BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian (Notoatmodjo, 2007).
2.2
Penyakit Menular Seksual (PMS)
2.2.1 Definisi Penyakit Menular Seksual (PMS) Penyakit menular seksual atau dikenal sebagai infeksi menular seksual (IMS) adalah suatu penyakit infeksi yang ditularkan melalui seseorang individu yang terinfeksi kepada individu yang lain melalui kontak seksual. Kontak seksual ini bisa melalui kontak secara oro-genital, ano-genital, walaupun tanpa melakukan penetrasi alat kelamin. Hal ini karena aktifitas seksual melibatkan kontak yang begitu intimasi sehingga memudahkan peluang bagi mikroorganisma tersebar daripada seorang individu kepada individu yang lainnya. Selain itu, penyakit ini juga bisa ditularkan daripada seorang ibu yang telah terinfeksi kepada bayi didalam kandungannya. Pelbagai macam mikroorganisma yang bisa ditularkan daripada individu yang telah terinfeksi ini seperti infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang
menyebabkan penyakit seperti sifilis, gonore, chancroid, granuloma inguinale, nongococcal urethritis, trchomoniasis dan chlamydial cervitis. Selain bakteri, virus juga bisa menyebabkan terjadinya infeksi menular seksual ini seperti virus
Universitas Sumatera Utara
yang menyebabkan terjadinya penyakit seperti moluskum kontagisum, genital warts, genital herper, dan
penyakit
yang dikenal sebagai Acquired
Immunodeficiency Syndrome(AIDS). PMS mempunyai beberapa ciri yaitu (Daili, 1999): 1.
Penularan penyakit ini tidak selalu harus melalui hubungan kelamin.
2.
Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin
3.
Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka, dalam arti kata mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih juga terjangkit.
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa banyak faktor dapat mempengaruhi meningkatnya insidensi PMS ini, antara lain: 1.
Perubahan demografik secara luar biasa; a. Peledakan jumlah penduduk b. Pergerakan masyarakat yang bertambah, dengan pelbagai alasan, misalnya pekerjaan, liburan, dan rapat/kongres/seminar. c. Kemajuan sosial ekonomi, terutama dalam bidang industri menyebabkan lebih banyak kebebasan sosial dan lebih banyak waktu yang terluang.
2.
Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan-perubahan demografik di atas, terutama dalam bidang agama dan moral.
3.
Kelalaian beberapa Negara dalam pemberian pendidikan kesehatan dan pendidikan seks khususnya.
4.
Perasaan aman pada penderita karena pemakaian obat antibiotik dan alat kotrasepsi.
5.
Akibat pemakaian antibiotik yang tidak teratur sehingga terjadi resistensi pelbagai mikroorganisma.
6.
Fasilitas kesehatan yang kurang memadai terutama laboratorium dan klinik pengobatan.
7.
Banyaknya kasus asimtomatik, tidak merasa sakit atau terdapt keluhan sehingga memikirkan tidak akan ditularkan kepada yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Untuk melakukan diagnosa berdasarkan gejala klinis itu tergantung kepada penyakit-penyakit tersendiri karena semua penyakit menular seksual ini tidak sama tanda dan gejalanya.Mengikut statistik yang dikeluarkan oleh WHO 1995 dan 1999 penyakit yang sering terjadi akibat daripada hubungan seksual ini antaranya ialah chlamydial, sifilis, dan gonorrhea (UNAIDS, 1998).
2.3 Klamidia. 2.3.1 Etiologi: Chlamydia merupakan infeksi yang disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia trakomatis yang bisa menyebabkan terjadinya inflamasi atau peradangan pada uretra dan juga servik.Infeksi ini merupakan infeksi yang mempunyai insidensi tertinggi dengan jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 659,000 di Amerika Syarikat pada tahun 1999. Apabila penyakit ini tidak ditangani dengan sempurna bisa menyebabkan terjadinya pelbagai masalah kesehatan yang lainnya seperti kehamilan ektopik, penyakit inflamasi pelviks dan juga infertilitas.
2.3.2 Epidemiologi: Pada tahun 1997, jumlah kasus yang dilaporkan di Amerika adalah sebanyak 537,904 kasus yaitu sebayak 205,5 bagi 100,000 populasi. Namun, pada tahun 2008, jumlah itu menigkat dua kali lipat menjadi 1,210,523 kasus. Pada tahun 2008 juga, jumlah kasus klamidia pada golongan lelaki kulit hitam 12 kali lebih tinggi berbanding lelaki kulit putih dan lapan kali lipat lebih tinggi pada wanita kulit hitam berbanding wanita kulit putih (CDC, 2009).
2.3.3 Tanda dan gejala: Setelah 4 hingga 28 hari selepas melakukan hubungan seksual dengan individu yang terinfeksi, gejala yang sering timbul ialah rasa seperti terbakar pada uretra saat berkemih.Selain itu turut disertai dengan keluarnya sekret yang keruh daripada penis yang mana sekret yang keluar lebih sedikit berbanding pada kasus Gonore. Pada waktu pagi, meatus eksternal akan kelihatan merah dan melekat
Universitas Sumatera Utara
bersama sekret yang keluar. Namun, bagi wanita tanda dan gejala hampir tiada (asimtomatis) sehingga sukar untuk menegakkan diagnosa. Bagi wanita, gejala yang kelihatan ialah seperti urgensi dan nyeri saat berkemih. Diagnosa untuk kasus Chlamydia ditegakkan setelah melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap sekret yang didapat daripada pasien. Pada pasien wanita, 40% yang mendapat infeksi ini tanpa mendapatkan rawatan yang tepat akan menderita Pelvic Inflammatory Disease(PID), yaitu keadaan inflamasi akut dan kronis yang melibatkan uterus, tuba Fallopio dan ovarium. Daripada jumlah ini, 20% akan mengalami infertilitas, 18% akan mengalami sakit pinggang yang kronis dan 9% akan mengalami komplikasi dalam kehamilan.
2.3.4 Terapi: Klamidia bisa diubati dengan antibiotik azitromisin dengan dosis tunggal atau dengan doksisilin dua kali sehari selama satu minggu. Pengobatan ini tidak hanya untuk individual yang terlibat, tetapi turut melibatkan pasangan mereka untuk mengelakkan berlaku lagi infeksi ketika melakukan hubungan seksual. Individu yang menderita Klamidia ini dinasehatkan untuk tidak melakukan hubungan seksual sehingga diyakini sudah sembuh dan pengobatan selesai. Wanita yang mana pasangan mereka tidak dilibatkan dalam pengobatan mempunyai risiko tinggi untuk mendapat infeksi kembali dan infeksi yang multipel ini akan meningkatkan risiko untuk mengalami masalah reproduksi yang serius seperti infertilitas (CDC, 2006).
2.4 Sifilis: 2.4.1 Etiologi: Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang berbentuk heliks dengan membrane sitoplama yang terdiri daripada lapisan peptidoglycan di sertai dengan flagella yang memudahkan pergerakan bakteri ini. Sifilis adalah paling berbahaya pada stadium primer dan sekunder dimana bakteri ini bisa memasuki tubuh melalui membrane mukosa seperti yang terdapat di vagina, mulut, ataupun
Universitas Sumatera Utara
melalui kulit. Dalam jangka masa beberapa jam, bakteri ini bisa sampai di nodus limfe seterusnya menyebar keseluruh tubuh melalui system peredaran darah. Sifilis bisa ditularkan melalui hubungan seksual secara langsung melalui lesi mukosa pada individu yang terinfeksi kepada pasangannya, transfusi darah ataupun melalui plasenta daripada ibu yang telah terinfeksi (sifilis kongenital) (Kumar, Abbas, et al, 2007).
2.4.2 Epidemiologi: Pertama kali dijumpai di kawasan epidemik pada abad ke-16 dan pada waktu ini sifilis masih lagi dikenal sebagai suatu infeksi endemik diseluruh dunia. Di Amerika Serikat, hampir 6000 kasus yang dilaporkan setiap tahun dan jumlah kasus ini semakin meningkat sejak tahun 2000 (Kumar, Abbas, et al, 2007). Prevalensi untuk penyakit sifilis ini bagi wanita berusia 15-49 tahun adalah sebanyak 0.8 bagi tahun 1997-1999. Manakala bagi wanita pekerja seks komersial pula adalah 29,7 bagi tahun 2000-2001.
2.4.3 Tanda dan gejala: Tanda dan gejala bagi Sifilis ini dapat terjadi diantara hari ke-9 hingga ke90, biasanya pada hari ke-21 selepas infeksi. Sifilis terbagi atas beberapa stadium antaranya stadium primer, sekunder, laten, dan tertiary. Infeksi ini bisa bertahan bertahun lamanya sekiranya tidak ditangani dengan betul sehingga bisa mengakibatkan kerusakan pada organ jantung dan otak. Pada stadium primer ini, luka (kankre) pada bagian yang terinfeksi tidak disertai rasa nyeri seperti pada bagian penis, vagina dan vulva. Luka yang dipanggil sebagai kankre ini biasanya bersifat tunggal, namun bisa berkembang menjadi lebih dari satu. Kankre ini timbul dengan warna merah kemudian bisa bertukar menjadi lesi yang terbuka. Kankre ini tidak berdarah disertai dengan pembengkakan pada kalenjar limfe yang berhampiran. Kankre ini bisa sembuh selepas 3 hingga 12 minggu. Stadium sekunder ditandai dengan timbulnya kemerahan pada kulit (skin rash) pada minggu ke-6 hingga 12 selepas terinfeksi. Kemerahan pada kulit ini
Universitas Sumatera Utara
tidak disertai rasa gatal ataupun nyeri dan biasanya timbul pada telapak tangan dan juga telapak kaki yang mana bisa bertahan sampai berbulan-bulan. Selain dari kemerahan yang timbul bisa juga terjadi demam, lelah, hilang selera makan, dan kehilangan berat badan yang merupakan gejala yang umum.
Sebanyak 50%
mengalami pembengkakan pada kalenjar limfe pada seluruh badan dan 10% lagi kasus mengalami inflamsi pada mata. Selepas pasien sembuh daripada stadium primer dan sekunder, penyakit ini memasuki fase laten dimana infeksi masih lagi terjadi dalam tubuh tetapi tidak menunjukkan gejala. Stadium ini bisa berlanjtan sampai beberpa tahun malahan bisa sampai beberapa dekad. Sifilis pada fase ini tidak berbahaya berbanding stadium primer dan sekunder. Pada stadium tertiary, tiga tipe sifilis yang bisa terjadi, antaranya ialah sifilis tertiary yang jinak, sifilis kardiovaskuler, dan neurosifilis. Pada tipe pertama itu sangat jarang pada masa kini dan ditandai dengan adanya benjolan yang dipanggil gummas pada kulit ataupun pada barbagai organ. Benjolan ini tumbuh dengan perlahan, sembuh dengan sempurna dan meninggalkan parut. Bagian yang paling sering timbul benjolan ini ialah pada kulit kepala, muka, dan kaki. Sifilis kardiovaskuler pula timbul 10 hingga 25 tahun selepas terinfeksi dengan bakteri ini dan bisa timbul aneurysm (kelemahan dan dilatasi) pada aorta ataupun kebocoran pada katub aorta. Semua ini akan membawa kepada gejala sesak nafas, nyeri dada dan gagal jantung. Neurosifilis pula terjadi dalam tiga bentuk yaitu meningovaskuler, paretic (kelumpuhan general) dan tabetic (tabes dorsalis)(Kumar, Abbas,et al, 2007). Sifilis dan kehamilan paling sedikit berlaku pada dua pertiga wanita hamil yang telah terinfeksi dengan bakteri Treponema sebelumnya. Efek sifilis pada kehamilan dan janin terutamanya tergantung pada lamanya infeksi terjadi, dan pada pengobatannya. Jika penderita diobati dengan baik, bayi yang lahir tidak akan terinfeksi (Saifuddin, Wiknjosastro, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Terapi : Obat yang merupakan pilihan ialah Penisilin di mana obat ini dapat menembus plasenta dan mencegah terjadinya infeksi pada fetus dan mengobati fetus yang telah terinfeksi; juga efektif untuk merawat neurosifilis. Kadar yang tinggi dalam serum tidak diperlukan, asalkan jangan kurang dari 0,03 unit/ml. Yang penting ialah kadar tersebut harus bertahan dalam serum selama sepuluh sampai empat belas hari unutk sifilis lanjut dan dini, dua puluh satu hari untuk neurosifilis dan sifilis kardiovaskular. Menurut lama kerjanya, terdapat tiga macam Penisilin; •
Penisilin G prokain dalam akua dengan lama kerja dua puluh empat jam, bersifat kerja singkat.
•
Penisilin G prokain dalam minyak dengan aluminium monostearat (PAM) , lama kerja tujuh puluh dua jam, bersifat kerja sedang.
•
Penisilin G benzatin dengan dosis 2,4 juta unit akan bertahan dalam serum 2-3 minggu, bersifat kerja lama.
Kepada penderita yang sensitif (alergi) pada Penisilin bisa di obati dengan Eritromisin 2 gram per os selama 10-15 hari. Eritromisin estolat tidak boleh diberikan sebab obat ini tidak mencegah terjadi sifilis kongenital. Harus dilaksanakan follow-up yang teliti untuk mengelakkan terjadi rekuren (kambuh) (Natahusada, Djuanda, 2003).
2.4.5 Prognosis: Jika sifilis ini tidak diobati, maka seperempatnya akan kambuh, 5% akan mendapat sifilis tersier, 10% mengalami sifilis kardiovaskular, neurosifilis pada pria sebanyak 9% dan pada wanita 5 % dan dari jumlah ini, 23% akan meninggal. Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%. Kelainan kulit pula akan sembuh dalam 7-14 hari manakala pembesaran kalenjar getah bening pula akan menetap beberapa minggu (Natahusada, Djuanda, 2003). Prognosis sifilis congenital yang dini pula adalah baik dan pada tahap lanjut prognosisnya tergantung pada kerusakan yang telah ada (Natahusada dan Djuanda, 2003)
Universitas Sumatera Utara
2.5. Gonore: 2.5.1 Etiologi: Merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria (gonokok) gonore yang menginfeksi pada lapisan dalam mukosa pada uretra, serviks, rectum, dan juga tenggorokan serta konjungtiva mata.
2.5.2 Epidemiologi: Daripada tahun 1975 hingga 1997, jumlah kasus Gonore ini semakin menurun sebanyak 74% ekoran daripada program pengontrolan kasus Gonore yang dilaksanakan. Jumlah kasus Gonore ini dilihat mendatar (plateau) untuk beberapa tahun sebelum kembali meningkat sehingga kasus yang dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 2006 ialah sebanyak 358,366 kasus (CDC, 2006).
2.5.3 Tanda dan gejala: Pada lelaki, gejala pertama yang timbul ialah rasa tidak enak pada uretra diikuti dengan rasa nyeri saat berkemih dimana gejala ini timbul 2 hingga 7 hari selepas infeksi. Selain itu disertai dengan keluarnya pus dari uretra dan urgensi untuk berkemih serta peningkatan frekwensi berkemih. Pada wanita biasanya tanpa gejala beberapa minggu atau bulan selepas infeksi. Sekiranya terdapat gejala, itu biasanya muncul pada hari ke-7 hingga 21 selepas mendapat infeksi. Namun apabila terdapat gejala pada wanita biasanya lebih hebat berbanding gejala yang di tunjukkan oleh lelaki seperti selalu berkemih, nyeri saat berkemih, keluar sekret dari vagina, dan juga demam. Apabila melibatkan serviks, rektum, tuba Fallopi, ovari, dan uretra, semua bagian ini akan merasa nyeri terutama ketika melakukan hubungan seksual. Pada beberapa kasus, bakteri ini bisa menyebar melalui sirkulasi darah sehingga bisa sampai ke tulang dan sendi menyebabkan terjadinya bengkak dan nyeri. Selain itu bisa juga menyebabkan demam karena pelepasan pelbagai mediator. Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan pada sekret yang keluar dari penis ataupun vagina untuk mengenal pasti bakteri yang terlibat (Kumar, Abbas, et al, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.5.4 Terapi: Ternyata pilihan utama untuk pengobatan Gonore ialah Penisilin + Probenesid, kecuali didaerah yang tinggi insidensi Neisseria gonorrhea Penghasil Penisilinase (N.G.P.P). Secara epidemiologis, pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Bagi Penisilin, pilihan obat yang paling efektif ialah penisilin G prokain akua dengan dosis 4,8 juta unit + 1gram probenesid. Kontraindikasinya adalah pada pasien yang alergi penisilin. Sekiranya menggunakan ampisilin, dosisnya ialah 3,5gram +1 gram probenesid, dan amoksisilin pula dengan dosis 3gram + 1gram probenesid. Sefalosporin dapat juga digunakan dengan pilihan obat Seftriakson yang cukup efektif dengan dosis 250 gram secara intramuscular. Obat lain yang bisa digunakan antara lain ialah kuinolon, Tiamfenikol, dan Kanamisin (Natahusada, Djuanda, 2003).
2.6. Granuloma Inguinale Granuloma Inguinale adalah PMS yang jarang terjadi dan disebabkan oleh bakteri Calymmatobacterium granulomatis yang menyebabkan peradangan yang kronis pada alat genital. Gejala mulai timbul bermula pada minggu pertama hingga minggu ke-12 selepas terinfeksi. Gejala yang pertama muncul ialah timbul nodul yang bewarna merah tanpa rasa nyeri yang kemudiannya tumbuh perlahan-lahan membentuk satu atau lebih bulatan. Bagian tubuh yang terinfeksi seperti penis, skrotum, paha dalam, vagina dan vulva (Beers, Fletchers, et al, 2004).
2.7. Chancroid Merupakan PMS yang disebabkan oleh bakteri Heamophilus ducreyi yaitu bakteri gram negatif dari golongan coccobacillus. Bagi penyakit ini, gejala akan mulai timbul pada hari ke-3 hingga 7 selepas terinfeksi, dimana pasien akan mengalami rasa nyeri dan timbul papul eritem pada bagian genital eksternal. Pada lelaki, lesi yang mulai muncul adalah pada bagian penis, manakala bagi wanita pada vagina atau pada area periuretra. Setelah beberapa hari, ulkus yang ireguler akan timbul
Universitas Sumatera Utara
pada permukaan lesi primer. Ciri-ciri daripada ulukus ini ialah rasa nyeri lebih hebat pada lelaki dibanding dengan wanita.
2.8. Trikomoniasis Trikomoniasis merupakan PMS yang megenai pada vagina atau uretra yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, yaitu sejenis organism yang hanya mempunyai satu sel saja. Trichomonas vaginalis biasanya akan menginfeksi pada alat genital serta saluran kemih pada kedua-dua jenis kelamin baik wanita maupun lelaki. Namun begitu, gejala lebih banyak kelihatan pada wanita dimana hampir 20% wanita mendapatkan trikomoniasis pada vagina sepanjang usia reproduktif mereka. Antara gejala tersebut ialah keluarnya secret bewarna seperti kuning kehijauan dan bervariasi bagi setiap individu. Selain itu akan berlaku iritasi pada vulva sehingga menimbulkan rasa sakit ketika melakukan hubungan seksual. Pada kasus yang lebih berat bisa terjadi nyeri saat berkemih dan meningkatnya frekwensi untuk berkemih. Bagi lelaki pula, infeksi pada uretra bisa tanpa atau symptom yang minimal, dan jarang melibatkan prostat atau epididimis. Untuk terapi diberikan metronidazol dengan dosis tunggal secara oral dan turut melibatkan pasangan mereka.
2.9. Genital Herpes Simplex Infeksi herpes pada bagian genital atau dikenal sebagai herpes genitalis merupakan PMS yang mempunyai jumlah kasus yang tinggi di Amerika. Walaupun kedua-dua jenis virus, herpes simpleks-1(HSV-1) dan herpes simpleks2(HSV-2) bisa menyebabkan infeksi pada genital dan juga oral, namun kebanyakan kasus lebih disebabkan oleh HSV-2. Lesi primer yang timbul ialah vesikel eritem serta nyeri pada mukosa atau kulit area genitalia serta nyeri ketika berkemih. Bagian anorektal juga biasa untuk timbul vesikel ini bagi golongan homoseksual. Selain itu terdapat juga sekret
Universitas Sumatera Utara
uretra, pembesaran kalnjar limfe disertai rasa nyeri, serta timbul gejala sistemik lain seperti demam dan juga pusing. Infeksi herpes pada neonatus terjadi pada hampir separuh kasus yang melibatkan ibu yang telah terinfeksi. Infeksi ini didapat oleh neonatus ketika melewati jalan lahir yang telah terinfeksi. Manifestasi klinis bagi neonatus yang terinfeksi akan mulai timbul pada minggu kedua kelahiran ditandai dengan muncul bintik-bintik merah pada kulit(rash), encephalitis, pneumonitis dan nekrosis hepar dengan jumlah 60% kasus bayi meninggal (Kumar, Abbas, et al, 2007).
2.10. Human Pappilomavirus(HPV) HPV ini bisa menyebabkan terjadinya genital warts (kondiloma akuminata) yang berbentuk seperti jengger ayam yang biasanya tumbuh pada vagina, penis dan rektum. Warts ini biasanya muncul pada bulan pertama hingga bulan keenam selepas terinfeksi dengan gambaran permukaan yang lembut, lembap, bewarna merah dan bengkak serta membesar dengan cepat. Sekumpulan warts yang tumbuh di kawasan yang sama dan mempunyai permukaan yang kasar member gambaran seperti bunga kol.
2.11. Human Immunodeficiency Virus (HIV) Merupakan infeksi yang disebabkan oleh HIV-1 dan HIV-2 yang mana virus ini akan merusakkan sel darah putih yang dipanggil limfosit dalam badan secara progresif. Transmisi untuk tekena infeksi ini dapat melalui banyak cara, namun salah satu yang biasa terjadi ialah melalui hubungan seksual dengan individu yang telah terinfeksi. Ketika melakukan hubungan sekseual, membrane mukosa yang melapisi mulut, vagina, penis dan rektum akan terdedah kepada cairan badan yang telah terkontaminasi. Kebanyakan pasien mengalami gejala inisial yang hampir tidak disadari oleh diri mereka sendiri. Gejala yang sering timbul ialah seperti demam, kemerahan pada kulit, lemah dan pembengkakan nodus limfe dalam masa
Universitas Sumatera Utara
beberapa minggu selepas terinfeksi. Pasien bisa mendapat infeksi ini selama beberapa tahun hingga dekad sebelum berkembang menjadi AIDS.
2.12. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan. Mengikut kajian yang dilakukan oleh Antono Suryoputro, Nicholas J. Ford, Zahroh Shaluhiyah (2006), tentang perilaku seksual pada remaja di Jawa Tengah, terdapat teori
Social-Learning yang mengatakan bahwa perilaku manusia
dibedakan oleh tiga hal yang saling berhubungan antara faktor personal/individu, faktor lingkungan, dan faktor perilaku. Dalam faktor personal, variabel-variabel yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan mengenai HIV/AIDS, Penyakit Menular Seksual (PMS), aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual & reproduksi, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri dan variabel-variabel demografi seperti: usia, agama dan status perkawinan. Faktor lingkungan melibatkan variabel-variabel seperti akses dan kontak dengan sumber-sumber informasi, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu. Faktor perilaku: variabel-variabel yang termasuk didalam faktor ini adalah gaya hidup seksual (orientasi seksual, pengalaman seksual, jumlah pasangan), peristiwa-peristiwa kesehatan (PMS, kehamilan, aborsi) dan penggunaan kondom serta alat kontrasepsi.
2.13. Langkah pencegahan Pencegahan PMS ini tidak dapat dicapai hanya dengan melakukan intervensi klinis saja. Intervensi pencegahan primer termasuk di praktek dan diluar praktek yaitu tempat dimana terjadinya transmisi infeksi ini. Hal ini melibatkan pengetahuan tentang pemakaian kondom yang betul bisa menurunkan angka kejadian kasus HIV dan juga PMS sebanyak 80 -85% . Mengikut strategi global yang diperkenalkan oleh WHO (2006), antara langkah-langkah pencegahan yang dilakukan terhadap penyebaran PMS ini ialah: •
Pencegahan dengan cara promosi perilaku seksual yang selamat.
Universitas Sumatera Utara
•
Kemudahan untuk akses pada kondom yang berkualitas.
•
Promosi untuk mendapatkan khidmat nasehat dan rawatan yang cepat pada pasien yang telah terinfeksi dan juga pada pasangan seksualnya.
•
Pelayanan kesehatan yang spesifik terhadap populasi dengan frekwensi tinggi untuk mendapat infeksi ini seperti wanita pekerja seks, remaja, pengguna zat terlarang, dan juga pemandu truk jarak jauh.
•
Melakukan screening pada pasien yang asimtomatis seperti pada pasien sifilis dan Chlamydial.
•
Pelayanan kesehatan dengan cara kaunseling dan juga pemeriksaan untuk deteksi apakah terdapat infeksi HIV atau tidak dan ini dilakukan secara sukarela.
•
Pencegahan dan penjagaan daripada kemungkinan terjadinya sifilis congenital dan konjungtiva neonates pada neonates akibat daripada infeksi yang didapat melalui jalan lahir.
•
Melibatkan semua pihak termasuk sektor swasta dan juga kepedulian masyarakat dalam melakukan pencegahan PMS ini.
Universitas Sumatera Utara