BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Opini Audit Proses akhir dari pekerjaan audit yang dilaksanakan oleh seorang auditor
adalah
mengkomunikasikan
penilaiannya
tentang
tingkat
kewajaran penyajian laporan keuangan yang disusun manajemen sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Penyampaian hasil penilaian ini disajikan secara tertulis dengan menggunakan format yang ditetapkan dalam standar profesional akuntan publik. Dalam laporan tersebut harus dimuat salah satu pendapat auditor berkenaan dengan tingkat kewajaran penyajian laporan keuangan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (standar akuntansi keuangan) berdasarkan audit yang dilaksanakannya. Proses audit akan menghasilkan sebuah laporan audit. Menurut IAI (1994) pengertian laporan audit adalah suatu sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan memiliki suatu kepentingan dengan kliennya. Jadi laporan audit berisi tentang opini auditor yang merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
8 Universitas Sumatera Utara
dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam proses audit ataupun proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan informasi utama yang dapat diinformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Laporan yang diterbitkan oleh auditor dapat dibagai kedalam 2 kategori yaitu: (1) laporan audit standar, dan (2) laporan audit yang menyimpang dari standar. Opini audit merupakan pernyataan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit. Kewajaran ini menyangkut materialitas, posisi keuangan, dan arus kas. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya Opini Auditor terdiri atas 5 jenis (Mulyadi, 2002 :416) yaitu : 1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan jika auditor menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan audit
9 Universitas Sumatera Utara
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi : a. Semua
laporan
neraca,
laporan
laba-rugi,
laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan. b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor. c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan. d. Laporan
keuangan
disajikan
sesuai
dengan
prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia. e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelasatau modifikasi kata-kata dalam laporan audit. 2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Language) Auditor dapat menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab
10 Universitas Sumatera Utara
utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah: a. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas. c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkanoleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan. d. Penekanan atas suatu hal e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain. 3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan : a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkupaudit. b. Auditor
yakin
bahwa
laporan
keuangan
berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
11 Universitas Sumatera Utara
4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 5. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion) Pernyataan
tidak memberikan pendapat apabila auditor
memberikan pendapa atas laporan keuangan uang diaudit. Pendapat ini juga diberikan apabila auditor dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
2.1.2 Going Concern Going concern adalah adalah salah satu konsep yang paling penting yang mendasari pelaporan keuangan (Gray & Manson, 2000). Berdasarkan SPAP (PSA 30 SA Seksi 341.1) menyatakan bahwa going concern merupakan kelangsungan hidup entitas dan dapat dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Menurut Altman dan McGough (1974) masalah going concern terbagi dua, yaitu : 1. Masalah keuangan yang meliputi kekurangan likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana. 2. Masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam dan pengendalian lemah atas operasi.
12 Universitas Sumatera Utara
Going concern adalah suatu keadaan dimana sebuah perusahaan dapat tetap beroperasi dan dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Sebuah perusahaan dapat terancam tidak dapat beroperasi lagi apabila gagal dalam mempertahankan going concern. Hal ini biasanya disebabkan oleh manajemen perusahaan yang buruk, kecurangan ekonomis, dan perubahan kondisi ekonomi seperti meningkatnya inflasi akibat suku bunga yang tinggi, nilai tukar mata uang merosot.
2.1.3 Opini Audit Going Concern Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI,2001;SA Seksi 341). Opini audit going concern sangat diperlukan oleh para pemakai laporan keuangan karena para pemakai laporan keuangan menganggap pengeluaran opini audit going concern ini sebagai prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Auditor harus bertanggung jawab terhadap opini audit going concern yang dikeluarkannya, karena akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan (Setiawan, 2006). Sebagai contoh, ketika seorang investor akan melakukan investasi, sebelumnya ia perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan terutama menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut, dan dengan adanya pengeluaran opini audit opini going concern dapat membantu para investor untuk membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi.
13 Universitas Sumatera Utara
Beberapa
hal
yang
dapat
mempengaruhi
auditor
dalam
menerbitkan opini audit going concern atau pertimbangan atas kondisi dan peristiwa (SPAP, 2011 : 341.3) adalah sebagai berikut : 1. Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali, kekurangan modal kerja, arus kas negatif, rasio keuangan penting yang jelek. 2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, misalnya kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau sebagian besar aktiva. 3. Masalah intern, misalnya pemogokkan kerja, ketergantungan besar atas suksesnya suatu proyek 4. Masalah ekstern, misalnya pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang mengancam kemampuan perusahaan untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi, banjir ataupun kekeringan.
2.1.4 Kualitas Audit Kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya (De Angelo, 1981). Laporan auditor berperan penting bagi pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan, karena hal tersebut maka seorang auditor dituntut untuk menghasilkan kualitas yang baik. Bagi auditor yang memiliki klien yang lebih banyak dalam industri yang sama akan mempunyai pemahaman yang lebih dalam mengenai risiko audit khusus yang mewakili industri tersebut dan oleh
14 Universitas Sumatera Utara
sebab itu, auditor akan membutuhkan pengembangan keahlian yang lebih daripada auditor pada umumnya. Ada 4 (empat) hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit menurut Deis dan Giroux (1992) yaitu: 1. Jangka waktu auditor dalam melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), apabila auditor melakukan audit pada klien yang sama dalam jangka waktu yang lama maka kualitas audit yang dihasilkan semakin rendah. 2. Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan menjaga reputasinya 3. Kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka aka nada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar 4. Review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga. Para peneliti memiliki hipotesis bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan KAP yang kecil (Deis dan Giroux, 1992). Ukuran kantor Akuntan Publik (KAP) dibedakan menjadi dua yaitu KAP yang berafiliasi dengan KAP Big four dan KAP Non Big Four. Umumnya KAP The Big Four memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP Non Big Four. Hal ini dikarenakan KAP The Big Four memiliki reputasi yang lebih baik, tenaga kerja yang lebih terampil dan kompeten, dan juga cenderung mengungkapkan masalah-maslah yang ada karena lebih siap menghadapi risiko proses pengadilan. Berdasarkan pengklasifikasian dari Ikatan Akuntan Indonesia terdapat empat KAP besar di Indonesia :
15 Universitas Sumatera Utara
1. Purwantoro, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young. 2. Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu 3. Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG 4. Haryanto Sahari dan Rekan berafiliasi dengan Price Waterhouse Cooper.
2.1.5 Leverage Rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa jauh kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya. Seberapa besar perusahaan menggunakan utang dari luar untuk pendanaan perusahaan tersebut dapat dilihat dari rasio leverage. Chen dan Church (1992) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern. Rasio leverage yang digunakan untuk penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to equity Ratio (DER) adalah rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Agnes Sawir, 2003:13). Semakin rendah DER perusahaan maka kondisi perusahaan semakin baik. Debt to Equity Ratio =
Total Hutang Ekuitas
x 100%
16 Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Ukuran Perusahaan Menurut Ferry dan Jones (dalam Suianto, 2001), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Dengan kata lain, ukuran perusahaan merupakan ukuran besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Mutchler
(1985)
menyatakan
bahwa
auditor
lebih
sering
mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil. Auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitankesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki manajemen yang lebih baik sehingga pihak kreditor akan lebih bisa percaya untuk memberikan kredit kepada perusahaan besar.
2.1.7 Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian (Solikah, 2007). Opini audit tahun sebelumnya dikelompokkan menjadi dua yaitu auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini going concern (NGCAO). Mutchler (1984) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk
17 Universitas Sumatera Utara
menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Solikah (2007) dalam penelitiannya melakukan pengujian terhadap pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, dengan menggunakan discriminant analysis yang memasukan tipe opini audit tahun sebelumnnya mempunyai akurasi prediksi paling tinggi, yaitu 89,9%. Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004) memperkuat bukti bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila auditor mengeluarkan opini audit going concern pada tahun
sebelumnya,
maka
semakin
besar
kemungkinan
auditor
mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berikutnya.
2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut ini adalah rangkuman tinjauan penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan penelitian ini :
No 1
Penulis Tamba (2009)
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Variabel Pengaruh debt Variabel default, kualitas independen: debt audit, dan opini default, kualitas audit terhadap audit, opini audit penerimaan opini going Variabel dependen: concern pada opini audit going perusahaan concern manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Hasil Penelitian Debt default dan opini audit memiliki pengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.
18 Universitas Sumatera Utara
No 2
3
4
Penulis Diyanti (2010)
Widyanta ri (2011)
Sembiring (2011)
Judul Effect of Debt Default, turnover auditors and size its going to acceptance of audit opinion concern
Opini audit going concern dan faktor faktor yang mempengaruhi: studi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Pengaruh Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Sumber : Olahan Peneliti
Variabel Variabel independen: Debt default, pergantian auditor, ukuran perusahaan variabeldependen : opini audit going concern
Variabel independen: profitabilitas, leverage, likuiditas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure variabel dependen : opini audit going concern Variabel independen: quick ratio, debt to total assets, kualitas audit, dan opini audit Variabel dependen: opini audit going concern
Hasil Penelitian Debt default tidak berpengaruh secara sinifikan pada opini going concern sedangkan, Pergantian auditor dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan pada opini going concern
Likuiditas, profitabilitas,arus kas, ukuran perusahaan,Pertumbuh an perusahaan, kualitas audit, audit lag, auditor client tenure tidak berpengaruh pada penerbitan opini going concern Sedangkan, leverage, dam opini audit tahun sebelmnya memiliki pengaruh positif terhadap penerbitan opini going concern
Opini audit berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan quick ratio, debt default to total assets, dan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
19 Universitas Sumatera Utara
Peneliti terdahulu yang menggunakan variabel opini audit tahun sebelumnya membukt ikan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern baik pada perusahaan manufaktur maupun pertambangan. Dalam penelitian Tamba (2009) dan Sembiring (2011) menunjukkan bahwa rasio debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyantari (2011) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern. Tamba (2009) juga menggunakan kualitas audit sebagai variabel bebasnya terhadap pemberian opini going concern dimana hasilnya menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Doris (2011) yang juga menggunakan kualitas audit menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Diyanti (2010) menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel bebasnya dan mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian tersebut membuktikan bahwa dengan ukuran perusahaan yang semakin besar maka perusahaan dapat menjamin kelangsungan usahanya. Sebaliknya Junaidi dan Hartono (2010) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak menunjukkan pengaruh signifikannya dalam opini audit going concern.
20 Universitas Sumatera Utara
2.3
Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual Berdasarkan uraian teoritis, maka variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas audit, leverage, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya dan variabel dependennya adalah opini audit going concern. Hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dapat dilihat dalam kerangka berikut ini :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Variabel Dependen Kualitas Audit
Variabel Independen H1
(X1) H2 Leverage Opini Audit Going Concern
(X2) Ukuran Perusahaan (X3) Opini Audit Tahun Sebelumnya (X4)
H3 (Y)
H4
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah kualitas audit, leverage, ukuran perusahaan dan opini audit tahun
21 Universitas Sumatera Utara
sebelumnya dan yang menjadi variabel dependennya adalah opini audit going concern. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dan tidak dapat mengetahui pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian dengan metode regresi logistik hanya ada pengujian secara parsial. Pemilihan auditor independen dengan kualitas audit yang baik cenderung menghasilkan opini audit yang berkualitas tinggi sehingga para investor maupun pengguna laporan keuangan lebih mempercayai informasi yang terdapat dalam laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor tersebut. Oleh karena itu, KAP yang besar dan memiliki reputasi yang baik cenderung melakukan prosedur audit yang lengkap dalam pengumpulan bukti audit sehingga opini audit going concern dapat diterapkan. Leverage
menggambarkan
kemampuan
sebuah
perusahaan
membiayai kewajiban-kewajibannya dan diproksikan dengan debt to equity ratio (DER). Semakin tinggi DER perusahaan berarti perusahaan memiliki banyak utang dan modal tidak dapat menutupi utang tersebut maka kondisi perusahaan tersebut semakin buruk dan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern. Ukuran perusahaan merupakan ukuran yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan besarnya perusahaan baik itu perusahaan kecil atau perusahaan besar dan dapat diproksikan berdasarkan asset, penjualan dan kapitalisasi pasar (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Proksi
22 Universitas Sumatera Utara
yang digunakan adalah nilai asset/aktiva. Nilai aktiva/asset dipilih karena nilai yang dimiliki relatif lebih stabil dibadingkan dengan proksi lain (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Mengetahui ukuran berarti dapat terlihat seberapa besar atau kecil usaha yang dilakukan perusahaan. Perusahaan dengan skala besar dengan pertumbuhan yang positif memberikan suatu tanda bahwa kemungkinan untuk menjadi bangkrut kecil dan dianggap mampu mempertahankan kelangsungan usahanya (Januarti dan Fitrianisari, 2008). Auditor lebih sering memberikan opini audit non going concern terhadap perusahaan yang memiliki ukuran yang besar. Hal ini dikarenakan bahwa perusahaan dengan ukuran besar akan lebih mampu untuk mengatasi kondisi keuangan yang tidak stabil. Perusahaan yang skalanya lebih kecil akan lebih sering diberikan opini audit going concern karena kesangsian atas kelangsungan usaha perusahaan (Santosa dan Wedari, 2007). Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit yang diterima oleh auditee 1 tahun sebelum tahun penelitian. Biasanya, perusahaan yang meneriman
opini
audit
going
concern
pada
tahun
sebelumnya
kemungkinan akan menerima opini audit going concern pada tahun selanjutnya.
2.3.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2011: 41). Proporsi merupakan ungkapan atau
23 Universitas Sumatera Utara
pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Oleh karena itu, hipotesis masih bersifat sementara. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian ini adalah:
H1 :
kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
H2 :
leverage berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
H3 :
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
H4 :
opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
24 Universitas Sumatera Utara