyut terlalu sering dengan demikian jantung akan awet dan produktif. 5. Manfaat bagi ekstremitas, akan meningkatkan enzim tulang yang akan meningkatkan kepadatan, kekuatan, dan mencegah pengeroposan tulang. Kekuatan ligamentum dan tendon akan bertambah sehingga dapat menahan beban berat dan tidak mudah cedera. Latihan secara teratur dapat menyebabkan bertambah tebalnya tulang rawan di persendian sehingga dapat menjadi peredam (shock absorber) yang melindungi tulang dan sendi dari bahaya cedera. 6. Pada keadaan psikologis dapat meningkatkan perasaan berprestasi, menghilangkan ketegangan, membentuk jiwa sportif, menambah kesabaran, meningkatkan konsentrasi kerja, dan membuat tidur lebih nyenyak sehingga bisa mengurangi masalah kejiwaan (Hoeger, 2013)
Universitas Sumatera Utara