BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Menurut dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Mitra Kemayoran Jakarta, keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari vagina. Keputihan bisa bersifat fisiologis (dalam keadaan normal) namun bisa juga bersifat patologis (karena penyakit). Dan keputihan tidak mengenal batasan usia. Berapa pun usia seorang wanita, bisa terkena keputihan (Sugi Suhandi, 2009). Secara definisi keputihan adalah cairan tubuh (bukan darah) yang keluar dari organ reproduksi wanita. Keadaan ini dapat bersifat fisiologis atau patologis. Keputihan yang fisiologis dapat timbul saat terjadi perubahan siklus hormonal, seperti sebelum pubertas, stress psikologis, sebelum dan setelah datang bulan, kehamilan, saat menggunakan kontrasepsi hormonal, atau saat menopause (Moctar R, 1986). Keputihan sudah menjadi masalah yang banyak ditemui para wanita. Penyebabnya mulai dari bakteri, jamur, parasit, sampai dengan virus. Selain itu masuknya benda asing dalam vagina, kanker dan menopause, juga dapat menjadi penyebab datangnya keputihan. Dari upaya menghilangkan gejala, memberantas penyebab dan mencegah, pencegahan merupakan upaya efektif (Moctar, 1986).
2.2. Etiologi a) Penyebab non patologis. b) Saat menjelang menstruasi atau setelah menstruasi. c) Rangsangan Seksual, saat wanita hamil d) Stress, baik fisik maupun psikologis
Universitas Sumatera Utara
Penyebab patologis. Keputihan bisa karena banyak hal. Benda asing, luka pada vagina, kotoran dari lingkungan, air tak bersih, pemakaian tampon atau panty liner berkesinambungan. Semua ini potensial membawa jamur, bakteri, virus, dan parasit: a. Jamur Candida Warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya, kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut.
b. Parasit Trichomonas Vaginalis Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.
c. Kuman (bakteri) Bakteri Gardnella-Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Juga menyebabkan peradangan vagina tak spesifik. Biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah Menjadi senyawa amin bau amis,berwarna keabu-abuan.
Beberapa jenis bakteri lain juga memicu munculnya penyakit kelamin. Gonococcus, atau lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan, yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung kuman Neisseria gonorrhoea. Kuman ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol, deterjen, dan sinar matahari. Cara penularannya melalui senggama.
Universitas Sumatera Utara
d. Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu kanker rahim.
e. Chlamydia trachomatis, kuman ini sering menyebabkan penyakit mata trakhoma. Ditemukan di cairan vagina dengan pewarnaan Diemsa.
f. Treponema pallidium, adalah penyebab penyakit kelamin sifilis. Penyakit ini dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di liang senggama dan bibir kemaluan (Mims, 2004).
Hal
lain
yang
juga
dapat
menyebabkan
keputihan
antara
lain:
pemakaian tampon vagina, celana dalam terlalu ketat, alat kontrasepsi, rambut yang tak sengaja masuk ke vagina, pemakaian antibiotika yang terlalu lama dan lain-lain. Kanker leher rahim juga dapat menyebabkan keputihan.
2.3. Patogenesis Keputihan yang fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedang pada keputihan yang patologik terdapat banyak leukosit. Keputihan yang fisiologik dapat ditemukan pada: •Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; ini disebabkan oleh pengaruh
estrogen
dari
plasenta
terhadap
uterus
dan
vagina
janin.
•Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh dari estrogen; keputihan disini dapat menghilang dengan sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua.
Universitas Sumatera Utara
•Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudat dari dinding vagina. •Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer. •Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Mekanisme keputihan patologis Di dalam vagina terdapat berbagai bakteri, 95 persen adalah bakteri lactobacillus dan selebihnya bakteri patogen (bakteri yang menyebabkan penyakit). Dalam keadaan ekosistem vagina yang seimbang, bakteri patogen tidak akan mengganggu. Peran penting dari bakteri dalam flora vaginal adalah untuk menjaga derajat keasaman (pH) agar tetap pada level normal. Dengan tingkat keasaman tersebut, lactobacillus akan tumbuh subur dan bakteri patogen akan mati. Pada kondisi tertentu, kadar pH bisa berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. Jika pH vagina naik menjadi lebih tinggi dari 4,2 (kurang asam), maka jamur akan tumbuh dan berkembang. Akibatnya, lactobacillus akan kalah dari bakteri patogen.( Greer, Cameron, Mangowan, 2003.)
2.4. Gejala klinis Ciri-ciri dari cairan lendir yang normal adalah berwarna putih encer, bila menempel pada celana dalam maka warnanya kuning terang, konsistensinya seperti lendir (encer kental) tergantung dari siklus hormon, tidak berbau dan tidak menimbulkan keluhan. Sebaliknya, bila terjadi gejala antara lain: gatal pada organ intim perempuan, rasa terbakar, kemerahan, nyeri selama berhubungan intim, nyeri saat berkemih, keluar cairan berlebihan dari organ intim perempuan (baik berlendir ataupun bercampur darah), dan berbau.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Diagnosis
Anamnesis 1. Sejak kapan mengalami keputihan. 2. Bagaimana konsistensi, warna, bau, jumlah dari keputihannya. 3. Riwayat penyakit sebelumnya. 4. Riwayat penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid. 5.Riwayat penggunaan bahan-bahan kimia dalam membersihkan alat genialia 6. Higienis alat genitalia Pemeriksaan Fisis 1. Inspeksi : kekentalan, bau dan warna leukore 2. Warna kuning kehijauan berbusa:parasit 3. Warna kuning, kental : GO 4. Warna putih : jamur 5. Warna merah muda : bakteri non spesifik 6. Palpasi : pada kelenjar bartolini Pemeriksaan ginekologi 1. Inspekulo 2. Pemeriksaan bimanual 3. Laboratorium 4. Pemeriksaan pH normal vagina : 3,8 – 4,5 •
Pulasan dengan pewarnaan gram
•
Pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10%
•
Kultur
2.6. Komplikasi Komplikasi yang sering adalah bila kuman telah naik ke panggul sehingga terjadi penyakit yang dikenal dengan penyakit radang panggul. Komplikasi jangka panjang lebih mengerikan lagi yaitu kemungkinan wanita tersebut akan mandul
Universitas Sumatera Utara
akibat rusak dan lengketnya organ organ dalam kemaluan terutama tuba fallopii.
2.7. Pengobatan cari dan obati penyebabnya, menghilangkan gejala, mengobati pasangan, mencegah kekambuhan, antimikroba seperti : •
antifungi
•
antivirus
•
antitrichomonas
•
antibiotik
vagina douche, rendam duduk.
Cara –cara pencegahan. Membersihkan bahagian luar kemaluan selepas buang air kecil atau air besar, seelok-eloknya menggunakan air. Ketika haid, wanita dinasihatkan kerap menukar pembalut wanita terutama pada hari-hari yang banyak darah keluar. Ini kerana darah adalah media yang sesuai untuk kuman membiak. Bagi wanita yang menggunakan tampon mereka perlu ingat untuk menukarnya. Hindari daripada sering mengamalkan douching yaitu memasukkan jari atau pancutan ke dalam vagina dengan tujuan membersihkan bahagian dalam vagina. Perbuatan ini akan menyingkirkan sejenis bakteria lactobacilli dari vagina disamping mendedahkan vagina dan bahagian luar kemaluan kepada bahan kimia yang boleh mengakibatkan iritasi kulit. Hindari menyabun pada alat kelamin kerana ia mungkin menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal. Sesetengah wanita sensitif dan allergi pada pewangi dalam buih sabun.
Universitas Sumatera Utara
Pasangan suami isteri digalakkan membersih alat kelamin dengan air sebelum dan selepas hubungan seks untuk kebersihan yang optimal. Amalkan membuang air kecil lebih kurang setengah jam selepas hubungan seks untuk mengurangkan risiko jangkitan kuman pada pundi kencing. Amalan ini berkesan untuk wanita yang sering mengalami infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Hindari memakai pakaian dalam sintetik yang terlalu ketat kerana ia menyebabkan kulit berpeluh, tiada peredaran udara pada kulit dan akhirnya menggalakkan kuman membiak. Pakaian dalam perlu ditukar setiap hari dan pada hari-hari mengalami keputihan, elok memakai panty liner supaya ia tidak melekat pada pakaian dalam yang menyebabkan ketidakselesaan. Diet. Perbanyak antioksidan vitamin seperti vitamin A, C, dan E. Begitu juga vitamin B kompleks dan D direkomendasikan untuk daya tahan tubuh. Penggunaan yogurt sebagai terapi oral lactobacillus dapat menurunkan angka rekuren. Pengendalian faktor risiko dengan tidak melakukan
hubungan
seksual
sebelum
dinyatakan
sembuh
atau
menggunakan kondom.
Universitas Sumatera Utara