BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kalsium 2.1.1 Kalsium Sebagai Mineral Makro Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa. Di dalam tubuh manusia terdapat kurang lebih 1 kg kalsium (Granner, 2003). Dari jumlah ini, 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit {(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}. Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang dengan kalsium plasma pada konsenterasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/l (9-10,4 mg/100ml).
Densitas tulang berbeda menurut umur, meningkat pada bagian
pertama kehidupan dan menurun secara berangsur setelah dewasa. Selebihnya kalsium tersebar luas didalam tubuh.
Di dalam cairan ekstraselular dan
intraselular kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permebilitas membran sel. Kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (Almatsier, 2004).
2.1.2 Absorpsi dan Ekskresi Kalsium Dalam keadaan normal sebanyak 30-50% kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi di tubuh. Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan, dan menurun pada proses menua.
Kemampuan absorpsi pada laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan pada semua golongan usia (Almatsier, 2004). Absorpsi kalsium terutama terjadi dibagian atas usus halus yaitu duodenum. Dalam keadaan normal, dari sekitar 1000 mg Ca++ yang rata-rata dikonsumsi perhari, hanya sekitar dua pertiga yang diserap di usus halus dan sisanya keluar melalui feses (Sherwood, 2001). Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam keadaan terlarut. Absorpsi kalsium terutama dilakukan secara aktif dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan alat ukur protein-pengikat kalsium. Absorpsi pasif terjadi pada permukaan saluran cerna.
Banyak faktor mempengaruhi absorpsi kalsium.
Kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut-air dan tidak mengendap karena unsur makanan lain, seperti oksalat.
Faktor-faktor yang Meningkatkan Absorpsi Kalsium Semakin tinggi kebutuhan dan semakin rendah persediaan kalsium dalam tubuh semakin efesien absorpsi kalsium. Peningkatan kebutuhan terjadi pada pertumbuhan, kehamilan, menyusui, defesiensi kalsium dan tingkat aktivitas fisik yang meningkatkan densitas tulang.
Jumlah kalsium yang dikonsumsi
mempengaruhi absorpsi kalsium. Penyerapan akan meningkat apabila kalsium yang dikonsumsi menurun (Almatsier, 2004). Vitamin D dalam bentuk aktif 1,25(OH)D3 merangsang absorpsi kalsium melalui langkah-langkah kompleks.
Vitamin D meningkatkan absorpsi pada
mukosa usus dengan cara merangsang produksi-protein pengikat kalsium. Absorpsi kalsium paling baik terjadi dalam keadaan asam. Asam klorida yang dikeluarkan lambung membantu absorpsi kalsium dengan cara menurunkn pH di bagian atas duodenum. Asam amino tertentu meningkatkan pH salura cerna, dengan demikian membantu absorpsi (Almatsier, 2004). Aktivitas fisik berpengaruh baik terhadap absorpsi kalsium. Laktosa meningkatkan absorpsi bila tersedia cukup enzim laktase.
Sebaliknya, bila
terdapat defesiensi laktase, laktosa mencegah absorpsi kalsium.
Lemak
meningkatkan waktu transit makanan melalui saluran cerna, dengan demikian memberi waktu lebih banyak untuk absorpsi kalsium. Absorpsi kalsium lebih baik bila dikonsumsi bersamaan dengan makanan (Almatsier, 2004).
Faktor-faktor yang menghambat absorpsi kalsium Kekurangan vitamin D dalam bentuk aktif menghambat absorpsi kalsium. Asam oksalat yang terdapat dalam bayam, sayuran lain dan kakao membentuk garam kalsium oksalat yang tidak larut, sehingga menghambat absorpsi kalsium. Asam fitat, ikatan yang mengandung fosfor yag terutama terdapat didalam sekam
Universitas Sumatera Utara
serealia, membentuk kalsium fosfat yang juga tidak dapat larut sehingga tidak dapat diabsorpsi (Almatsier, 2004).
Selain itu, kosumsi tinggi serat dapat
menurunkan absorpsi kalsium, diduga karena serat menurunkan waktu transit makanan dalam saluran cerna sehingga mengurangi kesempatan untuk absorpsi (Guthrie&Picciano, 1995; Krummel, 1996). Rasio konsumsi kalsium fosfor agar dapat dimanfatkan secara optimal dianjurkan adalah 1:1 dalam makanan, konsumsi fosfor yang lebih tinggi dapat mengahambat absorpsi kalsium karena fosfor dalam suasana basa membentuk kalsium fosfat yang tidak larut air (Khomsan, 1996). Faktor lain yang dapat menghambat absorpsi kalsium adalah ketidakstabilan emosional yang dapat mempengaruh efesiensi absorpsi kalsum, seperti stres, tekanan, dan kecemasan.
Kurangnya latihan fisik atau olahraga seperti jarang
berjalan atau pada orang yang kurang bergerak karena sakit atau terbaring dalam waktu lama dapat menyebabkan kehilangan kalsium tulang 0,5 % setiap bulan dan mengurangi kemampuan untuk menggantinya (Guthrie&Picciano, 1995).
2.1.3 Fungsi dan Peranan Kalsium Kalsium
mempunyai
peran
penting
didalam
tubuh,
yaitu
dalam
pembentukan tulang dan gigi; dalam pengaturan fungsi sel pada cairan ekstraselular dan intraselular, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga permebilitas membran sel. Selain itu, kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (FKM UI, 2007). Pembentukan tulang Almatsier (2004) menyebutkan bahwa kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi : (a) sebagai bagian integral dari struktur tulang, (b) sebagai tempat menyimpan kalsium. Proses pembentukan tulang dimulai pada awal perkembangan janin, dengan membentuk matriks yang kuat, tetapi masih lunak dan lentur yang merupakan cikal bakal tulang tubuh. Matriks yag merupakan sepertiga bagian dari tulang terdiri atas serabut yang terbuat dari kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin.
Universitas Sumatera Utara
Segera setelah lahir matriks mulai menjadi kuat dan mengeras melalui proses kalsifikasi, yaitu terbentuknya kristal mineral yang mengandung senyawa kalsium. Kristal ini terdiri atas kalsium fosfat atau kombiasi kalsium fosfat dan kalsium hidroksida dinamakan hidroksiapatit {(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}.
Karena
kalsium merupakan mieral yang utama dalam ikatan ini, keduanya harus berada dalam jumlah yang cukup di dalam cairan yang mengelilingi matriks tulang. Batang tulang yang merupakan bagian keras matriks mengandung kalsium, fosfat, magnesium, seng, natrium bikarbonat, dan fluor, selain hidroksipatit (Almatsier, 2004). Selama kehidupan, tulang selalu mengalami perubahan baik dalam bentuk maupun kepadatan, sesuai dengan usia dan perubahan berat badan.
Menurut
Krummel (1996), faktor yang mempengaruhi kalsifikasi/penulangan adalah genetik (untuk menentukan massa tulang); hormon seks dan aktivitas fisik (untuk mempengaruhi metabolisme tulang); dan berat badan berbanding terbalik dengan risiko patah tulang. Pembentukan gigi Mineral yang membenuk dentin dan email yang merupakan bagian tengah dan luar dari gigi adalah minerla yang sama dengan pembentuk tulang, yaitu hidroksiapatit. Namun, kristal dalam gigi lebih padat dan kadar airnya lebih rendah. Protein dalam email gigi adalah keratin, sedangkan dalam dentin adalah kolagen. Pertukaran anatra kalsium gigi dan kalsium tubuh berlangsung dengan lambat dan terbatas pada kalsium yang terdapat dalam lapisan dentin. Sedikit pertukaran mungkin juga terjadi diantara saliva dan email gigi.
Kekuranag
kalsium selama masa pembentukan gigi dapat menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap kerusakan gigi (Almatsier, 2004). Pertumbuhan Kalsium secara nyata diperlukan untuk pertumbuhan kerena bagian penting dalam pembentukan tulang dan gigi, juga dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil untuk mendukung fungsi sel dalam tubuh.
Penelitian di jepang
menyebutkan bahwa orang yang diet rendah kalsium lebih pendek dibandingkan dengan diet kalsium yang adekuat. Dalam masa pertumbuhan ukuran tulang,
Universitas Sumatera Utara
kandungan kalsum dan kebutuhan kalsium meningkat.
Setelah perumbuhan
terhenti, kemungkinan fase dimana penambahan jumlah tulang dan kalsium (peak bone mass) bersama akan tetap bertambah sampai usia sekitar 30 tahun. Setelah peak bone mass tercapai, jumlah tulang akan menurun, yang akan menyebabkan ketidakseimbangan antara reabsorpsi dan pembentukan tulang. Konsumsi kalsium adalah salah satu mekanisme yang dapat membantu pertumbuhan tulang dan mencegah kehilangan tulang (bone loss), karena tubuh biasanya mencapai peak bone mass antara umur 25-30-an, adalah waktu yang ideal untuk melakukan pencegahan selama tahun-tahun diperguruan tinggi (Tucker, Snelling, dkk, 2002). Pembekuan darah Bila terjadi luka, ion kalsium dalam darah merangsang pembebasan fosfolipida tromboplastin dari platelet darah yang terluka.
Tromboplastin ini
mengatalisis perubahan protrombin bagian darah normal, menjadi trombin kemudian membantu perubahan fibrinogen, bagian lan dari darah, menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah (Sherwood, 2001). Katalisator reaksi-reaksi biologik Kalsium berfungsi sebagai katalisator berbagai reaksi biologik, seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase pankreas, ekskresi insulin oleh pankreas, pembentukan dan pemecahan asetilkolin. Kalsium yang diperlukan untuk mengkatalisis reaksi-reaksi ini diambil dari pesediaan kalsium dalam tubuh (Almatsier, 2004). Kontraksi otot Pada waktu otot berkontraksi kalsium berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin. Bila darah kalsium kurang dari normal, otot tidak bisa mengendur sesudah kontraksi.
Tubuh akan kaku dan dapat
menimbulkan kejang. Beberapa fungsi kalsium lain adalah meningkatkan fungsi transpor membra sel, kemungkinan dengan bertindak sebagai stabilisator membran, dan transmisi ion melalui membran organel sel (Almatsier, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Kalsium dalam Tulang Kalsium tulang tersebar diantara pool (cadangan) yang relatif tidak berubah/stabil dan tidak dapat digunakan untuk pengaturan jangka pendek keseimbangan kalsium, dan pool yang cepat dapat berubah yang terlibat dalam kegiatan metabolisme kalsium (kurang lebih 1% kalsium tulang). Komponen yang dapat berubah ini dapat dianggap sebagai cadangan yang menumpuk bila makanan mengnadung cukup kalsium. Cadangan kalsium ini terutama disimpan pada bagian ujung tulang panjang dalam bentuk kristal yang dinamakan trabekula dan dapat dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat pada masa pertumbuhan, kehamilan, dan menyusui. Kekurangan konsumsi kalsium untuk jangka panjang menyebabkan struktur tulang yang tidak sempurna (WHO, 2003). Heaney (2000) dalam Journal of the American College of Nutrition mengatakan asupan kalsium berkaitan dengan status tulang. Selama 25 tahun ada paling sedikit 139 laporan terpublikasi di Inggris yang memaparkan hubungan antara asupan kalsium dan status tulang (massa tulang, keseimbangan kalsium, kehilangan tulang atau fraktur). Dari 86 studi observasional, 69 pada dewasa, 17 anak-anak, ditemukan 64 hasil studi mengenai hubungan positif bermakna antara asupan kalsium dan massa tulang, kehilangan tulang atau fraktur. Tulang senantiasa berada dalam keadaan dibentuk dan direabsorpsi. Aspek mana yang domina bergantung pada umur dan keadaan faal tubuh. Pada proses menua proses reabsorpsi dominan sehingga tulang secara berangsur menyusut dan menjadi rapuh. Penyusutan tulang pada umumnya terjadi setelah usia 50 tahun, baik pada laki-laki maupun perempuan tetapi pada perempuan dengan kecepatan lebih tinggi. Seperti telah dijelaskan, kalsium didalam tulang terdapat dalam bentuk hidroksiapatit.
Disamping itu terdapat ion-ion lain termasuk fluor,
magnesium, seng, dan natrium. Melalui matriks dan di antara struktur kristal terdapat pembuluh darah dan limfe, saraf dan sumsum tulang. Melalui pembuluh darah ini ion-ion mineral berdifusi ke dalam cairan ekstraselular, mengelilingi kristal dan memungkinkan pengendapan mineral baru atau penyerapan kembali mineral tulang. Karena banyak kalsium yang hilang didalam tulang pada proses
Universitas Sumatera Utara
resorpsi, konsumsi kalsium yang adekuat dianjurkan sebelum penuaan terjadi (Almatsier, 2004).
FDA (1998) dalam Annual Edition Nutrition 2000/2001
(2000) menyatakan konsumsi kalsium yang adekuat selama hidup dapat membantu mempertahankan kesehatan tulang melalui peningkatan sebanyak mungkin secara genetik jumlah tulang yang dibentuk pada masa remaja dan tahap awal dewasa serta dapat membantu memperlambat kecepatan kehilangan tulang yang terjadi pada kehidupan selanjutnya. Kalsium dalam tulang merupakan sumber kalsium darah.
Walaupun
makanan kurang mengandung kalsium, konsentrasinya dalam darah akan tetap normal (Almatsier, 2004). Pengaruh hormon-hormon lain terhadap kerangka tubuh Kerangka tubuh dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan, hormon seks, tiroksin, dan kortikosteroid. Kekurangan estrogen (hormon seks pada perempuan) menyebabkan kehilangan bahan tulang atau osteoporosis. Tampaknya hal ini menjelaskan mengapa wanita menopause rentan terhadap osteoporosis, hal in terjadi karena penurunan estrogen secara drastis pada masa tersebut. Kebanyakan hormon tiroksin juga meyebabkan percepatan penggantian kalsium dengan resorpsi yang lebih cepat yang pada akhirnya menyebabkan kalsium darah meningkat dan terjadi osteoporosis (Almatsier, 2004).
2.1.5 Angka Kecukupan Kalsium yang Dianjurkan Tinjauan ulang mengenai kebutuhan sehari-hari berbagai nutrien esensial telah diterbitkan oleh Food and Nutrition Board of the National Research Council sebagai
kecukupan
nutrisi
yang
dianjurkan
(Recommended
Dietary
Allowances/RDA) (Murray,dkk, 2003). RDA adalah standar di Amerika yang berisi kebutuhan rata-rata zat gizi per hari yang dianjurkan sehingga suatu masyarakat dapat hidup sehat.
Di Indonesia RDA dikenal dengan Angka
Kecukupan Gizi yang ditetapkan melalui Kongres Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) (FKM UI, 2007). AKG atau RDA adalah banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi
dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk
Universitas Sumatera Utara
mencegah defisiensi zat gizi.
AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
aktivitas, berat badan, tinggi badan, genetika, dan keadaan fisiologis, seperti hamil atau menyusui (Fikawati, R., Syafiq, 2007). Untuk pertama kalinya sejak RDA dipublikaskan tahun 1989, pemerintah federal di Amerika akhirnya meningkatkan rekomendasi asupan kalsium harian (NAS, 1997). Hal ini berdasarkan temuan riset terbaru yang dilakukan The Food and Nutrition Board di National Academy of Sciences yang menyatakan bahwa peningkatan rekomendasi asupan kalsium dapat mencegah perburukan tulang. Rekomendasi terbaru tersebut dinamakan Dietary Reference Intakes (DRI) yang merupakan perluasan dari cakupan dan aplikasi RDA (Soliah, 2000).
Di
Indonesia WKNPG VIII telah diselenggarakan pada tahun 2003 dan hasilnya (AKG) telah dipublikasikan tahun 2004. Berikut ini akan disajikan tabel yang memuat asupan kalsium yang direkomendasikan antara masyarakat di Indonesia dan Amerika. Tabel 2.1 Dietary Reference Intakes for Calcium LIFE STAGE GROUP CALCIUM MG/DAY ADEQUATE INTAKE Infants • 0-6 bulan
210
• 6-12 bulan
270
Anak-anak • 1-3 tahun
500
• 4-8 tahun
800
Laki-laki/Perempuan • 9-18 tahun
1300
• 19-50 tahun
1000
• >51 tahun
1200
Sumber : National Academy of Sciences- Institute of Medicine (1997) Dietary Reference Intakes. Washington, DC: National Academy Press
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Kalsium 2004 bagi orang Indonesia No Kelompok Umur Kalsium (mg/hari) 1. Anak
2.
3.
4.
5.
• 0-6 bulan
200
• 7-12 bulan
400
• 1-3 tahun
500
• 4-6 tahun
500
• 7-9 tahun
600
Laki-laki • 10-18 tahun
1000
• 19-29 tahun
800
• 30-49 tahun
800
• 50-64 tahun
800
• >60 tahun
800
Wanita • 10-18 tahun
1000
• 19-29 tahun
800
• 30-49 tahun
800
• 50-64 tahun
800
• >60 tahun
800
Wanita hamil (tambahan) • Trimester 1
+150
• Trimester 2
+150
• Trimester 3
+150
Wanita menyusui (tambahan) • 6 bulan pertama
+150 +150
• 6 bulan kedua Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII , 2004.
Universitas Sumatera Utara
Jika mengacu pada WKNPG VIII, AKG indonesia untuk anjuran kalsium masih rendah sekali dibandingkan RDA yang dipakai di Amerika. Bahkan di AS, telah dilakukan kenaikan AKG kalsium khususnya dengan memperhatikan kaitan antara konsumsi kalsium saat remaja dengan risiko fraktur osteoporotik di kemudian
hari.
Penyusunan
AKG
kalsium
di
indonesia
seharusnya
memepertimbangkan kebutuhan kalsium untuk hari tua, yaitu pengurangan risiko fraktur tulang akibat osteoporosis.
Memang periode laten akibat defesiensi
kalsium adalah panjang, dan ini akan menutupi kebutuhan konsumsi kalsium yang lebih tinggi, khususnya jika ada bias defesiensi latensi pendek dan paradigma satu penyakit akibat defesiensi satu zat gizi (Heaney, 2003).
2.1.6 Sumber Kalsium Diet harus didasarkan pada berbagai macam makanan, baik unuk memenuhi kebutuhan yang sudah diketahui maupun untuk menyediakan nutrien lain yang kebutuhannya pada manusia masih belum bisa ditentukan secara tepat. Sumber utama kalsium dalah susu dan produk olahannya, seperti keju, yoghurt, kefir, es krim, serta ikan terutama ikan duri halus. Enam studi Randomized Controlled Trial pada orang dewasa dan anak-anak yang menggunakan produk olahan susu sebagai sumber utama kalsium, seluruhnya menunjukan efek positif bermakna yang memiliki paling sedikit efek yang sama kuat dengan suplemen kalsium. Hal ini membuktikan bahwa susu dan produk olahannya adalah sumber nutrient yang baik yang dibutuhkan untuk perkembangan dan mempertahankan tulang (Heaney, 2000). Serealia, kacang-kacangan dan hasil kacang-kacangan, tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini banyak mengandung zat yang menghambat penyerapa kalsium seperti serat, fitat, dan oksalat. Susu nonfat merupakan sumber terbaik kalsium, karena ketersediaan biologiknya yang tinggi. Kebutuhan kalsium akan terpenuhi bila kita makan makanan yang seimbang setiap hari (Almatsier, 2004). Kandungan kalsium beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel.
Universitas Sumatera Utara
Daftar Kadar Kalsium (mg/100g bahan makanan) Tabel 2.3 Serealia Bahan makanan Beras giling
Kalsium 59
Beras tumbuk
72
Beras ketan hitam
10
Tapai ketan hitam
8
Beras ketan putih
13
Tapai ketan putih
6
Beras merah tumbuk
15
Tepung terigu
22
Mi
31
Misoa
52
Beras jagung
14
Tabel 2.4 Umbi-umbian Bahan makanan
Kalsium
Gadung
79
Kentang
63
Singkong
77
Talas
47
Ubi jalar
51
Tabel 2.5 Biji-bijian dan kacang-kacangan Bahan makanan Biji jambu mete
Kalsium 416
Jengkol
29
Kacang bogor goreng
135
Kcang hijau
223
Kacang kedelai
222
Tempe gambus
204
Universitas Sumatera Utara
Tempe kedelai murni
155
Tahu
223
Kembang tahu
378
Kacang merah segar
293
Kacang tanah
316
Tabel 2.6 Sayuran Bahan Makanan
Kalsium
Bayam kukus
239
Bayam rebus
150
Buncis
107
Caisin
123
Daun kacang panjang
200
Daun katuk
233
Daun pakis
136
Daun pohpohan
744
Daun singkong
166
Kacang panjang kukus
100
Kacang panjang rebus
71
Kangkung
70
Ketimun
291
Kulit melinjo
117
Paria putih
31
Selada air segar
95
Toge segar
166
Tomat merah
8
Wortel
45
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7 Buah-buahan Bahan makanan Apel malang
Kalsium 9
Nanas
22
Pisang ambon
20
Pisang sale
232
Pisang raja sereh
16
Salak bali
94
Salak pondoh
38
Sawo
18
Sukun muda
24
Tabel 2.8 Telur Bahan makanan Telur ayam kampung
Kalsium 67
Telur ayam ras
86
Telur bebek
100
Tabel 2.9 Ikan, kerang, udang dan daging Bahan makanan Belida
Kalsium 52
Belut
390
Cumi-cumi
32
Gabus
90
Kerang
321
Mujair
96
Telur ikan
235
Terasi
3812
Teri kering
1200
Teri segar
500
Udang kering
1209
Universitas Sumatera Utara
Udang segar
135
Rebon kering
2306
Ayam
14
Daging sapi
11
Tabel 2.10 Susu dan olahannya Bahan makanan Susu kental manis
Kalsium 275
Susu kental tak manis
243
Susu sapi
143
Susu skim
123
Susu penuh bubuk
904
Susu skim bubuk
1300
Tabel 2.11 Serba-serbi Bahan makanan Agar-agar laut
Kalsium 400
Tepung sagu
13
Sumber : Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asosiasi Dietisien Indonesia (2005) Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
2.1.7 Akibat Kekurangan Kalsium Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat ganggguan pertumbuhan.
menyebabkan
Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh.
Semua orang dewasa, terutama setelah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari tulangnnya.
Tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Hal ini dinamakan
osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stress sehari-hari. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dan lebih banyak pada orang kulit putih daripada kulit berwarna. Disamping itu osteoporosis lebih banyak terjadi pada perokok dan peminum alcohol (Almatsier, 2004).
Universitas Sumatera Utara
FDA (1998) menegaskan bahwa asupan kalsium yang rendah adalah salah satu faktor risiko terjadinya osteoporosis, suatu kondisi dari rendahnya massa tulang
atau
kepadatannya.
Osteoporosis terjadi pada 25%
wanita
pascamenopause, nampaknya defisiensi estrogen pada masa itu ikut berperan sehingga insidensnya pada wanita lebih tinggi (Sherwood, 2001; Hillegas, 2005). Karena terapi osteoporosis sulit dan sering kurang memuaskan, pencegahan sejauh ini merupakan cara terbaik untuk menangani masalah kesehatan ini. ). Pencegahan osteoporosis dapat dimulai ketika tulang seseorang dibentuk. Pembentukan tulang yang kuat sebelum menopause melalui makanan yang kaya kalsium dan olahraga yang adekuat tampaknya merupakan tindakan yang terbaik. Adanya cadangan tulang pada usia pertengahan dapat memperlambat munculnya manifestasi klinis osteoporosis pada usia selanjutnya.
Akivitas fisik yang
berlanjut seumur hidup tampaknya dapat menunda atau mencegah pengeroposan tulang, bahkan pada orang berusia lanjut (Sherwood, 2001). Kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteomalasia, yang dinamakan juga riketsia pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor.
Mineralisasi
matriks tulang terganggu, sehingga kandungan kalsium di dalam tulang menurun (Almatsier, 2004).
2.1.7 Akibat Kelebihan Kalsium Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Disamping itu, dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain (Almatsier, 2004).
2.2. Konsep Perilaku dalam Kaitannya terhadap Pemenuhan Kecukupan Kalsium Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Seorang ahli psikologi, Skinner (1938) dalam Notoatmodjo
Universitas Sumatera Utara
(2005) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus Organisme Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori "S-O-R" (stimulus-organisme-respons). Teori skinner juga menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu: a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditunjukkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons yang relatif tetap. Responden respons juga mencakup perilaku emosional. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsangan yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Berdasarkan teori "S-O-R" yang telah dijelaskan, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Perilaku tertutup (Covert behavior) Bentuk "unobservable behavior" atau "covert behavior" yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. b. Perilaku terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau "observable behavior". Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organism (orang), namun dalam memberikan respon sangat bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lai dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.
Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua,
yakni:
Universitas Sumatera Utara
•
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. •
Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Bloom (1908) dalam Notoatdmojo (2005) membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain yakni: kognitif, afektif dan psikomotor yang dalam perkembangan selanjutnya dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
2.2.1 Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suau objek tertentu. Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur yang penting yang dapat memepengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pegetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai. Seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipn berpendidikan rendah, jika orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik (Fikawati, R., Syafiq, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Sikap (Attitude) Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan fakta pendapat dan emosi yang bersangkutan. Campbell (1950) mendefinisikan yakni:" An individual's attitude is syndrome of response consistency with regard to object." Jadi jelas, di sini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu: a.
Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek
b.
Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek
c.
Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.
Sebagai contoh, jika seorang mahasiswi telah mendengar mengenai
osteoporosis (penyebabnya,faktor risiko, pencegahan, dan sebagainya), maka dengan pengetahuan yang dimilikinya ini akan membawa mahasiswi tersebut untuk berpikir dan berusaha supaya dirinya terhindar dari osteoporosis di kemudian hari. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga mahasiswi tersebut berniat mengonsumsi makanan yang kaya kalsium supaya simpanan kalsium didalam tulangnya dapat mencegah osteoporosis yang bisa saja terjadi pada kehidupan di masa tuanya. Hal ini berarti mahasiswi tersebut memiliki sikap terhadap pemenuhan kecukupan kalsium (Notoatmodjo, 2005). Sikap positif sangat berperan penting dalam penanggulangan masalah kurang konsumsi kalsium pada wanita.
Dari sikap dapat dilihat bagaimana
penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memenuhi kecukupan kalsium hariannya, bagaimana penilaian atau pendapatnya terhadap makanan yang mampu memenuhi kecukupan kalsium serta pendapat mengenai cara mengatasi kekurangan asupan kalsium dari makanan. Sikap negatif yang sering menjadi masalah dalam konsumsi kalsium adalah bahwa wanita sering menilai bahwa susu merupakan nutrisi yang kaya akan lemak sehingga wanita cenderung menghindari produk susu dan olahannya (karena sering didapati bahwa wanita cenderung
Universitas Sumatera Utara
menghindari makanan yang mengandung lemak) (French, M.R., et al, 2008). Padahal susu dan olahannya merupakan sumber kalsium yang paling baik. Apabila seorang wanita memilki pengetahuan yang baik mengenai sumber kalsium dari makanan, maka ia akan mempertimbangkan susu skim/nonfat yang rendah lemak namun kaya akan kandungan kalsium.
2.2.3 Tindakan (Practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menajdi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas (Notoatmodjo, 2005). Tindakan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba dan sebagainya merupakan tindakan positif dalam melakukan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Minum susu rutin setiap hari dan makan makanan yang kaya kalsium merupakan tindakan yang baik dalam upaya mencegah risiko fraktur tulang di masa tua (WHO, 2003). Pada praktik sehari-hari proses perubahan: pengetahuan-sikap-tindakan tidak selalu berjalan seperti teori.
Artinya, seseorang telah berperilaku positif,
meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif atau sebaliknya pengetahuan dan sikapnya baik namun dalam praktik masih sangat kurang. Hal ini disebabkan bahwa perilaku dipengaruhi banyak faktor baik internal dan eksternal sehingga setiap individu akan memberi respon yang berbeda terhadap stimulus(.French, M.R., et al, 2008). Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kebiasaan makan pada individu dapat dijelaskan pada gambar:
Universitas Sumatera Utara
Sosial-ekonomi-politik, ketersedian makanan, Produksi, sistem distribusi
Faktor Eksternal • Jumlah
dan
karakteristik
keluarga • Peran orangtua • Teman sebaya • Sosial budaya • Nilai dan norma • Media massa • Fast food • Mode • Pengetahuan gzi • Pengalaman individu Faktor internal • Kebutuhan fisiologi • Body image • Self-concept • Nilai
dan
kepercayaan
individu • Pemilihan dan arti makanan • Psikososial • Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Life Style
Perilaku makan Individu
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan Sumber: Worthington-Robert BS, Williams SR, editors. Nutrition Throughout Boston: McGraw-Hill; 2000.
the Life Cycle.
Universitas Sumatera Utara