16
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Batuan
Batu merupakan suatu zat yang padat, keras, dan tahan lama. Karakteristik dari beberapa
jenis
batu
bervariasi
bergantung
kepada
kondisi
dan
cara
pembentukannya. Kadang-kadang , kondisi geologi seperti menciptakan suatu batu bermassa besar dari mineral yang tunggal. Lebih sering beberapa mineral terkristalisasi serempak dan berbagai proporsi.
Batuan terdiri dari tiga jenis menurut cara pembentukannya, yaitu: batuan beku, batuan sedimen, dan malihan. Kebanyakan dari batuan beku diproses melalui pendinginan selama awal kehidupan bumi, massa mineral yang mencair disebut magma yang pada dasarnya merupakan larutan dari mineral-mineral lain dalam silika yang mencair. Terakhir kalinya batuan beku dibentuk melalui pendinginan melalui aliran lahar gunung api yang aktif.
Batuan sedimen mempunyai asal yang sangat berbeda. Misalnya batu pasir terbentuk ketika pasir halus bersama dengan penyemenan zat-zat seperti liat dan batu kapur terlarut, didepositkan oleh air. Dibawah tekanan lapisan pasir tersemen dan membentuk batuan yang sangat keras.
Batuan malihan diproses melalui penerapan pemanasan, tekanan ekstrim, atau keduanya batuan beku dan batuan sedimen. Jika merupakan suatu batuan sedimen seperti batu kapur, harus mengalami kontak dengan massa batuan beku panas yang besar dibawah tekanan yang cukup untuk mencegah dekomposisi dari kalsium karbonat, akan terekristalisasi, mendapatkan struktur yang baru dan umumnya memiliki sifat fisika yang berbeda. Suatu batu bahkan ketika tidak
Universitas Sumatera Utara
17
dipanaskan secara instens dapat mengalami perubahan bentuk dibawah tekanan yang cukup (Markham E, 1955).
Dari sejarah pembentukan Bumi, diperoleh gambaran bahwa pada awalnya seluruh bagian luar dari Bumi ini terdiri dari batuan beku. Dengan perjalanan waktu serta perubahan keadaan, maka terjadilah perubahan-perubahan yang disertai dengan pembentukan kelompok-kelompok batuan yang lainnya. Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke kelompok lainnya, merupakan suatu siklus yang dinamakan daur batuan.
Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan diikuti oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung dibawah atau diatas permukaan Bumi melalui erupsi gunung berapi. Kelompok batuan beku tersebut, apabila kemudian tersingkap dipermukaan, maka ia akan bersentuhan dengan atmosfir dan hidrosfir, yang menyebabkan berlangsungnya proses pelapukan. Melalui proses ini batuan akan mengalami penghancuran. Selanjutnya, batuan yang telah dihancurkan ini akan dipindahkan/digerakkan dari tempatnya terkumpul oleh gaya berat, air yang mengalir di atas dan di bawah permukaan, angin yang bertiup, gelombang dipantai dan gletser di pegunungan-pegunungan yang tinggi. Media pengangkut tersebut juga dikenal sebagai alat pengikis, yang dalam bekerjanya berupaya untuk meratakan permukaan Bumi. Bahan-bahan yang diangkutnya baik itu berupa fragmen-fragmen atau bahan yang larut, kemudian akan diendapkan di tempat-tempat tertentu sebagai sedimen.
Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat lepas, menjadi batuan yang keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral dalam larutan, dan kemudian disebut batuan sedimen. Apabila terhadap batuan sedimen ini terjadi peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat dari penimbunan dan atau terlibat dalam proses pembentukan pegunungan, maka batuan sedimen tersebut akan mengalami ubahan untuk menyesuaikan dengan
Universitas Sumatera Utara
18
lingkungan yang baru, dan terbentuk batuan malihan atau batuan metamorfis. http://blog.unsri.ac.id/userfiles/Bab-3-1+Mineral+dan+Batuan.pdf
2.2.Mineral
Batuan tersusun atas campuran mineral-mineral. Kebanyakan mineral terbentuk ketika magma (lelehan batuan yang mengandung banyak gas) panas mendorong ke atas dari bawah kerak bumi, mendingin dan memadat. Kondisi-kondisi di tempat magma mendingin menentukan jenis mineral yang terbentuk. Bentuk-bentuk geometris yang disebut kristal terbentuk ketika mineral mendingin secara lambat.
Mineral dibagi dalam kelompok-kelompok menurut unsur-unsur yang menyusunnya. Mineral-mineral yang tersusun dari satu unsur saja disebut unsurunsur asli. Contoh: Silikat yang mengandung silika (silika yang bergabung dengan oksigen), merupakan kelompok terbesar yang jumlahnya mencapai 92% dari meneral-mineral yang ada di kerak bumi, Karbonat merupakan mineral yang mengandung unsur-unsur yang tergabung dengan karbon dan oksigen. Mineral ini merupakan mineral yang paling banyak ditemukan setelah silikat. Halida merupakan sekelompok mineral yang mengandung unsur-unsur halogen. Sulfida merupakan sekelompok mineral yang mengandung unsur-unsur yang tergabung dengan sulfur. Posfat merupakan mineral yang terbentuk ketika fosfor bereaksi dengan oksigen dan unsur-unsur lain. Oksida merupakan unsur-unsur yang bergabung dengan oksigen dalam kerak bumi.
Mineral yang terbentuk akan ditentukan oleh elemen-elemen yang tersedia dan melalui berbagai jenis temperatur dan tekanan yang berbeda yang merata selama waktu kristal terjadi. Misalnya, jika logam seperti Cu, Zn, Pb, dan Fe terdapat bersama sulfur, sulfida-sulfida dari elemen ini akan terbentuk seperti FeS2, CuFeS2, PbS, dan ZnS. Di sisi lain, jika metal seperti Cu, Pb, Zn, dan Fe terdapat bersama dengan
karbon dan oksigen, kemudian karbonat kemungkinan akan
terbentuk seperti FeCO3, PbCO3, ZnCO3, dan Cu2(OH)2CO3. (Smith, 2001)
Universitas Sumatera Utara
19
Mineral sebagai pembangun batu merupakan padatan anorganik dengan suatu struktur dalam yang spesifik dan komposisi kimia yang berbeda. Dapat terbentuk pada berbagai kondisi, seperti: 1. Selama pendinginan material yang mendingin (baja, dari lahar, batuan beku) 2. Selama penguapan cairan (garam, gula, yang cenderung menguap) 3. Pendinginan cairan (larutan jenuh) 4. Pada suhu dan tekanan yang tinggi kristal yang baru mungkin bertumbuh dalam material padat (berlian dari batu arang, metamorfosis)
Mineral dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada komposisi kimianya, yaitu:
1. Elemen (karbon/berlian, sulfur, seng, emas, perak, tembaga, besi, dll) 2. Halida (unsur dan halogen seperti klorin, bromin, iodin, misalnya natrium klorida) 3. Oksida (unsur dan oksigen seperti hematit/ besi oksida) 4. Sulfida (unsur dan sulfur seperti pyrit/ besi sulfur dan galena/ timah sulfur) 5. Unsur dan ion kompleks (ion tidak hanya yang bermuatan tunggal), umumnya seperti: a. Karbonat (CO32-), kalsit b. Sulfat (SO42-), gips dan2kulit telur c. Silikat (SiO44-), feldspar dan kwarsa
Universitas Sumatera Utara
20
Kelimpahan mineral pada lapisan bumi ditunjukkan dalam tabel berikut:
(http://www.indiana.edu/~geol105/1425chap5.html)
2.3.Perak
Perak seringkali terdapat bersama dengan emas, tetapi sekitar 70 persen biasanya berikatan dalam deposit logam dasar sulfida dari plumbum, tembaga, atau seng dan terkandung sebagai biproduk; oleh karena itu, angka produksi perak dikontrol melalui produksi dari logam yang berikatan. Bijih-bijih mineral yang terutama dari perak adalah sebagai berikut:
Mineral
Komposisi
Persen Ag
Perak murni
Ag
100,0
Acanthite
Ag2S
87,1
Cerargyrite
AgCl
75,3
Proustite
Ag3AsS3
65,4
Pyrargyrite
Ag3SbS3
59,9
Universitas Sumatera Utara
21
Perak yang berwarna dasar putih keperakan ini membedakannya mudah dari logam-logam lain yang mirip. Perak yang murni ditemukan dalam depositdeposit hidrotermal sulfida utama berikatan dengan bermacam sulfida dari perak dan timbel, dan dalam beberapa bijih deposit dalam daerah teroksidasi, berikatan dengan calcite, barite, dan kwarsa. Perak juga berikatan dengan uranit pada tempat tertentu. Beberapa perak sangat sering tersedia bersama dengan emas murni. Platina menyerupai perak tetapi sedikit lebih keras. Bismut murni juga kelihatan seperti perak, tetapi bismut berwarna pucat kemerahan pada permukaan yang sejuk.
Kegunaan utama perak untuk waktu yang lama adalah pembuatan uang logam; tetapi sekarang kegunaan yang paling banyak digunakan dalam pelapisan film fotografi (perak bromida dan perak iodida). Kegunaan yang lain adalah untuk peralatan perak, peralatan listrik dan elektronik (tombol, penunjuk, dalam komputer dan tabulator),pelapisan dengan perak, berbagai macam campuran pada perhiasan dan seni, sebagaimana juga dalam industri kimia. Penggunaannya dalam perhiasan dan seni berdasar kenyataan bahwa perak adalah yang paling bersinar dari semua logam. Dalam bentuk koloidal, perak digunakan untuk obat-obatan tertentu, juga digunakan dalam pengawetan makanan, minuman, dan pengobatan gigi. Campuran perak umumnya adalah bersifat keras dan liat. Perak murni tersusun dari 92,5 persen perak dan 7,5 persen logam lain, biasanya tembaga. Emas kuning adalah 53 persen emas, 25 persen perak, dan 22 persen tembaga.
Perak dapat ditempa dan mempunyai konduktivitas panas yang sangat tinggi dan konduktivitas listrik yang baik. Lebih keras dari emas tetapi lebih lembek dari tembaga. Logam yang berkilau ini meleleh pada 960oC (1761oF) dan dapat lebih mudah dikerjakan dan dibentuk. Perak tidak berubah karena kelembapan, kekeringan, atau keadaan basa, tetapi sangat cepat pudar dalam udara yang mengandung belerang.
Universitas Sumatera Utara
22
2.4.Tembaga
Tembaga terdapat sedikit berlimpah dalam deposit sulfida, dalam daerah pemotongan batuan malihan, dan juga tembaga murni pada lahar. Deposit yang banyak juga terdapat sebagai sedimen kaya tembaga. Bijih mineral dari logam merah oranye ini terjadi dalam berbagai jenis deposit di bawah ini:
Mineral
Komposisi
Persen Cu
Kalkopirit
CuFeS2
34,5
Bornit
Cu5FeS4
63,3
Kalkosit
Cu2S
79,8
Enargit
Cu3AsS4
48,3
Tetrahedrit
Cu12Sb4S13
52,1
Malasit
Cu2CO3(OH)2
57,3
Ekstraksi dan pemurnian tembaga merupakan proses yang relatif sederhana dan memperlihatkan beberapa sifat-sifat kimia yang penting. Bijih karbonat tembaga CuCO3 dapat direduksi dengan karbon menghasilkan Cu. Bijih sulfida sebagian dioksidasi dan kemudian dileburkan untuk memberikan produk yang lebih murni (Mahan B, 1966).
Tembaga merupakan salah satu dari banyak logam penting dalam industri. Khususnya pada industri elektronik, yang menggunakan sekitar 60 persen logam. Logam ini mempunyai titik lebur pada 1083oC (1981oF). Tembaga merupakan konduktor panas yang baik dan dapat digunakan dalam perkakas memasak, pemanas, dan pendingin. Tembaga sangat mudah ditempa, dapat dipukul, dapat dicap, dapat dipintal ke dalam berbagai macam bentuk, dapat digulung dalam bentuk lembaran. Logam ini dapat ditarik menjadi kawat yang lebih tipis dari sehelai rambut. Tembaga mempunyai warna merah tembaga, elastis, dan merupakan logam yang berkilau. Tembaga juga tahan terhadap korosi, dan dapat dikeraskan.
Universitas Sumatera Utara
23
Logam ini dapat digunakan dalam banyak produk, sebagai contoh sebagaimana tembaga yang murni dalam kabel dan peralatan elektronik karena konduktivitasnya yang sangat baik. Tembaga juga digunakan sebagai pembangkit, mesin, lokomotif listrik, bola lampu, telegrap, pendingin udara dan kapal. Campuran tembaga baik dengan seng dalam kuningan
dan dengan nikel,
aluminium, dan logam lain dalam bermacam-macam campuran lain. Area penggunaannya termasuk dalam industri elektronik, otomobil, konstruksi, amunisi, dan mata uang.
2.5.Besi
Besi merupakan logam yang paling penting dalam peradaban modern karena merupakan dasar dari industri baja, tetapi rangkaian dari logam lain dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai macam campuran logam dengan besi di dalam berbagai macam aspek dari industri baja. Hal ini disebut sebagai logam campuran besi (ferroalloy metals).Ketika ditambahkan pada pembuatan baja dalam jumlah yang sedikit, sifat kekerasan, kekuatan, daya tahan, kelunakan, kelunakan dan daya tahan terhadap korosi umumnya bertambah baik.
Besi merupakan logam berwarna putih keperakan dan dapat dibentuk dan elastis. Besi merupakan logam yang sangat reaktif, bereaksi dengan oksigen membentuk karat. Logam ini melebur pada 1540oC.
Bijih mineral besi terdapat dalam beberapa jenis utama:
Mineral
Komposisi
Persen Fe
Magnetit
Fe3O4
72,4
Hematit
Fe2O3
70,0
Limonit
FeO(OH).nH2O
59,0-63,0
Siderit
FeCO3
48,2
(Tennisen A, 1974)
Universitas Sumatera Utara
24
Besi terdapat sekitar lima persen dari batuan beku pada kerak bumi. Kemungkinan merupakan unsur yang paling melimpah di planet bumi karena inti bumi terdiri dari hampir seluruhnya besi dan nikel. Pada kondisi bebas, besi ditemukan hanya dalam meteorit yang bercampur dengan nikel. Senyawanya melimpah di alam. Sulfida (pirit) FeS2 merupakan mineral yang sangat umum tetapi tidak digunakan sebagai bijih besi karena sulitnya menghilangkan sulfur secara sempurna. Bijih besi yang paling penting adalah hematit Fe2O3; tetapi besi juga dilebur dari oksida hidrat 2 Fe2O3.3H2O, dari magnetit Fe3O4 (mengandung kandungan besi yang lebih tinggi dibandingkan bijih lainnya) dan karbonatnya siderit FeCO3 bijih besi utama Inggris (Scarlett, 1956). Dalam deposit besi dengan kondisi oksidasi siderite dan besi silikat menghasilkan limonite berlimpah. Deposit hematit dan magnetit sangat lambat teroksidasi akhirnya membentuk limonit. Oksidasi di bawah kondisi tropikal menghasilkan hematit dari ferrosilikat dalam batu. Deposit sulfida pyrit, pyrrhotite dan marcasite adalah mineral-mineral besi yang dasar. Pyrite merupakan mineral keras yang terbentuk dalam semua deposit dan segala temperatur bahkan secara lokal pada permukaan di bawah kondisi reduksi dan dapat dihasilkan dalam larutan alkalin.
Marcasite terbentuk hanya dalam larutan yang asam, tetapi dapat mengkristal bersama-sama dengan pyrit. Diatas 450oC akan berubah menjadi pyrit. Marcasite adalah mineral yang relatif tidak stabil terbentuk terutama dekat ke permukaan dan lebih mudah teroksidasi dibandingkan pyrit dalam reaksi yang sama. Pyrrhotite (Fe7S8) dianggap sebagai suatu larutan padat dari sulfur dalam FeS. Mudah dihancurkan dengan melarutkan dengan H2SO4 dengan perkemabngan H2S dimana deposit tembaga mencegah
mungkin mengendapkan tembaga sulfida dan
pengembangan dari daerah chalcocite. Jugamudah diserang dengan
oksidasi, H2SO4 yang terbentuk mempercepat destruksinya. (Lindgren, 1933)
Universitas Sumatera Utara
25
2.6.Spektrofotometri Serapan Atom
Suatu spektrum merupakan hasil yang diperoleh bila suatu berkas energi radiasi dibagi-bagi kedalam panjang-panjang gelombang komponennya. Jika radiasi yang terbagi-bagi (terdispersikan) itu berasal dari atom tereksitasi, spektrum itu disebut spektrum atom. Bila radiasi elektromagnetik kontinu misalnya cahaya putih dilewatkan suatu zat, panjang gelombang tertentu dari radiasi itu mungkin akan diserap. Panjang-panjang gelombang ini karakteristik
dari zat-zat yang
mengabsorpsi (menyerap) radiasi dan pola-pola garis gelap ini disebut spektrum absorpsi. Bila dingin, suatu zat akan mengabsorpsi radiasi pada panjang-panjang gelombang yang sama dengan panjang-panjang gelombang emisinya bila zat itu tereksitasi (Keenan, 1980).
Perubahan dari elemen-elemen logam suatu sampel dari larutan menjadi uap terdisosiasi dapat dicapai dengan energi panas, baik dengan suatu nyala atau tanur listrik. Pengendalian yang cermat dari temperatur dibutuhkan untuk konversi optimum ke uap atom. Temperatur yang terlalu tinggi tidak baik karena fraksi atom menjadi terionisasi dan ion-ion tidak mengabsorpsi pada panjang gelombang yang sama sebagaimana atom-atom yang netral (Ewing, 1960).
Pada
spektrofotometri
serapan
atom,
atom
pada
keadaan
dasar
mengabsorpsi energi cahaya dari panjang gelombang yang spesifik karena memasuki keadaan tereksitasi. Sebagaimana jumlah atom pada garis cahaya meningkat, jumlah cahaya yang disbsorpsi juga meningkat. Dengan mengukur jumlah cahaya yang diabsorpsi, penentuan kuantitatif dari analit dapat dilakukan. Penggunaan sumber cahaya yang khusus dan pemilihan panjang gelombang secara hati-hati mengizinkan penentuan khusus dari elemen-elemen tunggal.
Terdapat 5 dasar dalam instrumen spektroskopi serapan atom: 1.
Sumber cahaya yang mengemisikan spektrum dari elemen yang sesuai
2.
Sel absorpsi dimana atom-atom dari sampel diproduksi
3.
Monokromator untuk dispersi cahaya
4.
Detektor yang mengukur intensitas cahaya dan menguatkan sinyal
Universitas Sumatera Utara
26
5.
Rekorder untuk menunjukkan pembacaan setelah proses instrumen selesai
(PelkinElmer, 1996). Nyala Lampu Katoda Berongga
Monokromator C
B
A Katoda Anoda
Detektor
D
Recorder
E
Bahan Bakar Oksigen Sampel Gambar 2.1 Diagram Balok Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom dengan Nyala (Clark, D.V., 1979)
Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas. Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi bila temperatur terlalu tinggi. Suatu tipe atomiser nyala, bahan bakar dan gas oksidator dimasukkan ke dalam gas pencampur kemudian dilewatkan menuju pembakar. Sampel dihisap masuk ke kamar pencampur. Nyala akan dihasilkan. Pada proses atomisasi tanpa nyala, sampel diletakkan pada batang grafit yang porosnya horizontal atau pada logam tantalum yang berbentuk pita. Pada tungku grafit temperatur dapat dikendalikan secara elektris. Biasanya temperatur dinaikkan secara bertahap untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasi senyawa yang dianalisis (Khopkar, 1984).
Pada spektrofotometri serapan atom sampel diaspirasikan ke dalam nyala dimana temperaturnya adalah 2000-3000 K. Sampel diatomisasikan (dipecah menjadi atom) dalam nyala.
Universitas Sumatera Utara
27
Sumber radiasi di dalam peralatan ini adalah lampu katoda berongga. Lampu katoda berongga diisi dengan Ne atau Ar pada tekanan 130-170 Pa. Ketika tegangan yang sangat tinggi digunakan di antara katoda dan anoda, gas pengisi menjadi terionisasi dan ion-ion positif dipercepat menuju katoda. Kemudian menumbuk katoda dengan energi yang cukup untuk memercikkan atom-atom logam dari katoda ke fase gas. Kebanyakan atom-atom yang terpercik berada pada keadaan eksitasi, mengemisikan foton dan kemudian kembali kekeadaan dasar. Radiasi atom ini persis sama dengan frekuensi sebagaimana yang akan diabsorpsi oleh atom-atom analit.
2.7. Metode Analisis dengan Menggunakan SSA
1.
Metode Kurva Standar
Metode Kurva Standar menggunakan jumlah unsur yang diinginkan dalam larutan dengan suatu komposisi yang sama dengan yang tidak diketahui. Kurva Standar kemudian digunakan untuk menemukan konsentrasi yang tidak diketahui dari absorbansinya. Medium dimana analit terkandung disebut matriks. Sangat penting bahwa komposisi standar harus sedekat mungkin dengan yang konsentrasi sampelyang tidak diketahui karena larutan yang berbeda mempunyai jenis pengganggu yang mempengaruhi sinyal.
2.
Metode Standar Addisi
Pada metode standar adisi, ditambahkan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya dalam volume tertentu dan peningkatan sinyal absorbansi diukur. Masing-masing larutan diencerkan sampai volume total yang sama dan harus mempunyai
komposisi akhir yang sama (kecuali untuk konsentrasi
analit). Jika konsentrasi yang mau dicari adalah [X] da konsentrasi standar yang ditambahkan [S], maka dapat dikatakan bahwa: [𝑋𝑋] 𝐴𝐴𝑋𝑋 = [𝑋𝑋] + [𝑆𝑆] 𝐴𝐴𝑆𝑆+𝑋𝑋 Universitas Sumatera Utara
28
Dimana AX adalah absorbansi analit yang dicari dan AS+X adalah absorbansi dari analit yang dicari ditambah standar.
3.
Metode Internal Standar
Pada internal standar, sejumlah unsur yang tidak ada dalam analit ditambahkan ke dalam sampel. Dalam menggunakan internal standar, campuran yang telah diketahui dari sampel dan analit digunakan untuk membuat kurva kalibrasi. Jika sejumlah standar ditambahkan ke sampel yang tidak diketahui, kurva kalibrasi dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi yang tidak diketahui (D. Harris, 1982). Suatu garis yang cocok di dalam spektrum emisi dari sumbernya dipilih untuk dianalisa. Garis ini, yang disebut garis resonansi menunjukkan suatu perpindahan dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi dan dengan demikian menunjukkan frekuensi yang tepat bagi absorpsi oleh atom-atom di dalam nyala yang ada pada keadaan dasar. Garis-garis emisi dari katoda cekung sangat tajam, pada umumnya lebih sempit daripada garis-garis absorpsi di dalam nyala sehingga dengan demikian cukup sesuai untuk percobaaan absorpsi atomik. Yang hanya diperlukan oleh monokromator adalah bahwa garis-garis lain di dalam spektrum dari sumber yang timbul dari katoda logam dan dari gas inert tidak dipancarkan ke detektor (Underwood, 1980).
2.8. Cara Kerja spektrofotometer serapan atom
Radiasi dihasilkan oleh lampu katoda berongga dimana katoda dibuat dari logam yang sesuai dengan yang akan dianalisa. Permukaan dibombardir dengan elektron menyebabkan eksitasi dari atom yang dipilih dan menyebabkan emisi dari radiasi yang karakteristik. Sinyal dari lampu katoda dilewatkan melalui nyala.
Universitas Sumatera Utara
29
Temperatur yang tinggi dari nyala menyebabkan: •
Pelarut diuapkan
•
Molekul dan ion yang terdapat di larutan dipisahkan menjadi atom-atom untuk menghasilkan uap atom.
•
Sebagian kecil dari atom-atom tereksitasi, elektron naik ke tingkat energi yang lebih tinggi. Hal ini bahkan memberikan suatu warna pada nyala sesuai dengan energi emisi pada saat elektron tereksitasi kembali ke keadaan dasar.
Atomisasi analit di dalam Spektrofotometer Serapan Atom dapat dituliskan sebagai berikut: penguapan M+ X-
M+ X-
MX
Larutan
uap
padatan
M(gas) + X(gas)
MX Gas
Penyerapan energi radiasi (SSA) hV
M*(gas) Larutan analit kemudian diubah menjadi kabut dengan melewatkannya melalui nebuliser. Larutan bercampur dengan gas pembakar dan udara bergerak pada sudut yang tepat ke alirannya yang memecah menjadi tetesan halus. Sisa kabut dari tetesan terkecil diaspirasikan ke dalam nyala.
Universitas Sumatera Utara
30
Cahaya yang ditransmisikan, berkurang intensitasnya masuk melalui suatu monokromator yang memilih panjang gelombang untuk pengukuran dan kemudian masuk ke detektor. Detektor merespon dengan memproduksi suatu sinyal yang sesuai dengan intensitas cahaya yang mengenainya. Hal ini sesuai dengan intensitas cahaya yang tidak terserap oleh atom yang sebanding dengan konsentrasi analit. Sinyal diperkuat dan diproses untuk menghasilkan pembacaan langsung dari absorbansi (Lewis, 1985).
Universitas Sumatera Utara