BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. BERAT BADAN LAHIR RENDAH 2.2.1. Definisi Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR) (Sitohang, 2004). 2.1.2. Klasifikasi BBLR Berdasarkan pengertian oleh WHO di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan: 1) Prematuritas murni. Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK). 2) Dismaturitas. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK) (Otawa Collision for the Prevention of Low Birth Weight, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.
Etiologi
2.1.3.1. Faktor Ibu. 1) Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. 2) Usia ibu Dalam studi yang dilakukan, dikatakan bahawa jumlah rokok yang dihisap suami berisiko 3 kali lebih besar bagi isterinya untuk melahirkan BBLR (Sitohang, 2004). 3) Gizi yang tidak cukup atau tidak baik yang dikonsumsi ibu. 4) Penggunaan kortikosteroid 5) Kehamilan kembar (Dharmage, 1996). 2.1.4 Patofisiologi Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaankeadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
Universitas Sumatera Utara
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar ( Sadono, 2005).
2.1.5 Manifestasi Klinis Pada bayi BBLR biasanya akan memperlihat gejala-gejala yang seperti berikut: 1) Sindroma distress respiratori idiopatik Terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami : a) Rintihan waktu inspirasi b) Napas cuping hidung c) Kecepatan respirasi lebih dari 70 kali per menit d) Tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada )
2) Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogram udara dan pemeriksaan gas darah menunjukkan: a) Kadar oksigen arteri menurun
Universitas Sumatera Utara
b) Konsentrasi CO2 meningkat c) Asidosis metabolic 3) Takipnea selintas pada bayi baru lahir Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan teteap edematous untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea. Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak akan menyebabkan tanda- tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir. Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami serangan apnea. 4) Fibroplasias Retrolental Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan.hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 %). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigen perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi. 5) Serangan apnea Serangan apnea disebabkan ketidakmampuan fungsional pusat pernapasan atau ada hubungannya dengan hipoglikemia atau perdarahan intrakranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan menggunakan pemantau apnea dan memberikan oksigen pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat bertahan dai serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama beberapa hari atau minggu. Perangsang pernapasan seperti Aminofilin mungkin bermanfaat. 6) Enterokolitis nekrotik
Universitas Sumatera Utara
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya seperti kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan (Sadono, 2005).
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik 1) Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.00024.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis). 2) Hematokrit (Ht): 43% - 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/ perinatal). 3) Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan). 4) Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. 5) Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran ratarata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. 6) Pemantauan elektrolit (Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya. 7) Pemeriksaan Analisa gas darah. ( Sadono, 2005).
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi.
Universitas Sumatera Utara
2) Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi. 3) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya. 4) Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK. 5) Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium. 6) Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi lebih dari 60 kali per menit dibuat foto thorax (Sowden, 2002). 2.1.8 Penatalaksanaan Para medis perlulah mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. 1.
Pengaturan
suhu
badan
bayi
prematuritas/
BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan (Whaley et al, 1996). 2.
Nutrisi: Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap
Universitas Sumatera Utara
cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/ hari. 3.
Menghindari infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik (Sadono, 2005).
2.1.9 Pencegahan BBLR Suplemen vitamin tambahan dapat mengurangi risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, dan semua wanita di negara berkembang perlu mengkonsumsi suplemen tersebut. Demikian menurut sebuah penelitian yang dimuat harian The New England Journal of Medicine. Penelitian yang dilakukan di Darus Salam, Tanzania, tersebut melibatkan 8468 wanita hamil yang medapatkan suplemen zat besi dan asam folat. Sebagian diantara mereka diberikan suplemen vitamin C, E, dan B kompleks sedangkan yang lain diberikan plasebo. Tim peneliti tersebut dipimpin oleh Wafaie Fawzi dari Harvard University’s School of Public Health. Risiko berat badan lahir rendah menurun pada kelompok yang diberikan suplemen vitamin, yaitu 7,8 persen dibandingkan pada kelompok plasebo 9, 4 persen. Memberi suplemen vitamin, besi dan folat untuk ibu hamil juga dapat menurunkan resiko anak lahir BBLR (WHO, 1995).
Universitas Sumatera Utara
2.2 INFEKSI SALUR PERNAFASAN AKUT (ISPA) 2.2.1. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut, merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan, mulai hidung hingga alveoli dan termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Djaja, et al, 2001). Infeksi saluran pernafasan akut termasuk dalam kategori infeksi berat menurut World Health Organisation (WHO). ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (Departemen Kesehatan RI, 2000). 2.2.2 Pengertian ISPA Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut: 1) Infeksi Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2) Saluran pernafasan Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinussinus, rongga telinga tengah dan pleura. 3) Infeksi Akut Adalah infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Kenneth et al, 2003). 2.2.3. Epidemiologi ISPA Diperkirakan bahawa di Negara-negara berkembang yang memiliki angka kematian disebabkan ISPA setinggi 40 per 1000kelahiran hidup (WHO, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia saja, memiliki infant mortality rate sebesar 45 per 1000 kelahiran hidup dan memiliki insidensi pneumonia balita sebesar 15-20% per tahun (DEPKES, 1992). 2.2.4. Klasifikasi Secara anatomis ISPA dibedakan menjadi ISPA atas iaitu infeksi yang menyerang salur nafas atasyang meliputi nasofaring, faringitis, tonsillitis,tonsiofaringitis dan otitis media sedangkan ISPA-bawah merupakan infeksi yang menyerang salur napas bawah yang
meliput i
epiglotitis,
trakeits,
bronchitis,
bronkiolitis,
pneumonia
dan
bronkopneumonia (Kristensen, 2004). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu: 1) ISPA non- Pneumonia: dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek 2) Pneumonia: apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).
3) Gejala dari ISPA Sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut: 1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji. 2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
Universitas Sumatera Utara
3) Tenggorokan berwarna merah. 4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak. 5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga. 6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur). 7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut (DEPKES, 1992).
4) Gejala dari ISPA Berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut: 1) Bibir atau kulit membiru. 2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas. 3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun. 4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah. 5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas. 6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba. 7) Tenggorokan berwarna merah ( DEPKES, 1992).
2.2.6 Patofisiologi Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan (Kenneth et al, 2003). Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit common cold disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya (Kresno, 1994).
2.2.7 Diagnosis Diagnosis bagi infeksi salur pernafasan akut biasanya dilakukan dengan melihat gejala dan symptom yang ditunjukkan oleh pasien. Dibuat juga foto X-rays toraks pada pasien dengan stridor, wheezing atau mempunyai kongesti paru. Pemeriksaan darah rutin beserta pemeriksaan darah tepi juga akan banyak membantu mendiagnosis penyebab ISPA. Pengambilan sekret atau dahak juga membantu dalam menentukan jenis mikroorganisme penyebab ISPA (WHO, 1986).
Universitas Sumatera Utara
2.3. SOSIO EKONOMI ORANG TUA 2.3.1. Pengertian Sosio Ekonomi Kondisi sosial dari tiap – tiap keluarga berbeda satu sama lain. Hal ini ditentukan oleh keadaan di dalam keluarga tersebut (misalnya jumlah anggota keluarga, komunikasi yang terjalin didalam keluarga, perhatian dari orang tua terhadap anak) dan hubungan keluarga dengan masyarakat sekitar. Keadaan sosial berarti keadaan yang berkenaan dengan masyarakat, baik masyarakat dalam lingkup yang kecil (keluarga) maupun masyarakat dalam lingkup yang lebih luas. Kondisi sosial seseorang ditentukan oleh keadaan yang ada di dalam keluarganya dan interaksi antara individu tersebut dengan kebudayaan dan lingkungan sekitarnya. Kondisi sosial selalu mengalami perubahan melalui proses sosial. Proses sosial merupakan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah proses hubungan dan saling mempengaruhi yang terjadi antara individu dengan individu, atau individu dengan kelompok, bahkan kelompok dengan kelompok. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan kondisi sosial keluarga meliputi keadaan keluarga, interaksi antar anggota keluarga, kebudayaan/adat istiadat yang berlaku di masyarakat serta lingkungan di mana keluarga tersebut berada (Sastrapraja, 1981). Ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha manusi dalam mencapai cita – cita kemakmuran yaitu untuk mendapatkan kepuasan dalam memenuhi segala kebutuhan. Pendapat lain mengatakan bahwa ekonomi adalah suatu ilmu yang menyelidiki persoalan pemenuhan kebutuhan jasmaniah manusia dalam arti mencari keuntungan atau mengadakan penghematan untuk keperluan hidup. Selanjutnya pengertian sosial ekonomi adalah posisi yang ditempati individu atau keluarga dengan ukuran yang umum berlaku tentang kepemilikan kultural, pendapatan efektif, pemeliharaan barang dan potensi dalam aktifitas kelompok dan komunitasnya. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat diambil satu pengertian bahwa kondisi ekonomi keluarga meliputi usaha orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidup (pekerjaan orang tua), pendapatan efektif (penghasilan orang tua) dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga (Sastrapraja, 1981). 2.3.2. Pekerjaan Orang Tua
Universitas Sumatera Utara
Setiap manusia pasti melakukan suatu aktivitas/pekerjaan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan suatu pekerjaan tertentu untuk mendapatkan kompensasi dari hasil kerjanya itu yang sering kita sebut gaji. Pekerjaan adalah pencarian, barang yang dijadikan pokok penghidupan, suatu yang dijadikan untuk mendapatkan nafkah. Dari pengertian tersebut diatas tersirat bahwa pekerjaan merupakan sesuatu yang dijadikan pokok penghidupan sehingga semua orang berusaha untuk memperoleh pekerjaan demi keinginan untuk mendapatkan nafkah yang memadai dengan tidak meninggalkan norma agama dan susila yang berlaku di masyarakat. 2.3.3. Pendapatan Keluarga Dalam hidupnya, manusia membutuhkan berbagai macam kebutuhan dan secara ekonomi keluarga ingin memenuhi segala kebutuhan anggota keluarganya sehingga terwujud kesejahteraan dalam keluarga. Oleh karena itu masalah pendapatan dan penghasilan merupakan bagian dari ekonomis yang diterima atau diterima seseorang .Tambahan ekonomis yang diperoleh seseorang ini merupakan ukuran yang terbaik mengenai kemampuan seseorang. Dari manapun datangnya tambahan ini merupakan tambahan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang tua dengan penghasilan yang tinggi akan mampu memenuhi berbagai macam sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar anak. Semakin tinggi pendidikan orang tua semakin berkualitas perhatian yang diberikan kepada anaknya, semakin sibuk orang tua dalam pekerjaan semakin sedikit perhatian yang diberikan kepada anaknya. Semakin banyak penghasilan orang tua semakin mudah memenuhi kebutuhan prasarana dan sarana belajar anaknya.
Dengan demikian, anak yang hidup dalam lingkungan keluarga dengan
penghasilan orang tua yang tinggi, dia akan dengan mudah mendapatkan sarana dan prasarana dalam belajar sehingga kegiatan belajar akan dapat berjalan maksimal. Hal ini berkebalikan dengan anak yang hidup dalam keluarga dengan penghasilan yang sedikit, maka kebutuhan akan sarana prasarana akan terkalahkan oleh kebutuhan lain yang lebih esensial (UU RI No.7, 1983). 2.3.4. Tingkat Ekonomi Keluarga Dalam kehidupan suatu masyarakat terdapat tingkat ekonomi yang berbeda. Hal ini tergantung dari kebutuhan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Suatu masyarakat dikatakan makmur jika kebutuhan pada anggota dapat terpenuhi atau jika alat pemuas cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Namun kenyataan menunjukkan bahwa keadaan yang seimbang antara kebutuhan dan alat pemuas kebutuhan sukar dicapai. Hal ini disebabkan karena kebutuhan yang telah dicapai akan disusul dengan kebutuhan yang lain. Selain itu kebutuhan manusia tidak terbatas baik jumlah maupun macamnya, sedang alat pemuas kebutuhan terbatas. Demikian juga halnya keluarga dalam kedudukannya sebagai bagian dari masyarakat untuk mencapai kemakmuran tidak selamanya tercapai sehingga dalam masyarakat ada tingkatan atau taraf hidup.Tingkat ekonomi keluarga tergantung juga dari jenis pekerjaan orang tua dan penghasilan yang diterima oleh keluarga. Seseorang yang berprofesi sebagai dokter akan memiliki penghasilan yang berbeda dengan seseorang yang bekerja sebagai buruh. Dikatakan bahwa dilihat dari segi ekonomi dalam masyarakat terdapat 3 lapisan masyarakat yaitu: 1) Lapisan ekonomi mampu/kaya: Lapisan masyarakat yang tergolong lapisan ekonomi mampu/kaya ini mempunyai pendapatan yang tinggi sehingga mereka dapat hidup layak. Contoh pekerjaan yang tergolong dalam ekonomi mampu/kaya adalah pejabat pemerintah setempat, dokter, insinyur dan kelompok professional lain. 2) Lapisan ekonomi menengah Lapisan masyarakat yang tergolong lapisan ekonomi menengah ini mempunyai pendapatan yang dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contoh pekerjaan yang tergolong ekonomi menengah adalah pedagang dan pegawai negeri. 3) Lapisan ekonomi miskin. Lapisan masyarakat yang tergolong lapisan ekonomi miskin ini memiliki pendapatan yang minim. Contoh pekerjaan yang tergolong ekonomi miskin ini adalah buruh tani, buruh bangunan, buruh pabrik dan buruh – buruh yang sejenis yang tidak tetap ( Sastrapraja, 1981)
Tingkat ekonomi masyarakat disesuaikan dengan pendapatan dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1) Ekonomi tinggi Golongan yang berpenghasilan tinggi adalah golongan yang mempunyai penghasilan atas pekerjaannya jauh lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan esensial yang sedapat mungkin harus dipenuhi. Kebutuhan esensial ini seperti makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, partisipasi, transportasi, perawatan pribadi dan rekreasi. 2) Ekonomi sedang/menengah Golongan berpenghasilan sedang sudah dekat dengan golongan yang berpenghasilan tinggi. Ini berarti golongan yang berpenghasilan ekonomi sedang cenderung masih dapat menyisihkan hasil kerjanya untuk kebutuhan lain yang sifatnya tidak esensial. 3) Ekonomi rendah Ekonomi rendah adalah golongan miskin yang memperoleh pendapatannya sebagai imbalan atas pekerjaanya yang jumlahnya sangat sedikit apabila dibandingkan pemenuhan kebutuhan pokoknya. Kebutuhan esensial tidak dapat terpenuhi maksimal ( Abdullah, 2003)
2.3.5. Pembahagian Sosio Ekonomi 2.3.5.1. Faktor status gizi anak Masalah malnutrisi memang merupakan satu faktor resiko yang menyebabkan ISPA. Malnutrisi dianggap bertanggungjawab terhadap terjadinya ISPA balita tertama di Indonesia. Malnutrisi menyebabkan melemahnya daya tahan tubuh anak. Hal ini akan menyebabkan mudahnya masuk agen penyakit dalam tubuh. Malnutrisi biasanya diukur menggunakan Indeks Massa tubuh (Abdullah, 2003). 2.3.5.2. Faktor pendidikan orang tua Tingkat pengetahuan orang tua terutama ibu juga memain peranan dalam terjadinya ISPA pada anak dan balita. Orang tua dengan pendidikan yang baik akan mempunyai akses informasi yang lebih luas sehingga berdampak positif terhadap kesehatan anak. Mengikut penelitian yang pernah dibuat, dijumpai hubungan signifikan
Universitas Sumatera Utara
antara episode ISPA dengan pengetahan orang tua. Faktor pendidikan juga merupakan parameter dalam menentukanpengetahuan orang tua. 2.3.5.3. Faktor ekonomi keluarga Ekonomi keluarga biasanya dinilai oleh jumlah pendapatan keluarga. Faktor ini mempengaruhi kemampuan keluarga dalam mendapat pelayanan kesehatan bila ditinjau dari aspek finansial. Penelitian yang telah dilakukan di Filipina menunjukkan bahawa status sosio ekonomi orang tua akan meingkat resiko anak menderita ISPA (Deb, 1998)
Universitas Sumatera Utara