BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Mellitus 2.1.1. Definisi Diabetes Mellitus Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala klinis (sindroma klinis) yang timbul oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah kronis akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Katzung, 2002). Penyebab diabetes mellitus adalah kekurangan hormon insulin yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesis lemak.Akibatnya adalah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria).Oleh karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus sering kencing, merasa sangat haus, berat badan menurun, dan merasa lelah.
2.1.2. Epidemiologi Prevalensi penyakit diabetes melitus di dunia diperkirakan telah mencapai 2,8% pada tahun 2000 dan 4,4% pada tahun 2030. Total penduduk dunia yang menderita diabetes melitus mencapai 171 juta penduduk pada tahun 2000 dan pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 366 juta penduduk ( Sarahet al., 2004 ). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan angka penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal yang dihubungkan
Universitas Sumatera Utara
dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral), hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang dari 5 porsi perhari.
2.1.3. Tipe Diabetes Diabetes dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Diabetes mellitus tipe I (Insulin dependent) DM tipe I umumnya timbul pada anak-anak dan dewasa muda. DM tipe I terjadi karena destruksi sel-sel pembuat insulin melalui mekanisme imunologik sehingga menyebabkan hilangnya hampir seluruh insulin endogen. Penderita DM tipe I mengalami ketergantungan terhadap insulin eksogen untuk menurunkan kadar glukosa plasma dan menghindari ketoasidosis (KAD) serta untuk mempertahankan hidupnya . Pada penderita DM tipe I perawatan insulin adalah mutlak (Leslie, 1991). b. Diabetes melitus tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) DM tipe II biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun. Pada DM tipe II sel β pankreas tidak rusak tetapi terjadi resistensi terhadap kerja insulin. Produksi insulin biasanya dapat untuk mencegah KAD, namun KAD dapat timbul bila ada stress berat (Woodley dan Whelan, 1995). c. DM tipe lain Dapat disebabkan oleh efek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi dan sindrom genetika lain yang berkaitan dengan diabetes mellitus (Katzung, 2002). d. Diabetes Mellitus Gestasional Diabetes yang timbul selama kehamilan, artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa yang didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Diabetes mellitus gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal (di sekitarwaktu melahirkan), dan sang ibu memiliki resiko untuk dapat menderita penyakit diabetes mellitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun setelah melahirkan (Woodley dan Wheland, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Tes-tes yang digunakan untuk pengukuran kadar glukosa adalah : a. Kadar glukosa plasma. Penderita dikatakan DM bila kadar glukosa plasmanya lebih dari 140 mg/dl yang ditunjukkan pada sedikitnya dua kali pemeriksaan. b. Uji toleransi glukosa oral. Hasil yang normal menunjukkan kadar glukosa plasma pada keadaan puasa kurang dari 115 mg/dl. Kadar glukosa plasma 2 jam sesudah pemberiaan glukosa meningkat menjadi 200 mg/dl (Woodley dan Wheland, 1995). Toleransi glukosa ditunjukkan oleh kurva glukosa darah sesudah pemberian sejumlah glukosa untuk tes. Penyakit diabetes mellitus (DM tipe I) ditandai dengan penurunan toleransi glukosa akibat berkurangnya sekresi insulin sebagai respon terhadap pemberian glukosa (Harper dkk., 2003).
2.1.4. Faktor resiko Beberapa faktor resiko dari diabetes mellitus adalah sebagai berikut : 1. Keturunan Sekitar 50 % pasien diabetes tipe 2 mempunyai orangtua yang menderita diabetes, dan lebih sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes. Sedangkan untuk diabetes tipe 1, sekitar 20 % terjadi pada penderita dengan riwayat keluarga terkena diabetes dan 80 % terjadi pada penderita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan diabetes. (WHO, 2002). 2. Ras atau Etnis Beberapa ras tertentu, seperti suku indian di Amerika, Hispanik, dan orang Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe 2.Sedangkan diabetes tipe 1 sering terjadi pada orang Finlandia dengan presentase mencapai 40 %. 3. Usia Pada diabetes tipe 1, usia muda merupakan awal terjadinya penyakit tersebut, sedangkan pada diabetes tipe 2 umur puncak berada pada usia diatas 45 tahun.
Universitas Sumatera Utara
4. Obesitas Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah mereka yang mengalami kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau perut. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. 5. Sindroma Metabolik Menurut WHO dan National Cholesterol Education Program : Adult Treatment Panel III, orang yang menderita sindroma metabolic adalah mereka yang punya kelainan seperti : tekanan darah tinggi lebig dari 160/90mmHg, trigliseridaa darah lebih dari 150mg/dl, kolesterol HDL <40 mg/dl, obesitas sentral dengan BMI lebih dari 30, lingkar pinggang melebihi 102 cm pada pria atau melebihi 88 cm pada wanita, atau sudah terdapat mikroalbuminuria. 6. Kurang Gerak Badan Olahraga atau aktivitas fisik membantu untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi, sel-sel tubuh menjadi lebih sensitive terhadap insulin.peredaran darah lebih baik dan resiko terjadinya diabetes tipe 2 akan turun sampai 50%. 7. Faktor Kehamilan Diabetes pada ibu hamil dapat terjadi pada 2-5 % kehamilan. Biasanya diabetes akan hilang setelah anak lahir. Ibu hamil dengan diabetes dapat melahirkan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4 kg. Apabila ini terjadi, sangat besar kemungkinan si ibu akan mengidap diabetes tipe 2 kelak. 8. Infeksi Infeksi virus dapat juga dijadikan penyebab timbulnya diabetes mellitus.Adapun virus-virus tersebut adalah virus cytomegalovirus, virus rubella dan virus coxsackie.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Gejala Diabetes Mellitus Gejala diabetes dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu : a. Gejala Akut Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi tiga serba banyak yaitu: -
Banyak makan (polifagia)
-
Banyak minum (polidipsi)
-
Banyak kencing (poliuria) Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus bertambah, karena pada saat itu jumlah insulin masih mencukupi. Apabila keadaan ini tidak segera diobati maka akan timbul keluhan lain yang disebabkan oleh kurangnya insulin. Keluhan tersebut diantaranya:
-
nafsu makan berkurang
-
banyak minum
-
banyak kencing
-
berat badan turun dengan cepat
-
mudah lelah
-
bila tidak segera diobati,penderita akan merasa mual bahkan penderita akan jatuh koma (koma diabetik).
b. Gejala Kronik Gejala kronik akan timbul setelah beberapa bulan atau beberapa tahun setelah penderita menderita diabetes. Gejala kronik yang sering dikeluhkan oleh penderita, yaitu: -
Kesemutan
-
Kulit terasa panas
-
Terasa tebal dikulit
-
Kram
-
Lelah
-
Mudah mengantuk
-
Mata kabur
-
Gatal disekitar kemaluan
Universitas Sumatera Utara
-
Gigi mudah goyah dan mudah lepas
-
Kemampuan seksual menurun
-
bagi penderita yang sedang hamil akan mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg.
2.1.6. Diagnosis Diabetes Mellitus Menurut kriteria International Diabetes Federation (IDF), American Diabetes Association (ADA) dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), apabila gula darah pada saat puasa diatas 126mg/dl dan 2 jam sesudah makan diatas 200mg/dl, diagnosis diabetes bisa dipastikan.
Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis Diabetes (WHO) Kadar Glukosa Darah mg/dl
mmol/dl
Puasa
≥ 126
≥ 7.0
2 jam sesudah makan
≥ 200
≥ 11.1
Puasa
< 126
< 7.0
2 jam sesudah makan
≥ 140 &< 200
≥ 7.8 &< 11.1
Puasa
≥ 110 &< 126
≥ 6.1 &< 7.0
2 jam sesudah makan
< 140
< 7.8
Diabetes Mellitus
Impaired
Fasting
Tolerance(IFT)
Impaired
Fasting
Glucose
(IFG)
Jika kadar glukosa darah tidak normal tetapi belum termasuk kriteria diagnosis untuk diabetes, keadaan ini disebut Toleransi Glukosa Terganggu(TGT) atau IGT. Seseorang dengan TGT mempunyai risiko terkena diabetes tipe 2 jauh lebih besar daripada orang biasa.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7. Penatalaksanaan Diabetes Berdasarkan cara pemberiannya obat hipoglikemik terdiri dari obat hipoglikemik oral dan obat hipoglikemik suntik yang mengandung insulin (Tjay dan Rahardja, 2002). a. Obat antidiabetik oral a.1). Golongan Sulfonilurea Tolbutamid (Gambar 1) termasuk golongan sulfonilurea yang dapat merangsang keluarnya insulin dari pankreas (Tjay dan Rahardja, 2007). Tolbutamid mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C12H18N2O3S, terhitung dari zat yang telah dikeringkan. Pemerian dari tolbutamid adalah serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak pahit.Tolbutamid merupakan obat turunan dari karbutamida, dengan menggantikan gugus-P amino dengan gugus metil efek-efek sulfa dilenyapkan.Daya hipoglikemik tolbutamid relatif lemah, maka jarang menyebabkan hipoglikemia.Obat ini banyak digunakan pada penderita diabetes tipe-2 (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada pasien lanjut usia secara lebih amannya digunakan tolbutamid karena mempunyai durasi kerja paling cepat (Neal, 2005). Plasma t½ - nya sekitar 4-5 jam, tetapi ternyata bahwa penakaran single-dose pagi hari cukup efektif untuk mengendalikan kadar gula selama 24 jam. Zat ini dioksidasi menjadi metabolit inaktif yang diekskresikan 80% lewat kemih. Dosis permulaan 0,5-1 g pada waktu makan (guna menghindari iritasi lambung), bila perlu dinaikkan tiap minggu sampai maksimal 1-2 g. Dosis di atas 2 g per hari diperkirakan tidak ada gunanya (Tjay dan Rahardja, 2007). a.2). Golongan Inhibitor α-Glukosidase Acarbose merupakan penghambat kompetitif alfa glucosidase usus dan memodulasi pencernaan pasca prandial dan absorpsi zat tepung dan disakarida.Akibat
klinis
pada
hambatan
enzim
adalah
untuk
meminimalkan pencernaan pada usus bagian atas dan menunda absorpsi zat tepung dan disakarida yang masuk pada usus kecil bagian distal, sehingga menurunkan glikemik setelah makan dan menciptakan suatu efek
Universitas Sumatera Utara
hemat insulin. Data farmakokinetik acarbose adalah onset efek pertama kali muncul 0,5 jam, waktu paruh (t1/2) 1-2 jam, durasi 4 jam. a.3). Golongan Biguanid Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin yang diproduksi oleh tubuh, tidak merangsang peningkatan produksi
insulin
sehingga
pemakaian
tunggal
tidak
berakibat
hipoglikemia. Contoh obat golongan biguanid antara lain metformin (glucophage). Golongan Meglitinid ,Obat ini dapat dikombinasikan dengan metformin digunakan dalampengobatan Diabetes Mellitus tipe-2 sebagai tambahan terhadap diet dan olah ragauntuk penderita yang hiperglikemiknya tidak dapat dikontrol secara memuaskan dengan caracara tersebut. Contoh obat dari golongan ini antara lain repaglinid (novonorm), nateglinid (starlix) (Tjay dan Rahardja, 2002). a.4). Golongan Thiazolidindion Golongan ini dapat digunakan bersama sulfonilurea, insulin atau metformin untuk memperbaiki kontrol glikemia. Contohnya antara lain pioglitazon (actos), rosiglitazon (avandia) (Tjay dan Rahardja,2002). b. Insulin Pada diabetes mellitus tipe I, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis dan menurunkan peningkatan kadar glukosa darah. Selain DM tipe I, insulin kadang digunakan oleh pasien DM tipe II dan ibu hamil yang disertai Diabetes Mellitus, namun untuk waktu yang singkat. Penggunaan insulin dapat juga untuk indikasi sebagai berikut : a) Kencing manis dengan komplikasi akut seperti gangren, ketoasidosis, dan koma. b) Kencing manis pada kehamilan yang tak terkontrol dengan dietary control. c) Penurunan badan yang drastis d) Penyakit DM yang tidak berhasil dengan obat hipoglikemik dosis maksimal. e) Penyakit dengan gangguan fungsi hati dan ginjal berat.
Universitas Sumatera Utara
Ada 4 tipe utama insulin yang tersedia: 1). Ultra-short-acting, yang mempunyai mula kerja sangat cepat dan masa kerja yang pendek. 2). Insulin reguler, jenis insulin ini bekerja dalam waktu yang pendek dengan mula kerja cepat. 3). Insulin lente, bekerja dalam waktu menengah. 4). Insulin yang bekerja dalam jangka waktu panjang dengan mula kerja lambat (Katzung, 2002). c. Ekstraksi Tanaman Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada dalam tanaman ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari (Ansel, 1989). Farmakope Indonesia menetapkan untuk proses penyari sebagai cairan penyari digunakan air, etanol, air-etanol, eter yang digunakan sebagai penyari pada pembuatan obat tradisional (Anonim, 1979).
2.2. Jambu Biji (Psidium Guajava Linn) 2.2.1. Profil Buah Jambu Biji Jambu biji merupakan tanaman buah yang tumbuh dengan baik dan banyak dijumpai didaerah tropis seperti Indonesia. Buah jambu biji dapat dijumpai hamper diseluruh daerah di Indonesia dengan nama umum jambu biji, jambu batu atau jambu klutuk. Namun demikian masih dijumpai nama lain jambu biji tergantung varietasnya. Jambu biji adalah tumbuhan yang termasuk famili Myrtaceae dan genus Psidium. Pohonnya adalah tipe yang selalu hijau (evergreen) setinggi 6 sampai 25 kaki dengan cabang yang lebar dan ranting yang berbulu halus . Batang pohonnya kurus, halus, dan kulit kayunya bercorak seperti tambalan-tambalan (Gutierrez et al., 2008).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Jambu Biji Mengatasi Kolesterol (agnesblogs, 2010). Jambu biji mengandung berbagai macam senyawa kimia (fitokimia) yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Fitokimia tersebut adalah alanine, α-humulene, asam α-linoleat, α-selinene, araban, arabinose, arginine, ascorbigen, asam askorbat, asam aspartate, benzaldehyd, benzene, β-bisabolene, β-karoten, βcaryophyllene, β-copaene, β-farnesene, β-humulene, β-ionone, β-pinene, βselinene, butanal, cinnamylacetate, citral, asam sitrat, tembaga, D-galaktosa, asam D-galacturonic, δ-cadinene, asam ellagic, fruktosa, asam gallic, asam glutamate, glisisn, histidine, leusin, isoleusin, asam L-malat, asam laktat, leucocyanidine, limonene,
asam
linoleat,
lysine,
magnesium,
manganese,
mecocyanin,
methylcinnamate, methylsopropylketone, mufa, asam myristat, asam oleat, asam oxalate, asam palmitat, asam palmitoleat, asam pantotenat, pectin, phenylalamine, fosfor, phytin-phosphorus, proline, pufa rhamnosa, riboflavin, serine, SFA, asam stearate, sulfur, thiamin, threonine, tryptophan, turosine, valine, xylose, zinc, pectin dan tannin. Berdasarkan hasil penelitian, jambu biji merah juga mengandung berbagai zat gizi, kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram jambu biji masak segar adalah 0,9 g protein; 0,3 g lemak; 12,2 g karbohidrat; 14 mg kalsium; 28 mg fosfor; 1,1mg besi; 25 SI vitamin A; 0,02 mg vitamin B1; vitamin C 87 mg dan air 86 g dengan total kalori sebanyak 49 kalori(Parimin,S.P, 2008). Buah jambu biji dapat dikonsumsi dalam keadaan segar. Selain itu, buahnya juga dapat diolah menjadi sirup, sari buah, nectar, buahvita, jeli, selai, kembang gula, dan dodol, dan dapat juga digunakan sebagai obat yaitu dengan merebus buah jambu biji dan menggunakan air rebusan tersebut untuk obat antidiabetes. Dosis yang biasa digunakan sehari-hari adalah 300ml/hari untuk konsumsi jus jambu biji.
Universitas Sumatera Utara
Kandungan yang paling berfungsi dalam penurunan kadar kolesterol pada penderita diabetes adalah pektin.Pektin adalah suatu karbohidrat polymer yang terdiri
atas
parsial
methoxylated
polygalacturonic-acids.Berwarna
putih
kekuningan, hampir tidak berbau dengan suatu mucilagenous, diperoleh dari kulit pohon jeruk/buah bagian dalamnya atau dari buah apel pomace.Satu gram pektin dapat larut dalam 20 ml air dalam suatu solusi merekat (Plumb, 1998).
2.2.2. Manfaat buah jambu biji Pada umumnya buah jambu biji dikonsumsi seperti buah yang lainnya.Namun sebenarnya buah jambu biji memiliki manfaat yang lebih dari buah lainnya. Daun dan
buah jambu biji banyak digunakan sebagai obat
tradisional untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Mengkonsumsi buah jambu biji setiap hari dapat memberikan dampak positif terhadap pencernaan dan pengaturan lambung. Beberapa manfaat jambu biji diantaranya adalah : 1. Sebagai tonik. Buah jambu biji dibuat jus dicampur dengan buah lain seperti pisang atau jeruk ditambah dengan madu diminum sebagai minuman kesehatan. 2. Mengatasi masalah pencernaan dan lambung. Jus buah jambu biji dicampur dengan jeruk dan diminum tiga kali sehari dapat mengatasi gangguan pencernaan. Buah jambu ditambah garam dan dikonsumsi setelah makan dapat mengeliminasi gas dilambung dan meningkatkan nafsu makan. Air rebusan daun jambu biji dapat menghilangkan sakit perut. 3. Menghilangkan konstipasi. Mengkonsumsi jambu biji pada waktu makan pagi dapat mengaktifkan pencernaan dan menghilangkan konstipasi. Buah jambu biji dicampur dengan papaya, jeruk nipis dan garam dikonsumsi setelah makan dapat menormalkan aktivitas gerakan lambung. 4. Air rebusan daun dan akar jambu biji dapat menghentikan diare non spesifik dan menghilangkan sariawan. Disamping manfaat tersebut di atas, buah jambu biji juga dinilai dapat mengatur kadar gula darah dalam batas normal, menurunkan LDL dan
Universitas Sumatera Utara
mempunyai potensi sebagai antimikroba tertentu seperti Staphylococcus aureus dan beta-streptococcus grup A (Maryanto, 2003).
2.3. Profil Lipid Profil lipid adalah tes darah yang dilakukan untuk menilai status metabolism lemak dalam tubuh. Tes ini melibatkan pengukuran total kolesterol dalam darah, high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), very low density lipoprotein (VLDL) dan trigliseridaa. Faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, dan genetic mempengaruhi profil lipid. Beberapa aspek tertentu dalam gaya hidup termasuk diet, tingkat aktivitas fisik, tingkat control diabetes, alcohol, status merokok, serta gangguan kronis seperti hipotiroidisme, penyakut hati obstruktif, diabetes, dan penyakut ginjal turut mempengaruhi profil lipid. Tes profil lipid ini tidak hanya membantu untuk mengidentifikasi kandungan total lipoprotein dalam darah, tetapi juga merinci komponen lipid dalam rangka untuk menentukan berapa banyak masing-masing elemen yang hadir.
2.3.1. Lemak darah 2.3.1.1. Kolesterol Kolesterol adalah bahan penyusun membran dan merupakan komponen lipoprotein yang penting disamping merupakan zat bakal bagi asam empedu dan sejumlah hormon.Pengangkutan kolesterol oleh lipoprotein terutama dalam bentuk ester yang berada didalam inti lipoprotein. Senyawa ini masuk dan keluar jaringan tubuh melalui dua proses. Salah satu proses adalah berkaitan dengan proses pergantian lipoprotein, sedangkan proses yang lain melibatkan pergantian asam empedu. Kolesterol dan senyawa-senyawa yang berasala darinya terutama dikeluarkan bersama feses.Kolesterol yang hilang ini sebagian diganti oleh kolesterol diet dan sebagian lagi oleh kolesterol yang disentesis oleh tubuh dari asetil-koA. Sebagian besar kolesterol yang berasal dari diet sehari-hari maupun yang disintesis oleh tubuh dipakai untuk mengganti asam empedu dan kolesterol yang
Universitas Sumatera Utara
hilang bersama feses. Pda orang dewasa normal hanya sekitar 0,5 gr kolesterol tiap hari yang diubah menjadi asam empedu.
2.3.1.2. Trigliserida Trigliserida atau triasilgliserol sering dinamakan lemak atau lemak netral adalah lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak.Trigliserida merupakan molekul hidrofobik non polar, tidak mengandung muatan listrik dan tidak larut dalam air tetapi lebih larut dalam pelarut non polar seperti chloroform, benzene dan eter.Trigliseridaa disimpan dalam jumlah besar dibawah kulit dan dirongga abdominal sebagai lemak cadangan di dalam jaringan lemak sebagai sumber bahan bakar.
2.3.1.3. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) Lipoprotein ini mengandung trigliserida terbanyak setelah kilomikron, tersusun atas 7-10% protein.VLDL dibentuk di dalam hati, ukurannya lebih kecil dari kilomikron tetapi berat jenisnya lebih besar.Waktu paruh VLDL 26nzi min pendek kira-kira 12 jam, tetapi pembentukannya bersifat konstan walaupun dalam keadaan puasa. VLDL di ,etabolisme oleh LPL pada permukaan sel endotel kapiler, akibatnya secara progresif ukuran partikel menjadi kecil dan akhirnya menjadi IDL (intermediate density lipoproyein). Sekitar 50 % IDL diubah oleh enzim HTGL (hepatic triglyceride lipase) menjadi LDL.26nzi mini terdapat pada endotel vascular hepar dan menyebabkan bertaambahnya pelepasan asam lemak dan apo E dari IDL.
2.3.1.4. LDL (Low Density Lipoprotein) LDL merupakan lipoprotein yang disintesis didalam sirkulasi darah dari hasil hidrolisis IDL maupun intra hepatic dari VLDL.LDL berperan dalam pengangkutan kolesterol ke sel-sel perifer.Waktu paruh LDL lebih panjang disbanding dengan VLDL, akibat konsentrasi LDL dan kolesterol dalam sirkulasi lebih stabil dan benar-benar tidak dipengaruhi oleh keadaan post prandial.Sekitar duapertiga kolesterol yang terdapat didalam darah diangkut oleh LDL.Seperempat
Universitas Sumatera Utara
bagian kolesterol bebas berada pada daerah permukaan lipoprotein, sisanya terdapat dibagian inti sebagai ester kolesterol.
2.3.1.5. HDL (High Density Lipoprotein) HDL merupakan molekul lipoprotein yang paling kecil dengan diameter 75-100 A°, mempunyai berat jenis paling tinggi dan kandungan protein serta fosfolipid paling besar. Ada tiga mcam HDL yaitu, HDL1, HDL2 dan HDL3. Kolesterol bebas diambil oleh HDL untuk diesterifikasi oleh LCAT dan bergerak kearah inti dari partikel HDL sehingga HDL kaya akan ester kolesterol. Perana HDL adalah melindungi lipoprotein dari oksidasi dan menghambat oksidasi LDL. American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan bahwa individu-individu yang menderita diabetes dengan kadar lemak yang perlu dikoreksi harus menjalani profil lipid sekurang-kurangnya setiap tahun. Menurut ADA, kadar kolesterol yang beresiko rendah pada orang dewasa dengan diabetes adalah kadar LDL di bawah 100 mg/dl, kadar HDL diatas 40mg/dl (diatas 50 mg/dl untuk wanita), dan trigliseridaa dibawah 150 mg/dl. Individu-individu dengan diabetes yang memiliki kadar kolesterol selain dari rentang beresiko rendah dapat diberikan tes ulang untuk memverifikasi hasil (Dinsmoor, Robert., 2006). Analisa kolesterol HDL dan LDL dilakukan dengan metode presipitasi dan enzimatik. Kadar kolesterol LDL sebaiknya diukur secara langsung, atau dapat juga dihitung menggunakan rumus Friedewald kalau kadar trigliseridaa < 400 mg/dl : Kadar kol.LDL = Kol.Total – Kol.HDL – 1/5 trigliserida
Universitas Sumatera Utara