ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Rosella 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Rosella Menurut taksonominya, tanaman rosella diklasifikasikan sebagai berikut: (Direktorat OAI BPOM RI, 2010). Kerajaan :
Plantae
Divisi
:
Magnoliophyta
Kelas
:
Magnoliopsida
Bangsa :
Malvales
Suku
Malvaceae
:
Marga :
Hibiscus
Jenis
Hibiscus sabdariffa Linn
:
2.1.2 Morfologi Tanaman Rosella
Gambar 2.1 Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L) (http://ayobertani.wordpress.com)
SKRIPSI
PENYEMPROTAN SEDUHAN SERBUK ...
DEA VIVIAN LEONITA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Rosella merupakan tumbuhan semak umur satu tahun, tinggi tumbuhan mencapai 2,4 m. Batang berwarna merah, berbentuk bulat, tegak, dan berkayu. Daun berseling 3-5 helai dengan panjang 7,5-12,5 cm, berwarna hijau, ibu tulang daun berwarna kemerahan, dan tangkai daun pendek. Bentuk helaian daun bersifat anisofili (polimorfik), helaian daun yang terletak di bagian pangkal batang tidak berbagi, bentuk daun bulat telur, dan tungkai daun pendek. Daun-daun di bagian cabang dan ujung batang berbagi menjadi 3 toreh, lebar toreh daun 2,5 cm, tepi daun beringgit, daun penumpu bentuk benang, panjang tangkai daun 0,3-12 cm berwarna hijau hingga merah, pangkal daun meruncing dan sedikit berambut (Direktorat OAI BPOM RI, 2010). Bunga rosella merupakan bunga tunggal, kuncup bunga tumbuh dari bagian ketiak daun, tangkai bunga berukuran 5-20 mm. Kelopak bunga berlekatan, berbentuk lonceng, tidak gugur dan tetap mendukung buah. Mahkota bunga berbentuk bulat telur terbalik, berwarna kuning atau kuning kemerahan, berjumlah 5 petal dan gugur dalam 24 jam setelah mekar. Benang sari terletak pada suatu kolom pendukung benang sari, panjang kolom pendukung benang sari sampai 20 mm, kepala sari berwarna merah, panjang tangkai sari 1 mm. Tangkai putik berada di dalam kolom pendukung benang sari, jumlah kepala putik 5 buah, berwarna merah (Mahadevan et al, 2009). Buah rosella berbentuk bulat telur atau bulat yang meruncing di bagian ujungnya menyerupai kapsul, berwarna hijau kemerah-merahan, dan ukuran buah rosella 13- 22 mm x 11-20 mm. Buah rosella dibentuk 1-2 hari setelah penyerbukan terjadi dan umumnya beruang 5, pada tiap ruang terdapat dua barisan biji. Tiap buah berisi 30-40 biji, ukuran biji 3-5 mm x 2-4 mm dan
SKRIPSI
PENYEMPROTAN SEDUHAN SERBUK ...
DEA VIVIAN LEONITA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
berwarna coklat kemerahan. Buah muda diselubungi oleh kulit tipis yang brwarna hijau kuning mengkilat, dan seluruh bagian buah diselubungi oleh daun kelopak (Mahadevan et al, 2009). 2.1.3 Kandungan Tanaman Rosella Menurut Maryani dan Kristiani (2008) kelopak segar rosella mengandung tinggi kalsium, riboflavin, niasin, dan zat besi. Kandungan vitamin C yang terdapat dalam bunga rosella lebih banyak dibandingkan dengan buah-buahan lainnya, setiap 100 gr kelopak bunga rosella mengandung 244,4 mg vitamin C, dengan berat yang sama jeruk hanya mengandung 48 mg, belimbing hanya 25,8 mg sedangkan pepaya hanya mengandung 71 mg vitamin C. Selain kandungan vitamin C yang sangat tinggi, rosella juga kaya akan mineral seperti kalsium, fosfor, potassium dan zat besi yang sangat penting untuk tubuh. Rosella juga mengandung vitamin B1, B2, niasin dan vitamin D. Tubuh manusia membutuhkan 22 asam amino. Dari 22 asam amino, 18 diantaranya terpenuhi dari bunga rosella. Kandungan kimia tanaman ini adalah alohidroksi asam sitrat lakton, asam malat dan asam tartar. Tabel 2.1: Kandungan rosella (Mahadevan et al, 2009)
Nama senyawa Air Protein Lemak Fiber Abu Kalsium Fosfor Besi Beta karoten Tiamin Riboflavin Niasin Asam askorbat
SKRIPSI
100 gr kelopak bunga segar 9.2 g 1,145 g 2,61 g 12 g 6,90 g 12,63 mg 273,2 mg 8,98 mg 0,029 mg 0,117 mg 0,277 mg 3, 765 mg 6,7 mg
PENYEMPROTAN SEDUHAN SERBUK ...
100 gr daun segar 86,2 % 1,7-3,2 % 1,1 % 10 % 1% 0,18 % 0,04 % 0,0054 % -
DEA VIVIAN LEONITA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Antosian yang menyebabkan warna merah pada tanaman ini mengandung delfinidin-3-siloglukosida, sedangkan
flavonoidnya
delfinidin-3-glukosida, mengandung
sianidin-3-siloglukosida,
gossypeptin
dan
mucilago
(rhamnogalakturonan, arabinogalaktan, arabinan). Sterol minyak biji rosella terdiri atas 61,3% β-sitosterol, 16,5% kampasterol, 5,1% kolesterol, dan 3,2% ergosterol. Karkadeh (bunga kering tanpa ovari) mengandung 13% campuran asam sitrat dan asam malat, dua antosianin yaitu: gosipetin (hidrosilflavon) dan hibiskin, asam askorbat 0,004-0,005%. Mahkota bunga rosella mengandung glikosidaflavon hibiskritin yang mengandung aglikon hibisketin. Bunga rosella juga mengandung fitosterol. Bunga kering rosella mengandung 15,3% asam hibiskat. Akar rosella mengandung saponin dan asam tartrat (Qi et al, 2005). Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa – senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuhtumbuhan. Kelopak bunga rosella (Hibicscus sabdariffa L) mengandung beberapa senyawa flavonoid yakni anthocyanin, gossypeptin (hexahydroxyflavone) 3glucoside, flavonol glucoside hibiscritin, flavonoid gossypeptin, delphinidine 3monoglucoside, cyanidin 3-monoglucoside. Senyawa flavanoid, alkaloid, saponin, dan polifenol yang terkandung dalam bunga rosella diduga memiliki sifat antimikroba (Asviana, 2011). 2.2 Polyvinyl Siloxane Polyvinyl siloxane pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970. Bahan cetak polyvinyl siloxane merupakan reaksi penambahan elastomer silikon yang digunakan dalam dunia kedokteran gigi. Sejak saat itu, polyvinyl siloxane telah
SKRIPSI
PENYEMPROTAN SEDUHAN SERBUK ...
DEA VIVIAN LEONITA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
digunakan dalam fixed prosthodontics, removable prosthodontics, kedokteran gigi operatif, dan kedokteran gigi implan. Pada polyvinyl siloxane tidak terbentuk hasil sampingan sehingga tidak terlihat adanya kontraksi selama pengerasan (Mandikos, 1998)
Gambar 2.2 Bahan cetak polyvinyl siloxane (Dokumentasi Penulis)
Polyvinyl siloxane disajikan dalam dua bentuk pasta yaitu basis dan akselerator. Polyvinyl siloxane mempunyai stabilitas dimensi yang paling baik, tear resistance, dan ketepatan penanganan yang baik serta dapat diterima oleh pasien (Mandikos, 1998). 2.2.1 Komposisi Polyvinyl Siloxane Bahan cetak polyvinyl siloxane disajikan dalam dua bentuk pasta yaitu basis dan akselerator (katalis). Basis mengandung suatu kopolimer polymethyl hydrogen siloxane, yang merupakan polimer molekul rendah dengan grup terminal silane. Akselerator (katalis) mengandung vinyl terminasi polydimethyl siloxane yang juga merupakan suatu massa molekul polimer yang cukup rendah tapi memiliki kelompok terminal vynil. Bahan akselerator juga mengandung asam kloroplatinik sebagai katalis metal kompleks yang bersifat homogenous (Annusavice, 2003)
SKRIPSI
PENYEMPROTAN SEDUHAN SERBUK ...
DEA VIVIAN LEONITA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dalam pencampurannya, suatu reaksi penambahan (addition) terjadi antara kelompok silane dan vinyl. Selama reaksi polimerisasi, sangat sedikit terjadi perubahan dimensi dan tidak ada produk yang dihasilkan (Mandikos, 1998). Oleh karena tidak terbentuk produk yang mudah menguap selama reaksi polimerisasi, addition silicones (polyvinyl siloxane) memiliki stabilitas dimensi yang jauh lebih baik dari pada bahan condensation silicones. Pasta polyvinyl siloxane tesedia dalam beberapa tipe viskositas, antara lain light, medium, heavy, dan putty. Beberapa
pabrik
menambahkan
bahan
penghambat
(retarder)
untuk
memperpanjang waktu kerja (working times) dan waktu setting (setting times) (Gurel, 2003). Cetakan polyvinyl siloxane memiliki elastisitas yang sangat baik dan menunjukkan penyusutan dimensi (dimensional shrinkage) yang sangat rendah selama penyimpanan. Selain itu, cetakan polyvinyl siloxane masih akurat meskipun dicor satu minggu setelah pencetakan pada pasien. Telah dinunjukkan bahwa penyimpanan cetakan polyvinyl siloxane dan polyether pada suhu 4oC 40oC tidak mempengaruhi keakuratan model master (Gurel, 2003). 2.2.2 Desinfeksi Bahan Cetak Polyvinyl Siloxane Desinfeksi merupakan penghambatan atau penghancuran mikroorganisme patogen tertentu dengan bahan desinfektan, sedangkan desinfektan adalah suatu bahan yang dapat membunuh mikroorganisme pada lingkungan yang tidak hidup. Desinfeksi cetakan polyvinyl siloxane bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ikut menempel pada waktu pencetakan pada mulut pasien sehingga dapat mencegah kontaminasi silang dari pasien ke dokter gigi, perawat gigi, maupun tekniker gigi (Yuliarsi, 1999)
SKRIPSI
PENYEMPROTAN SEDUHAN SERBUK ...
DEA VIVIAN LEONITA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Desinfeksi ideal harus memenuhi syarat sebagai berikut: (Hiraguchi et al, 2010). a. Mempunyai aktifitas mikrobial dengan spektrum yang luas b. Mempunyai kerebusan yang cukup c. Stabil, homogeny dan tidak bersifat racun d. Tidak bergabung dengan bahan organik e. Mampu menembus permukaan f. Aktif pada suhu kamar dan tubuh g. Tidak menimbulkan karat dan warna h. Mampu menghilangkan bau yang tidak sedap i. Bersifat deterjen j. Murah serta mudah didapat Bahan desinfeksi yang banyak digunakan adalah Sodium Hipoklorit, Iodophor, Glutaraldehyde, Phenylphenol (Craig and Powers, 2002). Penggunaan bahan desinfeksi yang mengandung bahan kimia ini mempunyai efek samping sehingga dalam penggunaannya harus diperhatikan komposisi dan konsentrasi (Wilkins, 1999). Disinfeksi cetakan polyvinyl siloxane dapat dilakukan dengan cara penyemprotan pada bahan disinfektan. Dua faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bahan disinfektan yaitu untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme patogen serta dampaknya terhadap model gipsum yang dihasilkan (Parnia et al, 2009).
SKRIPSI
PENYEMPROTAN SEDUHAN SERBUK ...
DEA VIVIAN LEONITA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.3 Mikroorganisme Rongga Mulut Pada saat intra uterine, rongga mulut manusia dalam keadaan steril, namun setelah lahir dalam beberapa jam sampai 1 hari mikrooranisme di dalam rongga mulut mulai berkembang. Pada rongga mulut terdapat mikroorganisme normal yang telah berkolonisasi dan terus berada pada gigi, jaringan lunak, serta pada saliva. Sedikitnya terdapat 30 jenis bakteri yang termasuk dalam mikroorganisme rongga mulut, meskipun tidak semua mikroorganisme tersebut terdapat setiap saat dalam rongga mulut (Miller and Pallenik, 1994). Mikroorganisme tersebut terdiri dari bakteri baik gram positif maupun negatif, jamur, mikroplasma, dan protozoa. Jumlah dan variasi dari mikroorganisme ini dapat bermacam-macam dari individu satu ke individu lain (Manson and Elley, 1993). Tabel 2.2: Mikroorganisme rongga mulut (Miller and Pallenik, 1994)
Gram Negatif Bactriodes Porphymonas Prevotella Mitsuokella Fusobacterium Actinobacillus Capnocytophaga Eikenella Wolinella Campylobacter Treponema Neisseria Leptotrichia Selenomonas Centipede Haemophilus Veillonella Cardiobacterium Moraxella
SKRIPSI
Gram Positif
Streptococcus Actinomyces Lactobacillus Propionibacterium Bifidobacterinum Micrococcus Peptostreptococcus Eubacterium Rothia Carynebacterium
PENYEMPROTAN SEDUHAN SERBUK ...
DEA VIVIAN LEONITA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Bakteri-bakteri yang ada di rongga mulut dapat bersifat patogen, potensial patogen, maupun non patogen. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit antara lain: (Wilkins, 1999). a. Jumlah mikroorganisme dan lama kontaminasi b. Virulensi ikroorganisme c. Kekebalan tubuh host, respon antibodi , dan reaksi pertahanan sel d. Kesehatan umum dan status nutrisi host
SKRIPSI
PENYEMPROTAN SEDUHAN SERBUK ...
DEA VIVIAN LEONITA