BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Bahan – Bahan Kimia Dalam Perairan
2.1.1. Senyawa Nitrogen Dalam Air Senyawa-senyawa nitrogen terdapat dalam keadaan terlarut juga sebagai bahan tersuspensi. Dalam air senyawa-senyawa ini memegang peranan sangat penting dalam perairan reaksi-reaksi biologi perairan. Jenis-jenis nitrogen anorganik utama dalam air adalah ion nitrat (NO 3 -), dan ammonium (NH 4 +). Dalam kondisi tertentu terdapat dalam bentuk nitric (NO 2 -). Sebagian besar dari nitrogen total dalam air terikat sebagai nitrogen organik, yaitu dalam bahan-bahan yang berprotem, juga dapat berbentuk senyawa/ ion-ion lainnya dari bahan pencemar. Nitrogen perairan merupakan penyebab utama pertumbuhan yang sangat cepat dari ganggang yang menyebabkan eutrofikasi. Pada umumnya nitrogen anorganik dalam perairan aerobic terdapat dalam keadaan bilangan oksidasi +5, yaitu sebagai NO 3 -, dan dengan bilangan oksidasi keadaan anaerob, sebagai NH 4 + yang stabil. Dalam kondisi tanpa katalis biologi, ion nitrat hanya sedikit bereaksi dalam air. Kernampuan pertukaran ion dari bahan-bahan yang terjadi secara alamiah tidak mengikat ion dengan kuat.
Senyawa Fosfor Dalam air, fosfor merupakan suatu komponen yang sangat penting dan Bering menimbulkan permasalahan lingkungan. Fosfor termasuk salah satu dari beberapa unsur yang essensial untuk pertumbuhan ganggang dalam air. Pertumbuhan ganggang yang berlebihan disamping hasil hancuran biomas dapat menyebabkan pencemaran kualitas air. Sumber fosfor adalah limbah industri, hanyutan dari pupuk, limbah domestik, hancuran bahan organik, dan mineral fosfat.
Universitas Sumatera Utara
Fosfor dalam air terdapat balk sebagai bahan padat maupun bentuk terlarut. Fosfor dalam bentuk padat dapat terjadi sebagai suspensi garam-garam yang tidak larut, dalam bahan biologis, atau terabsorbsi dalam bahan padat. Fraksi yang paling balk dari senyawa fosfat yang terlarut paling mungkin terdapat dalam bentuk senyawa organik, sedangkan fosfor anorganik yang terlarut terjadi terutama sebagai bentuk ion ortofosfat (PO 4 3-) Protonasi sempuma dari ion ortofosfat menghasilkan H3PO4 yang mempunyai nilai pK1 = 2,17 ; pK2 = 7,31 ; dan pK3 = 12,36. Dan nilai konstanta desosiasi asam ini dapat disimpulkan bahwa H3PO4 adalah asam yang sangat kuat dan PO 4 3- sangat basa bila terdapat dalam perairan alami. Oleh karena itu ion fosfat terbentuk sebagai H 2 PO 4 - atau HPO 4 2- .
Fosfat juga dapat berada sebagai ligan
dalam sebuah kompleks logam. Karena fosfat bereaksi dengan sejumlah zat membentuk senyawa yang tidak larut, dan mudah diadsorpsi oleh tumbuh-tumbuhan, konsentrasi dari fosfat anorganik terlarut dalam kebanyakan peraiaran konstan. Kenaikan konsentrasi fosfat merupakan adanya zat pencemar dalam perairan. Senyawa-senyawa fosfat tersebut dalam bentuk organofosfat atau polifosfat. Sejumlah industri dapat rnembuang polifosfat berupa bahan pencuci yang mengapung di atas permukaan air. Senyawa fosfor organik terdapat antara lain dalam bentuk asam-asam nukleat, fosfolipid, gulafosfat. Senyawa ini masuk ke dalam perairan bersama-sama dengan limbah industri dan rumah tangga.
Karbon Dioksida dan Berbagai Jenis Karbonat Gas CO 2 mempunyai sifat keasaman, maka akan menjadi lebih rumit dalam menghitung kelarutannya dalam air dibandingkan kelarutan gas-gas yang sukar bereaksi seperti O 2 dan N 2 . Karbon Dioksida, ion karbonat, dan ion bikarbonat mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap sifat-sifat kimia air. Banyak mineral diendapkan sebagai garam dari ion karbonat CO 3 2-. Dalam fotosintesisnya ganggang menggunakan CO 2 terlarut untuk menghasilkan biomas.
Universitas Sumatera Utara
Konsentrasi yang tinggi dari CO 2 ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kehidupan akuatik karena akan menghambat pernafasan dan pertukaran gas terutama bagi hewan perairan, bahkan dapat mengakibatkan kematian, Kandungan CO 2 dalam air yang aman tidak boleh melebihi 25 mg/ I. Dalam perairan alami, gas CO 2 dihasilkan dari penguraian bahan-bahan organik oleh bakteri. Ganggang yang menggunakan CO 2 dalam fotosintesis juga menghasilkan CO 2 melalui proses metabolisme tanpa cahaya. Waktu air merembes melalui lapisan-lapisan dari hancuran bahan organik sambil masuk ke dalam tanah, air inhi dapat melarutkan banyak CO 2 yang dihasilkan oleh pernafasan organisme dalam tanah. Seterusnya, waktu air masuk melewati batuan kapur, air tersebut melarutkan kalsium karbonat, karena adanya CO 2 yang terlarut.
Silikon Dalam Air Silikon merupakan unsur kedua terbanyak di kerak bumi setelah oksigen yaitu sebesar 27,7%. Hal ini menyebabkan silikon terbesar luas dalam air. Konsentrasi normal dari silicon dalam air berkisar antara 1 sampai 30 mg/l sebagai SiO 2 , meskipun kadang kala mencapai 100 mg/ l. Suatu fenomena yang menarik adalah air laut di bagian permukaan umumnya konsentrasi silikonnya sangat rendah karena unsur ini digunakan oleh kerang dan pembentukan tulang organisme laut. Silika dalam air dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari sumber pencemaran. Senyawa silikat digunakan dalam pembuatan senyawa detergen dan sebagai anti karat. Oleh karena itu silikon/ Ion dari senyawa silikon terdapat banyak dalam air buangan baik limbah industri maupun limbah domestik.
Belerang Dalam Air Secara umum sebagian besar belerang yang terdapat dalam air adalah S (IV) dalam ion sulfat SO 4 2-. Dalam kondisi anaerobic SO 4 2- dapat direduksi oleh aktivitas bakteri menjadi H 2 S, HS- atau garam sulfide yang tidak larut. Gas H 2 S yang dihasilkan dari reduksi sulafat tersebut menyebabkan bau "telur busuk" yang
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan oleh banyak air yang tergenang dan air-air tanah. Adanya perbedaan jenis belerang (bilangan oksidasinya) dalam air menggambarkan adanya hubungan antara pH air, potensial oksidasi, dan aktivitas bakteri. Dalam air ion sulfat dapat berasal dari banyak sumber. Sulfat dapat berasal dari hasil pencucian mineral utama gips, CaSO 4 , 2H 2 O. Oksidasi dari mineralmineral sulfide yang dipengaruhi oleh mikroorganisme, seperti pyrit, FeS 2 menghasilkan sulfat. Garam sulfat digunakan dalam pembuatan deterjen dan dalam banyak industri seperti industri pupuk ZA, maka ion sulfat merupakan komponen yang umum dari air buangan.
Klorida Dan Fluorida Dalam Air Senyawa halida, klorida, dan fluorida merupakan senyawa-senyawa umum yang terdapat pada peraiaran alami. Senyawa-senyawa tersebut mengalami proses disosiasi dalam air membentuk ion-ionnya. Ion klorida pada tingkat sedang relative mempunyai pengaruh kecil terhadap sifat-sifat kimia dan biologi perairan. Kation dari garam-garam klorida dalam air terdapat dalam keadaan mudah larut, dan ion klorida secara umum tidak membetuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion logam. Ion ini juga tidak dapat dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik. Tetapi kelebihan garam-garam klorida ini dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang disebabkan oleh tingginya salinitas. Air ini tidak layak untuk air pengairan dan keperluan rumah tangga. Ion fluorida jauh lebih penting dalam air dari pada ion-ion klorida. Fluor adalah salah satu unsur halogen yang keelektronegatifannya paling tinggi dibandingkan unsur-unsur halogen lainnya.
Kalsium dan Magnesium dalam Air Secara umum dari kation-kation yang ditemukan dalam banyak ekosistem air tawar kalsium mempunyai konsentrasi tinggi. Kalsium adalah unsure kimia yang memegang peranan penting dalam banyak proses geokimia. Mineral merupakan
Universitas Sumatera Utara
sumber primer ion kalsium dalam air. Di antara mineral-mineral primer yang berperan adalah gips, CaSO4.21-120 ; anhidratnya, CaSO 4 ; dolomite, CaMg (CO 3 ) 2 ; kalsit dan aragonite yang merupakan modifikasi yang berbecla dari CaCO 3 Air yang mengandung karbon dioksida tinggi mudah melarutkan kalsium dari mineral-mineral karbonatnya. Ion kalsium , bersama-sama dengan magnesium dan kadang-kadang ion ferro, ikut menyebabkan kesadahan air, baik yang bersifat kesadahan sementara maupun kesadahan tetap. Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya ion-ion kalsium dan bikarbonat dalam air Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya kalsium atau magnesium sulfat yang proses pelunakannya melalui proses kaput - soda abu, proses zeolit dan nurses -resin organik. Pada umumnya konsentrasi magnesium dalam air tawar lebih kecil dibandingkan kalsium. Telah diteliti bahwa dilautan magnesium dalam bentuk larutan lebih lama dari kalsium. Hal ini disebabkan senyawa Mg2+ mengendap lebih lambat dibandingkan senyawa Ca2+.
Logam Alkali Dalam Air Natrium umumnya terdapat dalam konsentrasi yang lebih tinggi di dalam air tawar dibandingkan dengan kalium. Ion natrium, sama dengan ion klorida, bersosiasi dengan salinitas yang berlebihan yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang cukup serius. Kalium dalam perairan alami relative rendah konsentrasinya dari natrium karena unsur ini tidak mudah dilepaskan dari sumbernya dan unsur ini mudah sekali diadsorpsi oleh mineral-mineral. Jenis sumber alami dari kalium adalah feldspar, esensial dan bergabung ke dalam bahan tanaman. Sebagai konsekuensinya bila terjadi kebakaran hutan dimana wring mengandung konsentrasi kalium yang tinggi. Suatu kenyataan bahwa hasil pencucian dan' abu banyak digunakan oleh pioneer-pioner sebagai sumber dari kalium hidroksida untuk pembuatan sabun.
Universitas Sumatera Utara
Alumunium Dalam Air Aluminium
merupakan
unsur
terbanyak
ketiga
dalam
kerak
bumi
Kebanyakan alumunium yang dibawa air sebagai partikel-partikel mineral mikroskopik yang tersuspensi. Konsentrasi dari almunium dalam kebanyakan air kemungkinan kurang dari 1,0 mg/l. Pada nilai pH dari 4,0 jenis alumunium yang terlarut adalah Al (H 2 O)3+ dan ion Al3+ yang terhidrasi kehilangan ion hydrogen pada nilai pH lebih besar dari 4,0. Almunium bersifat amfoter dan pada perairan alami dengan pH diatas kurang lebih 10, terbentuk ion aluminat yang larut AI (OH)4-. Ion fluorida membentuk kompleks yang sangat kuat dengan alumunium dan dengan adanya fluorida dengan konsentrasi tinggi terbentuk jenis kompleks fluorida seperti AlF2+ mungkin akan terbentuk dalam air. Ion Alumunium membentuk endapan dengan silica dan dengan ion ortofosfat.
Besi dalam Air Besi adalah satu dari lebih unsur-unsur penting dalam air permukaan dan air tanah. Perairan yang mengandung besi sangat tidak diinginkan untuk keperluan rumah tangga, karena dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan alai-alai lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum pada konsentrasi diatas kurang lebih 0,31 mg/I. Sifat kimia perairan dari besi adalah sifat redoks, pembentukan kompleks, metabolisme oleh mikroorganisme, dan pertukaran dari besi antara fasa dan fase padat yang mengandung besi karbonat, hidroksida dan sulfide. Secara umum Fe (II) terdapat dalam air tanah berkisar antara 1,0 –10 mg/l, namun demikian tingkat kandungan besi sampai sebesar 50 mgA dapat juga ditemukan dalam air tanah ditempat-tempat tertentu. Air tanah yang mengandung Fe (11) mempunyai sifat yang unik. Dalam kondisi tidak ada oksigen air tanah yang mengandung Fe (11) jernih, begitu mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion ferri dengan reaksi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
4 Fe 2+ + 0 2 + 10 H 2 O
4Fe (OH) 3 8 H+
dan air menjadi keruh. Pada pembentukan besi (111) oksidasi terhidrat yang tidak larut menyebabkan air berubah menjadi abu-abu.
Mangan Dalam Air Toksisitas Mangan (Mn), relative sudah tampak pada konsentrasi rendah. Dengan demikian tingkat kandungan Mn yang diizinkan dalam air yang digunakan untuk keperluan domestik sangat rendah, yaitu dibawah 0,05 mg/l. Dalam kondisi aerob mangan dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO 2 dan pada dasar perairan tereduksi menjadi Mn2+ atau dalam air yang kekurangan oksigen (DO rendah). Oleh karena itu pemakaian air yang berasal dari dasar suatu sumber air, Bering ditemukan mangan dalam konsentrasi tinggi. Air yang berasal dari sumber tambang asam dapat mengandung mangan terlarut, dan pada konsentrasi ± 1 mg/l dapat ditemukan pada perairan dengan aliran yang berasal dari tambang asam. Pada pH yang agak tinggi dan kondisi aerob terbentuk mangan yang tidak larut seperti, Mn02, Mn304, atau MnCO 3 meskipun oksidasi dari Mn2+ itu berjalan relatif lambat. 2.2.
Habitat Ikan Nila
Habitat artinya lingkungan hidup tertentu sebagai tempat tumbuhan atau hewan hidup dan berkembang biak (Suyanto, S.R., 2009). Ikan nila memiliki eurihaline yang menyebabkan ikan nila dapat hidup di dataran rendah yang berair tawar hingga perairan bersalinitas, sehingga pembudidayaannya sangat mudah. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas dapat juga mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut dibedakan atas:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Salinitas Air Salinitas Air
Persentase garam
Air tawar
<0,05%
Air payau
0,05 – 3%
Air saline
3 – 5%
Brine
>5%
Sumber : http://rudy-dblues.blogspot.com/2010/01/tingkatan-salinitas-pada-air... Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, disebut brine. Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh , Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30% (Goetz, P.W., 1986). Penyelidikan komposisi air laut pertama sekali diselidiki oleh seorang ahli oseanografi W.Dittmar pada tahun 1873 dengan menggunakan contoh air laut sebanyak 77 sampel dari beberapa perairan di Samudera Pasifik, Hindia, dan Atlantik melalui ekspedisi yang dilakukan oleh H.M.S.Challenger hasilnya adalah seperti yang tertera pada tabel 2.2 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Kimia Utama Yang Terkandung Di Air Laut No
Ion
Nilai (%)
1.
Cl-
55,04
2.
Na+
30,61
3.
SO 4 2-
7,68
4.
Mg2+
3,69
5.
Ca2+
1,16
6.
K+
1,10
7.
HCO 3 -
0,41
8.
Br -
0,19
9.
H 3 BO 3
0,07
10.
Sr 2+
0,04
12.
F-
0,00
13.
CO 3 2-
0,00
Sumber : Sverdrup dkk, 1962. The Ocean Nila dapat hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam air yang disukai antara 0 – 35 permil (Watanabe, 1989). Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stres dan kematian ikan (Suyanto S.R., 2009). Ikan nila bisa hidup pada kadar garam sampai 35%, namun ikan sudah tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada kadar garam yang tinggi ikan
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan energi yang minim untuk osmoregulasi sehingga energi yang digunakan untuk pertumbuhan berkurang (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Ikan nila yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding dengan ikan yang sudah besar. Nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau netral. Nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar antara 6 – 8,5. Namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7 – 8. Batas pH yang mematikan adalah 11(Carman Odang, dkk.,2010). Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan organisme serta mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu kolam atau perairan yang masih bisa ditolirir ikan nila adalah 15–37oC. Suhu optimum untuk pertumbuhan nila adalah 25-30oC. Oleh karena itu, ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk pemijahan, suhu ideal untuk bisa menghasilkan telur dan larva adalah 22–37oC (Wiryanta, B.T.W., dkk.,2010)
2.3.
Ikan Nila Ikan nila (Oreochromis niloticus) bukanlah ikan asli perairan Indonesia,
melainkan ikan introduksi ikan yang berasal dari luar Indonesia, tetapi sudah dibudidayakan di Indonesia Bibit ikan ini didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969 dari Taiwan ke Bogor. Setelah melalui mass penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. (Wiryanta Bernard T. W, dkk 2010). Sesuai dengan nama Latinnya Oreochromis niloticus berasal dari sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya ikan ini mendiami hulu sungai Nil di Uganda. Selama bertahun-tahun, habitatnya semakin berkembang dan bermigrasi ke arah selatan ( ke hilir) sungai melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir. Dengan bantuan
Universitas Sumatera Utara
manusia, ikan nila sekarang sudah tersebar sampai ke lima benua, meskipun habitat yang disukainya adalah daerah tropis dan sub tropis. Sedangkan di wilayah beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. ( Suyanto S.Rachmatun 2009). Pada awalnya ikan nila dikenal dengan nama Tilapia nilotica. Aristoteles dan rekan-rekannya memberi nama itu 300 tahun SM. Mengingat Mesir kuno bukan satusatunya negeri yang menghargai nila tetapi di kawasan Yunani juga telah dikenal sebagai penggemar ikan nila sehingga diyakini telah menamakan Tilapia nilotica (ikan Nil) pada waktu tersebut. (http://ikannila.coin/Mengenal%201kan%2ONila%2Odan%Legendadan) Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan sejak tahun 1972. Menurut klasifikasi yang terbaru (1982) nama ilmiah ikan nila ialah Oreochromis niloticus. Name genus Oreochromis menurut klasifikasinyang berlaku sebelumnya disebut Tilapia. Perubahan nama tersebut telah disepakati dan clipergunakan oleh para ilmuwan meskipun di kalangan swam tetap disebut Tilapia nilotica. Perubahan klasifikasi tersebut dipelopori oleh Dr.Trewavas (1980) dengan membagi genus Tilapia tiga genus berdasarkan prilaku kepedulian induk ikan terhadap telur dan anak-anaknya yaitu genus Oreochromis, genus Sarotherodon dan genus Tilapia. - Genus Oreochromis Pada genus Oreochromis induk ikan betina mengerami telur di dalam rongga mulut dan mengasuh sendiri anak-anaknya. Anggota genus ini adalah Oreochromis hunteri, O.niloticus, O.mossambicus, O.aureus, dan O.spilurus - Genus Sarotherodon Pada genus Sarotherodon induk jantanlah yang mengerami telur dan mengasuh anaknya. Contoh spesiesnya adalah Sarotherodon melanotheron dan S.galilaeus - Genus Tilapia Ikan dalam genus Tilapia memijah dan menaruh telur pada suatu tempat atau bends (substrat). Induk jantan dan betina bersama-sama atau bergantian menjaga telur dan anak-anaknya. Contoh spesies ini adalah Tilapia sparmanii, T.rendalli, dan T.zilli.
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi lengkap yang kini dianut oleh para ilmuwan adalah yang telah dirumuskan oleh Dr.Trewavas sebagai berikut: Filum
: Chordate
Sub- Filum
: Vertebrate
Kelas
: Osteichthyes
Sub- kelas
: Achanthoptherigii
Ordo
: Percomorphi
Sub-ordo
: Percoidea
Famili
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Species
: Oreochromis niloticus
( Suyanto S.Rachmatun 2009). Secara umum ikan nila. (Oreochromis niloticus) masih kerabat dekat dengan ikan mujair (Oreochromis mossambicus). Karakteristik fisik pada beberapa strain ikan nila juga ada mirip dengan ikan mujair. Ikan mujair kurang disukai petani karena lambat pertumbuhannya, sangat rakes tetapi tidak gemuk. Mujair juga cepat sekali beranak pinak sehingga sangat mengganggu ikan lain yang sama-sama dipelihara di kolam. Akibatnya muncul anggapan bahwa mujair adalah hams yang harus diberantas. Untuk menggantikan ikan mujair maka didatangkanlah bibit ikan nila dari mancanegara, untuk disebarluaskan. Hal ini mengingat ikan nila mempunyai sifatsifat yang menguntungkan yaitu: − Ikan nila sangat peridi (mudah berbiak) − Perwatannya tidak rumit Ikan nila efisien dalam menggunakan pakan (merupakan) yaitu mempunyai konversi pakan (Food Convertion Ratio = FCR) yang lebih rendah misalnya di kolam air tawar, tambak, dan keramba faring apung secara intensif dan tujuan komersil sekitar 0,8 – 1,2 kg. Artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan nila dibutuhkan pakan sebanyak 0,8 – 1,2 kg
Universitas Sumatera Utara
Bersifat omnivora. Ikan ini dapat berkembang biak dengan aneka makanan baik hewani maupun nabati. Jenis makanan yang dibutuhkan tergantung umurnya. Pada stadia larva pakan utamanya adalah alga bersel tunggal, crustacea kecil, dan benthos. Ukuran benih sampai fingerling lebih menyukai zooplankton, sedangkan ukuran pembesaran menyukai pakan buatan (Sudjana, 1988) •
Cepat pertumbuhannya sehingga waktu panennya lebih pendek
•
Berdaging tebal
•
Relatif tahan terhadap hams dan penyakit
•
Ikan nila sangat muclah beradaptasi dengan kondisi perairan. Artinya ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara dalam lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Ikan nila mampu hidup pada suhu 14 - 38 T. Adapun suhu terbaiknya adalah 25 - 30 T. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam. Kadar garam air yang disukai antara 0 - 35 permil. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan ikan secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stres dan kematian pada ikan (Carman Odang, Sucipto Adi, 2010). Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera ditemakkan di
banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Sehingga untuk kedepan ikan nila bagi Indonesia akan mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia. Hal ini didukung oleh potensi sumber daya alam yang relatif besar dengan jumlah penduduknya menducluki rangking empat terbesar di dunia yang menyebabkan potensi pasar domestiknya masih sangat terbuka. Berikut beberapa strain ikan nila yang cukup dikenal dan digemari, baik oleh petani maupun konsumen.
Universitas Sumatera Utara
a. Nila Gift (Genetic Improvement of Farmed Tilapias) Dikembangkan oleh International Center for Living Aquatic Research Management (ICLARM) pada tahun 1987 dengan dukungan dari Asian Development Bank dan Unites Nations Development Programe (UNDP). Strain ini merupakan hasil seleksi dan persilangan ikan nila darim Kenya, Israel, Senegal, Ghana, Singapura, Thailand, Mesir , dan Taiwan. b. Nila Best (Bogor Enhanced Strain Tilapias) Merupakan salah satu ikan unggulan yang dihasilkan pada tahun 2008. Mempunyai fisik yang mirip dengan nila gift. Merupakan hasil seleksi yang menggunakan populasi dasar yang salah satunya bersumber dari ikan nila gift generasi keenam. Tepatnya nila best lahir dari seleksi empat strain ikan nila yaitu nila lokal, nila danau tempeh, nila gift generasi ketiga, dan nila gift generasi 6 (generasi terakhir). c. Nila Gesit (Genetically Supermale Indonesian Tilapias) Yang berarti ikan nila yang secara genetis diarahkan menjadi jantan super. Ikan ini dihasilkan di BBPBAT Sukabumi hasil kerja sama dengan IPB dan BBPBAT. Rintisannya sudah dimulai sejak 2001 dan di-release tahun 2007. Sumber gennya berasal dari nila Gift G3. d. Nila Jica (Japan for International Cooperation Agency) Jika adalah sebuah lembaga donor dari Jepang. Tahun 2002, Jika bekerja sama dengan BBAT Jambi melakukan rekayasa genetis strain ikan nila hasil penelitian Kagoshima Fisheries Research Station , Jepang di Jambi. Tahun 2004 dihasilkan ikan nila unggul yang dinamakan strain Rea. Sebagian masyarakat Jambi menyebut nila strain Jica dengan nama nila kagoshima. e. Nila Nifi (National Inland Fishery Institute) Disebut juga nila Bangkok.Nifi pertama kali didatangkan dari Thailand pada tahun 1989.Dikenal juga sebagai nila merah atau nirah. Ada juga menyebutnya mujarah (mujair merah) atau kakap merapi. Pertumbuhannya lebih cepat dari ikan nila lokal. Keunggulan lainnya mampu menghasilkan keturunan yang dominan
Universitas Sumatera Utara
jantan. Ikan ini kemungkinan merupakan hasil persilangan antara mujair dengan nila O.aureus, O.zilii, O.hornorum. f. Nila Nirwana (Nila Ras Wanayasa) Berasal dari Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Merupakan hasil pemuliaan genetis dari nila gift dan nila get dari Filipina yang dilakukan oleh Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa dan FPK, Institut Pertanian Bogor. Dikenalkan kepada masyarakat tahun 2006 ak-hir. Gennya berasal dari nila gift dan nila get (Genetically Enhanced of Tilapias). g. Nila hitam 69 Merupakan strain ikan nila yang pertama kali didatangkan dari Taiwan. Karena begitu akrabnya masyarakat dengan ikan nila ini sehingga tidak heran jika ada yang menyebutnya dengan ikan nila lokal. Memiliki keunggulan mudah berkembang biak, pertumbuhan badannya cepat, serta pemakan plankton dan tanaman air lunak yang tumbuh di dalam kolam. h. Nila Cangkringan Merupakan nila yang berasal dari Cangkringan. Ikan nila merah ini merupakan hasil pemuliaan genetis dari strain nifi, citralada, Singapura, dan Filipina oleh BAT atau BBI Cangkringan. Strain ini sebenamya belum resmi diliris ke masyarakat. i. Nila Larasati Dikenal juga dengan nila janti. Ikan nila strain ini merupakan hasil pemuliaan BBI Janti di Klaten. Memiliki keseragaman warns sampai 90% warna merah. (Wiryanta Bernard T. W, dkk.2010) Jenis nila unggul yang direkomendasikan sebagai bibit untuk pembesaran secara cepat ( 2,5 bulan panen) adalah nila merah hasil silangan (hibrida), nila Gesit dan nila Best. (Carman Odang, Sucipto Adi, 2010). Untuk pangsa ekspor sebaiknya memilih ikan nila merah dan ikan nila gift yang tentu saja harganya pasti akan lebih mahal dibandingkan ikan nila biasa. Kualitas daging dan ukuran tubuh menjadi tuntutan bagi para peternak untuk mengekspor
Universitas Sumatera Utara
produknya. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah berat tubuh minimal 500 gr per ekornya dengan kualitas nomor 1 dan tujuan ekspornya adalah Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Pembesaran ikan nila merupakan salah satu proses dalam budidaya ikan yang bertujuan untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi. Pada usaha budidaya ikan, pembesaran merupakan segmen usaha yang banyak dilakukan oleh para pembudidaya ikan. Dalam melakukan pembesaran, ikan ini relatif tidak terlalu sulit karena ketrampilan yang dibutuhkan tidak sesulit dalam melakukan pembenihan ikan. Pada kegiatan pembesaran ikan, hal yang perlu diperhatikan adalah wadah yang akan digunakan dalam proses pembesaran, padat penebaran, pola pemberian pakan, pencegah terhadap hama, dan penyakit ikan, pengontrolan pertumbuhan serta pengelolaan kualitas air.
2.4.
Pakan Ikan
Pakan merupakan sumber energi bagi ikan. Tanpa makanan, ikan tidak akan tumbuh dan berkembang biak. Pakan yang dapat diberikan untuk ikan nila adalah sebagai berikut: 1. Pakan alami Yaitu makanan hidup bagi larva dan benih ikan yang diperoleh dari perairan kolam atau membudidayalcannya secarah terpisah.Ikan nila merupakan ikan pemakan plankton yang tumbuh disekitarnya. 2. Pakan tambahan Adalah pakan yang diberikan dalam bentuk apa adanya kepada ikan seperti daun-daunan, limbah rumah tangga, keong, dan lain-lain. Pakan ini dibuat dengan susunan bahan tertentu dengan gizi sesuai keperluan. 3. Pakan buatan
Universitas Sumatera Utara
Berbentuk pelet, larutan ( emulsi, suspensi ), lembaran ( flake atau waver ), dan remahan. Ikan nila yang dipelihara secara intensif (cara modem) dan semi intensif (cara madya) memerlukan pakan buatan. Untuk induk ikan nila pemberian pakan tambahan berupa, pelet yang mengandung 30 – 40% protein dan kandungan lemak tidak lebih dari 3% adalah penting dalam pembentukan telur pada ikan yang memerlukan bahan protein yang cukup dalam pakannya. Dalam praktiknya, baik pakan alami maupun pakan buatan diberikan kepada ikan dengan closis 3 – 5% dari bobot ikan perhari. Misalnya pemberian pakan sebesar 4% per hari dari jumlah bobot ikan yang dipelihara dalam sate kolam. Jumlah ikan dalam kolam 500 ekor dengan berat per ekor ikan 100 gr. Maka jumlah pakan yang diberikan untuk satu hari adalah: 500 ekor X 100 g X 4% = 2000 g atau 2 kg Jadi jumlah pakan yang diberikan adalah sebanyak 2 kg/hari. (http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/20/manajemen-pakan..) Mengingat ikan nila pemakan yang aktif di Siang hari. Maka berdasarkan pertimbangan dan pengamatan, dosis pakan yang diberikan dibagi ke dalam 2 – 4 kali pemberian. Namun karena dengan pertimbangan ekonomis dan komersial, sering kali frekuensinya dibatasi hanya dua kali sehari. (Carman Odang, Sucipto Adi, 2010). 2.5.
Komposisi Pakan
Standar nutrisi pakan tambahan antara lain mengandung protein 25 – 40 %, karbohidrat 10-12 %, lemak 4-8 %, serat kasar 5-13 % dan kadar air 13-14 % (Afrianto E, dkk., 2005, http://suharjawanasuria.tripod.com/ikantawar01.htm) Selain itu pabrik pakan juga melengkapinya dengan vitamin dan mineral sebagai bahan tambahan dalam campurannya yang dikemas dalam bentuk premiks. Berikut adalah contoh vitamin dan mineral tambahan pada pakan ikan: -
Top mix : mengandung 12 macam vitamin (A,D,E,K,B kompleks), asam
Universitas Sumatera Utara
amino essensia (metionin dan lisin) dan 6 mineral (Mn,Fe,I,Zn,Co dan Cu), serta antioksidan (BHT). -
Rhodiamix : mengandung 12 macam vitamin 12 macam vitamin (A, D, E, K, B kompleks), asam amino essensia metionin, dan 8 mineral (Mg, Fe, Mo, Ca, I, Zn, Co dan Cu), serta antioksidan.
-
Mineral B12: mengandung tepung tulang, CaCO 3 , FeSO 4 , MnSO 4 , KI, CuSO 4 , ZnCO 3 , serta vitamin B12
(http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/20/manajemen-pakan...) Pada dasarnya, pakan buatan yang sering kita jumpai termasuk dalam kelompok senyawa pakan dan silase ikan. Dua jenis senyawa pakan yang biasa dibuat oleh pabrik pakan adalah pakan yang berbentuk tepung, pasta, cake, serta pakan yang berbentuk pelet. Secara umum tepung ikan dikategorikan sebagai Fish Protein Consentrat (FPC). Terdapat 3 tipe FPC yaitu A, B, dan C. Tepung ikan tipe A dan tipe B untuk konsumsi manusia, sedangkan tipe C adalah untuk makanan ternak (Buckle, et al.,1987). Dalam menentukan kelas tipe/tipe tepung ikan terdapat standard tertentu, antara lain dengan memenuhi persyaratan mutunya. Persyaratan mutu tepung ikan untuk pakan ternak yang harus dipenuhi dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat dilihat pada tabel 2.2, sedangkan persyaratan mutu tepung ikan menurut FAO dalam Buckle et al. (1987), disajikan pada tabel 2.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Persyaratan Mutu Tepung Ikan untuk Pakan (SNI 01-2715-1996) Persyaratan
Kelas Mutu I
Mutu II
Mutu III
Kimia: -
Air(%; maks.)
10
12
12
-
Protein kasar (%;min.)
65
55
45
-
Serat kasar (%;maks.)
1,5
2,5
3
-
Abu(%;maks)
20
25
30
-
Lemak(%;maks)
8
10
12
-
Kalsium(%;maks)
2,5-5,0
2,5-6,0
2,5-7,0
-
Phospor(%;maks)
1,6-3,2
1,6-4,0
1,6-4,7
-
Garam(%;maks)
2
3
4
Negatif
Negatif
Negatif
7
6
6
Mikrobiologi: Salmonella
(pada
25
g
sample) Organoleptik: Nilai Minimum Sumber : Revisi Standar Nasional Indonesia No. 01-2715-1992
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Persyaratan Standar Mutu Tepung Ikan menurut FAO Komposisi
Tipe A
Tipe B
Tipe C
67,5
65
60
92
92
92
Lisin (%; min.)
6,5 dari protein
6,5 dari protein
6,5 dari protein
Air (%; maks.)
10
10
10
Lemak(%;maks.)
0,75
3
10
Klorida(%;maks)
1,5
1,5
2
SiO 2 (%;maks.)
0,5
0,5
0,5
Lemah
Tidak ada
Tidak ada
spesifikasi
spesifikasi
Protein Daya cerna pepsin (%; min.)
Bau, rasa
Sumber: FAO dalam Buckle et al.,1987
Universitas Sumatera Utara
2.6.
Kebutuhan Mineral pada Ikan
Mineral merupakan elemen anorganik yang dibutuhkan oleh ikan dalam pembentukan jaringan dan berbagai fungsi metabolisme dan osmoregulasi. Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh ikan sangat sedikit tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Tidak kurang 15 zat mineral telah diketahui mempunyai fungsi esensial dalam tubuh ikan. Beberapa zat-zat mineral tersebut adalah: natrium, kalium, fosfor, kalsium, khlor, magnesium, ferrum, belerang, iodium, mangan, kuprum, kobalt, molybdenum, selenium, dan zincum. Ikan setidak-tidaknya membutuhkan 13 zat anorganik untuk makanan yang baik. Kalsium dan fosfor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pembentukan gigi, tulang, dan kulit sehingga zat-zat mineral tersebut harus ada dalam jumlah yang besar. Berdasarkan kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mineral esensial dan mineral non esensial. Mineral esensial harus selalu tersedia di dalam tubuh ikan dan harus disuplai dari pakan karena tubuh ikan tidak mampu memproduksi mineral ini. Sementara, mineral nonesensial yaitu mineral yang sebaiknya tersedia di dalam tubuh ikan. Berdasarkan jumlah kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu makromineral dan mikromineral. Makromineral yaitu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relatif besar (lebih dari 100 mg/kg pakan kering), seperti kalsium, fosfor, belerang, natrium, klorida, magnesium, dan kalium. Sebaliknya, mikromineral adalah mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relative kecil (kurang dari 100 mg/kg pakan kering), yaitu kobalt, selenium, tembaga, seng, mangan, krom, fluor, iodium, besi, dan molibden. Mikromineral sering pula disebut sebagai trace mineral.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya, makanan ikan yang sempurna mengandung sebagian besar zat-zat mineral yang diperlukan. Akan tetapi, beberapa zat mineral perlu ditambahkan di dalam makanan, antara lain kalsium, natrium, klor dan fosfor. Zat-zat mineral tersebut perlu dimasukkan di dalam makanan ikan. Kelengkapan mineral akan memberikan dampak positip apabila diikuti dengan komposisi yang tepat dari nutrisi lainnya, seperti protein, lemak, karbohidrat, dsan vitamin. Komposisi pakan tersebut sangat berpengaruh terhadap penyerapan mineral oleh tubuh ikan. Fungsi utama mineral adalah: 1. Berperan dalam proses pembentukan rangka, pernapasan, dan metabolisme. Mineral Ca, P, F, dan Mg adalah mineral yang berguna dalam pembentukan struktur tubuh ikan, tulang, gigi, dan sisik ikan. Mineral Fe, Cu, dan Ca berperan besar dalam proses pernapasan. Sementara, mineral yang membantu proses metabolisme meliputi semua mineral, baik yang esensial maupun nonesensial. 2. Mengatur keseimbangan asam basa dan proses osmosis antara cairan tubuh dan lingkungannya (terutama Na, K, Ca, dan Cl). 3. Berperan dalam proses pembekuan darah dan pembentukan haemoglobin (terutama Fe, Cu, dan Co). 4. Berperan penting dalam proses metabolisme (terutama Cl, Mg, dan P). 5. Mengatur fungsi sel (Cu dan Zn), membentuk fosfolipid dan bahan inti sel (S, dan P), mematangkan kelenjar kelamin (Br), dan membentuk hormone tiroid (I).
Universitas Sumatera Utara