BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yaitu: a. Tahu (know) Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah. b. Memahami (comprehension) Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. d. Analisis (analysis) Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Universitas Sumatera Utara
f. Evaluasi (evaluation) Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
2.2 Menyusui Menyusui adalah sesuatu yang alami, segala sesuatu yang alami adalah yang terbaik bagi semua orang. Namun, alami tidak selalu mudah. Menyusui membutuhkan dukungan baik dari orang yang telah mengalaminya atau dari orang yang profesional (Ramaiah, 2007).
2.2.1 Pengertian Air Susu Ibu Air Susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung berasal dari kelenjar payudara ibu (WHO Geneva, 1991). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara, sebagai makanan utama bayi (Roesli, 2000). ASI diberikan segera setelah bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah lahir dianjurkan segera pada 1 jam pertama. Hal ini dikarenakan ASI yang pertama kali keluar (kolostrum) sangatlah baik serta bergizi tinggi (WHO, 1999). Pemberian ASI selama 6 bulan sebaiknya tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih (Kristiyansari, 2009). Setelah itu, pemberian ASI bisa kapan saja dan dimana saja. Waktunya dapat diberikan pada pagi, siang, maupun malam hari sesuai kebutuhan bayi tersebut (WHO, 1999). Pada hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disusukan selama 4-5 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu terhisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5, boleh disusukan
Universitas Sumatera Utara
selama 10 menit. Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan lebih dari 20 menit). Menyusukan selama 15 menit ini jika produksi ASI cukup dan ASI lancar keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Dikatakan bahwa, jumlah ASI yang terhisap bayi pada 5 menit pertama adalah kurang lebih 112 ml, 5 menit kedua kurang lebih 6 ml, dan 5 menit terakhir hanya kurang lebih 16 ml (Soetjiningsih, 1997).
a. Refleks Pembentukan dan Pengeluaran ASI Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing–masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks “prolaktin” dan refleks “let down”. •
Refleks prolaktin: Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada puting susu
terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofisis anterior untuk mengeluarkan mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu (Kristiyansari, 2009). •
Refleks Aliran (let down refleks): Hisapan bayi merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofisis
posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel mioepitel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous, tempat ASI disimpan, pada saat menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar, ke mulut bayi (Sulistyawati, 2009).
b. Mekanisme Menyusui Bayi yang sehat mempuyai 3 refleks intrinsik, yang diperlukan untuk keberhasilan menyusui seperti:
Refleks mencari puting (Rooting reflex) Jika menyentuhkan jari atau puting, bayi akan memutar mulutnya ke arah jari atau puting itu dan membuka mulutnya.
Universitas Sumatera Utara
Refleks Menghisap (Sucking reflex) Rahang bayi sudah menekan kalang payudara dengan bantuan bibir secara berirama, gusi menjepit puting, kalang payudara dan sinus laktiferus.
Refleks menelan (Swallowing reflex) Segera mulut bayi penuh dengan ASI, ia akan menelan masuk ke lambung (Ramaiah, 2007).
2.2.2 Langkah-Langkah Menyusui yang Benar a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu. b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan.
Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja. d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
Menyentuh sisi mulut bayi.
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta payudara dimasukkan ke mulut bayi :
Universitas Sumatera Utara
Usahakan sebagian besar payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.
Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi (Kristiyansari, 2009).
2.2.3 Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusui. Untuk mengetahui bayi telah menyusui dengan teknik yang benar, dapat dilihat:
bayi tampak tenang,
badan bayi menempel pada perut ibu,
mulut bayi terbuka lebar,
dagu menempel pada payudara ibu,
sebagian besar payudara masuk ke dalam mulut bayi,
bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan,
puting susu ibu tidak terasa nyeri,
telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus,
kepala tidak menengadah.
f. Melepas hisapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas hisapan bayi:
jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau,
dagu bayi ditekan ke bawah.
g. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan di sekitar payudara, biarkan kering dengan sendirinya.
Universitas Sumatera Utara
h. Menyendawakan bayi. Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-Jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah:
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan,
Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan (Soetjiningsih, 1997).
2.2.4 Tanda Bayi Cukup ASI
Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali.
Warna seni biasanya tidak berwarna kuning pucat.
Bayi sering buang air besar (BAB) berwarna kekuningan berbiji.
Bayi kelihatannya puas, sewaktu-waktu lapar bangun dan tidur dengan cukup.
Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam.
Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui.
Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusui.
Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI.
Bayi bertambah berat badannya (Kristiyansari, 2009).
2.2.5 Masalah-masalah yang Timbul dalam Masa Laktasi a. Puting Lecet Puting mengalami lecet, retak atau terbentuk celah. Hal ini dapat hilang dengan sendirinya jika ibu merawat payudara secara baik dan teratur. Caranya:
Olesi puting susu dengan ASI setiap kali akan dan sudah menyusui, hal ini mempercepat sembuhnya lecet dan rasa perih
Jangan menggunakan BH (Breast Holder) yang terlalu ketat
Jangan membersihkan puting dan aerola dengan sabun, alkohol dan obatobatan yang merangsang puting susu.
Universitas Sumatera Utara
Posisi menyusui yang bervariasi, jika dengan posisi yang sama dapat membuat trauma yang terus-menerus di tempat yang sama sehingga memudahkan terjadinya lecet.
Cara mengatasi puting lecet :
Jika rasa nyeri dan lecet tidak terlalu berat, ibu dapat menyusui pada daerah yang tidak nyeri. Untuk mengurangi rasa sakit, oles puting susu dengan es beberapa saat. Proses menyusui dengan tenang dan bernafas dalam-dalam sampai ASI mengalir keluar dan rasa perih berkurang
Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka semakin berat, puting yang sakit diistirahatkan selama 24 jam. ASI tetap dikeluarkan dengan tangan (diperah) dan diberikan kepada bayi.
b. Payudara Bengkak Terjadi karena hambatan aliran vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Untuk mengatasinya :
Kompres payudara dengan handuk hangat, masase puting, hingga payudara terasa lemas dan ASI dapat keluar melalui puting, hingga payudara terasa lemas dan ASI dapat keluar melalui puting.
Susukan bayi tanpa dijadwal sampai payudara terasa kosong
Urut payudara mulai dari tengah lalu kedua telapak tangan ke samping, ke bawah dengan sedikit ke atas dan lepaskan dengan tiba-tiba.
Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar payudara menjadi lunak dan puting susu menonjol keluar.
Susukan bayi lebih sering.
c. Mastitis dan Abses Payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Suhu meningkat kadang-kadang
disertai
menggigil. Terjadi pada masa 1-3 minggu setelah melahirkan. Cara mengatasinya
Universitas Sumatera Utara
berkonsultasi pada dokter untuk mendapatkan terapi antibiotik dan obat penghilang rasa sakit. Ibu harus banyak beristirahat dan tetap menyusui bayinya. Mastitis yang tidak diobati akan berlanjut ke abses, ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan benjolan mengandung cairan berupa nanah. Sementara berhenti menyusui pada bagian yang terkena, susukan bayi pada payudara yang sehat. Dokter melakukan tindakan pengeluaran nanah dan memberi antibiotik serta obat penahan rasa sakit (Soetjiningsih, 1997).
Universitas Sumatera Utara