BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu : a. Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menguraikan, dan menyatakan. Contoh: dapat menyebutkan apa kepanjangan USG.
b. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepertasikan materi tersebut secara benar. Misalnya dapat menjelaskan mengapa pemeriksaan USG itu perlu dilakukan.
c. Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Misalnya seorang ibu melakukan pemeriksaan USG selama masa kehamilan.
d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Analisis dapat dinilai dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.
Universitas Sumatera Utara
e. Sintesis Sintesis
menunjukkan
suatu
kemampuan untuk
meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Misalnya dapat membandingkan anak yang kurang gizi dengan anak yang cukup gizi.
2.2 Ultrasonografi 2.2.1 Definisi Ultrasonografi : Ultrasonografi adalah visualisasi struktur dalam tubuh yang bekerja merekam pantulan (gema) denyutan gelombang ultrasonik yang diarahkan ke jaringan tubuh (Dorland, 2002). 2.2.2 Komponen Ultrasonografi (Ksuheimi, 2008): 1. Transduser Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar. 2.Monitor Monitor yang digunakan dalam USG 3. Mesin USG
Universitas Sumatera Utara
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG kalau dimisalkan, seperti CPU dari USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC. 2.2.2 Jenis-jenis Ultrasonografi : Adapun jenis pemeriksaan USG ada 4 jenis yaitu sebagai berikut : (Ksuheimi, 2008) 1. USG 2 Dimensi Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan. 2. USG 3 Dimensi Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar). 3. USG 4 Dimensi Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim. 4. USG Doppler Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi: 1. Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
Universitas Sumatera Utara
2. Tonus (gerak janin). 3. Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm). 4. Doppler arteri umbilikalis. 5. Reaktivitas denyut jantung janin.
2.2.3 Cara Pemeriksaan Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: (Ksuheimi, 2008) 1. Pervaginam - Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam. - Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu. - Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing. - Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim. - Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi. - Tidak menyebabkan keguguran. 2. Perabdominan - Probe USG di atas perut. - Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu. - Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim.
2.2.4 Prinsip USG Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20 – 20.000 Cpd (Cicles per detik = Hz). Pemeriksaan USG ini menggunakan gelombang suara yang frekuensinya 1 – 10 MHz ( 1 – 10 juta Hz )(Boer, 2005). Gelombang suara frekuensi tinggi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang terdapat dalam suatu alat yang disebut transduser. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek piezo-electric, yang merupakan dasar perkembangan USG
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik yang melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan dihasilkan gelombang suara frekuensi tinggi (Boer, 2005). 2.2.5 Cara Kerja Alat Ultrasonografi Transduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh transduser, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam eko sesuai dengan jaringan yang dilaluinya (Rasad, 2005). Pantulan eko yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur transduser, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar osiloskop. Dengan demikian bila transduser digerakkan seolah-olah kita melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang diinginkan, dan gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat di layar monitor (Rasad, 2005). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedance acustic tertentu. Dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam- macam eko, jaringan tersebut dikatakan echogenic. Sedang pada jaringan yang homogen hanya sedikit atau sama sekali tidak ada eko, disebut anechoic atau echofree atau bebas eko. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya: kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial atau pleural effusion. Dengan demikian kista dan suatu massa solid akan dapat dibedakan (Rasad, 2005).
2.2.6 Indikasi Pemeriksaan USG Obstetri Menurut Wiknjosastro (2007) sebenarnya belum ada keseragaman mengenai indikasi pemeriksaan USG dalam kehamilan. Di beberapa negara Eropa, pemeriksaan USG dikerjakan secara rutin sedikitnya 1-2 kali selama masa kehamilan. Di Amerika Serikat pemeriksaan USG tidak dikerjakan secara rutin,
Universitas Sumatera Utara
melainkan atas indikasi klinis, yaitu bila dalam pemeriksaan klinis dijumpai keadaan yang meragukan atau mencurigakan adanya kelainan dalam kehamilan. Indikasi tersebut antara lain : 1. Usia kehamilan yang tidak jelas 2. Didapati kehamilan multipel 3. Perdarahan dalam kehamilan 4. Didapati kematian janin 5. Didapati kehamilan ektopik 6. Didapati kehamilan mola 7. Terdapat perbedaan tinggi fundus uteri dan lamanya amenorea 8. Presentase janin yang tidak jelas 9. Didapati pertumbuhan janin terhambat 10. Didapati janin besar 11. Didapati oligohidramnion atau polihidramnion 12. Penentuan profil biofisik janin 13. Evaluasi letak dan keadaan plasenta 14. Adanya risiko atau tersangka cacat bawaan 15. Sebagai alat bantu dalam tindakan obstetrik 16. Didapati kehamilan dengan IUD 17. Didapati kehamilan dengan kelainan bentuk uterus 18. Didapati kehamilan denagn tumor pelvik 19. Sebagai alat bantu dalam tindakan intervensi dalam kehamilan,seperti amniosentesis, biopsi villi koriales, transfusi intrauterin, fetoskopi, dan sebagainya 2.3 Kelainan Struktur Anatomi Janin. Dengan alat USG yang ada sekarang, sebagian besar kelainan struktur janin sudah dapat dideteksi sebelum kehamilan 20 minggu (Wiknjosastro, 2009). Penanganan terhadap kelainan kongenital umumnya didasarkan atas jenis kelainan, derajat beratnya kelainan, dan usia kehamilan pada saat ditemukannya kelainan. Pemeriksaan USG sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan
Universitas Sumatera Utara
terhadap kelainan kongenital. Dengan demikian, kematian perinatal akibat kelainan kongenital dapat dikurangi (Wiknjosastro, 2009). 2.3.1 Kepala. Cara terbaik untuk mempelajari struktur intrakranial dengan pemeriksaan USG adalah melalui penampang transversal kepala pada berbagai tingkatan, mulai dari verteks sampai dasar tengkorak. Pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan bila kepala berada dalam posisi oksiput melintang (Wiknjosastro, 2009). 2.3.1.1 Hidrosefalus. Pemeriksaan ventrikel lateral otak dapat dilakukan muali kehamilan 13 minggu. Ukuran ventrikel lateral biasanya dinyatakan secara kualitatif, yaitu berupa rasio dari lebar ventrikel lateral dan lebar hemisfer (rasio V/H). Diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan bila pada kehamilan 18 minggu atau lebih dijumpai rasio V/H yang lebih dari 0,5. Pada hidrosefalus yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu, dilatasi ventrikel lateral biasanya tidak disertai dengan pembesaran ukuran kepala. Pada hidrosefalus yang menyertai spina bifida dan beberapa kelainan janin lainnya, ukuran kepala bahkan lebih kecil dari normal (mikrosefalus) (Wiknjosastro, 2009).
2.3.1.2 Anensefalus Anensefalus merupakan defek perkembangan kepala, ditandai dengan tidak terbentuknya tulang-tulang frontal, parietal dan oksipital.Kelainan ini dapat dideteksi melalui USG mulai kehamilan 12 minggu, dengan gambaran yang spesifik berupa tidak terlihatnya bagian puncak kepala janin. Seringkali anensefalus disertai hidramnion. Kadar alfa-feto protein di dalam cairan amnion dan serum ibu biasanya meningkat (Wiknjosastro, 2009). 2.3.1.3 Mikrosefalus Pada mikrosefalus terdapat gangguan pertumbuhan otak, sehingga ukuran kepala menjadi lebih kecil dari normal. Bayi- bayi dengan mikrosefalus biasanya mengalami kemunduran intelektual dan gangguan pertumbuhan. Diagnosis mikrosefalus tidak selalu mudah. Keadaan ini harus dibedakan dari janin yang mengalami gangguan pertumbuhan (IUGR). Pada mikrosefalus ukuran kepala
Universitas Sumatera Utara
lebih kecil dari normal, sedangkan ukuran biometri lainnya masih sesuai dengan usia kehamilan. Beberapa penulis mendiagnosis mikrosefalus bila ukuran lingkar kepala berada di bawah 3 deviasi standar dari ukuran rata-rata (Wiknjosastro ,2009). 2.3.1.4 Ensefalokel Ensefalokel disebabkan oleh defek tulang kepala, biasanya terjadi di bagian oksipital, kadang-kadang juga di bagian nasal, frontal, atau parietal. Besarnya defek bervariasi. Pada defek yang besar seringkali disertai dengan herniasi jaringan otak. Ensefalokel mudah dideteksi dengan USG bila defek tulang kepala cukup besar, apalagi bila sudah disertai herniasi (Wiknjosastro, 2009).
2.3.2 Spina 2.3.2.1 Spina bifida Spina bifida merupakan kelainan saluran neural akibat kegagalan dalam proses penutupan arkus vertebra. Defek ini dapat terjadi di daerah lumbosakral (terbanyak ). Pada pemeriksaan USG spina bifida memberikan gambaran yang spesifik. Gambaran paralel vertebra di daerah defek akan berubah dan terlihat sebagai garis divergen, menyerupai huruf Y (Wiknjosastro, 2009). 2.3.3 Toraks Toraks mudah dikenali dengan melihat struktur jantung didalamnya. Bentuk toraks menyerupai bel dengan bagian apeks menunjuk ke arah kranial dan bagian basal dibatasi diafragma. Beberapa kelainan organ toraks yang dapat didiagnosis dengan pemeriksaan USG, antara lain: a) Kelainan sistem pertulangan: distrofia toraks, displasia khondroektodermal, osteogenesis imperfekta b) Kelainan paru : hipoplasia paru, tumor paru c) Atresia esofagus d) Hernia diafragmatik e) Kelainan jantung: aritmia, kelainan anatomi f) Hidrotoraks dan efusi perikardial
Universitas Sumatera Utara
(Wiknjosastro, 2009) 2.3.4.Abdomen Beberapa kelainan abdomen yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG, antara lain: a) Obstruksi traktus gastrointestinal b) Gastrokisis, omfalokel c) Hernia umbilikalis d) Hernia diafragmatika (Wiknjosastro, 2009) 2.3.5.Alat kelamin Alat kelamin biasanya mudah diidentifikasi dengan USG setelah kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa keadaan, seperti oligohidramnion, kehamilan multipel, atau janin sungsang, pemeriksaan kelamin menjadi lebih sulit. Penentuan jenis kelamin perlu dilakukan bila dijumpai suatu kelainan yang diduga ada kaitannya dengan seks, misalnya tumor kistik abdomen yang diduga suatu kista ovarium (bila janin perempuan), obstruksi katup posterior uretra (hanya pada laki-laki), dan kelainan kromosom seks. Pemeriksaan USG yang ditujukan hanya untuk mengetahui jenis kelamin, tanpa ada indikasi klinis lainnya, sebaiknya dihindarkan oleh karena kurang etis. Beberapa petunjuk yang dapat dijadikan pegangan, sebelum memberitahukan jenis kelamin pada pasien : 1) Pemeriksa telah cukup mahir dan berpengalaman dalam mengidentifikasi jenis kelamin janin ( kesalahan kurang dari 5%). 2) Jangan menerka jenis kelamin, apabila pemeriksa merasa tidak yakin benar. 3) Jangan memberitahukan jenis kelamin janin, apabila pasien tidak memintanya secara spontan. 4) Meskipun pasien memintanya, dianggap lebih bijaksana untuk tidak memberitahukan hasilnya, sekiranya jawaban itu akan mengecewakan pasien. Misalnya pasien yang sangat mengharapkan anak laki-laki, ternyata janinnya sekarang perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Jenis kelamin janin biasanya dapat ditentukan mulai kehamilan 18- 20 minggu. Penentuan jenis kelamin laki-laki didasarkan atas terlihatnya penis dan skrotum. Pada kehamilan trimester III seringkali terlihat testis dalam skrotum (terutama bila terdapat hidrokel yang normal banyak dijumpai). Penentuan jenis kelamin perempuan didasarkan pada gambaran labia mayor dan labia minor. Jenis kelamin perempuan biasanya lebih sulit diidentifikasi, terutama sebelum kehamilan 24 minggu. Jangan menentukan jenis kelamin perempuan atas dasar tidak terlihatnya penis atau skrotum. 2.4 Efek biologik gelombang ultrasonik Pada peristiwa perambatan gelombang ultrasonik, di dalam medium terjadi perubahan siklik berupa getaran partikel, perubahan tekanan, perubahan densitas, dan perubahan suhu. Semua perubahan ini bersifat sementara dan reversibel, artinya bila sumber getar dihentikan maka semua perubahan itu juga akan menghilang. Pengaruh perubahan ini terhadap jaringan tubuh sangat kecil dan praktis dapat diabaikan. Umumnya efek yang merusak dari gelombang ultrasonik baru terlihat bila intensitasnya melebihi 100 miliWatt/cm2. Pada intensitas yang tinggi, gelombang ultrasonik dapat merusak DNA, kromosom, sel darah, permeabilitas dinding sel, dan sebagainya. Tetapi secara epidemiologi, pengaruh yang merugikan pada manusia akibat penggunaan alat diagnostik USG tidak terbukti. Alat diagnostik USG yang banyak dipakai saat ini mempunyai intensitas di bawah 10mW/cm2, sehingga aman untuk digunakan. USG sudah digunakan selama bertahun-tahun dan tidak ada angka kejadian yang menunjukkan bahwa USG menyebabkan gangguan pada ibu ataupun bayi (Suririnah, 2008). USG berbeda dengan sinar rontgen karena USG tidak menggunakan radiasi apapun (MacDougall, 2003). Menurut Wiknjosastro (Dalam obstetri ada beberapa faktor lain yang menambah segi keamanan penggunaan alat USG, baik terhadap ibu maupun janin, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1) Gelombang ultrasonik yang digunakan adalah jenis pulsa, sehingga efek kumulatif di dalam jaringan sangat kecil. 2) Dinding
abdomen
ibu
(pada
pemeriksaan
transabdominal)
akan
mengabsorpsi sebagian intensitas gelombang ultrasonik. 3) Vaskularisasi pada dinding abdomen ibu dan tubuh janin akan menetralisir efek panas dari gelombang ultrasonik. 4) Pemakaian USG jenis real-time (sering menggerakkan probe selama pemeriksaan) dan adanya gerakan janin, akan menghindari terfokusnya intensitas gelombang ultrasonik pada suatu organ terlalu lama.
Universitas Sumatera Utara