5 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba. Ikan bawal sebenarnya masih cukup baru diperkenalkan di industri perikanan tanah air, namun karena hasil penyebarannya mendapat respon dari para petani ikan, jumlah konsumsi ikan bawal semakin hari semakin meningkat. Ikan bawal memiliki rasa daging yang gurih dan enak, meski cukup banyak duri pada dagingnya. Sebagai ikan konsumsi ikan ini sekarang menjadi alternatif baru (Azam et al., 2010). Ikan bawal air tawar dijadikan sebagai pilihan karena memiliki harga yang relatif murah dan lebih terjangkau oleh masyarakat, mudah dalam pembudidayaan dan memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi (Anggraini, 2002). Pertumbuhan ikan merupakan pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu waktu. Pertumbuhan dapat juga dikatakan sebagai proses biologis yang komplek dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu ialah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) berasal dari makanan. Seperti kita ketahui bahan yang berasal dari makanan tersebut akan digunakan tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang tidak terpakai (Effendi, 2002). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi faktor genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang berhubungan dengan lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting adalah zat hara. Faktor eksternal tersebut yaitu komposisi kualitas kimia dan fisika air, bahan
buangan
metabolik
serta
ketersediaan
pakan
dan
penyakit
(Irawan et al., 2009).
5 Universitas Sumatra Utara
6 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
Faktor eksternal yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan. Namun dari kedua faktor itu belum diketahui faktor mana yang memegang peranan lebih besar. Terlalu banyak individu dalam perairan yang tidak sebanding dengan keadaan makanan akan terjadi kompetisi terhadap makanan
itu.
Keberhasilan
mendapatkan
makanan
akan
menentukan
pertumbuhan. Faktor-faktor kimia perairan dalam keadaan ekstrim mempunyai pengaruh hebat terhadap pertumbuhan, bahkan dapat menyebabkan fatal. Diantaranya adalah oksigen, karbon dioksida, hydrogen sulfide, keasaman dan alkalinitas, dimana pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap makanan (Effendi, 2002). Kebiasaan makan ikan bawal air tawar termasuk ke dalam kelompok ikan pemakan semuanya (omnivora), tetapi ada pula yang menyebutkan bahwa ikan ini cenderung menjadi karnivora (pemakan daging). Hal tersebut terlihat dari bentuk giginya yang tajam. Saat masih kecil, ikan ini menyukai plankton serta tumbuhan air, namun setelah dewasa, selain pakan yang disebutkan tadi, ikan ini juga memangsa hewan seperti ikan kecil, udang kecil atau serangga air. Apabila dibudidayakan dikolam, bawal air tawar dapat diberi pakan alami dan pakan tambahan berupa pakan buatan seperti pelet. Pakan yang baik adalah pakan yang mempunyai gizi seimbang, baik protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Untuk itu, pelet yang diberikan sebagai pakan tambahan adalah pelet komersial dengan kandungan protein 30-40% (Azam et al., 2010).
2.2. Taksonomi dan Ciri-ciri Ikan Bawal air tawar (Colossoma macropomum) Tubuh bawal tampak membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2cm:1cm. Bentuk tubuh pipih dengan perbandingan tinggi dan lebar tubuh 4cm:1cm. Bentuk tubuh seperti ini menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti ikan lele, tetapi lambat seperti ikan gurame dan tambakan. Sisiknya kecil berbentuk stenoid. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih. Pada bawal dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan cirri khusus bawal tawar sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut red bally pacu. Kepala ikan bawal air tawar berukuran kecil yang terletak diujung kepala
6 Universitas Sumatra Utara
7 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
tetapi agak sedikit ke atas (Anggraini, 2002). Gambar ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Gambar 2.2. Klasifikasi ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Filum
: Chordata
Subfilum
: Craniata
Kelas
: Pisces
Subkelas
: Neopterigii
Ordo
: Cypriniformes
Subordo
: Cyprinoidea
Famili
: Characidae
Genus
: Colossoma
Species
: Colossoma macropomum
Gambar 2.2. Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Foto oleh: Ledi D. Sitanggang
2.3. Pakan Ikan Pakan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam keberhasilan kegiatan budidaya karena menentukan pertumbuhan dan perkembangan ikan. Ikan membutuhkan makanan dalam jumlah cukup serta berkualitas untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Mamora, 2009). Pakan merupakan faktor yang
7 Universitas Sumatra Utara
8 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
sangat
penting
diperhatikan
untuk keberhasilan
usaha
budidaya
ikan.
(Mulyadi et al., 2010) menyatakan bahwa makanan berfungsi sebagai sumber energi yang digunakan untuk pemeliharaan tubuh, pengganti jaringan tubuh yang rusak, pertumbuhan, aktifitas dan kelebihan makanan tersebut digunakan untuk reproduksi. Ikan
membutuhkan
materi (nutrien)
dan
energi untuk
aktifitas
kehidupannya. Nutrien yang dibutuhkan berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral dalam jumlah yang memadai. Sebagai organism heterotrof, ikan membutuhkan semua itu yang berasal dari makanan. Berdasarkan makanan utamanya ikan dapat dikelompokkan menjadi herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora (pemakan hewan), omnivora (pemakan tumbuhan dan hewan) dan detrivora (Rahardjo et al., 2010). Nilai nutrisi suatu makanan pada umumnya tergantung pada kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, kadar air dan energi. Kebutuhan nutrisi bagi hewan air misalnya ikan, jika dilihat dari kandungan protein umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis unggas maupun mamalia yang hidup di darat. Pakan ada dua yaitu pakan alami, yang disebut juga dengan pakan hidup. Pakan alami sangat penting bagi larva ikan dan udang. Pakan buatan merupakan pakan tambahan yang diformulasikan dari bahan-bahan yang sesuai dengan kebutuhan hewan tersebut. Pelet dan pakan yang diformulasi dari campuran berbagai bahan pakan yang disusun secara khusus sesuai dengan jenis dan masa pertumbuhan ikan disebut pakan buatan (Yuwono & Sukardi, 2008). Pakan ikan mempunyai kadar protein yang cukup tinggi sehingga apabila penyimpanannya kurang baik akan mudah ditumbuhi bakteri maupun jamur dan dapat
menyebabkan
ikan
menjadi
sakit
(Hanif
et
al.,
2011).
Webster & Lim (2002) dalam Mamora (2009) menyebutkan bahwa ikan bawal memiliki laju pertumbuhan yang baik pada kadar protein dan konsentrasi energi optimum yakni 24-50%. Makanan yang ditelan dan dicerna oleh ikan akan diubah menjadi energi yang digunakan bagi berbagai fungsi dalam kehidupan ikan untuk tumbuh dan bereproduksi atau untuk mengganti sel-sel yang rusak pada suatu jaringan. Ikan dikenal sebagai binatang yang bersifat poikiloterm atau suhu tubuhnya mengikuti
8 Universitas Sumatra Utara
9 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
suhu lingkungan air tempat hunian ikan. Hal ini akan menentukan laju metabolisme ikan dan oleh karena itu, kebutuhan nutrisi berkaitan dengan suhu lingkungan (Rahardjo et al., 2010). Molekul pakan yang besar dan kompleks harus dipecah menjadi molekul yang lebih kecil dan sederhana agar dapat diabsorpsi dan selanjutnya digunakan di dalam tubuh. Pemecahan molekul dilakukan dengan cara pencernaan (Yuwono & Sukardi, 2008). Protein merupakan komponen pakan terpenting bagi hewan air, terutama pada ikan. Akan tetapi kelebihan protein dalam pakan dapat mengakibatkan kematian karena gejala kelebihan protein. Ikan dapat menerima protein tinggi karena mempunyai kemampuan tambahan untuk melepaskan nitrogen yang berlebihan melalui insangnya. Ikan dapat mengeluarkan sebagian besar sisa-sisa protein sebagai ammonia secara cepat dan terus menerus. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reparasi jaringan, serta dapat pula sebagai sumber energi untuk aktifitas. Protein tubuh terdiri atas rantai panjang asam-asam amino. Hanya 20 macam asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis molekul protein dalam tubuh (Hanif et al., 2011). Salah satu faktor yang penting dalam usaha budidaya ikan adalah faktor pakan, baik pakan buatan maupun pakan alami. Pakan alami yang cukup potensial untuk dikembangkan antara lain cacing sutra (Tubifex sp.). Sebagai pakan ikan, Tubifex sp. mempunyai kelebihan, antara lain kandungan proteinnya yang cukup tinggi, yaitu 65% dan lebih mudah dicerna di dalam usus ikan, yaitu selama 1,5-2 jam (Wibowo, 1991). Pakan tambahan berupa suplemen dapat diberikan dari kombinasi dua jenis pakan alami yang cukup potensial, yaitu cacing sutra (Kawania et al., 2012). Cacing sutra (Tubifex sp.) ini menjadi favorit bagi semua benih ikan yang sudah biasa memakan pakan alami. Cacing sutra ini biasanya diberikan dalam keadaan hidup atau masih segar ke dalam air karena lebih disukai ikan. Cacing sutra (Tubifex sp.) cukup mudah untuk dijumpai dan jika dibudidayakan tidaklah sulit untuk melakukannya. Tubifex sp. juga bisa bertahan lama hidup di air dan nilai gizi yang ada pada cacing ini cukup baik untuk pertumbuhan ikan. Berbagai keunggulan ini membuat Cacing sutra (Tubifex sp.) menjadi primadona pakan alami bagi dunia pembenihan (Johan, 2008).
9 Universitas Sumatra Utara
10 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
Menurut Gustiano & otong (2010) bentuk pakan bermacam-macam, umumnya yang sering digunakan dalam budidaya antara lain: pakan berbentuk tepung, remah dan pelet. Bentuk pakan ini biasanya disesuaikan dengan ukuran ikan. Jumlah pakan yang diberikan setiap hari disesuaikan dengan berat ikan, sering disebut sebagai tingkat pemberian pakan (TPP) atau feeding level. TPP untuk setiap jenis ikan dan tingkatan ukuran ikan berbeda. Umumnya, ikan berukuran kecil membutuhkan TPP dan frekuensi pemberian pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran yang lebih besar. Berdasarkan rata-rata berat individu ikan, maka dapat ditetapkan tingkat dan frekuensi pemberian pakan. Berdasarkan berat total dapat ditetapkan jumlah pakan yang dibutuhkan dalam satu hari maupun satu kali pemberian pakan. Untuk mengetahui respon ikan terhadap pakan yang diberikan dilakukan evaluasi pemberian pakan atau sering disebut sebagai efisiensi pemberian. Efisiensi adalah perbandingan antara pertambahan bobot ikan dengan jumlah pakan yang diberikan, dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi tingkat efisiensi, semakin baik tingkat efisiensi pakan.
2.4. Faktor Fisik Kimia Air Menurut Djajadiredja et al., (1980) dalam Sundari (1983) air sebagai media hidup ikan harus memiliki kondisi yang baik, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas air bagi budidaya ikan ditentukan antara lain oleh besar kandungan oksigen terlarut, suhu air, NH3 terlarut, CO2 bebas, pH dan alkalinitas air. Parameter fisik dalam kualitas air merupakan parameter yang bersifat fisik, artinya dapat dideteksi oleh panca indera manusia yaitu melalui visual, penciuman, peraba dan perasa, sedangkan parameter kimia didefinisikan sebagai sekumpulan bahan/zat kimia yang keberadaannya dalam air mempengaruhi kualitas air. Faktor fisik kimia air diantaranya DO (oksigen terlarut), suhu pH, ammoniak dan nitrit (Irawan et al., 2009). Oksigen terlarut bergantung kepada suhu merupakan faktor penting pengendali laju pertumbuhan ikan (Rahardjo et al., 2010). Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Pada ekosistem air tawar, pengaruh temperatur menjadi sangat dominan. Kelarutan
10 Universitas Sumatra Utara
11 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
maksimum oksigen di dalam air terdapat pada temperatur 0oC, yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Konsentrasi ini akan menurun sejalan dengan meningkatnya temperatur air. Pengaruh oksigen terlarut terhadap fisiologis organisme air terutama adalah dalam proses respirasi (Barus, 2004). Suhu merupakan salah satu variabel lingkungan yang sangat penting. Ikan sebagai hewan ektotermal (poikiloterm), sangat bergantung kepada suhu. Kenaikan suhu meningkatkan laju metabolisme dalam tubuh. Kenaikan suhu akan meningkatkan laju pertumbuhan sampai batas tertentu, dan setelah itu kenaikan suhu justru menurunkan laju pertumbuhan (Rahardjo et al., 2010). Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembangbiak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air dan bersama-sama dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Suhu air sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan ikan dan hewan air lainnya mati (Irawan et al., 2009). Pengukuran pH air dapat dilakukan dengan cara kolorimetri, dengan kertas pH atau dengan pH meter. Pengukurannya tidak begitu berbeda dengan pengukuran pH tanah, hanya saja disini pengukuran dilakukan tanpa pengenceran. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran pH air adalah cara pengambilan contohnya harus benar, seperti yang telah dinyatakan di atas. Bila akan mengukur pH air dari kedalaman tertentu air harus diambil menggunakan ember (Suin, 2002). Ammoniak (NH3) adalah hasil utama dari penguraian protein yang merupakan racun bagi ikan, karena itu kandungan NH3 perairan dianjurkan tidak lebih dari 1 ppm (Sundari, 1983). Sumber ammonia di perairan adalah hasil pemecahan nitrogen (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air (Effendi, 2003). Ammonia yang merupakan hasil eksresi utama ikan jika berada pada konsentrasi tinggi, akan memperlambat laju pertumbuhan ikan (Rahardjo et al., 2010).
11 Universitas Sumatra Utara