BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari alat dan fungsi reproduksi, baik pada laki-laki maupun perempuan, yang merupakan bagian integral dari sistem tubuh manusia lainnya serta hubungannya secara timbal balik dengan lingkungannya (Pangkahila, 2005).
2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja Kesehatan reproduksi remaja secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dan sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Remaja perlu memahami tentang kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi remaja, karena keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi mempunyai konsekuensi atau akibat jangka panjang dalam perkembangan dan kehidupan sosial remaja (BKKBN, 2008).
2.2 Remaja Remaja adalah individu baik perempuan, maupun laki-laki yang berada pada masa/usia antara anak-anak dan dewasa. United Nations menyebut remaja bagi mereka yang berusia 15-24 tahun (BKKBN, 2001). Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda kurun usia 14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus Penduduk (Arma, 2007). Masa remaja adalah merupakan masa peralihan baik secara fisik, psikis maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Remaja adalah asset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi di masa mendatang. Bila dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, jumlah remaja menempati posisi yang lebih besar dibanding dengan
Universitas Sumatera Utara
komposisi umur lainnya. Besarnya jumlah penduduk usia remaja ini adalah merupakan peluang dan bukan menjadi masalah bagi pemerintah.
J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut perkembangan perasaannya, yang membaginya dalam 4 tahap yaitu : 1. Umur 0-4 atau 5 tahun : masa kanak-kanak (infancy). 2. Umur 5-12 tahun
: masa bandel (savage stage).
3. Umur 12-15 tahun
: bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan kesadaran (self consciousness).
4.Umur 15-20 tahun
: masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi. (Arma, 2007)
2.2.1 Tumbuh Kembang Remaja Individu pada masa remaja akan mengalami situasi pubertas, dimana ia akan mengalami
perubahan
yang
mencolok
secara
fisik
maupun
secara
emosional/psikologis dibandingkan dengan masa sebelumnya, yaitu masa kanakkanak. a.Perkembangan Fisik (Biologik) pada Masa Remaja Pada masa remaja, seseorang mengalami pertumbuhan fisik yang lebih cepat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal ini terlihat pada organ seksualnya, dimana biologik sampai pada kesiapan untuk melanjutkan keturunan. Pada wanita, ciri sekunder individu dewasa terjadi karena beberapa jenis hormon/zat dalam tubuh, terutama estrogen dan progesterone, mulai berperan aktif sehingga mulai tumbuh payudara, pinggul mulai melebar dan membesar. Disamping itu, akan mulai tumbuh rambut halus di sekitar ketiak dan vagina/kemaluan, dan perubahan lainnya seperti, kulit dan rambut mulai berminyak, keringat bertambah banyak, lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tulang-tulang wajah mulai
Universitas Sumatera Utara
memanjang dan membesar, dan lainnya (BKKBN, 2001). Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan sel telur (ovum). Hormon kelamin wanita mempersiapkan rahim (uterus) untuk menerima hasil konsepsi bila sel telur dibuahi oleh sperma, juga mempersiapkan vagina sebagai penerima penis saat bersenggama. Sejak saat ini wanita akan mengalami ovulasi dan menstruasi. Ovulasi adalah proses keluarnya ovum dari ovarium, dan jika tidak dibuahi, maka ovum akan mati dan terjadilah menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa alamiah keluarnya darah dari vagina yang berasal dari uterus akibat lepasnya endometrium sebagai akibat dari ovum yang tidak dibuahi (Arma, 2007). Sama halnya dengan perempuan, ciri seks sekunder pada laki-laki terutama akan disebabkan oleh hormon testosterone yang menyebabkan tumbuhnya rambut di sekitar ketiak dan kemaluan, tumbuh jenggot dan kumis, terjadi perubahan suara menjadi berat, tubuh bertambah berat dan tinggi, keringat bertambah banyak, kulit dan rambut mulai berminyak, lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, pundak dan dada bertambah besar dan bidang, tumbuh jakun, penis dan buah zakar membesar, dan lainnya (BKKBN, 2001). Pada pria, sejak usia ini
testis akan
menghasilkan sperma yang tersimpan dalam skrotum. Kelenjar prostat akan menghasilkan sperma, dan penis dapat digunakan untuk bersenggama dalam perkawinan. Seorang pria dapat menghasilkan puluhan sampai jutaan sperma sekali ejakulasi dan mengalami mimpi basah, dimana sperma keluar dengan sendirinya secara alamiah (Arma, 2007). Perubahan fisik baik pada remaja perempuan maupun pada remaja laki-laki akan berhenti pada usia sekitar 20 tahun, yang berakibat tubuh tidak akan bertambah tinggi lagi, payudara tidak akan membesar lagi, dan pinggul tidak akan bertambah lebar (BKKBN, 2001).
b.Perkembangan Psikososial pada Masa Remaja
Universitas Sumatera Utara
Kesadaran akan bentuk fisik yang bukan lagi anak-anak akan menjadikan remaja sadar meninggalkan tingkah laku anak-anaknya dan mengikuti norma, serta aturan yang berlaku (Arma, 2007). Perubahan psikologis terjadi disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan kebutuhan, konflik nilai antara keluarga dan dunia luar, serta terjadinya perubahan fisik. Perubahan psikologis yang dimaksud seperti remaja menjadi sangat sensitive, sering bersikap irasional, mudah tersinggung, bahkan stress (BKKBN, 2008). Menurut Havigrust aspek psikologis yang menyertai masa remaja adalah : -Menerima kenyataan (realitas) jasmani. -Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebaya. -Menjalankan peran-peran social menurut jenis kelamin sesuaikan dengan norma. -Mencapai kebebasan emosional (tidak tergantung) pada orang tua atau orang dewasa lain. -Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep untuk bermasyarakat. -Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan atau jabatan. -Mencapai kebebasan ekonomi, merasa mampu hidup dengan nafkah sendiri. -Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan (Arma, 2007).
2.3 Perilaku Seksual Remaja Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain, begitu juga kemampuan untuk mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik, psikis, dan social akibat pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks. Tidak tersedianya
Universitas Sumatera Utara
informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri (Asfriyati, 2005). Perilaku remaja yang tidak sehat akan menimbulkan beberapa manifestasi khususnya di kalangan remaja sendiri, masalah yang dapat timbul adalah : -Dampak kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja putri baik terhadap kesehatan. -Pengguguran kandungan, terutama yang dilakukan secara tidak aman. -Dampak sosial ekonomi dari kehamilan yang tidak diinginkan. -Masalah penyakit menular seksual. -Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual (Arma, 2007).
2.3.1 Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) pada Remaja Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang oleh karena suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan atau diharapkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. a.Penyebab KTD pada Remaja -Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya kehamilan, dan metode pencegahan kehamilan. KTD akan semakin memberatkan remaja perempuan jika pasangannya tidak bertanggung jawab atas kehamilan yang terjadi. -KTD dapat terjai akibat tindakan perkosaan. Dalam hal ini meskipun remaja putri memiliki pengetahuan yang cukup, tetapi ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakan seksual yang dipaksakan terhadapnya. -KTD bisa terjdai pada remaja yang telah menikah dan telah menggunakan cara pencegahan kehamilan, namun tidak berhasil (BKKBN, 2001). b.Dampak Kehamilan Remaja -Dampak sosial
Universitas Sumatera Utara
Kehamilan yang terjadi pada remaja memberi dampak yang berat pada remaja. Dikucilkan, diberhentikan dari pekerjaan, dan menjadi bahan pembicaraan yang tidak enak dalam masyarakat harus selalu diterima olehnya. Kemungkinan untuk diusir dari keluarga karena keluarga tidak tahan menahan aib yang harus diterima akibat perbuatannya juga harus diterima olehnya. Satu cara lain yang harus dihadapi oleh remaja itu sendiri untuk menutupi semua adalah perkawinan. Meskipun hal itu terpaksa dilakukannya namun ia tidak memiliki pilihan lain untuk menyelamatkan nama baik keluarga (Asfriyati, 2005) -Dampak Medis Dampak medis yang terjadi pada kehamilan remaja adalah persalinan premature, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan akibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan. Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dan stress juga dapat memudahkan terjadi infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas. Keadaan lain yang dapat terjadi adalah anemia kehamilan, keracunan kehamilan, dan kematian ibu yang tinggi akibat menggugurkan kehamilan (Manuaba, 1998).
2.3.2 Aborsi pada Remaja Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus yang tidak aman (unsafe abortion) adalah abortus yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. Melahirkan mengandung resiko bagi semua perempuan, apalagi bila remaja perempuan memutuskan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki. Karena hal ini tidak dibenarkan oleh hukum di Indonesia, pada umumnya mereka mencari orang yang dapat melakukan pengguguran kandungan, seringkali oleh mereka yang tidak ahli dan bekerja dengan kondisi yang tidak memenuhi persyaratan medis (Azhari , 2002).
Universitas Sumatera Utara
Sebagian remaja mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan dengan caracara yang tidak aman, malah berbahaya bagi kesehatannya sendiri, misalnya : -Meminum ramuan atau jamu baik yang dibuat sendiri maupun yang dibeli. -Memijat peranakannya atau dengan mencoba mengeluarkan janin dengan lat-alat yang membahayakan dengan bantuan dukun pijat. -Meminum obat-obatan yang diberikan oleh dokter atau bidan. Cara tersebut dapat mengakibatkan perdarahan, infeksi, hingga kematian calon ibu. Jika dengan cara-cara tersebut kehamilan tidak berhasil diakhiri, kemungkinan janin mengalami kecacatan mental maupun fisik dalam masa pertumbuhannya. Di samping itu, aborsi juga berdampak pada kondisi psikologis. Perasaan bersalah seringkali menghantui pasangan khususnya wanita setelah mereka melakukan aborsi ini (BKKBN, 2001).
2.3.3 Infeksi Menular Seksual (IMS) Infeksi menular seksual adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual yang lebih berisiko bila hubungan seksual dilakukan dengan berganti-ganti pasangan, baik melalui vagina, oral, maupun anal (BKKBN, 2008). Infeksi menular seksual menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan, dan kematian. Oleh karena bentuk dan letak alat kelamin yang menonjol, pada laki-laki gejala penyakit menular seksual lebih mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan, sedangkan pada perempuan sebagian besar tanpa gejala, sehingga sering kali tidak disadari. Pada laki-laki, gejala IMS antara lain : -Bintil-bintil berisi cairan, lecet, atau borok pada penis/alat kelamin. -Luka tidak sakit, keras, dan berwarna merah pada alat kelamin. -Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam.
Universitas Sumatera Utara
-Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin. -Rasa sakit yang hebat saat buang air kecil. -Kencing nanah atau darah yang berbau busuk. -Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha. Sedangkan pada perempuan gejala-gejala penyakit menular seksual adalah: -Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual. -Rasa nyeri pada perut bagian bawah. -Pengeluaran lender pada vagina. -Keputihan berwarna putih susu, bergumpal, dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya. -Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal. -Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual. -Bintil-bintil berisi cairan, lecet, atau borok pada alat. Beberapa pencegahan terjadinya infeksi menular seksual adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, kemudian menghindari hubungan seksual yang tidak aman atau berisiko, selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, serta selalu menjaga kebersihan alat kelamin (BKKBN, 2001)
2.4 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hasil penelitian
Rogers (1974)
dalam Notoatmodjo
(2005),
Universitas Sumatera Utara
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut menjadi proses yang berurutan yakni: a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest, dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku
baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan seseorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman, dan tinggi rendahnya mobilitas materi informasi tentang sesuatu di lingkungannya. Pengetahuan yang dicakup dalam daerah kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : a.Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. b.Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk memahami secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c.Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. d.Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
Universitas Sumatera Utara
e.Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f.Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek (Notoatmodjo, 2007)
2.4.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Pengetahuan remaja terhadap reproduksi sehat sangat tergantung pada informasi yang diterima baik dari penyuluhan maupun dari media massa serta kemampuan untuk menyerap dan menginterpretasikan informasi tersebut. Pendidikan seksualitas adalah suatu kegiatan pendidikan yang berusaha untuk memberikan pengetahuan agar remaja dapat mengubah perilaku seksualnya kearah yang lebih bertanggung jawab. Sekolah sebagai institusi formal yang merupakan tempat sebagian besar kelompok remaja adalah wadah yang tepat untuk memberikan pengetahuan kepada remaja tentang kesehatan reproduksi atau perilaku seksual yang sehat dan aman melalui pendidikan yang dimasukkan dalam kurikulum. Pada dasarnya, tujuan pendidikan kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membekali para remaja dalam menghadapi gejolak biologisnya agar : -Mereka tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah karena mengetahui risiko yang dapat mereka hadapi. -Seandainya mereka tetap melakukannya juga (tidak semua orang dapat dicegah untuk melakukannya), mereka dapat mencegah risiko buruk yang dapat terjadi. -Jika risiko terjadi juga, mereka akan menghadapinya secara bertanggung jawab. (Arma, 2007).
Universitas Sumatera Utara