4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan resin komposit telah menjadi hal penting di kedokteran gigi. Berhubungan dengan kegunaan dan keperluan estetik, resin komposit telah menjadi salah satu bahan restorasi estetik yang sangat terkenal di praktik kedokteran gigi. Resin komposit digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang dan memodifikasi warna dan kontur dari gigi, sehingga meningkatkan nilai estetika dari gigi.11
2.1 Resin Komposit Bahan restorasi resin komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik daripada bahan itu sendiri. Perkembangan bahan restorasi resin komposit sendiri dimulai pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun1960, ketika Bowen berhasil menghasilkan pengembangan dari molekul bis-CMA. Molekul tersebut memenuhi persyaratan matriks resin suatu komposit. Pengembangan sifat matriks dan ikatan bahan pengisi dengan matriks menghasilkan bahan restorasi yang jelas lebih unggul dibandingkan resin akrilik tanpa bahan pengisi (nirpasi). Sejak awal 1970-an, komposit secara nyata menggantikan resin tanpa bahan pengisi untuk restorasi gigi. Sistem komposit berbasis resin dan resin dimetakrilat telah digunakan untuk aplikasi kedokteran gigi lainnya seperti bahan penutup pit dan fisur, bahan bonding dentin, semen perekat untuk restorsi cekat, dan bahan veneer.11
2.2 Komposisi Resin Komposit Bahan restorasi komposit modern mengandung sejumlah komponen. Kandungan utama adalah matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua komponen bahan tersebut, beberapa komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu bahan coupling (silane) diperlukan untuk
Universitas Sumatera Utara
5
memberikan ikatan antar bahan pengisi anorganik dan matriks resin, juga aktivatorinisiator diperlukan untuk polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambalan lain meningkatkan stabilitas warna (penyerap sinar ultraviolet) dan mencegah polimerisasi dini ( bahan penghambat seperti hidroquinon). Resin komposit harus pula mengandung pigmen untuk memperoleh warna yang cocok dengan struktur gigi.11
2.2.1 Matriks Resin Resin adalah komponen kimia aktif dari komposit yang awalnya adalah cairan yang kemudian diubah menjadi polimer kaku oleh reaksi adiksi radikal. Reaksi ini adalah kemampuan untuk mengkonversi suatu bahan dengan massa plastic menjadi bentuk padat dan kaku, yang memungkinkan bahan ini dipakai untuk restorasi gigi. Kebanyakan bahan komposit kedokteran gigi menggunakan monomer yang merupakan diakrilat aromatic atau alipatik. Bisphenol-A glyadyl methacrylate (BISGMA), urethane dimethacrylate (UDMA), dan trietilen glikol dimetrakilat (TEGDMA) adalah dimetrakilat yang umum digunakan dalam komposit gigi. Monomer yang paling umum digunakan untuk resin anterior dan posterior adalah Bis-GMA, yang berasal dari reaksi antara bisphenol-A dan glycidylmethacrylate. Resin yang biasa disebut resin Bowen ini memiliki berat molekul yang lebih tinggi daripada methyl methacrylate.11,12 Bis-GMA adalah cairan yang sangat kental karena berat molekulnya yang tinggi, penambahan filler sekecil apapun akan menghasilkan komposit dengan kekakuan yang berlebih untuk penggunaan klinis. Untuk mengatasi masalah ini monomer dengan viskositas rendah yang dikenal sebagai viskositas pengendali ditambahkan.
Diantaranya
methyl
methacrylate
(MMA),
ethylene
dimethacrylate (EDMA) dan triethylane glycol dimethacrylate (TEGDMA).
glycol
12
Meskipun sifat mekanis resin Bis-GMA lebih unggul dibandingkan dengan resin akrilik, bahan tersebut tidak mengikat struktur gigi lebih efektif. Karena itu, pengerutan polimerisasi
dan perubahan dimensi
termal masih merupakan
pertimbangan penting.11
Universitas Sumatera Utara
6
2.2.2 Partikel Bahan Pengisi Ditambahkannya partikel bahan pengisi ke dalam suatu matriks akan meningkatkan sifat bahan matriks bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks. Karena pentingnya bahan pengisi yang berikatan kuat, jelas terlihat bahwa penggunaan bahan pengisi tambahan sangatlah diperlukan, untuk keberhasilan suatu bahan komposit. Karena matriks resin dalam resin komposit jumlahnya sedikit, maka pengerutan polimerisasi menjadi berkurang dibandingkan dengan resin tanpa bahan pengisi. Penyerapan air dan koefisien ekspansi termal dari komposit juga lebih kecil dibandingkan dengan resin tanpa bahan pengisi. Sifat mekanis seperti kekuatan kompresi, kekuatan tarik, dan modulus elastisitas meningkat, begitu juga dengan ketahanan aus. Semua perbaikan ini terjadi dengan peningkatan volume fraksi bahan pengisi.11 Partikel pengisi umumnya dihasilkan dari penggilingan atau pengolahan quartz atau kaca untuk menghasilkan partikel yang berkisar dari 0,1-100 μm. Selain quartz bahan lain seperti lithium aluminum silicate, barium, strontium, zinc, dan ytterbium glass biasa digunakan sebagai bahan pengisi. Kebanyakan resin komposit juga mengandung beberapa silika koloid. Partikel pengisi anorganik umumnya membentuk 30-70%vol atau 50-85 % berat komposit. Untuk memastikan estetik dan translusensi dari restorasi resin komposit, indeks refraksi bahan pengisi harus serupa dengan resin. Untuk Bis-GMA dan TEGDMA indeks refraksi adalah sekitar 1,55 sampai 1,46, sementara campuran 2 komponen dengan proporsi yang sama per berat memberikan indeks refraksi sekitar 1,5. Kebanyakan kaca dan quartz yang digunakan sebagai bahan pengisi memiliki indeks refraksi sekitar 1,5 yang cukup untuk medapatkan transulensi yang baik.11,13
2.2.3 Bahan Coupling Untuk membuat suatu resin komposit yang baik, diperlukan ikatan yang kuat antara bahan pengisi anorganik dengan matriks resin organik selama proses pengerasan. Hal ini memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam
Universitas Sumatera Utara
7
meneruskan tekanan ke partikel pengisi yang lebih kaku, ikatan antara 2 fase komposit ini diperoleh dengan bahan coupling. Hal ini sangat penting, karena jika tidak ada ikatan yang baik akan menyebabkan mudah terjadinya fraktur pada resin komposit. Bahan coupling yang biasa dipakai adalah silane dan yang paling sering digunakan adalah ɣ- methacryloxypropyltriethoxysilane
(ɣ-MPTS). Bahan ini
bereaksi dengan permukaan partikel pengisi anorganik dengan matriks resin organic yang memungkinkan keduanya berikatan satu sama lain.11,13
2.2.4 Sistem Aktivator dan Inisiator Monomer metil metrakilat dan dimetil metakrilat berpolimerisasi dengan mekanisme polimerisasi tambahan yang diawali oleh radikal bebas. Radikal bebas dapat berasal dari aktivasi kimia atau pengaktifan energi eksternal (panas atau sinar). Karena penggunaan resin komposit biasanya menggunakan aktivasi sinar atau kimia.11
2.2.5 Sistem Inhibitor Untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer, bahan penghambat ditambahkan pada sistem resin. Penghambat ini mempunyai potensi reaksi yang kuat dengan radikal bebas, apabila radikal bebas telah terbentuk, seperti dengan suatu pemaparan singkat terhadap sinar ketika bahan dikeluarkan dari kemasan, bahan penghambat bereaksi dengan radikal bebas, dan kemudian menghambat perpanjangan rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas untuk mengawali proses polimerisasi. Bila semua bahan penghambat telah dipakai, perpanjangan rantai akan terjadi. Bahan penghambat yang umum digunakan adalah butylated hydroxytolene dengan konsentrasi 0,01 % berat.11
2.2.6 Bahan Pigmen Resin komposit banyak disukai karena tingkat transulensi dan radiopaknya yang tinggi. Kebutuhan estetik membuat resin komposit harus mempunyai warna yang semirip mungkin dengan gigi. Bahan pigmen menjadi elemen yang sangat penting untuk suatu komposit, karena bahan ini membuat komposit menjadi sewarna
Universitas Sumatera Utara
8
dengan gigi. Bahan ini mengandung ferric oxide (F2 O3) dan ferric hydroxide (FeOOH).14 2.3 Klasifikasi Resin Komposit Sejumlah klasifikasi telah digunakan untuk bahan komposit berbasis resin. Satu sistem klasifikasi didasarkan pada ukuran rata-rata pertikel bahan pengisi utama adalah terdiri dari resin komposit macrofiiler (tradisional), resin komposit microfiller, dan resin komposit hibrid.11
2.3.1 Resin Komposit Macrofiller Resin komposit ini biasa disebut dengan komposit konvensional, atau komposit berbahan pengisi makro, disebut demikian karena ukuran partikel bahan pengisinya yang relatif besar. Bahan pengisi yang paling banyak digunakan untuk komposit ini adalah quartz giling. Besarnya sekitar 8-12 μm dan partikel terbesar sekitar 50 μm. Banyaknya bahan pengisi umumnya 70-80% berat atau 60-65% volume. Partikel pengisi yang terpapar, beberapa cukup besar dan dikelilingi oleh sejumlah besar matriks resin. Kekurangan utama dari komposit tradisional adalah permukaan kasar yang terjadi selama berlangsung keausan dari matriks resin lunak yang menyebabkan partikel pengisi yang lebih tahan aus terangkat. Penyelesaian restorasi dapat menghasilkan permukaan kasar, begitupun penyikatan gigi dan pengunyahan. Restorasi ini juga memiliki kecenderungan berubah warna, sebagian karena kecerendungan dari permukaan bertekstur kasar untuk mengikat warna.11
2.3.2 Resin Komposit Microfiller Resin komposit jenis ini mulai diedarkan pada akhir tahun1970, ukuran partikel dari resin komposit microfiller (0,03-0,5 µm) lebih kecil bila dibandingkan dengan resin komposit macrofiller. Komposit ini mempunyai nilai estetis yang sangat baik karena mempunyai permukaan yang halus dan berkilau apabila dipoles, dan bentuk permukaan nya sangat mirip dengan enamel. Komposit ini juga mempunyai tingkat modulus elastisitas yang lebih rendah dan beradaptasi pada gigi lebih baik dari komposit lainnya, sehingga resin komposit ini banyak digunakan untuk restorasi
Universitas Sumatera Utara
9
kelas V pada cemento-enamel junction. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa resin komposit mikrofil lebih banyak disukai untuk restorasi kelas V daripada jenis komposit lain. Tetapi komposit mikrofil mempunyai memiliki sifat fisik dan mekanis yang kurang dibandingkan dengan komposit macrofiller. Hal ini karena 50-70 % volume bahan restorasi terbuat dari resin, sehingga jumlah resin yang lebih banyak dibandingkan dengan bahan pengisi menyebabkan penyerapan air yang lebih tinggi dan ekspansi termal yang lebih tinggi. 11
2.3.3 Resin Komposit Hibrid Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada komposit mikrofiller sementara mempertahankan sifat komposit partikel kecil tersebut. Kebanyakan bahan pengisi hybrid modern terdiri atas silika kolodial dan partikel kaca yang dihaluskan yang mengandung logam berat, yang mengisi kandungan bahan pengisi sebesar 70-80% berat. Partikel pengisinya berkisar antara 0,5-1 µm, tetapi dengan ukuran partikel yang bervariasi (0,1-3 µm). Resin komposit hibrid sangat popoler karena kekuatan dan ketahanan abrasi yang dapat digunakan untuk restorasi kelas I dan restorasi kelas II. Permukaannya yang cukup halus menjadikannya sebaik resin mikrofiller dalam hal estetika, sehingga tidak jarang digunakan untuk restorasi kelas III dan kelas V.12,15
2.3.4 Resin Komposit Nanofiller Suatu bahan restorasi komposit yang memiliki sifat fisik sangat baik terutama hasil pemolesan maupun kekuatan telah dikembangkan yaitu komposit nanofiller. Komposit nanofiller merupakan bahan restorasi universal yang diaktifasi oleh visiblelight yang dirancang untuk keperluan merestorasi gigi anterior maupun posterior. Memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil poles yang sangat baik. Dikembangkan dengan konsep nanoteknologi, yang biasanya digunakan untuk membentuk suatu produk yang dimensi komponen kritisnya adalah sekitar 0,1 hingga 100 nanomer. Secara teori, nanoteknologi digunakan untuk membuat suatu produk yang lebih ringan, lebih kuat, lebih murah, dan lebih tepat. Karena bersifat universal, komposit
Universitas Sumatera Utara
10
bias digunakan untuk gigi anterior maupun posterior, sandwich technique bersama dengan bahan resin glass ionomer, cusp buildup, core buildup, splinting, restorasi indirek gigi anterior maupun posterior termasuk inlay, onlay, dan veneer. 16 Komposisi bahan komposit ini terdiri dari sistem resin yang bersifat dapat mengurangi penyusutan, yaitu BIS-GMA, BIS-EMA, UDMA, dan sejumlah kecil TEGDMA. Sedangkan fillernya berisi kombinasi antara filler nanosilica 20 nm yang tidak berkelompok, dan nano cluster zirconia/siliva yang mudah berikatan membentuk kelompok, dimana kelompok tersebut terdiri dari partikel zirconia/silica dengan ukuran 5-20 nm. Ukuran partikel satu cluster adalah berkisar antara 0,6-1,4 mikron. Muatan filler komposit ini adalah 78,5% berat. Ukuran suatu nanomer setara dengan 1/1,000,000,000 meter atau 1/1000 mikron. Imi adalah sekitar 10 kali garis tengah suatu atom hidrogen atau 1/80,000 tebal rambut manusia. Komposit nano yang dikembangkan dengan menggunakan teknik nanotechnology, memiliki hasil poles seperti pada komposit mikro tetapi memiliki kekuatan dan tingkat keausan seperti pada komposit hibrid.16 Terdapat perbedaan dalam hal ukuran partikel filler pada komposit hbrid dengan nano. Ukuran partikel filler yang relatif besar pada komposit hybrid membua filler loading komposit ini menjadi lebih tinggi sehingga meningkatkan kekuatan komposit ini. Komponen filler pada komposit nano berisi kombinasi yang unik antara nanopartikel individual dan nanocluster. Nanopartikel adalah partikel yang terpisah dan tidak berkelompok berukuran 20 nm. Nanocluster terdiri dari partikel-partikel dengan ukuran nano yang dengan mudah berikatan membentuk kelompok partikel. Kelompok partikel ini bertindak sebagai unit tunggal yang memungkinkan filler loading dan kekuatan yang tinggi pada komposit ini. Kombinasi nanopartikel dan nanocluster akan mengurangi jumlah ruang interstitial antar partikel filler sehingga dapat meningkatkan sifat fisis dan hasil poles yang lebih baik bila dibandingkan dengan komposit yang lain.16
Universitas Sumatera Utara
11
2.3.5 Resin Komposit Nano Hibrid Resin komposit nano-hibrid adalah resin komposit yang dikembangkan dari campuran resin komposit nanofiller dan mikrofiller, suatu terobosan yang membuat peningkatan cukup signifikan dalah hal kandungan bahan pengisi dan peningkatan yang cukup besar pada sifat fisik material. Kandungan matriks pada komposit ini sama seperti pada komposit lainnya yaitu BIS-GMA konvensional yang dikembangkan oleh Bowen, tetapi beberapa tipe monomer ditambakan pada resin komposit nano-hibrid seperti monomer dimer acid base dimethacrylate dan monomer special urethane (TGD-urethane). Ukuran partikel dari komposit ini rata-rata 1,0050,01 µm.17
2.4 Sifat Resin Komposit 2.4.1 Sifat Mekanis Resin Komposit 2.4.1.1 Kekuatan Resin Komposit Kekuatan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang diberikan kepadanya tanpa terjadi kerusakan. Kekuatan terdiri dari kekuatan kompresi (compressive strentgth), kekuatan tarik (tensile strength) dan modulus elastic. Setiap resin komposit memiliki kekuatan yang berbeda-beda, misalnya kekuatan kompresi dari komposit tradisional (250-300 Mpa) lebih rendah dari komposit hibrid (300-350 MPa). Komposit hibrid (70-90 MPa) juga mempunyai kekuatan tarik yang lebih baik dari komposit microfiller (30-50 MPa).11
2.4.1.2 Kekerasan Resin Komposit Kekerasan dari komposit (22 – 80 kg/mm2) lebih rendah dari enamel (343 kg/mm2) dan amalgam (110 kg/mm2). Kekuatan dari komposit biasa lebih baik daripada komposit dengan komposit dengan partikel microfine karena kekerasan dan fraksi volume dari partikel pengisinya.11
Universitas Sumatera Utara
12
2.4.2 Sifat Fisis Resin Komposit Penyerapan air, solubilitas air, perubahan warna, working dan setting time, konduktivitas termal dan pengerutan saat polimerisasi merupakan sifat-sifat fisis dari resin komposit. Sifat fisis ini dapat mempengaruhi ketahanan jangka panjang dari restorasi resin komposit.
2.4.2.1 Pengerutan Pengerutan polimerisasi volumetric bebas dipengaruhi langsung oleh oligomer dan bahan pengencer. Untuk komposit jenis mikrohibrid pengerutan hanya sekitar 0,6% - 1,4 %, dan 2% - 3% untuk komposit jenis mikrofill. Pengerutan ini menyebabkan tekanan polimerisasi sebesar 13 MPa diantara komposit dan struktur gigi. Tekanan ini dapat menggangu ikatan antara komposit dan gigi, sehingga menimbulkan celah kecil yang dapat menyebabkan masuknya air liur.18
2.4.2.2 Ekspansi Termis Koefisien ekspansi panas dari resin komposit berkisar antara 25-38 x 10-6/ºC. untuk resin komposit microfiller adalah sebesar 55-68 x 0-6/ºC. ekspansi termis dari resin komposit biasa lebih besar daripada komposit dengan partikel mikro, karena konduktivitas yang lebih tinggi dari filler anorganik dibandingkan dengan matriks polimer.18
2.4.2.3 Kelarutan Kelarutan air dari resin komposit bervariasi dari 0,25 – 2,5 mg/mm3. Intensitas dan durasi dari penyinaran yang tidak adekuat dapat menyebabkan polimerisasi tidak maksimal, terutama pada bagian permukaan dari restorasi. Polimerisasi yang tidak adekuat menyebabkan lebih tingginya penyerapan air dan kelarutan dari komposit, secara tidak langsung hal ini juga dapat mempengaruhi stabilitas warna dari restorasi.18
Universitas Sumatera Utara
13
2.4.2.4 Stabilitas Warna Translusensi dan stabilitas warna yang baik sangat penting untuk menjaga tingkat estetika dari komposit. Semakin bahan restorasi mendekati warna permukaan gigi maka semakin baik pula estetika yang dihasilkan. Perubahan warna yang membuat bahan menjadi tidak cocok dengan warna permukaan gigi menjadi alasan utama untuk mengganti restorasi. Perubahan warna dapat terjadi akibat reaksi oksidasi dan hasil dari pertukaran air dalam matriks polimer, serta interaksi dari polimer yang tidak bereaksi dengan inisiator dan akselerator dari komposit.18
2.4.2.5 Penyerapan Air dan Kelarutan Penyerapan air oleh resin komposit adalah suatu proses difusi yang terkontrol, proses penyerapan terjadi terutama di dalam matriks resin, air diserap oleh matriks polimer yang dapat menyebabkan matriks filler mengalami proses debonding dan degradasi hidrolitik. Hal ini akan mempengaruhi sifat mekanis dari suatu komposit. Ketika resin terendam oleh air, beberapa komponen seperti monomer yang tidak bereaksi dan sejumlah filler, larut dan terlepas keluar dari komposit. Hal ini menyebabkan penurunan berat dan solubilitas dari bahan. Pelepasan komponen ini juga dapat mempengaruhi perubahan dimensi dari komposit, kinerja klinis, aspek estetika dari restorasi, dan biokompabilitas dari material. Penyerapan dan kelarutan komposit terjadi dengan dua mekanisme, pertama proses penyerapan air yang dapat menambah berat material, kedua adalah proses pelepasan filler atau monomer yang mempengaruhi penurunan berat dari material. Penyerapan air pada resin komposit berkisar antara 40-45 µg/mm2, penyerapan air oleh komposit hibrid ( 5-17 µg/mm2 ) lebih rendah daripada resin komposit tipe mikrofine (26-30 µg/mm2). Kualitas dan stabilitas dari silan bahan coupling sangat penting dalam meminimalkan kerusakan antara filler dengan polimer, dan jumlah penyerapan air. Serapan air juga dapat mengganggu stabilitas warna dan ketahanan aus dari komposit. Jika komposit dapat menyerapkan air maka hal ini juga memungkinkan terserapnya cairan lain dalam rongga mulut yang dapat menyebabkan perubahan warna. Penyerapan air terjadi terutama sebagai penyerapan langsung oleh resin, pengisi kaca tidak akan menyerap
Universitas Sumatera Utara
14
air dari sebagian besar materi, tetapi bias menyerap air dari permukaannya. Dengan demikian, jumlah penyerapan air tergantung pada kandungan resin komposit dan kualitas ikatan antara resin dan bahan pengisi. Penyerapan air juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perlakuan suhu, penyinaran, polimerisasi, dan jenis monomer dari resin komposit. 11,17,18
2.5 Sistem Curing Untuk beberapa komposit light-cured, proses curing disesuaikan dengan permintaan. Polimerisasi dimulai ketika komposit pertama kali terpapar cahaya. Pengerasan berlangsung dalam hitungan detik setelah sumber terpapar oleh cahaya dengan intensitas tinggi. Meskipun restorasi komposit tampak keras setelah terpapar oleh cahaya, tetapi proses pengerasan berlanjut sampai 24 jam setelah penyinaran. Tidak semua karbon tidak jenuh berikatan ganda yang terdapat dalam komposit bereaksi, beberapa penelitian melaporkan sekitar 25 % tetap tidak bereaksi pada sebagian besar restorasi. Apabila permukaan dari restorasi tidak terlondungi dari udara oleh matriks trasnparan maka polimerisasi terhambat, jumlah karbon tidak jenuh berikatan ganda yang tidak bereaksi dapat mencapai 75 % dari lapisan permukaan. Meskipun restorasi dapat diselesaikan dengan abrasive dan dapat berfungsi setelah 10 menit, sifat fisik yang optimal akan tidak tercapai sebelum 24 jam setelah reaksi dimulai.18
2.6 Pengaruh Temperatur Terhadap Penyerapan Air Resin Komposit Temperatur makanan atau minuman digunakan seseorang untuk mendapatkan aroma dari makanan atau minuman. Sebagai contoh, kopi dengan suhu panas lebih dipilih oleh kebanyakan individu daripada kopi dengan suhu dingin. Begitu juga dengan es krim, akan mempunyai rasa yang optimal ketika dimakan dalam keadaan dingin, tetapi apabila dimakan dalam keadaan panas maka rasanya sangat tidak enak. Temperatur juga dapat berdampak pada sensivitas gigi, beberapa orang akan merasakan ngilu pada giginya saat minum atau makan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin. Salah satu yang mempengaruhi peyerapan air pada resin komposit
Universitas Sumatera Utara
15
adalah temperatur. Penelitian yang dilakukan oleh Ricardo Walter dkk (2009) menyatakan bahwa meskipun efeknya bervariasi oleh merek bahan, resin komposit memiliki aliran yang lebih besar ketika dipanaskan. Rueggeber and De Goes (2005) juga menyatakan bahwa tingkat konversi resin komposit pada temperature ruangan lebih rendah daripada di temperatur yang lebih tinggi. Banyak lagi penelitian yang menyatakan perlakuan panas dapat mempengaruhi penyerapan dan kelarutan resin komposit. Perlakuan temperatur yang bervariasi pada resin komposit dapat menyebabkan perubahan struktural dalam resin komposit. Suhu perlakuan panas yang mendekati suhu transisi gelas resin komposit dapat secara efektif menghomogenkan dan memodifikasi struktur rantai polimer dari komposit. Pada temperatur panas yang tinggi juga dapat menimbulkan reaksi inisiasi. Bahkan, reaksi polimerisasi sendiri membuang panas karena sifat eksotermik dari reaksi.9,19,20 Pada suhu rendah ketika bahan masih dalam keadaan kental, difusi kelompok reaktif merupakan faktor dominan dalam reaksi polimerisasi. Hal ini dapat berlangsung untuk waktu yang relatif cukup lama, sehingga bahan akan mendapat struktur non-homogen. Sedangkan pada reaksi polimerisasi pada temperatur tinggi produk reaksi akan mempunyai struktur yang homogen, sehingga bahan menjadi keras dan rapuh. Temperatur resin mempengaruhi proses polimerisasi dan secara konsekuen merubah susunan polimer dari resin.21
Universitas Sumatera Utara
16
2.8 Kerangka Teori
Resin Komposit
Jenis Pengertian
Sifat
Komposisi Ukuran Partikel
Fisis Matriks Resin Sistem Aktivator dan Inisiator Bahan Coupling
Bahan Pengisi Mekanis Sistem Inhibitor
Bahan Pigmen
Unfilled
Macrofiller (8-12 UM)
Microfiller (0,04-0,4 UM)
Nanofiller
Hibrid
Kekerasan
Kekuatan
Penyerapan Air
Universitas Sumatera Utara
17
2.8 Kerangka Konsep
Resin Komposit Nanofiller
Perendaman pada air aquadest
Perlakuan Temperatur 50°C, 37°C, 5°C
Penyerapan Air
Penambahan Berat
Universitas Sumatera Utara