BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin Komposit Resin komposit merupakan gabungan atau kombinasi dari dua bahan atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat-sifat unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri.1,2 perkembangan bahan komposit kedokteran gigi dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960-an, ketika bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan system epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan perubahan warna, mendorong bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi dan akrilat. Percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul bisphenol a Glycidyl methacrylate atau Bis-GMA yang memenuhi persyaratan matriks resin komposit gigi.1 Sejak tahun 1970-an penggunaan resin komposit untuk merestorasi gigi posterior mulai dikembangkan, sehingga resin komposit termaksud bahan restorasi yang baik dan dapat mengembalikan estetis dari gigi.2
2.1.1 Komposisi Resin Komposit 2.1.1.1 Matriks Resin Bis-GMA, urethane dimetacrylate (UEDMA), dan triethylene glycol dimetacrylate (TEGDMA) adalah golongan dimetakrilat yang umumnya digunakan (Gambar 1). BIS-GMA merupakan derivat hasil reaksi antara bisphenol-A dan glicydiylmetacrylate. Bis-GMA dan urethane dimetacrylate merupakan jenis monomer berviskositas tinggi karena memiliki berat molekul yang besar yang berfungsi untuk mengurangi pengerutan saat berpolimerisasi. Selain itu terdapat juga monomer berviskositas rendah yang berfungsi sebagai pengontrol viskositas untuk mengatasi kekakuan bahan komposit seperti methyl methacrylate (MMA), ethylene glycol dimethacrylate (EDMA) dan triethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA).4
Gambar 1. Struktur kimia Bis-GMA, UEDMA, dan TEGDMA.1
2.1.1.2 Partikel Filler atau Bahan Pengisi Penambahan partikel bahan pengisi ke dalam resin matriks secara signifikan akan meningkatkan sifatnya, seperti mengurangi pengerutan ketika terjadi polimerisasi matriks resin, mengurangi penyerapan air dan ekspansi koefiensi panas, dan meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan abrasi atau pemakaian. Faktor-faktor penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak dan kekerasan. Filler yang digunakan pada resin komposit antara lain quartz, lithium aluminum, barium strontium, zinc dan silika koloidal.1,5
Komposit sering digolongkan berdasarkan ukuran rata-rata komponen pengisi bahan utama. Selain jumlah volume bahan pengisi, penyebaran ukuran, dan indeks refraksi, radioopasitas dan kekerasan adalah faktor yang juga penting dalam menentukan sifat dan aplikasi klinis dari resin komposit.1
2.1.1.3 Bahan Pengikat (Coupling Agent) Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan resin matriks.5 Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan lingkungan yang hidophobik untuk meminimalkan penyerapan air resin komposit, serta interfasial yang dihasilkan dapat menyediakan media untuk distribusi tegangan antar partikel-partikel yang berdekatan dan matriks polimer.1,5 Bahan pengikat atau coupling yang paling sering digunakan adalah silene seperti
3- metacryloxypropyltrimethoxysilane (MPTS) (Gambar 2). Selain itu,
zirconates dan titanates juga sering digunakan. Peran coupling yang tepat dengan bantuan organosilan sangat penting terhadap penampilan klinis dari resin komposit.1,3
O OCH 3 ║ │ CH2=C–C–O–CH2CH2CH2–Si–OCH 3 │ │ OCH3 CH3 Gambar 2. Ikatan kimia 3-metacryloxypropyltrimethoxysilane.4
2.1.1.4 Inisiator dan Akselerator Resin komposit dipolimerisasi oleh reaksi kimia dan sinar. Sinar diaktivasi dengan sinar biru dengan panjang gelombang 400-500nm dengan puncak gelombang 465nm yang diserap biasanya oleh foto-sensitizer berupa camphorquinon. Camphorquinon ditambahkan ke campuran monomer selama proses manufaktur dalam jumlah yang berbeda-beda dari 0,1%-1,0%.1,3
Komposit metakrilat, radikal bebas yang dihasilkan setelah aktifasi. Reaksi ini dipercepat oleh adanya organik amin yang memiliki ikatan karbon ganda. Amin dan champorquinon didalam oligomer stabil pada suhu kamar, selama belum terpapar oleh sinar yang dapat mengaktifkan polimerisasi.3
2.1.1.5 Inhibitor Monomer dimethacrylate dapat berpolimerisasi secara spontan ketika disimpan oleh karena itu ditambahkan inhibitor atau bahan penghambat pada system resin. Bila semua bahan penghambat telah dipakai, perpanjangan rantai akan terjadi. Bahan penghambat yang umum dipakai adalah butylated hydroxytoluene (BHT) dengan konsentrasi 0,01% berat.1
2.1.1.6 UV absorber UV
absorber
ditambahkan
pada
komposisi
resin
komposit
untuk
meminimalkan dan meningkatkan stabilitas warna yang diakibatkan oleh oksidasi dengan menyerap radiasi elektromagnetik yang dapat menyebabkan perubahan warna pada resin komposit.1,3
2.1.1.7 Bahan Pigmen Inorganik oksida yang biasanya ditambahkan dalam jumlah kecil untuk memberikan warna yang cocok dengan warna gigi pada umumnya. Pigmen yang paling umum digunakan adalah pigmen besi.3
2.1.2 Klasifikasi Resin Komposit Sejumlah sistem klasifikasi telah digunakan untuk komposit berbasis resin. Jenis-jenis resin komposit dapat diklasifikasikan bedasarkan ukuran partikel bahan pengisi, viskositas dan mekanisme polimerisasi.
2.1.2.1 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Ukuran Partikel 2.1.2.1.1 Resin Komposit Tradisional (macrofiller) Resin komposit macrofiller merupakan resin
yang berkembang di tahun
1970-an. Resin komposit macrofiller memiliki ukuran partikel filler 20-30μm. Ukuran rata-rata partikel fillernya adalah 8-12μm dengan ukuran 50μm mungkin juga ada. Jumlah filler di dalam resin komposit berkisar 70-80% berdasarkan berat dan 6065% berdasarkan volume. Filler yang banyak digunakan pada untuk bahan komposit ini adalah butiran quartz.1,3,16
2.1.2.1.2 Resin Komposit Microfiller Resin komposit microfiller memiliki filler berupa silica koloidal, dengan ukuran partikel dari 0,02-0,04μm. Partikel filler dalam resin komposit sebanyak 50% berdasarkan
berat
50%
berdasarkan
volume.
Microfiller
resin
komposit
dikembangkan dengan material yang memiliki kemampuan polish dan estetis yang baik.2,4,16
2.1.2.1.3 Resin Komposit Hibrid Resin komposit hibrid ada dua macam partikel filler yang berbeda yaitu silica koloidal sebesar 10-20% ukuran berat dan partikel kaca berukuran 0,6-1,0 μm sebesar 75-80% ukuran berat. Sifat fisik dan mekanis komposit ini terletak diantara komposit konvensional dan komposit mikrofiller. Karena permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak digunakan untuk tambalan gigi anterior.1,5
2.1.2.1.4 Resin Komposit Mikrohibrid Setelah berkembang resin komposit hibrid, dikembangkanlah resin komposit mikrohibrid. Mikrohibrid memiliki beberapa jenis ukuran partikel filler. Partikel filler dapat berupa butiran kaca atau quartz dengan ukuran 2-4 μm ditambah 5-15% partikel microfine berukuran 0,04-1 μm.4
2.1.2.1.5 Resin Komposit Nanofiller Nanofiller resin komposit memiliki muatan filler yang tinggi untuk memperoleh kekuatan dan ketahanan seperti komposit mikrohibrid, memiliki estetis yang baik serta kekuatan dan ketahanan permukaan yang hampir sama dengan komposit microfiller. Komposit nanofiller mengandung partikel filler yang berukuran 0,02-0,1 μm.17 2.1.2.1.6 Resin Komposit Nanohibrid Nanohibrid resin komposit merupakan salah satu jenis hibrid resin komposit yang mengandung partikel filler yang berukuran 0,005-0,01 μm pada matriks resinnya. Nanohibrid resin komposit dapat dikategorikan sebagai resin komposit universal pertama dimana kemampuan penanganannya dan kemampuan poles didapat dari microfiller komposit, serta kekuatan dan ketahanan pemakaian dari komposit makrohibrid, sehingga nanohibrid resin komposit dapat digunakan sebagai restorasi pada gigi anterior dan sekaligus dapat dipakai sebagai restorasi gigi posterior.18
2.1.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Polimerisasi 2.1.2.2.1 Resin Komposit Diaktivasi Secara Kimia Resin komposit ini dibuat dalam dua bentuk pasta yaitu base dan catalyst. Salah satu pasta mengandung inisiator benzoyl peroksida (BP) dan yang lainnya mengandung aktivator tertiary amine (N,N- dimethyl-p-toluidin). Jika kedua pasta dicampur amine akan bereaksi dengan benzoyl peroksida dan membentuk radikal bebas sehingga mekanisme pengerasan dimulai.1
2.1.2.2.2 Resin Komposit Diaktivasi Dengan Sinar Sistem pertama yang diaktifkan dengan sinar menggunakan sinar UV untuk merangsang radikal bebas3. Resin ini tidak perlu pencampuran karena terdiri dari satu pasta dan mudah dimanipulasi karena mengeras bila sudah diaplikasikan sinar (working time dapat dikontrol)2. Sistem pembentuk radikal bebas yang terdiri atas
molekul-molekul foto-inisiator atau aktivator amin terdapat dalam pasta tersebut. Bila tidak disinari, maka kedua komponen ini tidak akan bereaksi.1,5 Foto-inisiator yang umum digunakan adalah camphorquinone, dimana memiliki penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang berada pada region biru dari spektrum sinar tampak. Inisiator ini sebesar 0,2% berat atau kurang. Ada juga akselerator
amin
yang
cocok
bereaksi
dengan
champorquinon
seperti
dimethylaminoethyl methacrylate (DMAEMA) sebesar 0,15% berat.1
2.1.2.2.3 Resin Komposit Dual-Cure Resin komposit dual-cure terdiri dari dua pasta yang mengandung akselerator dan aktivator sinar. Ketika kedua pasta dicampur dan ditempatkan, lalu
disinar
dengan light cure unit sebagai reaksi pengerasan awal kemudian secara kimia akan melanjutkan reaksi pengerasan pada bagian yang tidak terkena sinar sehingga pengerasan komplit.5
2.1.2.3 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Viskositas 2.1.2.3.1 Resin Komposit Packable Resin komposit packable memiliki viskositas yang tinggi. Resin ini mengandung filler 66-70% volume. Komposisi filler yang besar dapat mengurangi pengerutan dalam proses polimerisasi. Komposisi filler yang tinggi menyebabkan viskositas resin komposit sehingga sulit mengisi celah kavitas yang kecil.3
2.1.2.3.2 Resin Komposit Flowable Resin komposit flowable memiliki viskositas yang rendah yang diaktivasi oleh sinar. Resin komposit ini mengandung dimetacrylate resin dan inorganic filler dengan ukuran partikel 0,4-3,0μm dan memiliki muatan filler 42-53% volume. Resin komposit flowable memiliki modulus elastic yang rendah, sehingga dapat berguna di area servical abfraction. Karena kandungan bahan pengisi yang rendah sehingga akan lebih mudah mengisi kavitas yang kecil.3
2.1.3 Sifat-Sifat Resin Komposit Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi lainnya, resin komposit juga memiliki sifat-sifat. Beberapa sifat fisik dan mekanik merupakan sifat resin komposit yang sangat penting untuk diketahui, antara lain sebagai berikut:
2.1.3.1 Sifat Fisik Resin Kompoit a.
Polymerization Shrinkage
Pengukuran shrinkage menghasilkan perkembangan tekanan sebesar 13 MPa antara komposit dan struktur gigi. Stress yang parah dapat mempengaruhi ikatan antara komposit dan gigi yang mengarah pada terbentuknya celah yang sangat kecil dimana dapat menyebabkan saliva dan mikroorganisme masuk dan dapat menyebabkan karies rekuren dan noda tipis. Nilai shrinkage tergantung pada metode yang digunakan. Pengukuran polymerization shrinkage pada komposit universal lowshrinkage diukur dengan variasi pycnometer dari 0,9%-1,8%, sedangkan lowshrinkage flowable dari 2,4%-2,5%.3 b. Sifat Termal Koefisien termal ekspansi untuk resin komposit yaitu 92,8x10-6/oC. Stress termal memberikan tekanan tambahan pada struktur gigi, walaupun keseluruhan restorasi tidak akan mencapai keseimbangan termal saat mendapatkan stimulus panas atau dingin, proses yang berulang-ulang akan menyebabkan kegagalan awal bonding dan material akan fatigue. Namun komposit tidak memberikan reaksi pada stimulus termal secepat gigi asli dan hal ini tidak menjadi masalah pada klinis.2,3 c. Penyerapan Air Kemampuan resin komposit dalam menyerap air tergantung pada matriks resin dan filler. Sifat penyerapan air ini dapat mempengaruhi permukaan dari tambalan resin komposit. Penyerapan air oleh resin komposit didefinisikan sebagai jumlah air yang serap oleh suatu material komposit ketika direndam dalam air selama jangka waktu tertentu. Jumlah air yang dapat diserap resin komposit adalah 4045μm/mm.4
d. Kelarutan Kelarutan air resin komposit bervariasi antara 0,25-2,5 mg/mm3, intensitas cahaya dan durasi yang tidak memadai mengakibatkan tidak memadainya polimerisasi terutama pada partikel terdalam dari permukaan. Silikon merupakan ion yang terbanyak keluar selama 30 hari pertama perendaman dan akan berkurang seiring bertambahnya waktu perendaman. Boron, barium dan strontium juga dapat keluar dari resin komposit yang direndam di dalam air.3 e. Kestabilan Warna Stabilitas warna sangat penting pada kualitas estetik restorasi resin komposit. Stress atau retak pada polimer matriks dan sebagian bahan pengisi resin adalah hasil dari hidrolisis yang cenderung akan meningkatkan opasitas dan mengubah penampilan. Perubahan warna dapat terjadi karena oksidasi dan hasil dari pertukaran dalam matriks polimer dan interaksinya dengan bahan polimer dan inisiator atau akselerator.3,4 Stabilitas warna resin komposit saat ini telah diteliti dengan paparan UV dan suhu yang tinggi 70oC dan perendaman dalam berbagai noda seperti kopi, teh, cranberry, anggur merah dan minyak wijen.3 f. Kekasaran Permukaan Kekasaran permukaan merupakan ukuran dari tekstur permukaan yang tidak teratur. kekasaran permukaan dipengaruhi oleh ukuran filler, finishing, polishing dan pemakaian. Ukuran filler yang bervariasi yaitu mulai dari 0,02-12 mikron, sehingga akan mempengaruhi kekasaran dari bahan tersebut terutama sifat fisik dan mekanik resin komposit. Semakin besar ukuran filler maka akan semakin kasar permukaaan resin komposit, dan begitu juga sebaliknya bila ukuran filler kecil maka permukaan resin komposit akan lebih halus.5,6 Untuk mendapatkan permukaan dari bahan tambalan resin komposit yang halus maka diperlukan proses finishing dan polishing. Proses finishing dan polishing bertujuan untuk menghilangkan goresan akibat proses instrumentasi dan mengurangi kekasaran permukaan resin komposit.6
Proses perubahan kekasaran resin komposit karena pemakaian bisa terjadi karena proses mastikasi, makanan, minuman dan alat atau bahan pembersih. Makanan dan minuman yang bersifat asam (buah, citrus drink, dan soft drink) biasanya cenderung membuat resin komposit menjadi lebih kasar. Bahan abrasif yang ada dalam pasta gigi yang dipakai dalam waktu yang lama dapat juga menyebabkan peningkatan kekasaran permukaan bahan restorasi.11 Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidak teraturan dari permukaan yang telah diproses akhir dan diukur dengan satuan mikrometer (μm). Kekasaran permukaan dihitung sebagai devisi rata-rata aritmatika dari dasar permukaan kepuncak permukaan tertentu. Kekasaran permukaan diukur dengan metode tanpa sentuhan
bisa menggunakan alat Atomic Force Microscope (AFM) sedangkan
metode sentuhan dilakukan dengan menggunakan alat profilometer (gambar 3).14,19
Gambar 3. Profilometer.20
Pengukuran kekasaran permukaan (Ra) diukur dengan menggunakan surface profilometer. Profilometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur suatu kekasaran permukaan suatu bahan. Pengukurannya dengan cara ujung jarum diletakkan pada setiap spesimen yang akan diukur dan nilai kekasaran dapat diperoleh.14,19,21
Profilometer memiliki diamond stylus, tip radius, tip angle dan memiliki kecepatan serta gaya. Kemudian dibaca dengan rekaman surfecordex. Setiap sampel ditempatkan dalam alat clamp (capitan) dan stilus, lalu diletakkan dipermukaan sampel dan alat dijalankan 2 mm, pada bagian pertama permukaan sampel dalam μm lalu diukur lagi pada bagian permukaan lain misalnya pada putaran 450 dan 900 atau pada bagian lain yang sudah ditandai. Nilai rata-rata yang direkam dari rata-rata ketiga bagian permukaan itulah yang diambil sebagai nilai kekasaran permukaan dilakukan sebelum dan sesudah penyikatan gigi.14
2.1.3.2 Sifat Mekanik Resin Komposit a. Kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang diberikan kepadanya tanpa terjadinya kerusakan. Kekuatan terdiri dari kekuatan kompresi (compressive strength), kekuatan tarik (tensile strength) dan modulus elastik. Setiap resin komposit memiliki kekuatan yang berbeda-beda yang dapat dilihat dari tabel berikut ini :1 Tabel 1: sifat bahan resin komposit1 Bahan komposit Sifat
Komposit
Komposit
Komposit
tradisional
mikrofiller
mikrohibrid/hibrid
Kekuatan kompresi (MPa)
250-300
250-350
300-350
Kekuatan tarik (MPa)
50-65
30-50
70-90
Modulus elastik (GPa)
8-15
3-6
7-12
b. Kekerasan Permukaan Kekerasan resin komposit mulai dari 22-80kg/mm.2,4 Kekerasan permukaan dental material bisa menjadi alat untuk mengetahui teknik dan hasil nilai kekerasan bisa digunakan untuk membandingkan komposit yang berbeda. Kekasaran menjadi indikator terbaik dari ketahanan pemakaian resin komposit.4
2.2 Pasta Gigi (Dentifrices) Menurut Webster, istilah dentifrices berasal dari dens (gigi) dan fricare (menggosok), secara sederhana dentifrices diartikan sebagai campuran yang digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan gigi atau secara singkat disebut pasta gigi. Pasta gigi biasanya berbentuk pasta dan ada juga dalam bentuk tepung, gel atau cairan yang beredar dipasaran untuk kebutuhan kosmetik atau terapeutik.10,22 Pasta gigi dibuat dengan tujuan untuk membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan atau minuman menjaga kesehatan gigi dan gusi, serta menghambat pertumbuhan kuman-kuman dan memberi rasa segar.9
2.2.1 Kandungan Utama Pasta Gigi Kandungan utama yang terdapat dalam pasta gigi yaitu: a. Bahan Abrasif (20-40%) Bahan abrasif pada pasta gigi umumnya berbentuk bubuk pembersih yang dapat memoles dan menghilangkan stein dan plak. Bentuk dan jumlahnya dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi. Bahan abrasif antara lain hydrated silica, silica, aluminium oxide, calcium carbonat, dikalsium fosfat, sodium
bicarbonate
dan
perlite
banyak
digunakan
dalam
pasta
gigi
pemutih.9,10,12,22,23 Silica dan hydrated silica merupakan bahan abrasif yang berfungsi dapat mencegah pembentukan noda dan menghilangkan noda pada permukaan gigi.12 sodium bikarbonat juga dapat mengubah virulensi bakteri yang menyebabkan kerusakan gigi dan dapat mencegah karies dengan mengurangi kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi enamel.23 Di klaim bahwa pasta gigi yang mengandung konsentrasi sodium bikarbonat lebih efektif dalam menghilangkan noda entrinsik gigi dari pada mereka yang tidak mengandung sodium bikarbonat.23 Perlite merupakan batuan yang mengandung silica dan batuan tersebut mengandung 2-6% air. Perlite digunakan sebagai bahan abrasif pada produk dental profilaksis, berfungsi sebagai penghilang noda tertinggal akibat makanan dan minuman yang berwarna dan dapat juga sebagai bahan polising. Calcium carbonat
merupakan bahan abrasif yang sering digunakan pada pasta gigi yang berfungsi menghilangkan noda pada permukaan gigi.9,10,23 Collins dkk, (2005) dalam penelitiannya adanya hasil yang signifikan hilangnya noda pada gigi selama dua minggu dengan pasta gigi yang mengandung calcium karbonat dan perlite.23 b. Air ( 20-40%) Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut.10 c. Humectants atau bahan pelembab (20-40%) Humectants adalah menjaga kelembaban dan memberikan tekstur pada pasta gigi. Bahan humectan yang sering digunakan adalah glycerin.22
2.2.2 Kandungan Tambahan Pasta Gigi Kandungan tambahan dalam pasta gigi yaitu10: a. Deterjent atau Surfactan (1-2%) Bahan detergen yang banyak digunakan adalah sodium lauril sulfat (SLS) karena stabil dan mempunyai sifat anti bakteri dan tegangan permukaan yang rendah sehingga memudahkan pasta gigi mengalir membasahi gigi. b. Bahan penambah rasa (2%) Bahan penambah rasa yang baru dikembangkan adalah xylitol karena bersifat antikariogenik dan juga antikaries sehingga memungkinkan terjadinya remineralisasi bila digunakan pada karies dini. c. Bahan Terapeutik (5%) Bahan terapeutik yang biasa ditambahkan dalam pasta gigi adalah fluoride, bahan desentisasi, bahan anti tar-tar, bahan anti mikroba, bahan pemutih dan bahan pengawet. Manfaat masing-masing bahan terapeutik yaitu: 1. Flouride Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel dan dentin dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri kariogenik untuk memproduksi asam. Flouride juga memiliki efek antiplak tambahan. Jenis
fluoride yang terdapat pada pasta gigi adalah stannous fluoride, sodium fluoride dan sodium monoflorofosfat.22 2. Bahan Desentisasi Jenis bahan desensitisasi adalah bahan yang digunakan untuk perawatan hipersensitif dentin. Bahan ini yang paling sering digunakan pada pasta gigi adalah potassium citrate yang dapat memblok transmisi nyeri diantara sel saraf dan stronsium chloride yang menghambat tubulus dentin.22 3. Bahan anti tar-tar Bahan
anti tar-tar digunakan untuk dapat menghilangkan tar dan juga
mempermudah sirkulasi darah dalam gusi.10 4. Bahan anti mikroba Bahan anti mikroba digunakan untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri misalnya zinc citrate, zinc phosphate.22 5. Bahan Pemutih Pasta gigi
ini disebut juga whitening. Biasanya pasta gigi pemutih
mengandung peroksida dan karbamid peroksida. Contohnya Colgate dan Sensodye Gentle Whitening. Pasta gigi pemutih masih diperdebatkan penggunaannya dirumah, karena sebaiknya tidak berharap banyak pada pasta gigi pemutih karena pemutihan gigi yang sebenarnya dapat dilakukan dokter gigi.10,22 6. Bahan pengawet Bahan ini berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam pasta gigi. Contohnya sodium benzoate, methylparaben dan ethylparaben.22
2.4 Kerangka Teori
Resin Komposit
Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Pengerasan Resin Komposit Diaktivasi Kimia
Komposisi Berdasarkan Ukuran Bahan pengisi Makrofiller
Hibrid
Inorganic Filler
Packable
Mikrofiller Resin Komposit Diaktivasi Sinar
Matriks Resin
Berdasarkan Viskositas
Flowable
Kekerasan Permukaan
Coupling Agent
kekuatan
Inisiator atau Aktivator
Mekanik
Mikrohibrid Resin Komposit Dual-Cured
UV-Absorber Polymerization Shrinkage
Nanofiller Nanohibrid
Pigmen
Sifat Sifat termal Penyerapan Air Fisik
Kelarutan Kestabilan Warna Kekasaran Permukaan
Pasta Gigi Bahan Abrasif Abrasi
2.5 Kerangka Konsep
Resin komposit nanohibrid
Pasta Gigi
Sifat Fisik
Bahan Abrasif
Kekasaran permukaan
Efek abrasif
Silica Hydrated silica Sodium bicarbonat Calcium carbonat Hydrated silica perlite