BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Flora Mikroba Normal Pada Manusia Kulit dan selaput mukosa selalu mengandung berbagai mikroorganisme yang dapat dikelompokkan dalam dua golongan: (1) flora menetap yang terdiri atas mikroorganisme yang jenisnya relatif tetap dan biasa ditemukan di daerah-daerah tertentu pada umur tertentu, bila terganggu, mikroorganisme itu tumbuh kembali dengan segera. (2) flora sementara yang terdiri atas mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang mendiami kulit atau selaput mukosa selama beberapa jam,
hari
atau
minggu.
Mikroorganisme
ini
berasal
dari
lingkungan
sekitarnya.Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh merupakan komensal.Mikroorganisme dapat tumbuh subur pada daerah tertentu, bergantung pada faktor-faktor fisiologik, suhu, kelembaban, serta adanya zat-zat makanan dan zat-zat penghambat tertentu.Anggota flora normal sendiri dapat menimbulkan penyakit dalam keadaan tertentu.Bila dengan paksa disingkirkan dari lingkungan yang terbatas ini dan dimasukkan ke dalam aliran darah atau jaringan, organism-organisme ini dapat menjadi patogen.Misalnya, streptokokus golongan viridians.Flora normal yang terdapat pada hidung terdiri dari korinebakteria,
stafilokokus
yang
menetap
dan
streptokokus.Spesies
Actinomycetes dalam keadaan normal terdapat pada jaringan tonsil dan gingiva orang dewasa, berbagai protozoa mungkin terdapat juga.Ragi (spesies Candida) terdapat dalam mulut (Jawetz., et al, 1996).
2.2 Streptococcus mutans Streptokokus adalah kokus Gram-positif yang tersusun berpasangan atau seperti rantai, semuanya bersifat negatif- katalase dan anaerob fakultatif (Hawley, 2003).Streptokokus adalah bakteri Gram positif berbentuk bulatyang secara khas membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya.Bakteri ini
Universitas Sumatera Utara
tersebar luas di alam. Beberapa di antaranya merupakan anggota flora normal pada manusia; yang lain dihubungkan dengan penyakit-penyakit penting pada manusia yang sebagian disebabkan oleh infeksi streptokokus, dan sebagian lagi oleh sensitisasi terhadap bakteri ini. Bakteri ini menghasilkan berbagai zat ekstraseluler
dan
heterogen.Tidak
enzim.Streptokokus ada
satu
sistem
adalah pun
golongan
yang
cukup
bakteri
yang
baik
untuk
mengklasifikasikannya (Jawetz, et al, 1996). Dalam rongga mulut seseorang mengandung berbagai macam spesies bakteri yang bersifat komensal.Di antara bakteri tersebut adalah Streptococcus mutans (S. mutans) yang bersifat kariogenik dan merupakan penyebab utama karies gigi.Salah satu ciri dari bakteri ini adalah mempunyai kemampuan menempel pada semua lokasi permukaan habitatnya dalam rongga mulut, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya bakteri yang melekat pada permukaan restorasi resin komposit sinar tampak dalam rongga mulut. Aktivitas perlekatan S. mutans terhadap host melalui reseptornya dalam hal ini adalah pelikel saliva, karena pelikel saliva mempunyai beberapa macam reseptor untuk perlekatan S. mutans, dikatakan juga pelikel saliva merupakan mediator tempat melekatnya bakteri rongga mulut pada permukaan gigi dan restorasi (Anggraeni, dkk, 2005). Kokus tunggal berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam bentuk rantai. kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai. Anggota-anggota rantai sering tampak sebagai diplokokus, dan bentuknya kadang-kadang menyerupai batang. Panjang rantai sangat bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan. Streptokokus bersifat gram-positif. Namun, pada biakan tua dan bakteri yang mati, bakteri ini menjadi gram-negatif; keadaan ini dapat terjadi jika bakteri dieramkan semalam (Jawetz, et al, 1996). Kelompok streptokokus ini bersifat alfa-hemolitik (parsial/hijau) dan tidak sensitif terhadap empedu dan optosin. kelompok ini adalah flora normal di mulut. Streptococcus mutans menyebabkan plak dan pembusukan gigi melalui pembentukan biofilm dekstran dan asam yang merusak email gigi (Hawley, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Day (2003), S.mutans hanya dapat hidup di dalam mulut bila terdapat permukaan padat seperti gigi atau geligi tiruan. Bakteri ini tidak ditemukan pada bayi yang tidak bergigi dan baru dapat dideteksi setelah gigi mulai tumbuh. Pada orang tua yang sudah tidak bergigi lagi, bakteri ini akan menghilang dan akan tampak lagi setelah memakai gigi tiruan. Walaupun habitat utama S.mutans pada permukaan gigi, keberadaannya tidak seragam pada semua permukaan gigi, bahkan sering hanya berlokasi pada permukaan tertentu.Tempat kolonisasi S.mutans biasanya pada lubang dan celah gigi, permukaan gigi dekat gusi atau pada lesi karies. Karies gigi merupakan suatu penyakit umum yang sering ditemukan sejak pertama terdapat sejarah kehidupan manusia.Miller merupakan orang pertama yang menggambarkan karies sebagai aksi dari asam organik terhadap kalsium fosfat pada gigi.Ia memperlihatkan bila gigi diinkubasi dengan saliva dan karbohidrat, asam akan terbentuk dan menguraikan bagian gigi yang termineralisasi. Ia menyimpulkan bahwa asam yang dibentuk oleh bakteri dalam saliva menguraikan gigi. Dari penelitian ini ia merumuskan teori kemoparasitik dari karies gigi. Sejak saat itu banyak data yang mendukung teori menurunnya pH oleh produksi asam bakteri akan menghasilkan penguraian email. Penelitian Dr. Miller telah membentuk dasar untuk teori plak-tuan,rumah-substrat dari pembentukan karies. Proses pembentukan karies gigi disebabkan oleh multifaktor, pada
dasarnya
dapat
disederhanakan
menjadi
hubungan
yang
tidak
seimbangantara daya tahan gigi dengan faktor kariogenik (Soemantadiredja dan Mieke, 2005). Menurut Schuurs (1988), karies adalah suatu proses kronis regresif: 1) yang dimulai dengan larutnya mineral email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan bagi bakteri). 2) timbul destruksi komponen-komponen organik. 3) akhirnya terjadi kavitasi (pembentukan lubang).Karies gigi sering disebabkan oleh S. mutans. Bakteri ini mampu melekat pada permukaan gigi; memproduksi enzim glukuronil transferase. Enzim tersebut menghasilkan glukan yang tidak larut dalam air dan berperan dalam menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
plak dan koloni pada permukaan gigi (Zaenabdkk. 2004). Di dalam plak, suatu lapisan yang menutupi gigi dan yang 70% dari volumenya terdiri dari bakteri,
dibentuk
asam dari karbohidrat
yang
mengakibatkan turunnya pH lokal yang normal. Penurunan ini mengganggu keseimbangan antara jaringan gigi, biasanya email, dan lingkungannya. Lingkungan ini pada pH fisiologis jenuh dengan kalsium dan fosfat. namun pada pH 5,5 terjadi keadaan yang sebaliknya pada jaringan gigi. Bagian mineral, kalsium dan fosfat yang merupakan bahan pembentuk, oleh email diberikan kepada sekelilingnya, sehingga prosesnya berhenti; tetapi lesi awal berbentuk bintik putih pudar, yang disebut bercak putih, telah terjadi (Schuurs, 1988).
2.3 Escherichia coli Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang memiliki p an jang sekitar 2 μm, diameter 0 ,7 μm, lebar 0 ,4-0,7μm dan bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata (Jawetz et al., 1995). E. coli adalah anggota flora normal usus.E. coli berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan.E. coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisaorganisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zatanorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral.Di dalam lingkungan, bakteripembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Ganiswarna, 1995). Menurut Jawetz et al., (1995)E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaanmeningkat atau berada di luar usus. E. coli menghasilkan enterotoksin yangmenyebabkan beberapa kasus diare.E. coli berasosiasi dengan enteropatogenikmenghasilkan enterotoksin pada sel epitel. Escherichia coli merupakan basil pendek tanpa kapsul atau spora tetapi memiliki flagel sehingga dapat bergerak. Bakteri Gram negatif, berbentuk basil
Universitas Sumatera Utara
anerobik (Pelczar dan Chan, 2005) juga merupakan bakteri fecal dari genus Escherichia, famili Enterobacteriaceae.E. coli merupakan flora normal yang terdapat dalam usus pencernaan manusia yang umumnya menyebabkan diare di seluruh dunia bila jumlahnya melebihi normal atau terlalu banyak di dalam saluran pencernaan (Brooks et al., 2001). Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare dapat disebabkan oleh infeksi kuman berupa parasit, bakteri (Escherichia coli) dan ada yang disebabkan oleh keracunan makanan atau obat-obatan. salah satu obat yang digunakan untuk mengobati diare ini adalah adstrigensia, yaitu obat-obat yang dapat menciutkan lapisan permukaan usus sehingga mengurangi sekresi (Dalimunthe dan Nainggolan, 2006). Menurut Marsono (2002), penyakit diare masih merupakan problema kesehatan di dunia, terutama di negara sedang berkembang dan negara industri. Jutaan kasus setiap tahun dan diperkirakan 4-5 juta orang pertahun meninggal karena diare akut.
2.4 Candida albicans Candida albicans adalah fungi patogen oportunistik yang menyebabkan berbagai penyakit pada manusia seperti sariawan, lesi pada kulit, vulvavaginitis, candiduria dan gastrointestinal candidiasis. Mekanisme infeksi C. albicans sangat komplek termasuk adhesi dan invasi, perubahan morfologi dari bentuk sel khamir ke bentuk filamen (hifa), pembentukan biofilm dan penghindaran dari sel-sel imunitas inang. Kemampuan C.albicans untuk melekat pada sel inang merupakan faktor penting pada tahap permulaan kolonisasi dan infeksi. Perubahan fenotip menjadi bentuk filamen memungkinkan C. albicans untuk melakukan penetrasi ke epithelium dan berperanan dalam infeksi dan penyebaran C. albicans pada sel inang. C. albicans juga dapat membentuk biofilm yang dipercaya terlibat dalam penyerangan sel inang dan berhubungan dengan resistansi terhadap antifungi. Dengan memahami mekanisme infeksi C. albicans akan membantu memperbaiki diagnosis laboratorium dan terapi terhadap C. albicans (Kusumaningtyas, 2009).
Universitas Sumatera Utara
C. albicans merupakan salah satu contoh jamur oportunistik, yaitu jamur yang biasanya tidak menyebabkan penyakit, tetapi dapat menyebabkan penyakit pada orang yang mekanisme pertahanannya terganggu. C.albicans juga dapat menimbulkan infeksipada mata dan organ-organ lain bila dimasukkan secara intravena (jarum,penyalahgunaan narkotika dan sebagainya) (Pelczar, 1998). Candida telah muncul sebagai salah satu infeksi nosokomial yang penting. Candida adalah anggota flora normal terutama saluran pencernaan, juga selaput mukosa saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit dan dibawah jari-jari kuku tangan dan kaki. Candida tampak sebagai ragi lonjong, kecil, berdinding tipis, bertunas, gram positif, dan memiliki pseudohifa. Infeksi candida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen. Penyakit yang disebabkan oleh candida dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru, kadangkadang
dapat
menyebabkan
septicemia,
endokarditis
atau
meningitis
(Simatupang, 2009). C.albicans adalah suatu jamur lonjong bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat.Kandida adalah anggota flora normal selaput lender, selaput pernapasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita.Pada tempat-tempat ini jamur ini dapat menjadi dominan dan dihubungkan dengan keadaan-keadaan patogen.Pada sediaan mikroskopik eksudat, Candida tampak sebagai ragi lonjong bertunas, gram positif, ukurannya 2-3 x 4-6 µm, dan sel-sel bertunas, gram positif, yang memanjang menyerupai hifa.C. albicans meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas; menghasilkan asam dari sukrosa; dan tidak bereaksi dengan laktosa (Jawetz et al, 1984). Jamur C. albicans biasanya hidup sebagai saprofit dalam rongga mulut, usus dan vagina.Pada orang sehat jamur ini bersifat normal, tetapi pada keadaan tertentu, yaitu pada keadaan daya tahan tubuh menurun jamur ini dapat berubah sifatnya menjadi patogen dengan menimbulkan berbagai keluhan.Pada vagina jamur ini dapat menimbulkan gejala keputihan yang dikenal sebagai kandidiasis vagina (Soemiati dan Berna, 2002).Kandidiasis dapat menyerang kulit lipatan kuku (paronikia) dan daerah-daerah intertigo di mana terdapat maserasi. Infeksi
Universitas Sumatera Utara
dapat akut atau kronik (biasanya dalam lipatan kuku). Bentuk generalisata terjadi dengan kandidiasis membran mukosa (Bayley dan Leinster, 1977).Menurut Rostinawati, dkk (2009), penyakit kulit dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Candida albicans merupakan bagian dari flora normal selaput lendir di saluran pernapasan,saluran cerna dan vagina dan dapat menyebabkan candidiasis mulut (sariawan), candidiasis usus, candidiasis vagina (vaginitis), candidiasis kulit dan candidiasis sistemik. Secara histologik, berbagai lesi kulit pada manusia menunjukkan peradangan. Beberapa menyerupai pembentukan abses; lainnya menyerupai granuloma menahun. Kadang-kadang ditemukan Candida dalam jumlah besar dalam saluran pencernaan setelah pemberian antibiotika oral, misalnya tetrasiklin, tetapi hal ini biasanya tidak menyebabkan gejala-gejala. Candida dapat dibawa oleh aliran darah ke banyak organ, termasuk selaput otak, tetapi biasanya tidak dapat menetap (Jawetzet al.1984). Menurut Hawley (2003), Candida spp. adalah ragi, beberapa seperti C. albicans, juga menghasilkan pseudohifa dan hifa sejat dalam jaringan. Candida spp. ditemukan sebagai flora mukokutis normal, tetapi di bawah kondisi tertentu, dapat tumbuh berlebihan dan melakukan invasi. Berikut adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh C. albicans: 1.
Oral thrush Terjadi pada bayi prematur, pasien yang mendapat antibiotik, dan pejamu dengan tanggap imun yang lemah.Oral thrush dapat berkembang menjadi esofagitis, kemudian gastritis, dan akhirnya, melalui defek di usus, menjadi septikemia. Menurut Simatupang (2009), infeksi Candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush yang dilaporkan oleh Francois Valleix (1836). Langerbeach (1839) menemukan jamur penyebab trush kemudian Berbout (1923) memberi nama organisme tersebut Candida.
2.
Perleche (lecet di sudut mulut) mengisyaratkan malnutrisi.
3.
Endokasrditis (dengan septikemia transien) terjadi pada pecandu obat terlarang IV atau orang dengan kateter menetap.
Universitas Sumatera Utara
4.
Serebritis dapat terjadi pada pejamu dengan tanggap imun lemah.
2.5Tumbuhan Seri (Muntingia calabura) Muntingia calabura banyak ditanam di negara-negara yang beriklim tropis, termasuk Indonesia dan sudah beradaptasi dengan iklim tropis Indonesia.Seri banyak ditanam di lingkungan rumah tinggal atau halaman perkantoran sebagai tumbuhan peneduh. Keindahan dari tumbuhan seri adalah pada tajuknya dan buahnya yang kecil-kecil berwarna merah yang sangat disenangi oleh anak-anak karena rasanya manis. Tumbuhan seri banyak tumbuh secara liar di antara semaksemak belukar.Tumbuhan seri dapat hidup dengan baik di tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi (Suryowinoto, 1997). Seri (Muntingia calabura L.) adalah tumbuhan tahunan yang dapat mencapai ketinggian 10 meter. Batang tumbuhan berkayu, tegak bulat dengan percabangan simpodial. Seri memiliki beberapa bagian seperti daun, batang, bunga dan buah. Daun seri mengandung flavonoid, tanin, glikosida, saponin, steroid, dan minyak esensial. Kandungan tersebut yang membuat daun seri (M. calabura L.) memiliki potensi antioksidan dan aktivitas antibakteri yang dapat dikaitkan dengan tingginya kandungan senyawa fenolik. Senyawa tersebut didapatkan dengan cara ekstraksi etanol. diantara lemak dan karbohidrat, yaitu 7 kkal/gr (Prasetyo dan Sasongko, 2014).
Gambar 1.Daun seri (Muntingia calabura Linn.)
Universitas Sumatera Utara
Salah satu bahan alamiah yang berpotensi sebagai antimikroba adalah daun seri. Seri (M. calabura) banyak dijumpai di pinggir jalan, tumbuh di tengah retakan rumah, di tepi saluran pembuangan air dan tempat-tempat yang kurang kondusif untuk hidup karena seri mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik. Berdasarkan beberapa penelitian, daun seri bisa dimanfaatkan sebagai obat. Karena diduga dalam daun seri mengandung senyawa flavanoid, polifenol, dan tarin. Sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi (Zakariaet al. 2010).
2.5.1 Morfologi Tumbuhan Seri Tumbuhan Seri merupakan perdu atau pohon kecil yang tingginya sampai 12 m, meski umumnya hanya sekitar 3-6 m saja. Selalu hijau dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Cabang-cabang mendatar , menggantung di ujungnya membentuk naungan yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar, demikian pula daunnya. Daun-daun terletak mendatar , berseling ,helaian daun tidak simetris , bundar telur lanset , tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 x 4-14 cm sisi bawah berambut kelabu rapat , bertangkai pendek. Daun penumpu yang sebelah meruncing berbentuk benang lk 0,5 cm , agak lama lalu mengering dan rontok , sementara sebelah lagi rudimeter . Bunga dalam berkas berisi 1-3(-5) kuntum, terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun, bertangkai panjang, berkelamin dua dan berbilangan lima, kelopak berbagi dalam , tajuk meruncing bentuk benang, berambut halus , mahkota bertepi rata , bundar telur terbalik , putih tipis gundul 1 cm. Benang sari berjumlah banyak , 10 sampai lebih dari 100 helai . Bunga yang mekar menonjol keluar, ke atas helai-helai daun , namun setelah menjadi buah menggantung ke bawah , tersembunyi di bawah helai daun. Umumnya hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap berkasnya. Bertangkai panjang , bulat hampir sempurna, diameter 1-1,5 cm, hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak , bermahkota sisa tangkai putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut lima. Berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil , halus , putih dan kekuningan ,terbenam dalam daging dan sari buah yang manis sekali (Simatupang, 2011).
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Kandungan Metabolit Sekunder Tumbuhan Seri Daun seri (Muntingia calabura L.) memiliki senyawa aktif berupa saponin, flavonoid, polifenol dan tanin pada daunnya, sehingga dapat digunakan sebagai antibakteri. Aktivitas antimikroba yang dimiliki oleh Muntingia calabura diduga berasal dari unsur-unsur yang terkandung didalamnya, antara lain tanin, terpenoid, flavonoid, glikosida dan saponin (Zakaria et al. 2010).
2.5.3 Manfaat Tumbuhan Seri Buah seri langsung dapat dimakan atau diolah menjadi sirup, selai dan permen, rasanya pun tidak kalah dengan minuman olahan dari buah yang mahal.Kayu seri lunak dan mudah kering, sangat berguna sebagai kayu bakar.Kayu dari tumbuhan seri ini juga cukup kuat sehingga banyak yang dipakai untuk membuat perabotan.Kulit kayunya yang mudah dikupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut.Daunnya dapat dijadikan semacam teh (Simatupang, 2011).
2.6 Skrining Fitokimia Skrining fitokimia merupakan tahappendahuluan dalam suatu penelitian fitokimiayang bertujuan untuk memberikan gambarantentang golongan senyawa yang terkandungdalam tanaman yang sedang diteliti.Metodeskrining fitokimia dilakukan dengan melihatreaksi pengujian warna dengan menggunakansuatu pereaksi warna. Hal penting yang berperanpenting dalam skrining fitokimia adalahpemilihan pelarut dan metode ekstraksi(Kristianti dkk., 2008). Menurut Harborne (1987), senyawa yang termasuk fitokimia antara lain senyawa fenol, flavanoid, tanin, alkaloid,tepenoid dan steroid. Flavonoidmerupakan golongan yang penting karena memiliki spektrum aktivitasantimikroba yang luas dengan mengurangi kekebalan pada organisme sasaran (Naidu dan Davidson, 2000). Menurut Siregar (2009), ada beberapa kandungan metabolit sekunder tumbuhan, diantaranya: a. Flavanoid Menurut perkiraan 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoida. Flavonoida merupakan salah satu golongan
Universitas Sumatera Utara
fenol yang terbesar. Sebenarnya flavonoida terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga pastilah ditemukan pula dalam telah ekstrak tumbuhan. Flavonoid merupakan salah satu senyawa fenol alami yang tersebar luas pada tumbuhan, yang disintesis dalam jumlah sedikit (0,5–1,5%)17 dan dapat ditemukan pada hampir semua bagian tumbuhan. Mekanisme antimikroba senyawa fenolik adalahmengganggu kerja di dalam membran sitoplasma mikroba.Termasuk diantaranya adalah mengganggu transpor aktif dan kekuatan proton(Naidu dan Davidson, 2000). Menurut Middleton dan Kandaswami (1994), flavonoid memegang peranan penting dalam biokimia dan fisiologi tanaman, diantaranyaberfungsi sebagai antioksidan, penghambat enzim, dan prekursor bagi komponen toksik.Flavonoid mampu menghambat enzim topoisomerase II (DNA girase), yang merupakan enzim penting dalam proses replikasi dan transkripsi DNA bakteri, sehingga dapat mengganggu proses tersebut. Selain itu komponen bioaktif fenol dapat mengakibatkan lisis sel dan menyebabkan denaturasi protein, menghambat pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat sertamenghambat ikatan ATP-ase pada membran sel(Zakariaet al. 2010). b. Tanin Tanin merupakan sejenis kandungan kimia tumbuhan yang bersifat fenol, mempunyai rasa sepat dan memiliki kemampuan meyamak kulit.Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu.Beberapa tanindapat mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor,dan menghambat enzim seperti reverse transkripitase dan DNA topoisomerase (Robinson, 2000). Menurut
Puspasari dkk,
(2014),
golongansenyawa tanin
bekerja
membentukkompleks dengan polisakarida dinding selbakteri sehingga dapat menghambatpertumbuhan bakteri tersebut.Tanin jugamempunyai sifat sebagai pengelat yangdiduga dapat mengerutkan dinding selsehingga mengganggu permeabilitas sel itusendiri.Akibat terganggunyapermeabilitas, sel tidak dapat melakukanaktivitas hidup sehingga pertumbuhannyaterhambat bahkan mati. c. Triterpenoid
Universitas Sumatera Utara
Triterpenoida adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis digunakan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Triterpenoida adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Lieberman-Bouchard (anhibrida-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru. Triterpenoid merupakan golongan terpenoid yang berpotensi sebagai antimikroba.Selain itu senyawa ini banyak digunakan untuk menyembuhkan penyakitgangguan
kulit.Triterpenoid
memiliki
sifat
antijamur,
insektisida,antibakteri, dan antivirus (Robinson, 2000). d. Glikosida Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian dua senyawa, yaitu gula dan bukan gula.Bagian gula biasa disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut aglikon atau genin. e. Saponin Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir.Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Menurut dapatdideteksi
Harborne
(1987),
berdasarkan
Saponinmenghambat
pertumbuhan
saponin
bersifat
kemampuannya atau
seperti
sabun
membentuk
membunuh
mikroba
dan busa.
dengan
caraberinteraksi dengan membran sterol. Efek utama saponin terhadap bakteriadalah adanya pelepasan protein dan enzim dari dalam sel-selSaponin bekerja dengan cara mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma sehingga dapat menyebabkan sel mikroba lisis.(Zakariaet al. 2010).
2.7 Mekanisme Kerja Antibakteri Menurut Jawetz et al. (1996), mekanisme kerja antibakteri dibedakan menjadi empat secara umum, yaitu 1. Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri
Universitas Sumatera Utara
Antibakteri terikat pada reseptor sel (beberapa diantaranya adalah enzim transpeptidase), kemudian terjadi reaksi transpeptidase sehingga sintesis peptidoglikan terhambat.Mekanisme diakhiri dengan penghentian aktivitas penghambat enzim autolysis pada dinding sel. 2. Antibakteri yang menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri Terganggunya membran sitoplasma oleh zat yang bersifat surfaktan, menyebabkan permeabilitas dinding sel berubah dan menjadi rusak. Komponenkomponen penting yang berada di dalam sel seperti protein, asam nukleat, nukleotida keluar dari sel dan berangsur-angsur sel akan mati. 3. Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri Suhu dan konsentrasi tinggi zat kimia dapat mendenaturasi protein yang merupakan komponen esensial bagi berlangsungnya kehidupan sel. Senyawa penghambat sintesis protein juga dapat menyebabkan kesalahan dalam pembacaan kode pada mRNA sehingga protein tidak terbentuk, dan sel akan mati. 4. Antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat Senyawa penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah satu komponen yang berperan dalam tahapan sintesis asam nukleat, sehingga akhirnya reaksi terhenti karena substrat yang direaksikan dan asam nukleat tidak terbentuk.
Universitas Sumatera Utara